mendapatkan prevalensi anemia pada ibu hamil 59,3 di wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh NAD.
15
Beberapa penelitian menunjukkan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di Sumatera Utara masih tinggi. Penelitian Riswan tahun 2001 di beberapa praktek
bidan swasta di Kota Medan, diperoleh proporsi anemia gizi besi 53,33 pada wanita hamil.
16
Pada tahun 2005 di Puskesmas Medan Johor diperoleh proporsi anemia pada ibu hamil 43,8.
17
Pada tahun 2006 di Simalungun diperoleh proporsi anemia pada ibu hamil 57,1.
18
Pada tahun 2008, ibu yang melahirkan di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum BPRSU Rantauprapat 53,1 menderita anemia.
19
Berdasarkan data dari Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2009, diperoleh prevalensi anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Tuhemberua 39,2. Cakupan pemberian tablet Fe di Puskesmas Tuhemberua masih rendah yaitu 44,66. Mengacu pada uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011.
1.2. Rumusan Masalah
Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara
Tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara
Tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Prevalens Rate kejadian anemia gizi pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011. b.
Untuk mengetahui hubungan umur dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara
tahun 2011. c.
Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara
tahun 2011. d.
Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara
tahun 2011. e.
Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten
Nias Utara tahun 2011. f.
Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias
Utara tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
g. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian anemia gizi pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.
h. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia gizi
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.
i. Untuk mengetahui hubungan pelayanan antenatal dengan kejadian anemia
gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.
j. Untuk mengetahui hubungan konsumsi tablet besi dengan kejadian anemia
gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.
k. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia gizi pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.
l. Untuk mengetahui Ratio Prevalence RP anemia gizi pada ibu hamil
berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan, pelayanan antenatal, konsumsi tablet
besi, dan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.
m. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan yang berhubungan
dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara dan instansi yang terkait dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya pada ibu hamil. b. Sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan anemia gizi pada ibu hamil. c. Sebagai sarana bagi penulis menambah wawasan tentang anemia pada ibu
hamil.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Anemia Gizi
Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin Hb, hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah
satu atau beberapa unsur makanan yang esensial.
5
Anemia jenis ini disebabkan oleh faktor dari luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi.
20
Anemia karena faktor dari luar lebih mudah diatasi bahkan diobati menurut penyebabnya. Bila penyebabnya karena kekurangan salah satu zat gizi, keadaan dapat
diperbaiki dengan melengkapi zat gizi yang kurang tersebut.
20
Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, danatau vitamin B
12
.
5
Pada kehamilan, anemia adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11 gdl pada trimester I dan III, atau kadar nilai hemoglobin
kurang dari 10,5 gdl pada trimester II.
21
Menurut kriteria WHO 2000, seorang wanita hamil dinyatakan anemia apabila memiliki kadar hemoglobin Hb 110
gL
2
dan volume hematokrit Ht 0,33 gL.
5
2.2. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi anemia gizi besi 62,3, anemia megaloblastik 29, anemia hemolitik 8 dan anemia
hipoplastik 0,7.
22
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Anemia Gizi Besi
Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh depleted iron store sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang.
23
Anemia defisiensi besi disebabkan oleh kurangnya mineral Fe besi sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
24
Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi Fe sehingga disebut anemia kekurangan
zat besi atau anemia gizi besi.
2
Anemia gizi besi atau anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi utama bagi semua kelompok umur dengan prevalensi paling tinggi pada kelompok
ibu hamil.
6
Sekitar 95 anemia terkait kehamilan tergolong anemia gizi besi.
11
Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan makanan sumber zat besi, meningkatnya kebutuhan zat besi saat hamil dan menyusui
perubahan fisiologis, dan kehilangan banyak darah. Anemia yang disebabkan oleh ketiga faktor itu terjadi secara cepat saat cadangan zat besi tidak mencukupi
peningkatan kebutuhan zat besi.
10
2.2.2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan oleh gangguan pembentukan DNA pada inti eritroblast, terutama akibat defisiensi vitamin B
12
dan asam folat. Anemia defisiensi vitamin B
12
relatif jarang dijumpai di Indonesia, tetapi anemia defisiensi asam folat cukup sering dijumpai, terutama pada wanita hamil. Anemia defisiensi
asam folat merupakan penyebab kedua anemia pada wanita hamil setelah defisiensi besi.
23
Universitas Sumatera Utara
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis cukup baik. Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita
mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya
anak, keperluan akan asam folat jauh berkurang. Sebaliknya anemia defisiensi vitamin B
12
anemia perniosa memerlukan pengobatan terus-menerus, juga di luar kehamian.
25
2.2.3. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik pada wanita hamil adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Pengobatan dengan
berbagai obat penambah darah tidak memberi hasil sehingga satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita adalah transfusi darah, yang sering perlu diulang
sampai beberapa kali.
25
2.2.4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya
sebelum masa hidup rata-rata eritrosit yaitu 120 hari. Hemolisis berbeda dengan proses penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah cukup umurnya.
23
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Hal ini dapat disebabkan karena faktor
intrakospukuler herediter, talasemia, anemia sel sabit dan faktor ekstrakospukuler malaria, sepsis, keracunan zat logam, leukimia.
22
Universitas Sumatera Utara
Dari keempat jenis anemia di atas, yang termasuk anemia gizi adalah anemia defisiensi zat besi dan anemia megaloblastik. Dalam pembahasan selanjutnya yang
akan dibahas adalah anemia gizi besi atau anemia defisiensi zat besi.
2.3. Kebutuhan Zat Besi Pada ibu Hamil
Zat besi Fe adalah bagian penting dari hemoglobin, mioglobin dan enzim, namun zat gizi ini tergolong esensial sehingga harus disuplai dari makanan. Sumber
utama zat besi adalah pangan hewani terutama yang berwarna merah, yaitu hati dan daging, sedangkan sumber lain adalah sayuran berwarna hijau. Pangan hewani relatif
lebih tinggi absorpsinya yaitu 20-30 dibandingkan dengan pangan nabati hanya 1- 7. Hal tersebut karena zat besi dalam nabati yaitu ferri ketika akan diabsorpsi harus
direduksi dahulu menjadi bentuk ferro.
10
Banyaknya absorpsi zat besi tergantung pada jumlah kandungan besi dalam makanan, jenis besi dalam makanan, adanya bahan penghambat atau pemacu absorpsi
dalam makanan, jumlah cadangan besi dalam tubuh, dan kecepatan eritropoesis.
23
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi daripada laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan
zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. Disamping itu, kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah
janin. Jika persediaan cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada
kehamilan berikutnya.
12
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan meningkat. Peningkatan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan janin untuk bertumbuh pertumbuhan janin
memerlukan banyak sekali zat besi, pertumbuhan plasenta, dan peningkatan volume darah ibu. Jumlahnya sekitar 1.000 mg selama hamil. Kebutuhan akan zat besi selama
trimester I relatif sedikit, yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III yaitu 6,3 mg sehari.
5
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat mutlak dibutuhkan oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk menghadapi persalinan dengan aman.
26
Selama proses kehamilan, bayi sangat membutuhkan zat-zat penting yang hanya dapat dipenuhi dari ibu. Bidan harus memberikan informasi ini kepada ibu
karena terkadang pasien kurang memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsinya.
26
2.4. Peningkatan Kebutuhan Fisiologi