BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pembangunan bangsa Indonesia setiap upaya ditekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia; yang berarti manusia menjadi titik sentral
pembangunan, karena manusia berkualitas tinggi adalah sumber daya suatu bangsa. Satu syarat utama peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah melalui
pelayanan kesehatan yang berkualitas pula Depkes RI, 1991. Pelayanan kesehatan yang merata merupakan aspek penting yang harus
dipenuhi dalam mempercepat tercapainya tujuan pembangunan dibidang kesehatan. Pemerataan pelayanan tersebut tidak hanya meliputi aspek fisik meratanya sarana
pelayanan semata, namun juga dari segi jarak, ekonomi, budaya, serta mutu pelayanan. Perkembangan dan pembangunan kesehatan mengakibatkan biaya
pemeliharaan kesehatan semakin mahal, bahkan seringkali sampai di luar batas kemampuan untuk menanggungnya Depkes RI, 1991.
Melemahnya rupiah terhadap dollar, berakibat meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan termasuk biaya pengobatan di rumah sakit. Peningkatan
biaya ini karena harga obat dan alat kesehatan melambung sangat tinggi, demikian juga biaya pemeriksaan laboratorium. Hal ini karena sebagian besar obat, alat
kesehatan dan alat laboratorium merupakan komponen impor dan dibeli dengan dollar Amerika sehingga mau tidak mau masyarakat terpaksa mengeluarkan biaya
lebih besar karena rumah sakit serta fasilitas pelayanan kesehatan meningkat tarifnya.
Universitas Sumatera Utara
Akibat lain dari dampak menurunya nilai rupiah adalah menurunya daya beli masyarakat akibat meningkatnya pengangguran dan menurunnya pendapatan
masyarakat. Dengan menurunnya daya beli maka menurun pula kemampuan masyarakat untuk membiayai kesehatannya termasuk biaya pengobatan BPS RI.,
2001. Menteri Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan untuk meningkatkan
peranan jaminan pemeliharaan kesehatan JPK Jamkesmas sebagai salah satu cara pembiayaan kesehatan yang perlu dikembangkan dan diharapkan seluruh masyarakat
terutama bagi penduduk miskin menjadi anggota JPK Jamkesmas, dengan demikian setiap warga negara memiliki kepastian mendapatkan pemeliharaan kesehatannya.
Namun dari hasil studi Sitorus 2006, di RSU Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara menemukan ada beberapa keluhan pasien peserta Askes Sosial yang telah
mendapat pelayan dari petugas rumah sakit seperti : 1 proses penerimaan yang masih belum berjalan dengan baik karena tidak tahunya tidak ramahnya petugas, waktu
menunggu yang cukup lama maupun prosesnya berbelit-belit; 2 adanya perbedaan perlakuan oleh dokter yang merawat misalnya dengan tidak tepatnya waktu
kunjungan dokter, kurang perhatian dari dokter yang marawat, kurangnya memberi penjelasan tentang penyakit yang diderita; dan 3 pasien masih harus membayar
membeli obat, tidak dilayani oleh apotik ataupun karena dokternya meresepkan tidak sesuai dengan obat yang diperlukan.
Ketidakpuasan pasien peserta JKA Jamkesmas juga ditemukan di Provinsi Aceh. Selama ini penduduk Aceh seringkali tidak memperoleh hak yang sama karena
Universitas Sumatera Utara
keterbatasan finansial yang telah menghambat mereka dalam mengakses pelayanan kesehatan, meskipun fasilitas tersebut milik pemerintah. Upaya pemerintah yang
menjamin penduduk miskin dan kurang mampu melalui program Jamkesmas yang mencapai 61 penduduk masih terbatas pada fasilitas kesehatan publik. Selain itu,
terbatasnya obat-obatan dan layanan yang dijamin membuat penduduk miskin dan kurang mampu masih belum sepenuhnya terbebas dari pengeluaran biaya, dan masih
ada 29 penduduk Aceh yang tidak memiliki jaminan kesehatan sama sekali, meskipun sebagian dari mereka mampu membayar biaya berobat yang relatif murah
terutama untuk rawat jalan, namun sebagian besar mereka tidak sanggup membayar biaya rawat inap yang dapat melampaui kemampuan bayarnya Dinkes Aceh, 2010.
Salah satu solusi yang disiapkan oleh Pemerintah Aceh adalah Jaminan Kesehatan Aceh JKA. Program ini mengasuransikan kesehatan semua penduduk
Aceh universal health coverage yang preminya ditanggung oleh Pemerintah Aceh. Dengan demikian uang bukan lagi hambatan bagi penduduk Aceh untuk mengakses
fasilitas pelayanan kesehatan, mereka cukup hanya menunjukkan identitas sebagai peserta JKA untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
medisnya Dinkes Aceh, 2010. JKA yang mulai berlaku sejak 1 Juni 2010 untuk mewujudkan jaminan
kesehatan bagi seluruh penduduk Aceh yang berkeadilan, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, jenis kelamin, dan usia, dalam rangka meningkatkan
produktifitas dan kesejahteraan masyarakat. Sasarannya adalah seluruh penduduk
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki Kartu Tanda Penduduk KTP Aceh dan atau yang namanya tercantum dalam Kartu Keluarga KK Aceh universal health coverage Dinkes Aceh, 2010.
Pada tahap awal seluruh penduduk Aceh merupakan peserta JKA kecuali peserta Askes Sosial dan peserta JPK Jamsostek. Peserta pun mendapat manfaat
terhadap seluruh jenis dan metode pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medisnya kecuali pelayanan kesehatan yang bersifat kosmetika, atau akibat bencana yang
memiliki sumber pembiayaan tersendiri Dinkes Aceh, 2010. Harapan kedepan setelah beberapa tahun JKA berjalan dan penduduk Aceh
telah menyadari manfaat bagi kesehatan, maka bagi mereka yang mampu diharapkan bersedia menanggung biaya bagi jaminan kesehatan diri dan keluarganya, sehingga
yang menjadi tanggungan Pemerintah Aceh hanyalah anak yatim dan fakir miskin yang lebih berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang menyeluruh tanpa biaya
Dinkes Aceh, 2010. Berdasarkan data dari PT. ASKES Kantor Cabang Langsa
diketahui bahwa jumlah peneriman JKA untuk Kota Langsa sebanyak 65.669 jiwa.
Layanan rawat inap bagi peserta JKA terdiri dari : 1 pelayanan administrasi; 2 pemeriksaan oleh dokter; 3 perawatan di ruang perawatan; 4 pemeriksaan
penunjang diagnostik; dan 5 tindakan medis Dinkes Aceh, 2010. Dari hasil survei awal diketahui bahwa layanan kesehatan bagi pasien peserta JKA dinilai kurang
optimal, hal ini ditandai dengan adanya keluhan pasien peserta JKA terhadap pelayanan RSUD Kota Langsa. Untuk lebih mengetahui keluhan pasien terhadap
pelayanan RSUD Kota Langsa, maka Direktur RSUD Kota Langsa telah membuat kotak pengaduan masyarakat seperti di bagian informasi, Instalasi Gawat Darurat dan
Universitas Sumatera Utara
beberapa ruangan lainnya. Melalui kotak pengaduan tersebut pihak direktur berharap bisa mendapat masukan melalui surat yang nantinya masuk selain mendengarkan
langsung dari para Wakil Direktur dan staf lainnya. Sehingga keluhan dan laporan yang diterima akan menjadi evaluasi seluruh manajemen RSUD Kota Langsa untuk
diperbaiki dan ditingkatkan. Beberapa keluhan masyarakat yang sudah diterima selama ini diantaranya : keterlambatan dokter dalam menangani pasien, kurangnya
perhatian perawat terhadap pasien atau dinilai sering “menelantarkan” pasien- pasiennya, kekurangan obat dan penempatan pasien yang kurang layak di rumah sakit
Costumer Service RSUD Kota Langsa, 2010. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti persepsi
pasien peserta jaminan kesehatan aceh terhadap kepuasan pelayanan di ruang rawat inap RSUD Kota Langsa tahun 2011.
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana persepsi pasien peserta jaminan kesehatan aceh terhadap mutu dan kepuasan pelayanan di ruang rawat inap
RSUD Kota Langsa tahun 2011.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui persepsi pasien peserta jaminan kesehatan aceh terhadap mutu dan kepuasan pelayanan di ruang rawat inap RSUD Kota Langsa tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien peserta JKA umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan pekerjaan yang rawat inap di RSUD Kota Langsa. b.
Untuk mengetahui persepsi pasien peserta JKA terhadap pelayanan pelayanan administrasi, pemeriksaan oleh dokter, perawatan di ruang perawatan,
pemeriksaan penunjang diagnostik, dan tindakan medis di ruang rawat inap RSUD Kota Langsa.
c. Untuk mengetahui persepsi pasien peserta JKA terhadap kepuasan pelayanan di
ruang rawat inap RSUD Kota Langsa
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan informasi bagi Manajemen RSUD Kota Langsa tentang persepsi
pasien peserta JKA terhadap layanan rawat inap RSUD Kota Langsa yang dapat dijadikan bahan dalam meningkatkan pelayanannya.
b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
tentang mutu dan kepuasan pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna Jaminan Kesehatan Aceh.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA