Penyelenggaraan urusan pertanahan dilaksanakan oleh badan penyelenggara pemerintahan. Sejak tahun 1988 pelaksana kewenangan di bidang
pertanahan dijalankan oleh Badan Pertanahan Nasional, selaku lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden. Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral.
Dapat dikatakan bahwa pada saat itu, pengelolaan bidang pertanahan menjadi kewenangan pemerintah pusat seutuhnya.
Kemudian, sejak tahun 1998 dinamika ketatanegaraan Indonesia mulai mengarah pada pola pemerintahan yang lebih memberikan ruang kekuasaan bagi
pemerintah daerah hingga lahirlah prinsip otonomi daerah. Dalam rangka otonomi daerah dan berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 4 UUPA maka sebagian
kewenangan pemerintah di bidang pertanahan dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupatenkota sesuai
dengan pembagian kewenangan pertanahan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah KabupatenKota.
B. Kewenangan Badan Pertanahan Nasional sebagai Lembaga Pelaksana
Kebijakan Pertanahan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, pelaksanaan kebijakan di bidang pertanahan pada prinsipnya merupakan kewenangan daerah.
55
Pengelolaan pertanahan secara nasional didasarkan pada pertimbangan bahwa:
Namun pengelolaan kebijakan pertanahan tersebut tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
oleh daerah sebab ketentuannya dibatasi oleh prinsip hak menguasai dari negara yang dimuat dalam Pasal 2 UUPA. Artinya, pengelolaan pertanahan adalah
sepenuhnya kewenangan pemerintah pusat selaku pemegang kekuasaan negara tertinggi dan pelimpahan kewenangan hanya dapat dilaksanakan sebatas pada
ketentuan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
56
55
Penjelasan Umum PP Nomor 13 Tahun 2010.
56
Lihat Konsiderans Perpres Nomor 10 Tahun 2006.
a. hubungan bangsa Indonesia dengan tanah adalah hubungan yang bersifat abadi dan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia; b. tanah merupakan perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia, karenanya
perlu diatur dan dikelola secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara;
Pertimbangan-pertimbangan mengenai pengelolaan pertanahan yang harus dilaksanakan secara nasional tersebut, menjadi alasan untuk tetap
mempertahankan eksistensi Badan Pertanahan Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.
Universitas Sumatera Utara
1. Tugas dan Fungsi Badan Pertanahan Nasional BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pertanahan secara nasional, regional dan sektoral.
57
Dalam melaksanakan tugasnya, BPN menyelenggarakan fungsi :
58
57
Ibid, Pasal 2.
58
Ibid, Pasal 3.
a. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan; b. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
c. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan; d. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan;
e. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di
bidang pertanahan; f. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum;
g. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah; h. pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-
wilayah khusus; i. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai danatau milik
negaradaerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan; j. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah;
k. kerja sama dengan lembaga-lembaga lain; l. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di
bidang pertanahan; m. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;
n. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara, dan konflik di bidang pertanahan;
o. pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan; p. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
q. pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pertanahan; r. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;
s. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan;
t. pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, danatau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; u. fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Kewenangan BPN tersebut merupakan wujud pelaksanaan kewenangan pemerintah pusat dalam mengelola kebijakan pertanahan sebagaimana telah
ditentukan dalam Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan. Keppres ini menetapkan bahwa kewenangan
pertanahan yang dimiliki oleh pemerintah pusat meliputi penetapan kebijakan nasional mengenai norma, standar, kriteria, dan prosedur pelaksanaan kebijakan
pertanahan, pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum, pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah, pengadaan tanah untuk
pembangunan lintas provinsi, serta melakukan pembinaan, pengendalian dan monitoring terhadap pelaksanaan kebijakan pertanahan.
2. Struktur Organisasi Badan Pertanahan Nasional Beserta Kewenangannya
Pelaksanaan kewenangan-kewenangan pengelolaan kebijakan pertanahan oleh BPN tersebut dirumuskan dan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu ketentuan
yang terarah dan terstruktur melalui perangkat lembaganya. Struktur keorganisasian di dalam Badan Pertanahan Nasional beserta dengan
kewenangannya masing-masing, diatur dalam ketentuan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia. Badan Pertanahan Nasional dipimpin oleh seorang kepala, dan unsur
pelaksana tugasnya dipimpin oleh Deputi yang membidangi masing-masing bagian sesuai dengan kewenangan tugasnya, yaitu :
1 Deputi I yang membidangi survei, pengukuran dan pemetaan menyelenggarakan fungsi :
Universitas Sumatera Utara
a. perumusan kebijakan teknis di bidang survei, pengukuran, dan
pemetaan; b.
pelaksanaan survei dan pemetaan tematik; c.
pelaksanaan pengukuran dasar nasional; d.
pelaksanaan pemetaan dasar pertanahan. 2 Deputi II yang membidangi hak tanah dan pendaftaran tanah
menyelenggarakan fungsi : a.
perumusan kebijakan teknis di bidang hak tanah dan pendaftaran tanah;
b. pelaksanaan pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;
c. inventarisasi dan penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai
danatau milik negaradaerah; d.
pelaksanaan pengadaan tanah untuk keperluan pemerintah, pemerintah daerah, organisasi sosial keagamaan dan kepentingan umum lainnya;
e. penetapan batas, pengukuran dan perpetaan dan bidang tanah serta
pembukuan tanah kadaster; f.
pembinaan teknis Pejabat Pembuat Akta Tanah, Surveyor Berlisensi dan Lembaga Penilai Tanah.
Deputi Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah membawahi Direktorat Pengaturan dan Penetapan Hak Tanah serta Direktorat Pendaftaran
Hak Tanah dan Guna Ruang. a.
Direktorat Pengaturan dan Penetapan Hak Tanah membawahi Subdirektorat Hak Milik, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai serta
Subdirektorat Hak Guna Usaha. 1 Subdirektorat Hak Milik, Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai
membawahi Seksi Penetapan Hak yang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, meneliti,
menelaah dan mengolah permohonan hak milik, hak guna bangunan, dan hak pakai, serta menyiapkan penetapan pemberian
haknya, perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan danatau pendaftaran hak, ijin peralihan hak tanah tertentu dan
Universitas Sumatera Utara
melakukan inventarisasi dan penyusunan pelaporan data hak milik,hak guna bangunan, dan hak pakai.
2 Subdirektorat Hak Guna Usaha mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan pemberian,
perpanjangan, pembaruan dan perubahan hak guna usaha perkebunan besar, perkebunan rakyat, peternakan, perikanan dan
tambak. b.
Direktorat Pendaftaran Hak Tanah dan Guna Ruang membawahi : 1 Subdirektorat Pendaftaran Hak yang mempunyai tugas menyiapkan
bahan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan pendaftaran hak atas tanah, pemberian tanda bukti hak atas tanah dan
pengelolaan dokumen serta blanko pendaftaran tanah. 2 Subdirektorat Pendaftaran Hak Guna Ruang dan Perairan yang
mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan pendaftaran hak guna ruang dan perairan,
3 Subdirektorat Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT yang mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis
dan melaksanakan pendaftaran peralihan dan pembebanan hak atas tanah, serta melaksanakan pembinaan teknis PPAT.
Pemberian Hak Atas Tanah adalah penetapan Pemerintah yang memberikan suatu Hak Atas Tanah negara, termasuk perpanjangan jangka
waktu hak dan pembaharuan hak serta pemberian hak di atas Hak Pengelolaan. Pemberian hak atas tanah dilakukan oleh Badan Pertanahan
Universitas Sumatera Utara
Nasional baik di tingkat pusat sampai pada tingkat kaupatenkota sesuai dengan kewenangan yang telah dilimpahkan berdasarkan ketentuan
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak atas Tanah dan Kegiatan
Pendaftaran Tanah Tertentu. Kewenangan pemberian hak atas tanah tersebut meliputi :
1 Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia menetapkan pemberian Hak Atas Tanah yang diberikan secara
umum. 2 Kepala Kanwil Badan Pertanahan Nasional memberi keputusan
mengenai: a pemberian Hak Milik untuk orang perseorangan atau badan
hukum atas tanah pertanian yang luasnya lebih dari 20.000 m². b pemberian Hak Milik atas tanah non pertanian yang luasnya
lebih dari 2.000 m² dan tidak lebih dari 5.000 m². c pemberian Hak Guna Usaha atas tanah yang luasnya tidak
lebih dari 1.000.000 m². d pemberian Hak Guna Bangunan untuk orang perseorangan atas
tanah yang luasnya lebih dari 1.000 m
2
dan tidak lebih dari 5.000m².
e pemberian Hak Guna Bangunan untuk badan hukum atas tanah yang luasnya lebih dari 5.000 m
2
dan tidak lebih dari 75.000m².
f pemberian Hak Pakai untuk orang perseorangan atau badan hukum atas tanah pertanian yang luasnya lebih dari 20.000 m².
g pemberian Hak Pakai untuk orang perseorangan atas tanah non pertanian yang luasnya lebih dari 2.000 m² dan tidak lebih dari
5.000 m
2
. h pemberian Hak Pakai untuk badan hukum atas tanah non
pertanian yang luasnya lebih dari 2.000 m² dan tidak lebih dari 25.000 m².
3 Kepala Kantor Pertanahan memberi keputusan mengenai:
Universitas Sumatera Utara
a pemberian Hak Milik atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari 20.000 m².
b pemberian Hak Milik atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2.000 m².
c pemberian Hak Milik atas tanah dalam rangka pelaksanaan program transmigrasi, redistribusi tanah, konsolidasi tanah dan
Pendaftaran Tanah yang bersifat strategis, massal, dan program lainnya.
d pemberian Hak Guna Bangunan untuk orang perseorangan atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 1.000 m².
e pemberian Hak Guna Bangunan untuk badan hukum atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 5.000 m².
f semua pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan.
g pemberian Hak Pakai untuk orang perseorangan atau badan hukum atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari
20.000 m². f pemberian Hak Pakai untuk orang perseorangan atau badan
hukum atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2.000 m².
i semua pemberian Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan.
3 Deputi III yang membidangi pengaturan dan penataan tanah
menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan teknis di bidang pengaturan dan penataan
pertanahan; b. penyiapan peruntukan, persediaan, pemeliharaan , dan penggunaan
tanah; c. pelaksanaan pengaturan dan penetapan penguasaan dan pemilikan
tanah serta pemanfaatan dan penggunaan tanah; d. pelaksanaan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil,
perbatasan dan wilayah tertentu lainnya. 4 Deputi IV yang membidangi pengendalian pertanahan dan pemberdayaan
masyarakat menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan teknis di bidang pengendalian pertanahan dan
pemberdayaan masyarakat; b. pelaksanaan pengendalian kebijakan, perencanaan dan program
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah; c. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;
d. evaluasi dan pemantauan penyediaan tanah untuk berbagai kepentingan.
Universitas Sumatera Utara
5 Deputi V yang membidangi pengkajian dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan teknis di bidang pengkajian dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan;
b. pengkajian dan pemetaan secara sistematis berbagai masalah, sengketa, dan konflik pertanahan;
c. penanganan masalah, sengketa dan konflik pertanahan secara hukum dan non hukum;
d. penanganan perkara pertanahan; e. pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah, sengketa dan konflik
pertanahan melalui bentuk mediasi, fasilitasi dan lainnya; f.
pelaksanaan putusan-putusan lembaga peradilan yang berkaitan dengan pertanahan;
g. penyiapan pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, danatau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keputusan Kepala BPN nomor 2 Tahun 2003 tentang Norma dan Standar Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan yang
Dilaksanakan oleh Pemerintah KabupatenKota menetapkan bahwa, dalam setiap kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah menyangkut pelaksanaan
kewenangan pertanahan yang dimilikinya sesuai peraturan perundang-undangan, wajib dilaporkan kepada Pemerintah Pusat atas nama Badan Pertanahan Nasional
melalui kepala kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional provinsi setempat. Hal ini merupakan pelaksanaan fungsi pengawasan dan pengendalian penguasaan
pemilikan tanah oleh BPN, sekaligus menunjukkan kedudukan negara sebagai pemegang hak penguasaan atas tanah yang tertinggi.
Universitas Sumatera Utara
3. Kewenangan Legalitas Penetapan Hak atas Tanah Penguasan tanah mengandung dua aspek pembuktian agar penguasaan
tersebut dapat dikatakan kuat dan sempurna, yaitu :
59
59
Rinto Manulang, Segala hal tentang Tanah, Rumah, dan Perizinannya, Jakarta, Buku Pintar, 2011, hal. 32-34.
1 Bukti Surat.
Bukti penguasaan atas tanah yang terkuat adalah sertifikat hak atas tanah, namun itu tidaklah mutlak. Artinya, sebuah sertifikat dianggap sah dan benar
selama tidak terdapat tuntutan pihak lain untuk membatalkan sertifikat tersebut. Ketidakmutlakan itu untuk menjamin asas keadilan dan kebenaran. Oleh
karenanya, ada empat hal pokok dan sangat prinsip yang wajib dipenuhi dalam penerbitan sertifikat hak atas tanah yaitu status dan dasar hukum atas hak
penguasaan untuk menegetahui dan memastikan dengan dasar apa tanah diperoleh termasuk riwayat penguasaannya, identitas pemegang hak untuk menjamin
kepastian subjek pemegang hak, letak dan luas objek tanah untuk menjamin kepastian objek hak atas tanah, dan prosedur penerbitan hak atas tanah yang harus
sesuai dengan ketentuan peraturan. Kewenangan legalitas penetapan atas tanah melalui penerbitan status hak atas tanah adalah mutlak menjadi kewenangan
Badan Pertanahan Nasional dan tidak dapat dilimpahkan pada lembaga lain. 2 Bukti Fisik
Universitas Sumatera Utara
Bukti ini berfungsi sebagai kepastian bahwa orang yang bersangkutan benar-benar menguasai secara fisik tanah tersebut dan menghindari terjadi dua
penguasaan hak yang berbeda yaitu hak atas fisik dan hak bawah surat.
C. Kewenangan Pemerintah Daerah Bagi Pelayanan Pertanahan dalam