Tinjauan Yuridis atas Kegiatan Pendaftaran Tanah sebagai Wujud Landrefom di Kantor Pertanahan Kota Kisaran

(1)

DAFTAR PUSTAKA a.Buku

H. Ali Achmad Chomaz,S.H. Hukum Agraria Pertanahan Indonesia. ,Prestasi Pustaka.

Harsono, Boedi. 2003. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta : Djambatan.

Siregar, Anshari Tampil. 2007. Pendaftaran Tanah Kepastian Hak. Medan : Multi Grafik

Mukti, Affan. 2006. Pokok-Pokok Bahasan Hukum Agraria. Medan : USU Press.

Siahaan, Marihot Pahala, SE. 2003. Hak-Hak Atas Tanah Dan Bangunan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Wargakusuman,Hasan S.H.,1995.Hukum Agraria 1 .Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Umum

Dalimunte, chadidjah,S.H,M.Hum, 2000, Pelaksanaan Landrefom di Indonesia dan permasalahannya. Medan : Fakultas Hukum USU Press

Parlindungan,Dr.AP.S.H,

Hadjow,Ibuoe,S.H,1984,Buku Tuntunan bagi Penjabat Pembuat Akta Tanah,jakarta:Yayasan Hudaya Bina Sejahtera.

Efendi,Bachtiar,S.H., 1982,Kumpulan Tulisan Tentang Pendaftaran Tanah,Bandung:Penerbit Alumni

Murad,Rusmadi,S.H.,2007,Menyingkap Tabir Masalah Pertanahan,Bandung:Mandar Maju

Dalimunthe,Chadidjah Hj,S.H,1998,Pelaksanaan Landrefom di Indonesia dan Permasalahannya,Medan:Universitas Sumatera Utara

Zaidar,S.H.,M.Hum,2006,Hukum Agraria

Indonesia,Medan:Pusataka Bangsa Pers,Medan


(2)

Siregar,Tampil Anshari,2008,Undang-undang Pokok Agraria dalam Bagan,Medan:Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Parlindungan,DR.AP.S.H,1981,Kapita Selekta HukumAgraria,Bandung:Alumni

Harsono,Boedi.2003,Hukum Agraria

Indonesia,Djambatan,Jakarta,cetakan kesembilan.

B.Undang-Undang

Undang-undang No.2 Tahun 20014 Jabatan Notaris

Undang-Undang No.3 Tahun 2012 Kepala Peraturan Badan Pertanahan Nasional

Undang-undang Pokok Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar-Dasar Pokok Agraria.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

C.Website/Blog Internet

Lihat https://dpcpermahijogja.wordpress.com/tag/tugas-dan-wewenang-notaris-ppat/ ,tanggal 21-11-2015, waktu 13:55.

Lihat http://pelangianggita.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-ppat.html,tanggal 21-11-2015,waktu:14:10


(3)

BAB III

KEBIJAKAN HUKUM LANDREFORM DIINDONESIA

3.1. PENGERTIAN LANDREFOM

Di Indonesia, landreform yang dimaksud tidak sama dengan yang dimaksud di negara komunis. Landreform d inegara Indonesia bukan hanya dalam pengertian politis belaka tapi juga dalam pengertian teknis. Selain itu landreform dilaksanakanbukan hanya untuk kepentingan negara atau golongan tertentu saja, tetapi ditujukanuntuk memberikan kemakmuran bagi rakyatbaik secara individuil maupun bersamadengan cara mengakui adanya hak milik perorangan, sedangkan landreform di negarakomunis adalah semata-mata untuk kepentingan partai.

Secara harfiah istilah landreform berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata“land” yang berarti tanah dan kata “reform” yang berarti perombakan. Oleh karena itu landreform secara sederhana dapat diartikan sebagai perombakan tanah. Akan tetapi dalam konsep landreform yang sesungguhnya tidaklah sesederhana itu, artinya tidak hanya perombakan tanah atau perombakan struktur penguasaan tanah, melainkan perombakan terhadap hubungan manusia dengan tanah,hubungan manusia.

Dalam hubungannya dengan masalah tersebut Beers, menyatakan mendefenisikan perkataan landreform adalahsuatu hal yang membingungkan karena istilah ”land” sendiri dapat diartikan dengan bermacam-macam pengertian tergantung dari disiplin mana orang melihatnya.

Arie Sukanti Hutagalung mengartikan bahwa landreform adalah suatu perubahan yang disengaja dalam suatu sistem land tenure,


(4)

penguasaan hak-hak atas tanah dan lain-lain yang berhubungan dengan tanah.24

P.Parlindungan berpendapat bahwa landreform di Indonesia bukan sekedar membagi-bagikan, ataupun bersifat politis, akan tetapi adalah suatu usaha reformasi hubungan antara manusia dengan tanah yang lebih manusiawi.Pada tulisan yang lain A.P.Parlindungan menyatakan, bahwa di dunia internasional landreform itu mempunyai makna sebagai perubahan hubungan antara manusia dengan tanah, perubahan dan perlindungan terhadap petani penggarap dari tuan tanah atau penghapusan tuan tanah, larangan memiliki tanah pertanian yang luas, larangan absente (guntai) dan penetapan suatu ceiling bagi pemilik tanah.25

Landrefom diartikan sebagai perubahan dasar (perombakan)struktur pertanahan yang berarti bukan sekedar tambal sulam.landrefom meliputi program untuk melakukan tindakan-tindakan yang saling berhubungan satu sama lain,yang bertujuan untuk menghilangkan penghalang-penghalang dibidang sosial ekonomi yang timbul dari kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam struktur pertanahan.26

Budi Harsono menyatakan bahwa landreform meliputi perompakan mengenai kepemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan yang bersangkutan dengan penguasaaan tanah. Ini berarti bahwa nampaknya selama belum dilaksanakannya landreform keadaan pemilikan dan penguasaan tanah di Indonesia dipandang perlu dirubah strukturnya. Lipton dalam salah satu tulisannya mendefinisikan konsep landreform

diartikan sebagai :

“Pengambilan alihan tanah secara paksa,yang biasanya dilakukan oleh

negara,dari pemilik-pemilik tanah yang luas,dengan ganti rugi

24

Lihat : skripsi ira sumaya ,analisa hukum landrefrom sebagai upaya peningkatan pendapatan

ekonomi masyarakat hal:58

25

Lihat : Aneka Hukum Agraria. A.P.Parlindungan. (Bandung : Alumni, 1983). Hal 8. 26 Lihat : Pelaksanaan Landreform di Indonesia dan Permasalahannya. Siapa pengarang.


(5)

sebagian.Dan pengusahaan tanah sedemikian rupa sehingga manfaat dari hubungan antara manusia dengan tanah dapat tersebar lebih merata dari pada sebelum pengambila alihan.

Dalam definisi tersebut landreform mengandung dua makna yaitu pada suatu sisi negara dapat mengambil tanah-tanah yang dikuasai oleh perorangan kemudian membagi-bagikan tanah tersebut (kepada perorangan tentunya) dalam unit yag kecil,dalam hal ini tentunya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.Dalam konteks ini landreform diartikan sebagai distributivisit reform.Pada sisi yang lain tanah-tanah yang telah diambil alih tersebut diusahakan bersama secara kolektif dalam bentuk usaha bersama seperti koperasi atau usaha tani lainnya.

Pengertian landreform dari susdut harfiah:27

Reform artinya perubahan atau perombakan,hervorming,sedangkan land adalah tanah,Landreform artinya perubahan dasar (perombakan) struktur pertanahan,jadi landreform disini dipakai dalam arti perombakan atau perintah dasar dan bukan sekedar perubahan yang berarti tambal sulam atau reformistis.

Pengertian landreform Undang-undang Pokok Agraria (Undang-undang Pokok No.5 Tahun 1960) dan Undang-Undang No.56 Prp Tahun 1960 adalah pengertian dalam arti luas sesuai dengan pengertian menurut rumusan F.,A.O,yaitu Landreform adalah dianggap meliputi suatu program tindakan yanpengunaag saling berhubungan untuk menghilangkan penghalang-penghalang dibidang ekonomi,sosial,yang timbul dari kekurangan-kekuranagan yang terdapat dalam stuktur pertanahan.28

Selain beberapa pandangan tersebut diatas dalam kepustakan agraria sering kali dijumpai istilah “Agraria Reform”selain isitilah landreform.Bahkan kadang-kadang pengunaan istilah tersebut digunakan secara bergantian untuk menunjuk pada konsep yang sama .Kedua istilah


(6)

tersebut sering dipakai secara bergantian dalam diskusi-diskusi yang menyangkut perbaikkan-perbaikkan dan perubahan-perubahan dalam kebijakan pemerintah mengenai tanah pertanian.

Pemakaian reforma agraria digunakannya untuk mengganti istilah landreform dengan pengertian sebagai usaha untuk melakukan perombakan penguasaan tanah.Dalam suatu masyarakat non industri,tanah nencerminkan bentuk dasar dari kemakmuran dan sumber dasar dari perekonomian dan politik. Di sisi lain penguasaan tanah mencerminkan hubungan-hubungan dan susunan-susunan pengelompokkan sosial.Kenyataan ini umumnya dari suatu negara serta kemauan politik pemerintahnya,menentukan pula corak reform yang dilakakukan.Artinya reform agaria dapat dilancarkan dengan titik berat yang berbeda-beda.Ada yang titik beratnya pada pembangunan ekonomi dan dalam hal ini mungkin dalam hal soal redistribusi tanah tidak begitu ditekankan,ada yang menitikberatkan pada perombakan struktur sosial dan asas pemerataan maka soal redistribusi tanah merupakan sasaran utama.

Pandangan yang membedakan-bedakan titik berat itulah yang agaknya membedakan kedua istilah tersebut diatas dipakai secara terpisah.Istilah Landreform dipakai dalam rangka redistribusi tanah.Sedangkan agraria reform digunakan untuk tujuan yang lebih konfresif ,sebab tidak hanya menyangkut masalah redistribusi semata-mata tapi juga menyangkut tindak lanjut dari redistribusi tersebut.

Jika ditinjau dari sudut bahasa,antara landreform dan agraria reform memang mempunyai pengertian berbeda.Berdasarkan perbedaan tersebut ada sementara orang yang dengan sengaja mempertegas atau memisahkan kedua istilah tersebut secara berbauran terutama yang melihat substansi dari program tersebut.Salah satu alasan yang memisahkan kedua istilah tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa agraria reform merupakan konsep yang lebih menyeluruh,dibandingkan dengan istilah landreform.


(7)

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa istilah lendreform dan agraria reform tidak perlu dipertengtangkan.Meskipun indonesia mengunakann istilah landreform bukan berarti pola pelaksanaan landreform tersebut mengikuti/mencontoh kegiaatn yang ada di negara komunis yang biasanya menggunakan istilah tersebut.Diindonesia pelaksanaan landreform berlandaskan kepada pancasila dan UUD 1945 yang terwujud dalam suatu rangkain kegiaatan dalam bidang pertanahan yang bersifat menyeluruh,terpadu,terarah,dan berkesinambungan di dalam penataan pemilikan,penguasaan,pengunaan dan peralihan sehinnga dapat meningkatkan kesejahteraan dalam kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi rakyat secara adil dan mertata.

3.2. Dasar Hukum Landreform

Dalam membicarakan masalah dasar hukum landreform berarti membicarakan landreform baik sebagai suatu kebijakan pertanahan maupun sebagai sub sistem hukum pertanahan.Oleh karena itu dalam pembahasan ini tidak bisa terlepas dari politik agraria (pertanahan) nasional sebagaimana yang terdapat dalam Pancasila dan Undang-undang Pokok agraria.29

a. Pancasila

Konsep keadilan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh artitoles dan para pemikir sesudahnya,demikian juga konsep keadilan sosial yang tercantum dalam sila ke-5 pancasila,memang tidak mudah untuk dipahami,terlebih bila harus dihadapkan pada kasus yang konkrit.

Bagi indonesia sesuai dengan Falsafah Pancasila,maka paling tepat kiranya untuk menerapkan asas keadilan sosial.Keadilan itu sendiri bersifat universal,jauh didalam lubuk hati setiap orang,ada kesepakatan tentang sesuatu yang dipandang sebagai adil dan yang tidak adil itu,


(8)

Dalam pengertian keadilan itu,pada umumnya diberi arti sebagai keadilan “membagi”atau “distributive justice “ yang secara sederhana menyatakan bahwa kepada setiap orang diberikan bagian atau haknya sesuai dengan kemampuan atau jasa dan kebutuhan masing-masing.Namun perlu dipahami bahwa keadilan itu bukanlah hal yang statis,tetapi sesuatu proses yang dinamis dan senantiasa bergerak diantara berbagai faktor,termasuk equality atau persamaan hak itu sendiri.

b. Undang-undang Dasar 1945

Secara konstitusioanal pengaturan masalah perekonomian didalamnya termasuk ekonomi sumber daya alam (SDA) di Indonesia telah diatur di dalam UUD 1945.Hal tersebut dapat kita lihat dalam pasal 33 UUD 1945 yang selengkapnya berbunyi :

Ayat(1)

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan

Ayat(2)

Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara

Ayat(3)

Bumi,Air,dan Kekayaan Alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemamkmuran rakyat Ayat(4)

Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,efesien dan berkeadilan,berkelanjutan,berwawasan lingkungan,kemandirian,serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional


(9)

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.30

Selanjutnya dalam pasal 33 tersebut dijelaskan bahwa :

“Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi produksi dikerjakan oleh semua,untuk semua dibawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat.Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-perseorangan.Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha berdasarkan atas asas kekeluargaan.Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi”

Pada Alinea berikutnya disebutkan :

Perekonomian berdasarkan atas demokrasi ekonomi,kemakmuran bagi semua orang.Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup orang banyak dikuasai oleh negara.Kalau tidak tampuk produksi akan jatuh ketangan orang seorang yang berkuasa dan rakyat yang bbantak ditindasnya.”

Berdasarkan ketentuan pasal 33 tersebut nampak jelas bahwa dalam rangka meningkatkan kemakmuran rakyat peranan negara sangat diperlukan.Ikut campurnya negara dalam urusan kesejahteraan rakyat sebagaimana ketentuan dimaksud mengindikasikan bahwa dalam konstitusi kita dianut sistem negara welfarestate.Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa masalah ekonomi,bukan hanya monopoli ekonomi yang didasarkan pada mekanisme pasar semata-mata tetapi juga diperlukan peranan negara,terutama yang berkaitan dengan bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak.

Khusus mengenai pembangunan hukum agraria dalam UUD 1945 diatur dalam pasal 33 ayat 3 yang menyebutkan :


(10)

“Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.”

Lebih lanjut pengatruran masalah agraria yang didalamnya termasuk dalam pertanahan diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960,dengan demikian secara historis dapat dijelaskan bahwa sebenarnya upaya pengaturan pertanahan (yang didalamnya terdapat program landreform) di indonesia telah dimulai sejak indonesia memproklamasikan kemerdakaanya.

c.Landreform dalam Undang-undang Pokok Agraria (UUPA)

Sebagaimana yang disinggung dimuka,Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 itu telah dijabarkan lebih lanjut didalam pasal 2 ayat 2 dan 3 Undang-undang nomor 5 Tahun 1960 (UUPA) terutama tentang pengertian

“dikuasai negara”yaitu memberi wewenang negara untuk :

a) Menagtur,dan menyelenggarakan

peruntukan,pegunaan,persediaan,dan pemeliharaan bumi,air,dan ruang angkasa tersebut

b) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi,air,dan ruang angkasa

c) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatn-perbuatan hukum yang mengenai bumi,air dan ruang angkasa 31

Wewenang harus digunakan untuk mencapai kemakmuran rakyat dan memberikan keadilan,kesejahteraan bagi masyarakat luas pada umunya.

Payung bagi pelaksanaan Landreform di indonesia adalah UUPA undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960) dan UUPBH (Undang-undang Perjanjian Bagi Hasil,UU No.2 Tahun 1960).Diperlukan waktu 12 Tahun,sejak tahun 1948 ketika panitia persiapan dibentuk,untuk


(11)

menghasilkan kedua undang-undang tersebut.Dengan lahirnya Undang-undang Pokok Agraria atau UUPA maka UUPA menempati posisi yang strategis dalam sistem hukum nasional indonesia,karena UUPA mengandung niali-nilai lerakyatan dan amnat untuk menyelenggarakan hidup dan kehidupan yang berprikemanusiaan dan berkeadilan sosial.Nilai-nilai tersebut dicerminkan oleh :

1) Tanah dalam tarapan dalam tinggi dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat

2) Pemilikan/penguasaan tanah yang berkelebihan tidak dibenarkan 3) Setiap warga negara yang memiliki/menguasai tanah diwajibkan

mengerjakan sendiri tanahnya,menjaga dan memelihara sesuai dengan asas kelestarian kulaitas lingkungan hidup dan prosuktivitas sumber daya alam

4) Hukum adat atas tanah diakui sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan32

Dalam lingkupnya dengan masalah landreform ketentuan tersebut diatas mengisyaratkan meskipun UUPA menagkui adanya tanah kepemilikan tanah secara perseorangan,tetapi perlakuan terhadap hak-hak tersebut harus memperhatikan kepentingan masyarakat,dan ini merupakan kewajiban bagi pemegang hak tersebut.Hal ini tentunya sesuai dengan prinsip-prinsip landreform sebagaimana yang tercantum antara lain dalam pasal 7,10,dan 17 UUPA.

Pasal 7 UUPA :

“Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan

tanah ya€ng melampui batas tidak diperkenankan.” Pasal 17 UUPA menyatakan :

(1)Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 7 maka untuk mencapai tujuan yang diamksud dalam pasal 2 ayat (3) diatur luas maksimum atau


(12)

minimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam pasal 16 0leh satu keluarga atau badan hukum.

(2)Penetapan batas maksimum termasuk dalam ayat (1) pasal ini dilakukan dalam peraturan perundang-undangan di dalam waktu yang singkat

(3)Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud dalam ayat (2) pasal ini diambil oleh pemerintah dengan ganti kerugian,untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah

Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini,yang akan ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan,dilaksanakan secara berangsur-angsur.

Pasal 10 menyatakan :

(1)Setiap orang dan badan hukum yang mempunayi sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif,dengan mencegah cara-cara pemerasan.

(2)Pelaksanaan dari pada ketentuan dalam ayat (1) ini akan diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan

(3)Pengecualian terhadap asas tersebut pada ayat (1) pasal ini diatur dalam peraturan perundangan

Agar supaya ketentuan tersebut dapat dilaksanakan perlu dilakukan ketentuan-ketentuan batas maksimum (ceiling) penguasaan tanah pertanian oleh suatu keluarga petani.Adanya pembatas maksimum itu adalah untuk menghindari terjadinya penguasaan tanah yang sangat luas,sementara orang lain hanya menguasai tanah yang sangat sempit,bahkan tidak mempunyai tanah sama sekali (tunakisma).Oleh karena itu pengaturan mengenai penguasaan tanah yang melampui batas adalah merupakan suatu hal yang sangat logis.Dalam UUPA hal tersebut diatur dalam pasal 7 dan pasal 17 sebagaimana telah disebutkan diatas Lebih lanjut dikatakan


(13)

bahwa secara ekonomi penguasaan tanah yang luas akan sangat menguntungkan,yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan bagi pemiknya,juga merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat dan negara dibandingkan apabila tanah tersebut dikuasai oleh orang banyak dengan luasan yang sangat sempit.Demikian juga dalam hal pengelolannya dapat dilakukan dengan efesien dengan mengunakan teknologi modern,karena biasanya para pemilik tanah yang luas kemingkinan memperoleh fasilitas kredit,dan penguasaan modal cukup baik,sehingga yang diuntungkan terhadap penguasaan tanah yang besar tersebut hanya sekelompok-sekelompok orang yang mempunyai tanah yang luas,sedangkan bagi petani kecil justru sebaliknya,bahkan bagi petani yang mempunyai lahan yang sempit dalam pengelolaan tanah tersebut ada kecenderungan minus.

3.2.1 Tujuan Landreform

Secara umum tujuan landreform adalah :33 a.Tujuan sosial ekonomi

1.Memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat dengan memperkuat hak milik serta memberi isi fungsi sosial pada hak milik

2.Memperbaiki produksi nasional,khususnya sektor pertanahan,guna mempertinggi pengahsilan dan taraf hidup rakyat

b.Tujuan Sosial Politik

1.Menghapus sistem tuan tanah dan penguasaan (pembelian) tanah yang luas

2.Mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani berupa tanah dengan maksud agar pembagian hasil yang adil pula

c.Tujuan Mental Psychologis


(14)

1.Meningkatkan kegairahan kerja bagi para petani dengan jalan memberikan kepastian hukum mengenai pemilikan tanah

2.Memperbaiki hubungan kerja antara pemilik tanah dan penggarapnya Ketentuan Landreform dalam UUPA dapat dilihat dari beberapa pasal

dibawah ini :34 1.Pasal 6 UUPA

“Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial” 2.Pasal 7 UUPA

“Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah yang melampui batas tidak diperkenankan” 3.Pasal 10 ayat (1) UUPA

“Setiap orang dan Badan Hukum yang mempunyai hak atas tanah

diwajibkan mengerjakan sendiri secara aktif dengan mencegah cara-cara pemerasan”

4.Pasal 11 UUPA

“(1).Hubungan hukum antara orang, termasuk badan hukum daengan bumi,air dan ruang angkasa serta wewenang yang bersumber pada hubungan hukum akan diatur agar tercapai tujuan yang disebut dalam pasal 2 ayat (3) dan dicegah penguasaan atas kehidupan pekerjaan orang lain yang melampui batas.

(2).Perbedaan dalam keadaan masyarakat dan keperluan hukum golongan rakyat-rakyat dimana perlu dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional yang diperhatikan dengan menjamin perlindungan terhadap kepentingan ekonomi lemah

5.Pasal 12 Ayat (1) UUPA

“Segala usaha bersama dalam lapangan agraria didasarkan atas kepentingan bersama dalam rangka kepentingan nasioanl,dalam bentuk koperasi atau bentuk gotong royong lainnya”

34 Ibid hal 81


(15)

6.Pasal 13 UUPA

1.Pemerintah berusaha agar supaya usaha-usaha dalam lapangan agraria diatur sedemikian rupa,sehingga meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat

2.Pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam lapangan agraria dan organisasi –organisasi dan perseorangan yang bersifat monopoli swasta.

7.Pasal 17

(1).Dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 17 maka untuk mencapai tujuan yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) diatur luas maksimum/minimum tanah yang boleh dipunyai dengan suatu hak tersebut dalam pasal 16 oleh 1 keluarga atau badan hukum

(2).Penetapan batas maksimum dalam ayat (1) pasal ini dilakukan dengan peraturan perundang-undangan didalam waktu singkat (3).Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum

termasuk dalam ayat (2) pasal ini diambil oleh pemerintah dengan ganti rugi untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkannya menurut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah. (4)Tercapainya batas maksimum termasukd dalam ayat (1) pasal ini

ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

Jika diperhatikan anatara pasal 7 dan Pasal 17 terdapat hubungan yang erat,jika pasal 7 melarang menguasai tanah yang melampui batas (Larangan Latifundia) maka pada Pasal 17 menegaskan tentang akan diaturnya suatu peraturan perundang-undangan tentang berapa sebenarnya batas maksimum tanah yang dapat dimiliki oleh seseorang(ceiling) .


(16)

penguasaan tanah khusus ditujukan kepaada tanah pertanian saja sedangkan untuk tanah bangunan tidak ada disebutkan.Namun mengingat semakin banyaknya tanah-tanah yang dikuasai oleh badan-badan hukum atau sekelompok badan hukum terutama berdasarkan lokasi yang tidak dimanfaatkan dengan baik,maka dirasa perlu membatasi pengusaan tanah tersebut.

Disamping batas maksimum yang diperbolehkan Pasal 17 juga menyebutkan tentang batas minimum.Jika pada batas minimum disebutkan,bahwa kelebihan maksimum penguasaan tanah pertanian,akan diambil oleh Pemerintah dan dibagi-dibagikan kepada rakyat yang membutuhkannya.Hal ini berarti Pemerintah secara berangsur-angsur mengusahkan agar setiap orang menguasai tanah seluas minimum yang ditetapkan.

Notonegoro,menyebutkan bahwa ada beberapa keberatan tentang kepemilikan tanah yang sangat luas,yaitu :

1.Lebih banyak orang yang dikesampingkan

2.Golongan yang mempunyai tanah sedikit banyaknya yang mempunyai pengaruh terhadap orang-orang yang tidak punya 3.Dengan pemilikan tanah yang cukup luas,maka kemungkinan tanah

itu akan digunakan sesuka hatinya sehingga pengunaanya kurang baik

4.Dengan adanya warisa maka kemungkinan tanah akan jatuh kepada orang tertentu kemungkinan minatnya kurang terhadap tanah.

Oleh karena itulah Pemerintah menetapkan bahwa pembatasan luas tanah secara maksimum itu ditujukan khusus tanah-tanah pertanian tanaman pangan.Untuk tanah-tanah perkebunan yang diusahakan dengan Hak Guna Usaha yang membutuhkan lahan luas dikecualikan dari larangan penguasaan tanah yang melampui batas.

Pembatasan ceiling yang disebutkan dalam pasal 17 UUPA dapat dilihat dalam suatu ketentuan perundang-undangan yaitu


(17)

Undang-undang Nomor 56 Tahun 1960, yang dalam Pasal 1 ditetapkan bahwa penetapan ceiling atas tanah didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

1.Kepadatan Penduduk 2.Jenis Tanah

3.Jumlah anggota keluarga 7 orang 4.Pegawai Negri

Pasal 8 Peraturan Pemerintah No.224 Tahun 1961 menentukan tanah-tanah landreform akan dibagikan dengan hak milik pada para petani menurut prioritas sebagai berikut :

a.Penggarap yang mengerjakan tanah yang bersangkutan

b.Buruh tani tetap pada batas pemilik yang mengerjakan tanah yang bersangkutan

c.Pekerja tetap pada bekas pemilik tanah yang bersangkutan d.Penggarap yang belum sampai 3 tahun mengerjakan tanah yang

bersangkutan

e.Penggarap yang mengerjakan tanah hak milik

f.Penggarap tanah-tanah yang oleh Pemerintah diberi peruntukkan lain berdasarkan Pasal 4 ayat (2dan3)

g.Penggarap yang tanah garapannya kurang dari 0,5Ha h.Pemilik yang luas tanahnya kurang 0,5Ha

i.Petani atau buruh lainnya35

Dari ketentuan Pasal 8 PP No.24 Tahun 1961 ini jelaslah bahwa tanah-tanah objek landreform akan diberikan kepada para petani yang yang telah ditettapkan dengan suatu kriteria tertentu.Pemilik asal tidak dapat begitu saja mengalihkan tanah kelebihan tersebut kepada orang yang dikehendakinya kecuali untuk tanah absente yang masih diberi kesempatan dalam jangka waktu 6 bulan kepada orang yang memenuhi syarat.


(18)

3.3 UUPA Sebagai Induk Landreform

UUPA selain merupakan politik hukum pertanahan yang baru bagi bangsa indonesia, juga merupakan suatu titik tolak perombakan struktur pertanahan yang disebut landreform.Diindonesia hal mana dapat dilihat mulai dari konsideran sampai pasal 19 UUPA,yang berarti bahwa berbagai undang-undang atau peraturan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan landreform tidak boleh keluar dari sistematika yang dikembangkan oleh UUPA.

A.P Perlindungan dalam Komentar Atas Undang-undang Pokok Agraria (1991:66),menyatakan,UUPA itu sebagai induk dari landreform Indonesia, dalam pengertian bahwa ketentuan-ketentuan pokok berbagai obyektif landreform indonesia yang bersusaian dengan issue yang bersifat internasional sudah diatur di dalam UUPA.Secara khusus terdapat pada pasal 7,10,11,13,15,17,dan 53 UUPA serta penjelasan-penjelasannya 36

Pasal 77 UUPA

“Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah yang melampui batas tidak diperkenankan”

Penjelasan Umum II(7) UUPA

Pasal 7 memuat suatu azas yang penting yaitu bahwa pemilikan dan penguasaan tanah yang melampui batas tidak diperkenankan karena hal yang demikian itu adalah merugikan kepentingan umum.”

Penjelasan pasal 7 UUPA menyatakan bahwa azas tersebut

menegaskan dilarangnya “groot-grondbezit.”Soal pembatasan itu diatur

lebih lanjut dalam pasal 17 UUPA.Terhadap azas ini tidak ada pengecualiannya.

3.4. Ladreform Dalam Rangka Pembangunan Hukum Agraria Nasional.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa sebagai acuan hukum pembangunan agraria yang didalamnya termasuk tanah adalah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Agraria (UUPA).


(19)

Selanjutnya disebutkan bahwa yang menjadi tujuan pokok dari UUPA tersebut adalah:

a.Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional,yang merupakan alat yang akan membawakan kemakmuran,kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat,terutama rakyat tani dalam rangka masyarakat adil dan makmur

b.Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan

c.Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya

Perlunya pengaturan mengenai landreform di Indonesia Perlunya pengaturan landreform di Indonesia telah di mulai sejak lama yang kemudian terwujud dalam UUPA tahun 1960. Dengan demikian sampai saat ini sudah berlangsung hampir empat puluh tahun lebih. Selama kurun waktu tersebut harus di akui telah banyak terjadi perubahan-perubahan di dalam masyarakat. Oleh karena itu kondisi-kondisi pada tahun dimana perlunya pengaturan masalah landreform pada masa itu tentunya sudah mengalami perubahan pada masa sekarang.

Terdapat beberapa hal yang perlu difikirkan dalam pelaksanaan landreform kedepan yaitu :37

a. Luas Maksimum dan Minimum Penguasaan Tanah

Dalam ketentuan UUPA pasal 17 telah disebutkan bahwa dengan mengingat ketentuannya maka untuk mencapai sebesar besar kemakmuran rakyat maka perlu ditentukan luas minimum dan maksimal tanah yang boleh dipunyai sesuatu hak sebagaimana tersebut dalam pasal 16 UUPA oleh suatu keluarga atau badan hukum. Khusus mengenai tanah pertanian pengaturan luas maksimum dan minimum tersebut diatur dalam Undang-Undang No 56 Prp tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah pertanian.Oleh karena kiranya


(20)

dalam penentuan batas minimum kepemilikan tanah pertanian bagi suatu keluarga hendaknya ditentukan atas dasar pertimbangan ekonomis dengan memperhatikan kondisi penduduk (rumah tangga petani) dan kondisi tanah saat ini, serta prediksi dimasa yang akan datang. Dalam penentuan tersebut tentunya sebelum dilakukan pengaturan perlu adanya suatu studi yang sifatnya konprehensif, dengan melibatkan berbagai pihak.

b. Larangan absente

Pemilikan tanah secara absente dipahami sebagai suatu kepemilikan tanah pertanian yang pemiliknya berada diluar kecamatan yang berbeda dengan lokasi tanah pertanian dimaksud. Adanya ketentuan merupakan implementasi dari ketentuan pasal 10 UUPA yang mana setiap orang dan badan hukum yang mempunyai suatu hak atas tanah pertanian pada asasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemerasan.

Larangan absentee ini kemudian diatur lebih lanjut dengan peraturan Pemerintah No 224 tahun 1961 tentang Pembagian tanah dan pemberian ganti kerugian.


(21)

BAB IV

TINJAUAN YURIDIS ATAS KEGIATAN PENDAFTARAN

TANAH SEBAGAI WUJUD LANDREFOM DIKANTOR

PERTANAHAN KISARAN

4.1Program Kantor Badan Pertanahan Kisaran

Pelaksanaan program Kantor Badan Pertanahan dilakukan atas sarana dari Pemerintah dimana sama halnya tertuang dalam PP No.24 Tahun 1997 yang menyatakan untuk melakukan pendaftaran tanah secara serentak dan menyeluruh secara merata keseluruh daerah yang sudah terdaftar atau belum terdaftar untuk didaftarkan tanahnya.Pendaftaran tanah bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah,satuan rumah susun dan hak-hak lain yag terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan, maka dari itu

pendaftaran dilaksanakan berdasarkan asas

sederhana,aman,terjangkau,mutakhir, dan terbuka berdasarkan pasal 2 PP Undang-undang No.24 Tahun 1997.

Dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah sesuai pasal 5 No. 6 Tahun 1960, tugas pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan,kecuali kegiatan-kegiatan tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah atau perundang-undangan yang bersangkutan ditugaskan kepada pejabat lain,dan dalam melaksanakan pendaftaran tanah,Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah dan peraturan perundang-undangan.

Program yang dilaksanakan Badan Pertanahan Kisaran disertai dengan kegiatan,dimana kegiatan tersebut dilakukan secara rutin dan programnya meliputi pendaftaran dan perubahan data.Sedangkan dalam program Badan Pertanahan Kisaran dananya berasal dari Pemerintah, yang mana


(22)

semua pelaksanaanya dilaksanakan berdasarkan PP No.24 Tahun 1997. Pelaksanaan program Badan Pertanahan di Kisaran ada beberapa hal, antara lain : Prona,PPAN(Program Pembangunan Agraria Nasional),dan Pendaftaran Tanah yang dibiayai oleh instansi tanah sektoral oleh tanah pertanian. Untuk Prona..., sedangkan PPAN ada 1500 pelaksanaanya, Persertifikatan lintas tanah sektoral dari Pertanian ada 100 pelaksanaanya,dan semua program Kantor Pertanahan Kisaran Tahun 2015 sebanayak 4100 pelaksanaanya.38

Pelaksanaan pendaftaran tanah kota kisaran ada, yakni sebagai berikut : 1. Pendaftaran tanah pertama kali secara rutin, dimana kegiatan

pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961,dan dilaksanakan secara sporalis atas permohonan yang bersangkutan dan biaya dari yang bersangkutan,aparat menunggu untuk mendaftarkan tanahnya.

2. Pemeliharaan data pendaftaran tanah dimana kegiatan tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendafataran,daftar tanah,daftar nama,surat ukur,buku tanah,dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian, serta data yuridis berupa mutasi hak dan peralihan hak,sedangkan dalam data fisik berupa pemecahan,penngabungan,dan pemisahan agar tidak terjadi perubahan data yang berulang-ulang.

Dalam pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA menyatakan bahwa akhir kegiatan pendaftaran tanah yang diadakan oleh Pemerintah adalah pemberian surat tanda bukti hak,yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.UUPA tidak menyebutkan nama surat tanda bukti hak atas tanah yang terdaftar.Pasal 13 ayat (3) Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961 dinyatakan bahwa surat tanda bukti hak atas tanah yang didaftar dinamakan sertfikat,yaitu salinan buku tanah dan surat ukur setelah

38

Berdasarkan sumber wawancara dengan Bapak Abdul Rahim Lubis, S.H, MKn, Kepala Kantor Badan Pertanahan Kisaran.


(23)

menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya ditetapkan oleh Mentri Agraria.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya menghasilkan surat tanda bukti hak,yang berupa sertipikat,dengan diterbitkannya sertifikat dalam kegiatan pendaftaran tanah pertama kali adalah agar pemegang hak dengan mudah dapat membuktikan bahwa dirinya sebagai pemegang haknya .Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pmegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah.

Pihak yang menerima penyerahan sertifikat yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota,yaitu:

a. Untuk hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang dipunyai oleh satu orang,sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau kepada pihak lain yang dikuasakan olehnya.

b. Untuk tanah wakaf,sertifikat diserahkan kepada Nadzirnya atau pihak lain yang dikuasakan olehnya.

c. Dalam hal pemegang hak sudah meninggal dunia,sertifikat diterimakan kepada ahli warisnya atau salah seorang warsis dengan persetujuan para ahli waris yang lain.

d. Untuk hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun kepunyaan bersama beberapa orang atau badan hukum diterbitkan satu sertifikat,yang diterimakan kepada salah satu pemegang hak bersama atas penunjukkan tertulis para pemegang hak bersama yang lainnya.

Sifat pembuktian sertipikat sebagai tanda bukti hak disebutkan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA,yaitu sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat,yaitu data fisik dan data yuridis yang dimuatnya dalam sertipikat dianggap benar sepanjang tidak


(24)

sertipikat atau selain sertipikat.Berdasarkan sifat pembuktian ini,pihak yang merasa dirugikan atas diterbitkannya sertipikat dapaat mengajukan Gugatan kepengadilan.

Program Badan Pertanahan Kisaran pada dasarnya sama dengan program Badan Pertanahan Nasional pada umumnya dimana tertera dalam Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No.4 Tahun 2006 Tentang Penetapan Formasi Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk membuat Akta tanah dengan permohonan dari pihak yang bersangkutan agar mendapatkan kepastian hukum dan dapat dibuktikan dalam pengadilan bahwa tanah tersebut memang miliknya.

Dari tabel dibawah dapat dilihat tanah-tanah yang terdaftar diKota Kisaran :


(25)

(26)

4.2 Peranan Pendaftaran Tanah sebagai Wujud landrefrom

Tanah pada umumnya mempunyai banyak fungsi diamana semua manusia membutuhkan tanah untuk bertahan hidup dan untuk mencari penghasilan sehari-hari untuk kebutuhan hidup,sehingga banyak orang yang memanfaatkan tanah sebagai lahan untuk membuka usaha seperti perumahan susun,perikanan,perkebunan,dan pertanian sebagai sumber penghasilan,untuk itu perlu didaftarkannya tanah tersebut untuk mendapatkan kepemilikan sebagai pemegang hak milik atas tanah,juga mendapatkan kepastian hukum dengan dikeluarkannya sertifikat tanah sebagai jaminan dalam peradilan.

Dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 Pasal 3 menyebutkan bahwa Pendaftaran Tanah bertujuan untuk ;

1. .Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah,satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

2. .Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang dipergunakan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

3. .Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.”

Dari penjelasan diatas tujuan dan sistem yang digunakan,pada hakikatnya sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Pokok Agraria,yaitu bahwa pendaftaran tanah diselengarakan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan dan bahwa sistem publikasinya adalah sistem negatif,tetapi yang mengandung unsur positif karena akan menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat seperti dalam pasal 19 ayat (2) huruf c,pasal 23 ayat (2) dan pasal 32 ayat (2).


(27)

Undang-Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 meletakkan kembali dasar-dasar hukum pertanahan di Indonesia,dalam artian sempit telah memberikan arahan tentang hukum Agraria di Indonesia,dimasa-masa yang akan datang dan untuk penyusaian hukum Agraria tersebut kepada UUPA ada beberapa tindakan.

Dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 dan Undang-Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 dalam melaksanakan Pendaftaran sama-sama bertujuan untuk mendapatkan kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan Pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur oleh undang-undang.Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) UUPA meliputi:

1. Pengukuran,perpetaan,dan pembukuan tanah

2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut 3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak,yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat .

Peranan Pendaftaran Tanah Sebagai Wujud Landerform,landreform disebut sebagai perombakan terhadap tanah yang merupakan hubungan tanah dengan manusia dimaksudkan agar tanah tersebut terstruktur dan tidak ada penguasaan yang berlebihan terhadap tanah,agar semua masyarakat mendapatkan tanah yang adil sesuai ketentuan yang sudah ada dalam undang-undang yang berlaku.

Dalam hal yang menyangkut untuk mewujudkan pembagian tanah secara merata dan menyeluruh untuk memberikan kesejahteraan pada masyarakat untuk mengelola tanah mereka sendiri,maka dibuat peraturan tentang larangan penguasaan tanah yang berlebihan,mengenai obyek landrefrom diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 dan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 bahwa objek landrefrom larangan pemilikan tanah diluar batas,larangan absente,redistribusi,penetapan gadai tanah,penetapan luas minimum, perlindungan bagi hasil dan ditambahkan oleh A.P.Parlindungan S.H.pendaftaran tanah juga termasuk obyek


(28)

landrefrom dimana juga termasuk didalamnya percetakan sawah,dan transmigrasi.

Landrefrom terbagi dua diantaranya akses accept dan akses refrom,akses accept merupakan bagian dari pendaftaran tanah sebagai obyek landrefrom,dimana tujuan landreform memberikan kemakmuran kepada rakyat diwujudkan dalam pendaftaran tanah,karena akan memberikan kepastian hukum.Kepada masyarakat yang subyek dan obyek haknya kepastian hukum tesebut akan memberikan keamanan dalam berusaha baik dalam pertanian maupun non pertanian akan aman tidak ada gangguan dari pihak mana pun karna sudah adanya kepastian hukum yang diberikan dengan didaftarkannya tanah.Dengan tidak adanya gangguan dari pihak manapun untuk menjalankan usaha dan akan mencapai kesejahteraan karn ada rasa nyaman dan tidak ada gangguan dalam berusaha karna sudah didaftarkannya tanah dan mendapatakan kepastian hukum sebagai pemegang hak atas tanah yang dimiliki.

Landrefrom diindonesia tidak sama dengan landrefrom dinegara komunis.ladrefrom indonesia bukan hanya dalam pengertian politis belaka,tapi juga merupakan tekhnis,selain itu landrefrom dilaksanakan bukan hanya untuk kepentingan negara atau golongan tertentu saja,tetapi ditujukan untuk memberikan kemakmuran bagi rakyat baik secara individual maupun bersama dengan cara mengakhiri hak milik perorangan.

Dalam hal pelaksanaan Pendaftaran Tanah sebagai wujud Ladrefrom ,dimana setelah keluarnya sertifikat tanah, maka sertifikat tanah yang diberikan dapat dijadikan sebagai jaminan hak tanggungan untuk dapat membuka suatu usaha dengan modal pinjaman dari bank yang pada dasarnya akan mendapatkan kesejahteraan dengaan diberikannya kepastian haukum dan sertifikat sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah.

Tanah-tanah yang diambil oleh negara yang terkena obyeklandrefrom,akandiberikan ganti rugi kepada pemiliknya berupa uang simpanan di Bank Koperasi Tani dan Nelayan sisanya dalam bentuk surat Landrefrom.Uang mana oleh pemilik tanah suatu waktu dapat diambil dengan


(29)

ketentuan harus setahun setelah tanah tersebut dibagi-bagi.Sesuai dengan prioritas yang telah ditentukan,maka kepada calon yang akan menerima reditribusi harus memenuhi syarat umum,yaitu berkewarganegaraan Indonesia bertemapt tinggal di kecamatan.

Kepada pemilik tanah yang tanahnya terkena obyek landrefrom akan diberikan ganti rugi.Besarnya ganti rugi ditetapkan atas dasar perhitungan hasil bersih rata-rata selama 5 Tahun terakhir yang ditetapkan tiap hektarnya ,menurut golongan kelasnya kepada bekas pemilik tanah yang harus dikaitkan dengan penyelesaian anggaran Pemerintah,maka dengan Keputusan Badan Pertanahan Nasional No.4 Tahun 1992 tentang Penyelesaian Harga Ganti Rugi Tanah Kelebihan Maksimum dan Absente,ditetapkan besarnya ganti rugi yang diberikan setingi-tingginya Rp.3.500.000(Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)per-ha.Apabila harga umum setempat lebih rendah dari besarnya ganti rugi maksimum maka yang dipakai adalah harga umum setempat.

Wujud Landrefrom dari Pendaftaran Tanah dikisaran untuk mendapatkan kepastian hukum dan perlindungan hak,landrefrom juga memberikan tanah kepada yang berhak untuk mendapatkan tanah yang adil dan merata yang diatur dalam penetapan batas-batas bidabg tanah dalam pasal 17 UUPA No.5 Tahun 1960 untuk tidak ada lagi penguasaan tanah yang melampui batas sehingga banyak tanah yang terlantar karna tidak mampunya menguasai tanah yang besar,dan banyaknya juga yang hanya mendapatkan sedikit lahan ataupun tidak dapat memiliki lahan,karna adanya pemilikan tanah yang melampuin batas ukur tanah.

Untuk Penetapan Batas Bidang-bidang Tanah diatur dalam UUPA No.5 Tahun 1960,pasal 17 agar tidak ada lagi penguasaan tanah secara berlebihan maka meliputi:

1. Untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah,bidang-bidang tanah yang akan dipetakan diukur,setelah ditetapkan letaknya,batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas disetiap sudut bidang tanah yang bersangkutan


(30)

2. Dalam penetapan batas bidang tanah pada pendaftaran secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik diupayakan pemetaan batas bersdasarkan kesepakatan para pihak yang berkepentingan

3. Penempatan tanda-tanda batas termasuk pemeliharaanya wajib dilakukan oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan

4. Bentuk,ukuran dan teknis penempatan tanda batas ditetapkan oleh Mentri. Dengan adanya peraturan tentang Penetapan pada bidang Batas Tanah terhadap penguasaan tanah yang melampui batas ukur akan disesuaikan dengan penetapan batas tanah pada umumnya,agar tidak banyak tanah yang terlantar dan menyebabkan banyaknya juga yang tidak mendapatkan tanah disebabkan banyaknya tanah yang terlantar.Pasal 18 ayat (1) UUPA No.5Tahun 1960 menyatakan:”Penetapan batas bidang tanah yang sudah dipunyai dengan suatu hak yang belum terdaftar atau yang sudah terdaftar tetapi belum ada surat ukur/gambar situasi yang ada tidak sesuai lagi dengan keadaan yang sebenarnya,dilakukan oleh Panitia Adjukasi dalam Pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik,berdasarkan penunjukkan batas oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dan sedapat mungkin disetujui oleh para pemegang hak atas tanah yang bersangkutan”.

4.3 Pelaksanaan Landrefrom di Kisaran

Pelaksanaan Landrefrom dikisaran dalam wawancara dengan Kepala Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah,mengatakan bahwa pelaksanaan landferfrom tidak lagi berjalan lanacar,karna adanya perubahan dalam sistem Pemerintahan yang berubah dan pembagian tanah yang tidak merata,sehingga banyak yang para petani yang mendapatkan lahan sedikit,bahkan tidak ada sama sekali.Seharusnya Pemerintah harus memperhatikan masyarakat yang membutuhkan,padahal tanah sebagai sumber penghasilan dimana untuk kelangsungan hidup sehari-hari dalam membuka suatu usaha.


(31)

1) Pemerintah berusaha agar supaya usaha-usaha dalam lapangan agraria diatur sedemikian rupa,sehingga meninggikan produksi kemakmuran rakyat sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) serta menjamin bagi setiap warga negara Indonesia derajat hidup yang sesuai dengan martabat manusia,bagi diri sendiri maupun keluarganya.

2) Pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam lapangan agraria dan organisasi-organisasi dan perseorangan yang bersifat monopoli swasta 3) Usaha-usaha Pemerintah dalam lapangan agraria yang bersifat monopoli

hanya dapat diselenggarakan dengan kitab Undang-undang.

4) Pemerintah berusaha untuk memajukan kepastian dan jaminan sosial termasuk bidang perburuan dalam usaha-usaha di lapangan agraria.

Dalam ketentuan Pasal diatas bahwa tanah harus dibagikan secara merata tanpa adanya kerugian,dengan mengingat ketentuan dalam pasal 17 yang mana untuk mencapai tujuan yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (3),maka diatur luas maksimum dan minimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak tertentu dalam pasal 16 oleh suatu keluarga atau Badan Hukum.Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan peraturan perundang-undangan.Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas-batas maksimum diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian dan dibagi-bagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah.

Dalam Penjelasan umum pada Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan pembagian tanah dan pemberian ganti rugi

disebutkan;”Tanah-tanah yang akan dibagi-bagikan itu tidak hanya

terbatas pada tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum tetapi juga tanah-tanah yang pemiliknya berada di luar kecamatan,juga tanah-tanah swapraja dan bekas swapraja dan lain-lain tanah yang langsung berurusan dengan negara‟‟.

Dalam hal ini kasus landrefrom dalam pendaftaran tanah dikisaran terjadi karena adanya perubahan Pemerintah yang membagi-bagikan tanah secara


(32)

berlebihan.Seharusnya tanah-tanah yang dibagikan harus sesuai dengan ukuran dan batas lahan yang sudah ditentukan dalam undang-undang yang menetapkan batas dalam penguasaan tanah,banyaknya penguasan tanah yang berlebihan karna tidak ada lagi kewajiban dalam melaporkan ke Badan Pertanahan berapa luas ukuran taanh yang dimiliki.

Kurangnya perhatian Pemerintah dalam hal pembagian tanah yang merata pada orang yang membutuhkan tanah sebagai sumber penghasilan dalam menjalankan suatu usaha,membuat juga banyaknya orang yang menguasai tanah secara berlebihan dan tidak sesuai dengan batas ukur yang ditetapkan.Dalam hal penguasaan tanah setiap orang wajib melaporkan setiap batas ukurnya pada BPN oleh karena sudah ada perubahan,maka landrefrom dalam pendaftaran tanah menjadi mandet dan peraturan yang dulu tidak berlaku lagi dan banyaknya areal-areal yang tidak terpakai karna ketidak mampuan dalam mengelola lahan tersebut dan tanah tersebut menjadi terlantar dan tidak terpakai.

Seharusnya tiap tanah yang akan dijadikan lahan untuk membuka suatu usaha ditetapkan batas ukur yang sudah berlaku,dan tidak ada lagi penguasaan tanah secara berlebihan dan dalam hal ini landrefrom pada dasarnya merupakan hubungan manusia dengan tanah agar menjadi terstruktur dan tertata dalam pemilikan tanah yang merata terutama para petani yang sering kali menjadi sasaran dan hanya mendapatkan lahan yang sempit.dalam hal untuk mendapatkan kepemilikan hak atas obyek landrefrom dibutuhkan data-data yang lengkap seperti,identitas,pekerjaan,alamat,luas tanah yang dimohonkan agar dapat diberikan sertfikat sebagai pemilik yang sah karna sudah terdaftarnya tanah tersebut.Sama halnya dengan Pendaftaran tanah dalam landrefrom agar diberikannya tanah-tanah yang adil dan merata dengan pembatasan minimum dalam pemilikan tanah,serta tidak adanya politik yang hanya menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang banyak.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

1. Bahwa dalam UUPA No.5 Tahun 1960 sudah menetapkan batas maksimum dan minimum tanah dalam pemilikan luas tanah yang dimiliki,namun karena ketidak merataan tanah yang dibagikan secara merata,membuat masyarakat seenaknya dalam memiliki hak penguasaan tanah yang secara berlebihan,dan pada akhirnya karena ketidak mampuan mengelola lahan yang besar,dan pada akhirnya tanah tersebut menjadi terlantar.Ketentuan-ketentuan landrefrom merupakan contoh pengaturan dibidang ekonomi,bahwa ketentuan tersebut sebagai suatu sarana dalam rangka pengaturan,penguasaan dan pemilikan tanah dalam arti terwujudnya pemerataan sumber daya alam yang berupa tanah dapat dikatakan sebagai salah satu lingkup dari hukum ekonomi indonesia.Masih kurangya kesadaran masayarakat dalam hal tanah yang bisa dibuktikan masih banyaknya juga yang tidak perduli dengan masalah pendaftaran tanah,mereka lebih berpikir untuk menempati suatu tanah yang kosong,yang belum pasti apakah tanah tersebut sudah terdaftar apa belum,yang pada akhirnya akan merugikan,karena tidak ada sertifikat tanah sebagai bukti kepemilikan tanah.

2. Ketentuan Undang-undang Landrefrom itu sendiri yang sudah tidak sesuai lagi dengan tutuntan perkembangan kebutuhan masyarakat pada saat ini,seperti ketentuan mengenai luas maksimum pemilikan tanah,larangan absente,luas minimum pemilikan tanah pertanian diperlukan adanya pembenahan,sehingga banyak ketentuan landrefrom dalam wujud Pendaftaran Tanah yang pada pelaksanaanya sulit untuk dijalankan


(34)

kesuluruhan.Dalam tatanan legal formal kiranya perlu ditinjau ulang terhadap beberapa ketentuan Landrefrom yang saat ini berlaku.Dalam rangka mengatur kembali penguasaan tanah tersebut kiranya perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait sebab masalah tanah sangat erat kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

3. Meskipun dalam beberapa kasus dijumpai batuan langsung Pemerintah dalam pembiayaan dalam Persertifikatan Tanah,misalnya dalam program nasional (PRONA).Namun yang dibutuhkan sesungguhnya lebih jauh dari itu misalnya dapatkah disediakan kredit lunak bagi rakyat untuk mendapatkan lahan,misalnya untuk membeli tanah yang dikuasai oleh swasta.Dalam pelaksanaan kegiatan landrefrom dan Pendaftaran Tanah pada dasarnya banyak dipengaruhi riwayat tanah rakyat ( hak kepemilikan tanah yang tidak jelas bukti dan penguasaanya) dan sering tumpah tindih baik hak dan peruntukannya sehinnga sulit dilaksanakan kegiatan landrefrom diatas tanah tersebut termasuk pengetahuan rakyat yang kurang mengerti kemana kegiatan landrefrom tersebut dan berdampak ekonomi sehingga masyarakat enggan mengunakan tanahnya untuk dijadikan kegiatan landrefrom diatasnya dan yang tidak kalah penting biaya pelaksanaanya tidak mendukung sehinnga pelaksana kegiatan jadi tidak serius melaksanakannya karena angaranya tidak mencukupi secara target.

5.2Saran

1. Masyarakat harus sadar akan pentingnya Pendaftaran Tanah,karena akan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan dalam membuka usaha dan tidak akan ada yang menganngu tanah tersebut yang sudah didaftarkan dan mendapatkan sertifikat tanah sebagai hak pemilik tanah yang sah.Tanah-tanah yang sudah


(35)

didaftarkan akan diberikan sertifikat agar tidak ada pihak-pihak yang menggunakan hak-hak penguasaan untuk menggusur tanah untuk kepentingan pribadi ,tanpa ada surat bukti sah pemilik tanah.Kurang pahamnya masyarakat akan suatu aturan atau perundang-undangan yang tudak mereka ketahui sering melakukan pelanggaran hukum ,dimana tanah yang dipunyai sudah melebihi batas ukur yang sudah ditentukan,menjadi permasalahan karena karena ketidak pahaman atau tidak lagi melaporkan batas ukuran maksimum tanah yang dimikiki pada BPN.

2. Masalah pengaturan,penguasaan dan pemilikan tanah khususnya tanah pertanian kiranya masih relevan dan harus dilaksanakan dengan serius,salah satu upaya yang dimaksud adalah seharusnya pemerintah dapat melaksanakan program landrefrom secara sungguh-sunnguh dalam hal ini tidak adanya hanya dilakukan wujud peraturan-peraturan tersebut,dengan demikian akses petani dalam memiliki tanah sendiri sebagai prasyarat dalam meningkatkan kesejahteraan benar-benar terwujud.

3. Seharusnya Pemerintah lebih aktif untuk menindaklanjutin keberadaan tanah surplus dan absentee sehinnga kemudian tidak ada lagi ukuran batas tanah yang berlebihan,dan tidak dipergunakan kepentingan politik untuk mengambil keuntunagn dan merugikan masyarakat,karena tidak dapat memiliki lahan,karena pembangunan untuk keuntungan pribadi saja yang memakaim lahan yang luas dan pada akhirnya tanah-tanah yang sedikit digusur dan hanya diberikan ganti rugi yang sedikit,yang memaksa masyarakat untuk memakai lahan yang seadanya untuk membuka suatu usaha,bahkan tidak ada sama sekali,pada kenyataanya bahawa tanah digunakan sebaik-baiknya agar semua yang membutuhkan tanah dapat terbagi,Seharusnya pemerintah lebih aktif utuk menindaklanjutin keberadaan tanah surplus dan


(36)

redistribusi.Selain itu kegiatan pelaksanaan landrefrom dan Pendaftaran Tanah perlu dilakukan dengan cara kesepakatan tidak top down seperti selama ini,tetapi rakyat yang perlu digerakkan untuk melaksanakannya.Rakyat diajari dengan kegiatan landrefrom atau dilaksanakan dengan buutom up yang dibaiayai oleh pemrintah,pemerintah aktif sebagai fasilator bukan pengawas semata-mata dan kegiatan itjju tidak boleh putus,harus berkelanjutan sampai masyarakat merasakan hasil dari kegiatan landrefrom.


(37)

BAB II

TINJUAN UMUM

TENTANG PENDAFTARAN TANAH

2.1. Pengertian Pendaftaran Tanah Dan Pendaftaran Tanah Menurut PP No.24 Tahun 1997

Pendaftaran tanah berasal dari bahasa Belanda,cadaster , yaitu suatu istilah teknis untuk suatu record menunjuk kepada luas,nilai dan kepemilikan misalnya atas sebidang tanah.Kata ini berasal dari bahasa Latin “capistrum„‟ yang berarti suatu register atau capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi (Capotio Terreus). Dalam artian yang tegas, cadaster adalah record (rekaman dari pada lahan,nilai dari pada tanah dan pemegang haknya, dan untuk kepentingann perpajakan .

Menurut Rudolf Hemanses S.H, seorang mantan Kepala jawatan Pendaftaran Tanah dan Menteri Agraria,pendaftaran tanah (kadaster) adalah pendaftaran atau pembukuan bidang-bidang tanah dalam daftar-daftar, berdasarkan pengukuran dan pemetaan yang seksama dari bidang-bidang itu.5

Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 pasal 1 angka 1,Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,termasuk pemberian Surat Tanda Bukti hanya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun,serta hak –hak tertentu yang membebaninya.

Menurut Boedi Harsono,pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh negara/pemerintah secara terus-menerus dan teratur berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah


(38)

tertentu yang ada diwilayah-wilayah tertentu,pengelolaan,penyimpanan, dan penyajian bagi kepentingan rakyat,dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaanya.6

Penjabaran terinci dari ketentuan pokok tentang pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 di atas memberi pengertian sebagai berikut.

a. Bahwa pendaftaran tanah itu bukan hanya sekali kegiatan,tetapi kegiatan yang berkesinambungan sesuai dengan perbuatan / kebutuhan hukum. b. Pengumpulan,pengelohan,pembukuan,penyajian,dan pemeliharaan data

pendaftaran tanah merupakan inti pokok kegiatan pendaftaran tanah. c. Pemberian surat tanda bukti hak (sertifikat) bagi yang mendaftarkan

tanahnya adalah wujud konkrit bahwa tanahnya telah terdaftar.

d. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar,termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya.

e. Daftar nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan mengenai penguasaan tanah dengan sesuatu hak atas tanah, atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atas satuan rumah susun oleh orang perseorangan atau badan hukum tertentu.

2.1.1. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah

Melalui pasal 5 dan 6 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 ditegaskan bahwa penyelenggara pendaftran tanah adalah Badan Pertanahan Nasional dan pelaksana pendaftran tanah dilakukan oleh kepala Kantor Pertanahan yang ada disetiap kabupaten dan kota. Pengecualian bagi kegiatan-kegiatan tertentu ditugaskan kepada pejabat lain yang ditetapkan dengan suatu peraturan perundang-undangan.

PPAT yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional,baik PPAT umum,khusus, ataupun sementara

6


(39)

difungsikan pada kegiatan pendaftaran tanah lanjut bagi tanah-tanah yang telah terdaftar/bersertifikat yang biasa disebut kegiatan pemeliharaan data pendaftran tanah seperti pengalihan hak, pembebanan hak, dan pemberian hak lain diatas tanah hak tertentu sebagimana pada hak milik dan hak pengelolaan.Sementara pejabat lain dimaksudkan seperti Panitia Ajukasi yang difungsikan pada pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sistematik bagi tanah-tanah yang belum terdaftar/bersertifikat yang susunanya sebagai berikut :

a. Seorang Ketua Panitia merangkap anggota yang dijabat oleh seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional.

b. Beberapa orang yang terdiri dari :

1. Seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai kemampuan pengetahuan di bidang pendaftaran tanah .

2. Seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai kemampuan pengetahuan di bidang hak-hak atas tanah.

3. Kepala desa/kelurahan yang bersangkutan dan atau seorang pamong desa/kelurahan yang ditunjuknya.

Keanggotaan Panitia Ajukasi dapat ditambah dengan seorang anggota yang sangat diperlukan dalam penilaian kepastian data yuridis mengenai bidang-bidang tanah di desa /kelurahan yang bersangkutan.Prioritas utama harus diberikan kepada para tetua adat yang dianggap sangat mengetahui masalah tanah di desanya dan juga Panitia Ajukasi itu dibantu lagi oleh satuan tugas pengukuran dan pemetaan,satuan tugas pengumpul data yuridis, dan satuan administrasi.

Jika bertolak dari ketentuan UUPA terutama pasal 2 ayat 4 dan pejelasan pasal 2 bahwa kewenangan agraria itu ada ditangan


(40)

kepada Pemerintah Daerah asalkan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional; Sebagai contoh melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No.6 Tahun 1972 (telah diganti dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.5 Tahun 1999)dan Peraturan dalam Negri No.1 Tahun 1977.7

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1999 tentang pelimpahan kewenangan pemberian dan pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah negara bahwa Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota berwenang memberi keputusan mengenai :

a. Pemberian hak milik atas tanah pertanian tidak lebih dari 2 hektar,

b. Pemberian hak milik atas tanah non pertanian tidak lebih dari 2000m2 kecuali mengenai tanah bekas hak guna usaha,

c. Pemberian hak milik atas tanah dalam rangka pelaksanaan program transmigrasi, retribusi tanah,konsolidasi tanah, dan pendaftaran tanah secara sistematik maupun sporadik,

d. Pemberian hak guna bangunan atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 2000m2 kecuali mengenai tanah bekas hak guna usaha,

e. Semua pemberian hak guna bangunan atas tanah hak pengelolaan,

f. Pemberian hak pakai atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2 hektar.

Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan di provinsi berwenang memberi keputusan mengenai :

a. Pemberian hak milik atas tanah pertanian yang luasnya lebih dari 2 hektar,

7


(41)

b. Pemberian hak milik atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 5000m2,kecuali kewenangan pemberiannya telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan,

c. Pemberian hak guna usaha atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 200 hektar,

d. Pemberian hak guana bangunan atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 150.000m2,kecuali kewenangan pemberiannya telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan,

e. Penbelian hak pakai atas tanah pertanian yang luasnya lebih dari 2 hektar,

f. Pemberian hak pakai atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 150.000m2,kecuali kewenangan pemberiannya telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan.

Menteri Negara Agraria/Badan Pertanahan Nasional berwenang untuk :

1. Menetapkan pemberian hak atas tanah yang diberikan secara umum.

2. Memberikan keputusan mengenai ;

a. Pemberian dan pembatalan hak atas tanah yang tidak dilimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kepala Kantor Pertanahan.

b. Pemberian dan pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah yang telah dilimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional atau Kepala Kantor Pertanahan apabila atas laporan Badan Pertanahan Nasional hal tersebut diperlukan berdasarkan keadaan dilapangan.

Pada pasal 2 Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003 ditegaskan : (1) Sebagaimana kewenangan Pemerintah dibidang pertanahan


(42)

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)adalah : a. pemberian ijin lokasi,

b. penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan,

c. penyelesaian sengketa tanah garapan,

d. penyelesain masalah ganti kerugian dan satuan tanah untuk pembangunan,

e. penetapan subyek dan obyek retribusi tanah serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absente, f. penetapan dan penyelesain masalah tanah kosong.

(3) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 2 ) yang bersifat lintas Kabupaten/Kota dalam satu Propinsi dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi yang bersangkutan. Pada pasal 5 Keputusan Presiden No.34 Tahun 2003 dinyatakan bahwa Keputusan Presiden No.30 Tahun 2003 tentang kedudukan,tugas,fungsi,kewenangan,susunan organisasi, dan tata kerja lembaga pemerintahan non departemen (termasuk Badan Pertanahan Nasional) tidak berlaku lagi .

Pada Peraturan Mentri Dalam Negeri No.1 Tahun 1997 ditegaskan bahwa bagian-bagian tanah hak pengelolaan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah,Lembaga, instansi atau badan-badan hukum (milik) Pemerintah untuk pembangunan wilayah pemukiman, dapat diserahkan kepada pihak ketiga dan diusulkan kepada Mentri dalam Negeri atau Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan untuk diberikan dengan hak milik,hak guna bangunan atau hak pakai, sesuai dengan rencana peruntukan dan penggunaan tanah yang telah dipersiapkan oleh pemegang hak pengelolaan yang bersangkutan. Tetapi jika bagian-bagian tanah hak pengelolaan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah, lembaga,instansi, badan-badan hukum Indonesia itu seluruh modalnya dimiliki oleh Pemerintah dan/ Pemerintah Daerah untuk pembangunan dan


(43)

pengembangan wilayah industri dan parawisata, dapat diserahkan kepada pihak ketiga dan diusulkan kepada Mentri Dalam Negeri atau Gubenur dalam daerah yang bersangkutan untuk diberikan dengan hak guna bangunan atau hak pakai sesuai dengan rencana peruntukan dan pembangunan tanah yang telah dipersiapkan oleh pemegang hak pengelolaan yang bersangkutan.

Pandangan Sir Charles Fortescue – Brickdate yang dikutip A.P Perlindungan ( 1990 ; 4 ) yang menyatakan ada 6 yang harus digabungkan dalam pendaftaran tanah yaitu :

1. Security, bertolak kemantapan sistem sehingga seseorang akan merasa aman atas hak tersebut karena membeli tanah tersebut ataupun mengikatkan tanah tewrsebut untuk suatu jaminan atas uang (hutang),

2. Simplicity, sederhana sehingga setiap orang dapat mengerti, 3. Accuracy, bahwa terdapat ketelitian dari pada sistem

pendaftaran tersebut secara lebih efektif,

4. Expedition, artinya dapat lancar dan segera sehingga menghindari tidak jelas yang bisa berakibat berlarut-larut dalam pendaftaran tersebut,

5. Cheapness, yaitu agar biaya tersebut dapat semurah mungkin, 6. Suitability to circumstances, yaitu akan tetap berharga baik

sekarang maupun kelak di kemudian hari pendaftaran tanah tersebut.8

2.1.2. Tujuan Pendaftaran Tanah

Untuk mengukur suatu kegiatan di bidang pendaftaran tanah, tentu terkait dengan tujuan pendaftaran tanah yang sudah ditetapkan.Melalui ketentuan pokok pada pasal 19 ayat (1) UUPA ditegaskan bahwa tujuan pendaftaran tanah itu adalah untuk menjamin kepastian hukum di seluruh wilayah Indonesia.Tujuan


(44)

pokok tersebut dijabarkan lebih lanjut pada pasal 3 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 sebagai berikut.

Pendaftaran tanah bertujuan :

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang yang bersangkutan;

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenal bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar ;

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan

Tujuan untuk memberikan kepastian hukum itu kepada pemegang hak atas tanah dapat diukur dari kekuatan hukum pembuatan sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat, kebenaran dari data dan kesempatan peruntukan dari pihak-pihak lain yang merasa lebih berhak atas tanah tersebut.

2.1.3. Azas Pendaftaran Tanah

Azas atau prinsip yang merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya dan melatarbelakangi peraturan-peraturan konkrit pada pendaftaran tanah, secara khusus telah ditegaskan didalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997. Dalam pengertian bahwa semua azas-azas umum yang berlaku dalam hukum tertentu tetap berlaku dalam pendaftaran tanah tersebut .

Pada pasal 2 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997, dinyatakan bahwa pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan azas sederhana,aman,terjangkau,mutakhir, dan terbuka.

1. Azas sederhana dimaksudkan bahwa ketentuan-ketentuan pokok dan prosedur pendaftaran tanah mudah dipahami oleh


(45)

pihak-pihak yang berkepentingan terutama pemegang hak atas tanah. Bahkan dalam praktek selalu disediakan informasi yang cukup bagi yang memerlukannya diKantor Pertanahan apabila ada mendaftarkan tanahnya.

2. Azas aman dimaksudkan bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah itu dilakukan dengan seteliti dan secermat mungkin sehingga hasil pendaftaran tanah dapat memberikan jaminan kepastian hukum yang tinggi dan memperkecil kemungkinan munculnya gugatan dari pihak lain kemudian.

3. Azas terjangkau berkaitan dengan biaya yang dipungut dalam pendaftaran tanah yaitu harus terjangkau bagi yang memerlukannya bahkan bagi golongan ekonomi lemah dapat dibebaskan dari pemungutan biaya.

4. Azas mutakhir berkaitan dengan penerapan teknologi guna mendapatkan kelengkapan data yang akurat, termasuk pengolahan,penyajian,dan pemeliharaan data dengan menggunakan peralatan elektrtonik dan mikro film.

5. Azas terbuka dimaksudkan bahwa pendaftaran tanah itu berlaku pada semua bidang tanah,siapapun pemiliknya, dan setiap orang dapat memperoleh informasi bila memerlukannya.

Perlu dicermati bahwa azas tidak sama dengan sistem.Dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 ditegaskan bahwa pada pendaftaran tanah tidak dikenal azas negatif,tetapi sistem pendaftarannya memakai sistem negatif.

Untuk memperluas pemahaman mengenai hal tersebut oleh A.P Perlindungan ( 1991;113-115 ) berpendapat bahwa pasal 19 UUPA dan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 ) menyebutkan ada beberapa ciri pendaftaran tanah diindonesia yaitu;

a. Azas negatif artinya belum tentu seseorang yang tertulis namanya pada suatu sertifikat adalah mutlak sebagai pemilik.


(46)

b. Azas publisitas dimaksudkan bahwa pendaftaran tanah itu bersifat umum terbuka,setiap orang berhak untuk meminta informasi dan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah.

c. Kepastian Hukum artinya sebagaimana disebut pada pasal 19 ayat (1) UUPA.

Pemastian Lembaga dimaksudkan bahwa lembaga PPAT adalah satu-satunya pejabat yang berwenang membuat akta-akta peralihan,pendiri hak baru dan pengikatan tanah sebagai jaminan dan Badan Pertanahan Nasional sebagai satu-satunya secara khusus yang melakukan pendaftaran tanah.

2.1.4. Obyek Pendaftaran Tanah

Obyek Pendaftaran Tanah menurut Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 meliputi ;

a. Bidang-bidang tanah yang dipunyaidengan hak milik,hak guna usaha,hak guna bangunan,dan hak pakai

b. Tanah hak pengelolaan c. Tanah wakaf

d. Hak milik atas satuan rumah susun e. Hak tanggungan

f. Tanah negara

Dari ketentuan diatas ada beberapa pengertian obyek pendaftaran tanah sebagai berikut :

a. Khusus tanah negara sebagai obyek pendaftaran tanah,pendaftarannya dilakukan dengan cara membukukannya dalam daftar tanah tidak sampai menerbitkan sertifikat.

b. Obyek pendaftaran tanah (selain tanah negara) harus dipahamkan “akan atau telah„‟ menjadi suatu hak, dalam pengertian harus didaftarkan untuk mendapatkan hak dan seterusnya harus didaftar lagi jika terjadi perbuatan hukum atasnya atau hapusnya haknya.


(47)

c. Hak Ulayat tidak tercantum sebagai obyek pendaftaran tanah sekalipun menurut ketentuan pasal 3 UUPA hak ulayat itu eksistensinya diakui sepanjang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Hal ini menjadi tambah menarik perhatian karena tanah negara telah ditetapkan menjadi obyek pendaftaran tanah. d. Satuan wilayah tata usaha pendaftaran hak milik, hak guna

bangunan, hak pakai, tanah wakaf, dan hak milik atas satuan rumah susun adalah desa/kelurahan, sementara hak pengelolaan, hak tanggungan, dan tanah negara adalah kabupaten/kota.

2.2. Ketentuan Hak-Hak Atas Tanah Menurut UUPA No. 5 Tahun 1960

Hak –hak atas tanah dalam UUPA No. 5 Tahun 1960 terdiri dari beberapa hak antara lain :

2.2.1 Hak Milik

Hak milik adalah hak yang turun temurun,terkuat, dan terpenuh.Turun temurun artinya bahwa hak milik ini dapat diturunkan/dialihkan kepada ahli warisnya jika sipemeganng hak milik meninggal dunia. Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961,jika seseorang meninggal dunia wajib untuk mengalihkan bidang tanah yang dimilikinya kepada ahli waris dalam jangka waktu 6 bulan sejak meninggalnya orang yang bersangkutan ke atas nama ahli warisnya,namun demikian jangka waktu 6 bulan tersebut dapat diperpanjang seperti yang dijelaskan didalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 kemungkinan hukum adat atau agama tertentu belum membenarkan adanya pewaris tersebut. Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyebutkan ; pendaftaran peralihan hak karena pewarisan terhadap tanah yang sudah terdaftar dan hak milik atas satuan rumah susun wajib diserahkan oleh yang menerima hak atau hak milik atas satuan


(1)

ABSTRAK

Wanda Rizkina Balqis

Prof.Dr.Muhamad Yamin,S.H,M.S,CN.

Zaidar,S.H,M.hum

Di Indonesia, masalah pertanahan merupakan persoalan yang penting. Pedoman dan tuntunan dalam pengunaan dan pemanfaatan tanah untuk kesejahteraan masyarakat tertuang dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat”. Pengaturan tentang pertanahan tersebut selanjutnya diatur dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agararia yang lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria pasal 49,serta sejumlah peraturan lain sesudahhnya yakni Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.Pendaftaran tanah merupakan salah satu langkah dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah,maka pihak-pihak yang bersangkutan dengan mudah dapat mengetahui status atau kekuatan hukum pada tanah tertentu yang dihadapinya. Mulai dari letak tanah,luas tanah, dan batas-batasnya, siapa pemiliknya, serta beban-beban apa yang di atasnya.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisaan ini adalah pendekatan empiris berupa ,penelitiaan kepustakaan (library research) yang berkaitan dengan dengan Landrefrom dan Pendaftaran Tanah pada umumnya,serta penelitian lapangan yang berkaitan dengan kegiatan pendaftaran tanah sebaagai wujud landrefrom.Penelitian ini didukung oleh data primer yang diperoleh dari studi lapangan.Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengumpulan data.Penelitian ini dilakukan di Kota Kisaran.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa program landrefrom dalam pendaftaran tanah tidak lagi berjalan lancar dari hasil wawancara karena tidak adanya lagi penngarap tanah yang melaporkan hasil penguasaan tanah,karena pada masa renzim soeharto ke soekarno para penggarap masih wajib melaporkan hasil penguasaan tanahnya yang menjadi tanah objek landrefrom setelah mencicil lunas tanahnya selama 15 tahun,baru dapat sertifikat terhadap objek landrefrom tersebut diberikan,namun seiring berkembangnya zaman peraturan landrefrom tidak lagi berjalan semestinya,karena lemahnya undang-undang landrefrom yang tidak sessuai lagi.Seharusnya agar program-program landrefrom dalam pendaftaran tanah dapat berjalan lancar Pemerintah juga harus bisa melaksanakannya dalam wujud nyata bukan hanya dalam peraturan undang-undang saja dan masyarakat juga harus harus digerakkan agar program landrefrom dapat berjalan dan tidak ada hamabatan-hambatan karena kurangnya dari pemerintah dan masyarakat


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang dengan rahmat dan karuniaNya telah memberikan kesehatan,kekuatan,dan ketekunan pada penulisan sehinnga mampu dan berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari terdapatnya kekurangan,namun demikian dengan berlapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.

Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini,penulis mengucapkan terima kasih yang sebsesar-besarnya kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas dalam memberikan bantuan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu,SH,M.Hum,sebagai Dekan Fakultas Hukum USU Medan.

Bapak Prof.Budiman Ginting,SH.,M.H.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Bapak Syafrudi Hasibuan SH.,M.H.,D.F.M.selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Bapak DR.OK.Saidin,S.H.,M.Hum,selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Ibu Suria Ningsih,S.H.,M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof.Dr.H.Mhd Yamin Lubis,SH.MS.CN selaku ketua jurusan

Program Kekhususan Hukum Agraria dan Dosen Pembibing 1 dalam menyusun dan menyelesaikan pembuatan skripsi ini;

Ibu Zaidar,SH,M.Hum,sebagai Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi ini;

Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum USU yang penuh dengan dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan samapai dengan menyelesaikan skripsi ini:

Kedua orang tua tercinta H.Adi Mulyono,SH,Hj Siti Sawiyah Hrp yang tidak pernah lelah untuk mensekolahkan ke 5 anak-anaknya hinnga tahap ini,yang selalu mendoakn saya,memberikan kekuatan,semangat disaat lelah,dan menjadi motivasi saya dalam penilisan skripsi ini agar dapat selesai dan ,yang akan q gantikan dan memberikan kesuksesan untuk melakukan yang terbaik.(You are my Hero and never die forever and stiil only one in my heart).

Kakak saya AZZAHRA QILSBI yang selalu marah-marah,cerewet,menjadi pennganti orang tua dilakala orang tua jauh


(3)

yang memberikan nasehat,masukkan dalam penulisan skripsi ini,Abang saya Yudha Prasetya yang senantiasa memantau skripsi saya ,dikala jauh karena pekerjaan,tetapi selalu membantu,thanks to care of me,walaupun bekerja tetapi masih meluangkan waktu untuk membantu penulisan skripsi ini hinnga selesai,dan Kedua adik ku tersayang Widya Ulfah Utami yang juga saat ini sedang melaksanakan magangnya agar lancar dan selesai dan mendapatkan hasil yang luar biasa,dan selalu mendokan agar skripsi ini dilancarkan,dan Adik q yang paling kecil Anugrah Muslim yang selalu cerewet tetapi selalu mendukung mendokan agar penulisan skripsi ini selesai.

Teman-teman Mushola btm aldiansyah Fakultas Hukum USU,dwi susila,natasya,tya,ella,wilda,dina,terima kasih sudah membuat tertawa disaat sedang lelah karena menghilangkan semua rasa letih dan membantu penulisan skripsi ini

Kepada teman-teman yang hepot,hebring,yaitu milla,sita,winda,dan kak dewi yang selalu membuat keributan dan kehebohan yang tiada tara,yang mampu membuat tertawa hingga perut tak sanngup lagi,yang mampu menghilangkan stress,tetapi tetap memberikan semangat dan doa,semoga tetap heboh dan hebring selama-lamanya dan kita tetap bersatu selamanya.

Sahabat-sahabat yang paling gokil(the chubby cheks) atau pipi –pipi yang kebanyakan lemak,tapi tetap imut dan kece ,fiona phabo,syarifah phabo.dan nanda phabo sepanjang masa,yang gilak,stress semua jadi satu ampuh menjadi obat dikala jenuh dan menjadi semangat kembali dalam penulisan skripsi ini yang selalu memberikan semangat tiada hentinya,hinnga penulisan skripsi ini selesai,love you so much guys,. Anak-anak kost andung yang gokil abis,yang sukak lakuin hal-hal aneh

yang orang lakuin jugak bakal mikir-mikir lakuinnya tapi kita semua merupakan oarng-orang yang tidak mengenal rasa takut,dan melakukan hal-hal ekstrem bersama-sama,terima kasih buat rina,mirta,tsabita,vella,srik,dan ana yang selalu membuat tertawa seperti orang gilak,selalu memberika motivasi dalam penulisan skripsi ini,semoga kita semua tetap sama dan tidak ada yang berubah dan meraih kesuksesan bersama-sama juga amiinn.

Kepada adik-adik yang gengges-gengges dan yang selalu heboh dengan kpop korea,debong,nurul,samitha dan wirdha selalu tertawa tentang sesuatu hal yang digosipkan,dan juga wirdha dan nurul semoga skripsinya lancar dan kita dapat wisuda bersama-sama dibulan 2 amiin,,dan juga terima kasih sudah mendoakan,menemani kemana-mana dalam penulisan skripsi ini.

Teman-teman klinis seperjuangan yang selama masa-masa klinis penuh dengan kelelahn namun pada akhirnya mendapatkan hasil yang memuaskan,terima kasih pada selfi,ramot,dan dayat yang senantiasa selalu mendokan dan memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.


(4)

Kepada adek-adek junior cony,cia ,glora,dan pinta yang terus memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesain skripsi ini,terima kasih banyak.

Demikianlah yabg dapat penulis sampaikan,semoga apa yang telah kita lakukan mendapat ridho dan mendapat balasan kebaikan dari ALLAH SWT.Amin

Penulis memohon maaf kepada kedua Bapak dan Ibu dosen pembibing,serta seluruh dosen penguji apabila ada sikap maupun kata yang tidak berkenan dihati selama penulisan dan penyajian skripsi ini.Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sermpurna.Oleh sebab itu,dengan segala kerendahan hati,penulis akan sangat beterima kasih jika kritik dan saran membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan bagi masyarakat banyak.

Medan, 2016 Penulis

(Wanda Rizkina Balqis)


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

i

KATA PENGANTAR ...

ii

DAFTAR ISI ...

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Keaslian Penulisan ... 4

E. Tinjauan Pustaka ... 4

F. Metode Penelitian... 22

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENDAFTARAN TANAH A.Pengertian Penadaftaran Tanah menuerut PP No.24 1997 dan Tujuan PendaftaranTanah ... 10

B.Hak-hak Atas Tanah Menurut Sistem UUPA No.5 Tahun 1960 ... 20

C.Konversi Hak Atas Tanah ... 29

D.Kepastian Hukum Hak-Hak Atas Tanah ... 39

E. Penjabat Pembuat Akta Tanah ... 44

BAB III. KEBIJAKAN HUKUM LANDREFORM DIINDONESIA A.Pengertian Landerfom ... 54

B.Dasar Hukum Landreform ... 58

C.UUPA Sebagai Induk Landreform ... 68

D.Landreform dalam rangka Pembangunan Hukum Agraria Nasional ... 69


(6)

BAB IV. TINJAUAN YURIDIS ATAS KEGIATAN PENDAFTARAN TANAH SEBAGAI WUJUD LANDREFOM DIKANTOR PERTANAHAN KISARAN

A.Program Kantor Pertanahan Kota Kisaran ... 72 B. Peranan Pendaftaran Tanah Sebagai Wujud Laderfom ... 77 C.Pelaksanaan Landrefom di Kisaran ... 81

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

vi i