Pelimpahan Wewenang dalam Administrasi Pertanahan Bagi

2 Kegiatan yang bersifat administratif setelah penerbitan sertifikat tanah yang dilakukan karena terjadinya perubahan data yuridis subjek hak, jenis hak, dan jangka waktu hak atas tanahnya, terdiri dari : a. Peralihan Hak Atas Tanah dan. b. Pemindahan Hak Atas Tanah. c. Perpanjangan Jangka Waktu Hak Atas Tanah. d. Pembaharuan Hak Atas Tanah. e. Perubahan Hak Atas Tanah. f. Pembatalan hak atas tanah. g. Pencabutan Hak atas tanah h. Pembebanan Hak atas Tanah i. Perubahan Data Karena Putusan dan Penetapan Pengadilan j. Perubahan Data karena Perubahan Nama k. Hapusnya Hak atas Tanah l. Penggantian Sertipikat 3 kegiatan yang bersifat administratif setelah penerbitan sertipikat tanah yang dilakukan karena terjadinya perubahan data fisik atau obyek hak atas tanahnya, terdiri dari : a. Pemecahan Bidang Tanah b. Pemisahan Bidang Tanah c. Penggabungan Bidang Tanah

C. Pelimpahan Wewenang dalam Administrasi Pertanahan Bagi

Penyelenggaraan Perumahan Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan dalam lapangan hukum publik. Namun sesungguhnya terdapat perbedaan diantara keduanya. Kewenangan adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”, yaitu kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh Undang-undang atau legislatif kepada kekuasaan eksekutif atau administratif. Karenanya, merupakan kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang Universitas Sumatera Utara pemerintahan atau urusan pemerintahan tertentu yang menyeluruh. Sedangkan wewenang hanya merngenai suatu bagian tertentu saja dari kewenangan. 44 Dalam negara hukum, setiap tindakan bagi penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dijalankan berdasarkan adanya suatu kewenangan sebagaimana telah diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maka sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. 45 Secara teoritis kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang- undangan diperoleh melalui tiga cara yaitu : 46 H.D. van WijkWillem Konijnenbelt mendefinisikan delegasi sebagai pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan. Pada delegasi tidak ada penciptaan wewenang, a. Atribusi Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan. Indroharto mengatakan bahwa atribusi ini ditunjukan bagi wewenang yang dimiliki oleh organ pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan kewenangan baru yang dibentuk oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Disini berarti wewenang yang diperoleh melalui atribusi merupakan suatu wewenang asli dan baru sehingga bukan berasal dari suatu kewenangan yang telah ada. b. Delegasi 44 http:www.jdih.bpk.go.idinformasihukumPelimpahan_we2nang.pdf, 26 Agustus 2010. 45 Ridwan. HR, hal. 103. 46 Ibid, hal. 104-105 Universitas Sumatera Utara melainkan hanya ada pelimpahan wewenang dari pejabat yang memperoleh wewenang secara atributif kepada pejabat lainnya. c. Mandat Algemene Wet Bestuursrecht Awb mendefinisikan mandat sebagai pemberian wewenang oleh organ pemerintah kepada organ lainnya untuk mengambil keputusan atas namanya. Penerima mandat mandataris hanya hanya bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat mandans, tanggung jawab akhir keputusan yang diambil mandataris tetap berada pada mandans. 47 Secara formal, kewenangan pemerintah untuk mengatur bidang pertanahan bersumber dari Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kemudian diwujudkan secara kokoh dalam UUPA. Selanjutnya prinsip ini direduksi ke berbagai peraturan organik sebagai peraturan pelaksana dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Presiden, dan peraturan yang diterbitkan oleh pimpinan instansi teknis di bidang pertanahan. 48 Sedangkan secara substansial, kewenangan pemerintah untuk mengatur bidang pertanahan didasarkan pada ketentuan ketentuan Pasal 2 ayat 1 dan 2 UUPA yang menyatakan bahwa pada tingkatan tertinggi negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat memiliki wewenang untuk mengatur dan 47 Ibid, hal. 106-107. 48 M.Yamin dan Abd. Rahim, Op.Cit,I , hal. 1 Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan tanah, termasuk menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang- orang dengan tanah dan juga menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai tanah. Dengan ketentuan tersebut Pemerintah telah diberi wewenang yuridis untuk membuat aturan dan peraturan bestemming dalam lapangan agraria berupa tanah, serta menyelenggarakan aturan tersebut. 49 Pelimpahan wewenang oleh pemerintah kepada pejabatnya di daerah untuk menjalankan fungsi-fungsi terinci disebut dengan dekonsentrasi. Pada dekonsentrasi tersebut wewenang untuk mengurus dilimpahkan oleh pemerintah pusat tetapi wewenang pengaturannya masih tetap di tangan pemerintah pusat. 50 Dekonsentarasi menciptakan kesatuan administrasi atau instansi vertikal untuk mengemban perintah atasan. Kesatuan administrasi atau instansi vertikal tersebut merupakan bawahan dari pemerintah pusat sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh penerima pelimpahan kewenangan daerah adalah atas nama pemberi pelimpahan kewenangan pemerintah pusat dalam wilayah yurisdiksi tertentu. Selain itu, di dalam dekonsentrasi juga tidak terdapat keputusan yang mendasar atau keputusan kebijaksanaan di tingkat daerah. 51 Dasar yuridis pelimpahan wewenang admininistrasi pertanahan adalah berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 4 UUPA. Pasal ini menegaskan bahwa hak menguasai dari negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar 49 Ibid, hal. 1 50 Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Op. Cit, hal. 109. 51 Ibid, hal. 110. Universitas Sumatera Utara diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah. Dalam penjelasan pasal 2 UUPA disebutkan pula bahwa pelimpahan wewenang untuk melaksanakan hak penguasaan dari Negara atas tanah itu dilakukan dalam rangka tugas medebewind atau tugas pembantuan. 52 Tugas pembantuan pada dasarnya adalah tugas melaksanakan peraturan perundang-undangan yang tingkatnya lebih tinggi. Tugas pembantuan sama halnya dengan otonomi, yang mengandung unsur penyerahan, bukan penugasan. Yang membedakan secara mendasar bahwa kalau otonomi adalah penyerahan penuh, maka tugas pembantuan adalah penyerahan tidak penuh. 53 Perihal kewenangan pemerintah bagi penyelenggaraan perumahan diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembangian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah daerah KabupatenKota. Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan Kewenangan yang pelaksanaannnya dapat dilimpahkan kepada pemerintah daerah ditetapkan dalam pasal 2 ayat 2 huruf a UUPA, yaitu wewenang mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan tanah di daerah yang bersangkutan, sebagaiman yang dimaksudkan dalam pasal 14 ayat 2 UUPA yang meliputi perencanaan tanah pertanian dan tanah nonpertanian sesuai dengan keadaan daerah msing-masing. 52 Ibid, hal. 113. 53 Agussalim Andi Gadjong, Op.Cit, hal.91-93. Universitas Sumatera Utara rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Pasal 7 PP Nomor 38 Tahun 2007 menyatakan bahwa pemerintah yang wajib dilimpahkan kepada pemerintah daerah antara lain mengenai perumahan. Namun pelimpahan wewenang ini bukanlah untuk seleuruhnya, melainkan ada pembagian kewenangan yang dilimpahkan dengan rincian yang dimuat dalam lampiran D PP Nomor 38 Tahun 2007. Ketentuan mengenai kewenangan penyelenggaraan perumahan tersebut juga dirinci dalam UU Nomor 1 Tahun 2011. Pasal 19 menyatakan penyelenggaraan rumah dan perumahan dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah danatau setiap orang untuk menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, danatau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Kewenangan pemerintah pusat dalam melaksanakan penyelenggaraan perumahanan antara lain meliputi kewenangan merumuskan, menetapkan, dan mengawasi kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman dan menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman. Kewenangan tersebut dilaksanakan oleh Kementerian Perumahan Rakyat, namun khusus kewenangan dalam administrasi pertanahannya dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional BPN Kewenangan pemerintah provinsi dalam melaksanakan penyelenggaraan perumahanan antara lain meliputi kewenangan merumuskan, menetapkan, dan mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang Universitas Sumatera Utara perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional, menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupatenkota, dan memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. Sedangkan Kewenangan pemerintah kabupatenkota dalam melaksanakan penyelenggaraan perumahanan antara lain meliputi kewenangan menyusun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi pada tingkat kabupatenkota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi, menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupatenkota dalam penyediaan rumah perumahan, dan kawasan permukiman, melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupatenkota, dan melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. Ketentuan dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 dan UU Nomor 1 Tahun 2011 tersebut menuntut adanya pelimpahan kewenangan penyelenggaraan perumahan yang lebih terarah, efektif dan terkoordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Universitas Sumatera Utara BAB III BADAN PELAKSANA PELIMPAHAN KEWENANGAN DI BIDANG PERTANAHAN

A. Perangkat Pelaksana Kewenangan di Bidang Pertanahan