Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

TUHEMBERUA KABUPATEN NIAS UTARA TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

ADVINCE MAYASARI ZEBUA NIM. 071000027

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

TUHEMBERUA KABUPATEN NIAS UTARA TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ADVINCE MAYASARI ZEBUA NIM. 071000027

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

(4)

ABSTRAK

Anemia gizi besi merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia. Pada wanita hamil, anemia dapat meningkatkan prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bayinya. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi pada ibu hamil 24,5%.

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011. Populasi adalah semua ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua. Sampel adalah ibu hamil di desa Banua gea, Botolakha, dan Siofa Banua yang berjumlah 110 ibu hamil. Analisis data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat.

Ditemukan prevalence rate anemia 51,8%. Proporsi ibu hamil berdasarkan umur terbanyak pada umur 20-35 tahun yaitu 84,5%, pendidikan dasar 52,7%, petani 60,9%, miskin 64,5%, trimester III 40%, paritas <4 81,8%, jarak kehamilan <2 tahun 66,4%, antenatal tidak baik 60,9%, mengonsumsi tablet besi 50,9% dan status gizi baik 78,2%.

Hasil analisis bivariat terdapat 6 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan anemia gizi yaitu umur (p=0,027; RP=1,616), pendapatan keluarga (p=0,038; RP=1,538), paritas (p=0,005; RP=1,756), jarak kehamilan (p=0,013; RP=1,715), pelayanan antenatal (p=0,039; RP=1,510), konsumsi tablet besi (p=0,007; RP=1,650). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa paritas adalah variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan anemia gizi.

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Tuhemberua agar meningkatkan program Keluarga Berencana (KB), pelayanan kesehatan bagi ibu hamil di wilayah kerjanya melalui penyuluhan tentang kehamilan risiko tinggi, dan meningkatkan pelayanan antenatal serta cakupan pemberian tablet Fe.

Kata kunci : Anemia gizi besi, wanita hamil, faktor berhubungan


(5)

ABSTRACT

Iron deficiency anemia is one of the four major nutrition problems in Indonesia. In pregnant women, anemia may increase the prevalence maternal mortality and morbidity and her baby. According to Riskesdas 2007 the prevalence of anemia in pregnant women was 24,5%.

This research was an observational analytic study using cross sectional design. The aim of this study is to determine the factor related with anemia in pregnant women in Tuhemberua Puskesmas District North Nias in 2011. The population was all pregnant women in Tuhemberua. The sample was pregnant women in Banua Gea, Botolakha, and Siofa Banua which amounted 110 pregnant women. Data analysis was performed with univariate, bivariate and multivariate. .

The prevalence rate of anemia was 51,8%. Proportion of pregnant women based on the age group most at age 20-35 years was 84,5%, primary education 52,7%, farmer 60,9%, poor 64,5%, third trimester 40%, parity <4 81,8 %, pregnancy interval <2 years 66,4%, bad antenatal care 60,9%, 50,9% was consume iron tablets and good nutrition was 78.2%.

Results of bivariate analysis there are 6 variables that have a significant relationship with anemia that is age (p = 0,027; RP = 1,616), family income (p = 0,038; RP = 1,538), parity (p = 0,005; RP = 1,756), pregnancy interval (p = 0,013; RP = 1.715), antenatal care (p = 0,039; RP = 1,510), consumption of iron tablets (p = 0,007; RP = 1,650). Multivariate analysis showed that parity was the most dominant variables associated with anemia.

It is suggested that the Puskesmas Tuhemberua to improve family planning programme, health care for pregnant women through education about high risk pregnancy, and increase the coverage of antenatal care and iron tablets distribution.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ADVINCE MAYASARI ZEBUA

Tempat/Tanggal Lahir : Gunungsitoli / 8 Maret 1989 Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 3 (tiga) dari 7 (tujuh) bersaudara Nama Ayah : Sozanolo Zebua

Nama Ibu : Rosmawati Telaumbanua Alamat Rumah : Jln.Gomo.No.25 Gunungsitoli

Riwayat Pendidikan : 1.1995-2001 : SD Negeri No.070974 Gunungsitoli 2. 2001-2004 : SMP Swasta Pembda 2 Gunungsitoli 3. 2004-2007 : SMA Swasta Pembda 1 Gunungsitoli 4. 2007-2011: Fakultas Kesehatan Masyarakat


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen Penasehat Akademik.

4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

5. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Penguji Skripsi I yang telah banyak memberi kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Penguji Skripsi II yang telah banyak memberi kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Kepala Puskesmas Tuhemberua beserta staf yang telah membantu penulis selama penelitian.

8. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 9. Papi dan mami yang telah membesarkan dan mendidik penulis serta

memberikan dukungan moril maupun materil.

10.Kakak-kakakku (Tuti, Yeti) dan adik-adikku (Ayu, Novan, Ria, Citra) atas semua doa dan dukungannya.

11.Agnes, Santri, Eva, Rini, Siska, Valen, Sania, Ilza, K’Dwi dan rekan-rekan Epidemiologer lainnya atas semua doa, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

12.Semua pihak yang turut membantu penulis.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaannya dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan ... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Anemia Gizi ... 8

2.2. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan ... 8

2.2.1. Anemia Gizi Besi ... 9

2.2.2. Anemia Megaloblastik... 9

2.2.3. Anemia Hipoplastik... 10

2.2.4. Anemia Hemolitik ... 10

2.3. Kebutuhan Zat Besi Pada ibu Hamil ... 11

2.4. Peningkatan Kebutuhan Fisiologi... 12

2.5. Patofisiologi Anemia Gizi Pada Kehamilan ... 13

2.6. Gejala ... 14

2.7. Dampak Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 15

2.8. Epidemiologi Anemia Gizi ... 15

2.8.1. Distribusi dan Frekuensi... 15

2.8.2. Determinan ... 17

2.9. Pencegahan ... 22

2.9.1. Pencegahan Primer ... 22

2.9.2. Pencegahan Sekunder ... 23

2.9.3. Pencegahan Tersier ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 26

3.2. Definisi Operasional ... 26

3.3. Aspek Pengukuran ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 31


(10)

4.3. Populasi dan Sampel ... 31

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

4.4.1. Data Primer ... 33

4.4.2. Data Sekunder ... 33

4.5 Instrumen Penelitian ... 34

4.6. Analisis Data ... 34

4.6.1. Analisis Univariat ... 34

4.6.2. Analisis Bivariat ... 34

4.6.3. Analisis Multivariat ... 35

BAB 5 HASIL 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

5.1.1. Geografi... 36

5.1.2. Demografi... 36

5.1.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 38

5.2. Analisis Univariat ... 39

5.2.1. Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 39

5.2.2. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Faktor Sosiodemografi ... 40

5.2.3. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Reproduksi ... 41

5.2.4. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pelayanan Kesehatan ... 42

5.2.5. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi.. 42

5.3 Analisis Bivariat ... 43

5.3.1. Hubungan Umur Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 43

5.3.2. Hubungan Pendidikan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil... 44

5.3.3. Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil... 44

5.3.4. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 45

5.3.5. Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil... 46

5.3.6. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 47

5.3.7. Hubungan Jarak Kehamilan Pekerjaan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 48

5.3.8. Hubungan Pelayanan Antenatal Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 48

5.3.9. Hubungan Konsumsi Tablet Besi Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 49

5.3.10. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil... 50


(11)

5.4. Analisis Multivariat ... 51 BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Prevalence Rate Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 52

6.2. Analisis Bivariat ... 53 6.2.1 Hubungan Umur Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu

Hamil ... 53

6.2.2. Hubungan Pendidikan Dengan Kejadian Anemia Gizi

Pada Ibu Hamil... 55 6.2.3. Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian Anemia Gizi

Pada Ibu Hamil... 56 6.2.4. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian

Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 58 6.2.5. Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian Anemia

Gizi Pada Ibu Hamil... 59 6.2.6. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada

Ibu Hamil ... 61 6.2.7. Hubungan Jarak Kehamilan Pekerjaan Dengan Kejadian

Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 62 6.2.8. Hubungan Pelayanan Antenatal Dengan Kejadian

Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 64 6.2.9. Hubungan Konsumsi Tablet Besi Dengan Kejadian

Anemia Gizi Pada Ibu Hamil ... 66 6.2.10.Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Gizi

Pada Ibu Hamil... 68

6.3. Analisis Multivariat ... 69

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan... 71 7.2. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Kuesioner 2. Master data

3. Output analisis univariat,bivariat dan multivariat 4. Surat izin dan selesai penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Luas Wilayah, Jumlah Dusun dan Jumlah Penduduk di Wilayah

kerja Puskesmas Tuhemberua Tahun 2010... 37 Tabel 5.2. Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah

Kerja Puskesmas Tuhemberua Tahun 2010 ... 38 Tabel 5.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kecamatan Tuhemberua

Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 38 Tabel 5.4. Prevalence Rate Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 39 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Faktor Sosiodemografi

di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011... 40 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Reproduksi di

Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011... 41 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pelayanan Kesehatan

di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 42 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi di Wilayah

Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011.. 42 Tabel 5.9. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 43 Tabel 5.10. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 43 Tabel 5.11 Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 44


(13)

Tabel 5.12. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 45 Tabel 5.13. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Usia Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 46 Tabel 5.14. Ratio Prevalence Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Usia Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011... 46 Tabel 5.15. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 47 Tabel 5.16. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Jarak Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 48 Tabel 5.17. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 48 Tabel 5.18. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Konsumsi Tablet Besi di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 49 Tabel 5.19. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 50 Tabel 5.20. Variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi Pada

Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 51


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Pie Prevalence Rate Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 52

Gambar 6.2. Diagram Bar Proporsi Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 53 Gambar 6.3. Diagram Bar Proporsi Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 55 Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 56 Gambar 6.5. Diagram Bar Proporsi Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 58 Gambar 6.6. Diagram Bar Proporsi Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Usia Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 59 Gambar 6.7. Diagram Bar Proporsi Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 61 Gambar 6.8. Diagram Bar Proporsi Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Jarak Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 62 Gambar 6.9. Diagram Bar Proporsi Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 64 Gambar 6.10. Diagram Bar Proporsi Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Konsumsi Tablet Besi di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 66 Gambar 6.11. Diagram Bar Proporsi Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 ... 68


(15)

ABSTRAK

Anemia gizi besi merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia. Pada wanita hamil, anemia dapat meningkatkan prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bayinya. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi pada ibu hamil 24,5%.

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011. Populasi adalah semua ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua. Sampel adalah ibu hamil di desa Banua gea, Botolakha, dan Siofa Banua yang berjumlah 110 ibu hamil. Analisis data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat.

Ditemukan prevalence rate anemia 51,8%. Proporsi ibu hamil berdasarkan umur terbanyak pada umur 20-35 tahun yaitu 84,5%, pendidikan dasar 52,7%, petani 60,9%, miskin 64,5%, trimester III 40%, paritas <4 81,8%, jarak kehamilan <2 tahun 66,4%, antenatal tidak baik 60,9%, mengonsumsi tablet besi 50,9% dan status gizi baik 78,2%.

Hasil analisis bivariat terdapat 6 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan anemia gizi yaitu umur (p=0,027; RP=1,616), pendapatan keluarga (p=0,038; RP=1,538), paritas (p=0,005; RP=1,756), jarak kehamilan (p=0,013; RP=1,715), pelayanan antenatal (p=0,039; RP=1,510), konsumsi tablet besi (p=0,007; RP=1,650). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa paritas adalah variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan anemia gizi.

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Tuhemberua agar meningkatkan program Keluarga Berencana (KB), pelayanan kesehatan bagi ibu hamil di wilayah kerjanya melalui penyuluhan tentang kehamilan risiko tinggi, dan meningkatkan pelayanan antenatal serta cakupan pemberian tablet Fe.

Kata kunci : Anemia gizi besi, wanita hamil, faktor berhubungan


(16)

ABSTRACT

Iron deficiency anemia is one of the four major nutrition problems in Indonesia. In pregnant women, anemia may increase the prevalence maternal mortality and morbidity and her baby. According to Riskesdas 2007 the prevalence of anemia in pregnant women was 24,5%.

This research was an observational analytic study using cross sectional design. The aim of this study is to determine the factor related with anemia in pregnant women in Tuhemberua Puskesmas District North Nias in 2011. The population was all pregnant women in Tuhemberua. The sample was pregnant women in Banua Gea, Botolakha, and Siofa Banua which amounted 110 pregnant women. Data analysis was performed with univariate, bivariate and multivariate. .

The prevalence rate of anemia was 51,8%. Proportion of pregnant women based on the age group most at age 20-35 years was 84,5%, primary education 52,7%, farmer 60,9%, poor 64,5%, third trimester 40%, parity <4 81,8 %, pregnancy interval <2 years 66,4%, bad antenatal care 60,9%, 50,9% was consume iron tablets and good nutrition was 78.2%.

Results of bivariate analysis there are 6 variables that have a significant relationship with anemia that is age (p = 0,027; RP = 1,616), family income (p = 0,038; RP = 1,538), parity (p = 0,005; RP = 1,756), pregnancy interval (p = 0,013; RP = 1.715), antenatal care (p = 0,039; RP = 1,510), consumption of iron tablets (p = 0,007; RP = 1,650). Multivariate analysis showed that parity was the most dominant variables associated with anemia.

It is suggested that the Puskesmas Tuhemberua to improve family planning programme, health care for pregnant women through education about high risk pregnancy, and increase the coverage of antenatal care and iron tablets distribution.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.1 Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.2

Upaya perbaikan status gizi masyarakat menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan.3 Upaya ini dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan yaitu bayi dan balita, remaja perempuan, ibu hamil dan ibu menyusui.4

Di Indonesia anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama selain masalah kurang kalori protein, defisiensi vitamin A dan gondok endemik. 5 Anemia gizi adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin.6

Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi (Fe), asam folat, dan/atau vitamin B12. Anemia gizi besi merupakan masalah gizi yang paling sering terjadi di dunia. Perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar 51%. Anemia gizi besi lebih


(18)

cenderung berlangsung di negara-negara yang sedang berkembang dibanding negara yang sudah maju.5

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008, prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun 1993-2005 di seluruh dunia mencapai 41,8%. Prevalensi di Afrika 57,1%, di Amerika 24%, di Asia Tenggara 48,2%, di Eropa 25,1% dan di Timur Tengah 44,2%.7

Berdasarkan data dari Health Nutrition and Population Statistics diperoleh prevalensi anemia pada ibu hamil di beberapa negara tahun 2005. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia masih cukup tinggi misalnya di Laos 56,4%, India 49,7%, Irak 38,2%, Arab Saudi 32%, Korea Selatan 22,6%, Korea Utara 22,6%. Prevalensi terendah di Asia yaitu di Jepang (14,8%). Prevalensi di negara-negara Eropa antara lain Spanyol 17,6%, Portugal 17,3%, Italia 15,5%, Belanda 12,5%, Denmark 12,4%, dan Jerman 12,3%. Di Australia diperoleh prevalensi 12,4%.8

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, prevalensi anemia ibu hamil sebesar 40,1% dan pada tahun 2007 turun menjadi 24,5%. Namun demikian keadaan ini mengindikasikan bahwa anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.2

Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi.2 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PT Merck Tbk tahun 2003 di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara prevalensi anemia cukup tinggi. Di Jawa Timur dengan melibatkan 5.959 peserta tes darah di tiga kota, Kediri, Jombang, dan Mojokerto, didapat 33% di antaranya anemia. Di Jawa Barat dengan peserta tes darah sebanyak


(19)

7.439 di tiga kota, Garut, Tasikmalaya, dan Cirebon, 41% di antaranya anemia. Sedangkan di Sumatera Utara dengan peserta tes darah sebanyak 9.377 orang di tiga kota yaitu Medan, Pematang Siantar, dan Kisaran, didapati 33% diantaranya anemia.9

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi terutama anemia gizi besi.2 Pada ibu hamil, anemia berperan pada peningkatan prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bagi bayinya dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi, serta bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).10

Anemia gizi besi merupakan anemia yang paling umum pada saat kehamilan. Sekitar 95% anemia terkait kehamilan tergolong anemia gizi besi.11

Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut “ potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan.12

Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini terfokus pada pemberian tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil.2 Ibu hamil mendapat tablet zat besi 90 tablet selama kehamilannya tetapi ibu hamil yang mengonsumsi tablet besi baru mencapai 60%.13

Berdasarkan hasil penelitian Dian (2008) di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah diperoleh prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 34,8%.14 Rohana (2008)


(20)

mendapatkan prevalensi anemia pada ibu hamil 59,3% di wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD).15

Beberapa penelitian menunjukkan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di Sumatera Utara masih tinggi. Penelitian Riswan tahun 2001 di beberapa praktek bidan swasta di Kota Medan, diperoleh proporsi anemia gizi besi 53,33% pada wanita hamil.16 Pada tahun 2005 di Puskesmas Medan Johor diperoleh proporsi anemia pada ibu hamil 43,8%. 17 Pada tahun 2006 di Simalungun diperoleh proporsi anemia pada ibu hamil 57,1%. 18 Pada tahun 2008, ibu yang melahirkan di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat 53,1% menderita anemia.19

Berdasarkan data dari Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2009, diperoleh prevalensi anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua 39,2%. Cakupan pemberian tablet Fe di Puskesmas Tuhemberua masih rendah yaitu 44,66%. Mengacu pada uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011.

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011.


(21)

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Prevalens Rate kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011. b. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kejadian anemia gizi pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.

c. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.

d. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.

e. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.

f. Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.


(22)

g. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.

h. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.

i. Untuk mengetahui hubungan pelayanan antenatal dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.

j. Untuk mengetahui hubungan konsumsi tablet besi dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.

k. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.

l. Untuk mengetahui Ratio Prevalence (RP) anemia gizi pada ibu hamil berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan, pelayanan antenatal, konsumsi tablet besi, dan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.

m. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara dan instansi yang terkait dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada ibu hamil.

b. Sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan anemia gizi pada ibu hamil.

c. Sebagai sarana bagi penulis menambah wawasan tentang anemia pada ibu hamil.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Anemia Gizi

Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial. 5 Anemia jenis ini disebabkan oleh faktor dari luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi.20

Anemia karena faktor dari luar lebih mudah diatasi bahkan diobati menurut penyebabnya. Bila penyebabnya karena kekurangan salah satu zat gizi, keadaan dapat diperbaiki dengan melengkapi zat gizi yang kurang tersebut.20 Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan/atau vitamin B12.5

Pada kehamilan, anemia adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar nilai hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II.21 Menurut kriteria WHO (2000), seorang wanita hamil dinyatakan anemia apabila memiliki kadar hemoglobin (Hb) <110 (g/L)2 dan volume hematokrit (Ht) <0,33 (g/L).5

2.2. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi anemia gizi besi (62,3%), anemia megaloblastik (29%), anemia hemolitik (8%) dan anemia hipoplastik (0,7%).22


(25)

2.2.1. Anemia Gizi Besi

Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang.23 Anemia defisiensi besi disebabkan oleh kurangnya mineral Fe (besi) sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.24 Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) sehingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi.2

Anemia gizi besi atau anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi utama bagi semua kelompok umur dengan prevalensi paling tinggi pada kelompok ibu hamil. 6 Sekitar 95% anemia terkait kehamilan tergolong anemia gizi besi.11

Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan makanan sumber zat besi, meningkatnya kebutuhan zat besi saat hamil dan menyusui (perubahan fisiologis), dan kehilangan banyak darah. Anemia yang disebabkan oleh ketiga faktor itu terjadi secara cepat saat cadangan zat besi tidak mencukupi peningkatan kebutuhan zat besi.10

2.2.2. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik disebabkan oleh gangguan pembentukan DNA pada inti eritroblast, terutama akibat defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Anemia defisiensi vitamin B12 relatif jarang dijumpai di Indonesia, tetapi anemia defisiensi asam folat cukup sering dijumpai, terutama pada wanita hamil. Anemia defisiensi asam folat merupakan penyebab kedua anemia pada wanita hamil setelah defisiensi besi.23


(26)

Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis cukup baik. Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak, keperluan akan asam folat jauh berkurang. Sebaliknya anemia defisiensi vitamin B12 (anemia perniosa) memerlukan pengobatan terus-menerus, juga di luar kehamian.25

2.2.3. Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik pada wanita hamil adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Pengobatan dengan berbagai obat penambah darah tidak memberi hasil sehingga satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita adalah transfusi darah, yang sering perlu diulang sampai beberapa kali.25

2.2.4. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (sebelum masa hidup rata-rata eritrosit yaitu 120 hari). Hemolisis berbeda dengan proses penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah cukup umurnya.23

Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Hal ini dapat disebabkan karena faktor intrakospukuler (herediter, talasemia, anemia sel sabit) dan faktor ekstrakospukuler (malaria, sepsis, keracunan zat logam, leukimia).22


(27)

Dari keempat jenis anemia di atas, yang termasuk anemia gizi adalah anemia defisiensi zat besi dan anemia megaloblastik. Dalam pembahasan selanjutnya yang akan dibahas adalah anemia gizi besi atau anemia defisiensi zat besi.

2.3. Kebutuhan Zat Besi Pada ibu Hamil

Zat besi (Fe) adalah bagian penting dari hemoglobin, mioglobin dan enzim, namun zat gizi ini tergolong esensial sehingga harus disuplai dari makanan. Sumber utama zat besi adalah pangan hewani terutama yang berwarna merah, yaitu hati dan daging, sedangkan sumber lain adalah sayuran berwarna hijau. Pangan hewani relatif lebih tinggi absorpsinya yaitu 20-30% dibandingkan dengan pangan nabati hanya 1-7%. Hal tersebut karena zat besi dalam nabati yaitu ferri ketika akan diabsorpsi harus direduksi dahulu menjadi bentuk ferro.10

Banyaknya absorpsi zat besi tergantung pada jumlah kandungan besi dalam makanan, jenis besi dalam makanan, adanya bahan penghambat atau pemacu absorpsi dalam makanan, jumlah cadangan besi dalam tubuh, dan kecepatan eritropoesis.23

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi daripada laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. Disamping itu, kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin. Jika persediaan cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.12


(28)

Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan meningkat. Peningkatan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan janin untuk bertumbuh (pertumbuhan janin memerlukan banyak sekali zat besi), pertumbuhan plasenta, dan peningkatan volume darah ibu. Jumlahnya sekitar 1.000 mg selama hamil. Kebutuhan akan zat besi selama trimester I relatif sedikit, yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III yaitu 6,3 mg sehari.5

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat mutlak dibutuhkan oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk menghadapi persalinan dengan aman.26

Selama proses kehamilan, bayi sangat membutuhkan zat-zat penting yang hanya dapat dipenuhi dari ibu. Bidan harus memberikan informasi ini kepada ibu karena terkadang pasien kurang memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsinya.26

2.4. Peningkatan Kebutuhan Fisiologi

Kebutuhan zat besi meningkat selama hamil untuk memenuhi kebutuhan zat besi akibat peningkatan volume darah, menyediakan zat besi bagi janin dan plasenta, dan untuk menggantikan kehilangan darah pada saat persalinan. Peningkatan absorpsi zat besi selama trimester II kehamilan membantu peningkatan kebutuhan. Beberapa studi menggambarkan hubungan antara suplementasi zat besi salama kehamilan dan peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III kehamilan dapat meningkatkan berat lahir bayi.10


(29)

Jumlah zat besi yang dibutuhkan seorang wanita pada saat hamil yaitu sekitar 1000 mg. Kebutuhan zat besi pada kehamilan trimester I relatif sedikit, yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama kehamilan trimester II dan III, yaitu 6,8 mg sehari.5

2.5. Patofisiologi Anemia Gizi Pada Kehamilan

Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Bila kadar hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 g/dl maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan kadar Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 g/dl.12

Anemia dalam kehamilan disebabkan karena dalam kehamilan, kebutuhan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Volume darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.25

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung menjadi lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah


(30)

tidak naik. Kedua, ketika perdarahan pada saat persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.25

2.6. Gejala

Pada dasarnya gejala anemia timbul karena terjadinya anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan, mekanisme kompensasi oleh darah ke jaringan. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut sebagai sindrom anemia.27

1. Gejala Umum Anemia

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku.23

2. Gejala Khas Defisiensi Besi

Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah23:

a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.

b. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.

c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.


(31)

2.7. Dampak Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Seorang wanita hamil yang menderita anemia gizi besi kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang mempunyai persediaan zat besi sedikit atau tidak mempunyai persediaan zat besi sama sekali di dalam tubuhnya walaupun tidak menderita anemia. Jika setelah lahir bayi tersebut tidak mendapatkan asupan zat besi yang mencukupi, bayi akan berisiko menderita anemia.10

Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum.20 Selain itu, anemia pada ibu hamil juga dapat mengakibatkan daya tahan ibu menjadi rendah terhadap infeksi dan kurang mampu menolerir perdarahan ketika melahirkan.28

Anemia gizi besi pada wanita hamil mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin dan peningkatan risiko bayi dengan berat badan lahir rendah.29

2.8. Epidemiologi Anemia Gizi 2.8.1. Distribusi dan Frekuensi a. Menurut Orang

Wanita usia reproduksi dan wanita hamil berisiko mengalami anemia di beberapa negara industri. Berdasarkan data dari Amerika Serikat mengindikasikan bahwa 5% wanita tidak hamil mengalami anemia. Prevalensi anemia meningkat menjadi 17% pada wanita hamil dan prevalensi terbesar yaitu 33% dari wanita hamil tersebut berasal dari kelompok dengan sosial ekonomi rendah.30


(32)

Menurut laporan WHO (2008), prevalensi anemia pada tahun 1993-2005 di dunia paling tinggi pada anak balita yaitu 47,4%. Prevalensi pada anak usia sekolah 25,4%, pada wanita hamil 41,8%, wanita tidak hamil 30,2%, laki-laki 12,7%, dan pada kelompok lanjut usia 23,9%.7

Berdasarkan survei anemia yang dilaksanakan tahun 2005 di 4 kabupaten/kota di Sumatera Utara, yaitu Kota Medan, Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Langkat, dilaporkan bahwa 40,5% pekerja wanita menderita anemia.31

Berdasarkan hasil penelitian Riris di Kabupaten Simalungun pada tahun 2006 diperoleh proporsi kejadian anemia pada ibu hamil menurut usia kehamilan yaitu pada trimester I 12,5%, trimester II 50%, dan pada trimester III 37,5%.18

b. Menurut Tempat

Anemia gizi besi merupakan jenis anemia yang paling sering dijumpai terutama di negara-negara tropis dan berkaitan erat dengan taraf sosial ekonomi masyarakat. Anemia mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia dan memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan.23

Berdasarkan laporan WHO (2008), prevalensi anemia tahun 1993-2005 pada wanita hamil di Afrika 57,1%, di Amerika 24,%, di Asia Tenggara 48,2%, di Eropa 25,1% dan di Timur Tengah 44,2%.7

Anemia umumnya terjadi di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang. Anemia terjadi pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di negara maju.10 Pada tahun 2005 prevalensi anemia pada ibu hamil di negara-negara berkembang seperti Indonesia 44,3%, India 49,7%, Ethiophia 62,7, Laos 56,4%, Irak


(33)

38,2%, dan Arab Saudi 32%. Di negara maju seperti Jepang 14,8%, Spanyol 17,6%, Portugal 17,3%, Italia 15,5%, Belanda 12,5%, Denmark 12,4%, Jerman 12,3%, dan Australia 12,4%, 8

c. Menurut Waktu

Prevalensi anemia gizi besi (AGB) pada ibu hamil di Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 1987 prevalensi anemia pada ibu hamil 70%. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 diperoleh prevalensi anemia 64 % pada ibu hamil dan mengalami penurunan pada tahun 1995 menjadi 50%.32

Berdasarkan data dari Health Nutrition and Population Statistics diketahui bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2005 adalah 44,33%.18 Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 prevalensi anemia pada ibu hami 24,5%.33

2.8.2. Determinan a. Umur

Umur ideal untuk kehamilan yang risikonya rendah adalah pada kelompok umur 20-35 tahun. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, perempuan yang mengalami kehamilan pada usia berisiko tinggi (35 tahun ke atas) 4,6% tidak pernah memeriksakan kehamilan, dan yang berusia <20 tahun 5,1% memeriksakan kehamilan pada dukun.34

Kehamilan pada remaja putri sangat berisiko terhadap dirinya karena pertumbuhan linier (tinggi badan) pada umumnya baru selasai pada usia 16-18 tahun,


(34)

dan dilanjutkan dengan pematangan rongga panggul beberapa tahun setelah pertumbuhan linier selesai.10

Berdasarkan hasil penelitian Simanjuntak N. (2009) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat diperoleh prevalensi anemia ibu hamil pada kelompok umur <20 atau >35 tahun adalah 65,5% sedangkan pada kelompok umur 20-35 tahun 50,4%.19

b. Pendidikan

Anemia lebih sering terjadi pada kelompok penduduk yang berpendidikan rendah. Kelompok ini umumnya tidak dapat memilih bahan makanan yang mengandung zat besi tinggi dan kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia dan penanggulangannya.35

Informasi yang berhubungan dengan perawatan kehamilan sangat dibutuhkan sehingga akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil. Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang rendah kadang ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai kesehatannya maka ia tidak tahu mengenai bagaimana cara melakukan perawatan kehamilan yang baik.26

Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat menigkatkan daya beli makanan.10


(35)

Faktor ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, atau bila berpendidikan mungkin disebabkan karena ketidakpedulian.36 Berdasarkan penelitian Chatarina dan Hari (2002), terjadi kecenderungan peningkatan anemia sesuai dengan penurunan status pendidikan.37

c. Pekerjaan

Menurut penelitian Hasnah dan Atik (2003), jenis pekerjaan yang dilakukan ibu hamil akan berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinannya. Beban kerja yang berlebihan menyebabkan ibu hamil kurang beristirahat, yang berakibat produksi sel darah merah tidak terbentuk secara maksimal dan dapat mengakibatkan ibu kurang darah atau disebut sebagai anemia.38

d. Sosial Ekonomi

Upaya perbaikan status gizi masyarakat, terutama masyarakat miskin, menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan. Masalah kurang gizi disebabkan oleh berbagai faktor seperti tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, pengetahuan, status kesehatan, dan perilaku masyarakat.3

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah status ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga dan harga bahan makanan itu sendiri. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya, terutama memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.10


(36)

Di negara seperti Indonesia yang pendapatan penduduk sebagian besar adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizinya juga akan terganggu.39

e. Riwayat Kehamilan

Untuk kesehatan ibu telah dibuktikan bahwa makin kecil atau pendek jarak waktu antara kelahiran anak, makin banyak dan tinggi komplikasi kesakitan dan kematian yang timbul bagi ibu dan anak.12

Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga.6 Selain itu makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemia.12

Banyak wanita yang tidak sempat memulihkan tenaganya antara jarak kehamilan. Hal ini membuat wanita lebih sering mengalami tingkat kesehatan yang buruk, komplikasi kehamilan dan persalinan.40 Status gizi ibu belum pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya. Oleh karena itu belum siap untuk kehamilan berikutnya.10

f. Infestasi Parasit

Kehilangan zat besi dapat diakibatkan oleh adanya infestasi parasit seperti parasit malaria, cacing tambang (ankilostoma dan nekator), dan skistosoma. Kasus-kasus tersebut biasanya terjadi di negara-negara tropis, lembab serta keadaan sanitasi


(37)

yang buruk. Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2 sampai 100 cc/hari, bergantung pada jenis dan beratnya infestasi parasit. 5

g. Budaya

Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa kepercayaan, seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut. Contohnya ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan. Selain itu, pola makan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi hewani yang rendah dan tinggi sumber besi nabati.10

h. Pelayanan Kesehatan

Fasilitas yang memadai akan sangat menentukan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipasi akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kematian ibu (AKI).26

Masih rendahnya kesadaran ibu-ibu hamil untuk memeriksa kandungannya di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga faktor-faktor yang sesungguhnya dapat dicegah atau komplikasi kehamilan yang dapat diperbaiki serta diobati tidak dapat segera ditangani. Seringkali mereka datang setelah keadaannya buruk.36

Semua ibu hamil diharapkan mendapat perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini faktor risiko maka semua ibu hamil perlu melakukan skrining antenatal. Untuk itu pemeriksaan kehamilan paling sedikit dilakukan 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester I (K1), satu kali pada trimester II, dan


(38)

dua kali pada trimester III (K4). Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilan dan memberikan informasi kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya.41

Konsumsi zat besi sangat diperlukan oleh ibu hamil yang ditujukan untuk mencegah ibu dan janin dari anemia, dan faktor risiko lainnya. Diharapkan ibu hamil dapat mengonsumsi tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan. Berdasarkan laporan Riskesdas (2010) 80,7% ibu hamil yang mengonsumsi tablet besi, dengan jumlah hari minum 0-30 hari (36,3%), 31-59 hari (2,8%), 60-89 hari (8,3%) dan 90 hari atau lebih (18%). Dijumpai 38% ibu hamil di Sumatera Utara dan 3,6% di DI Yogyakarta yang tidak pernah minum tablet besi.34

i. Lingkar Lengan Atas

Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu parameter status gizi. LILA memberikan gambaran jaringan otot dan lapisan lemak di bawah kulit melalui pengukuran dengan menggunakan pita LILA. Bila pada wanita usia subur ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).6

2.9. Pencegahan

Mengingat tingginya prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil maka diperlukan suatu tindakan pencegahan yang terpadu.23

2.9.1. Pencegahan Primer

Pendidikan kesehatan melalui penyuluhan gizi pada ibu hamil untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu absorpsi zat besi.23 Bidan berperan


(39)

untuk memberikan informasi kepada ibu karena terkadang pasien kurang memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsinya. Biasanya masyarakat pada saat lebih mementingkan selera dengan mengabaikan kualitas makanan yang dikonsumsi.26

Suplementasi zat besi adalah salah satu strategi untuk meningkatkan asupan zat besi yang hanya berhasil jika individu mematuhi aturan konsumsinya. Banyak faktor yang mendukung rendahnya tingkat kepatuhan tsersebut, seperti individu sulit mengingat aturan minum tiap hari, minimnya dana untuk membeli suplemen secara teratur dan efek samping yang tidak nyaman dari zat besi.11

Fortifikasi makanan pokok yang banyak dikonsumsi dan dibuat secara massal dengan zat besi merupakan tulang punggung pengawasan anemia di banyak negara. Di negara-negara industri, hasil olahan makanan fortifikasi yang paling lazim adalah tepung jagung dan roti.29

2.9.2. Pencegahan Sekunder a. Diagnosis

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hb dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia.6

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli.8 Metode Sahli adalah metode yang menggunakan teknik kimia dengan membandingkan senyawa akhir secara visual terhadap standar gelas warna. Metode


(40)

sahli merupakan metode yang paling sederhana dan paling banyak digunakan di laboratorium dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. 6

Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan menjadi tidak anemia Hb 11 g/dl, anemia ringan 9-10 g/dl, anemia sedang 7-8 g/dl, dan anemia berat < 7 g/dl. Sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, sehingga dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.12

b. Skrining

Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang harus diobati dalam mengurangi morbiditas anemia. Center of Disease Control (CDC) menyarankan agar remaja putri dan wanita dewasa yang tidak hamil harus diskrining tiap 5-10 tahun melalui uji kesehatan, meskipun tidak ada faktor risiko anemia seperti perdarahan, rendahnya intake gizi dan sebagainya. Namun, jika disertai dengan adanya risiko anemia, maka skrining harus dilakukan secara tahunan.11

c. Suplementasi Zat Besi

Seseorang yang telah dipastikan menderita anemia diobati dengan memberikan suplemen zat besi.29 Jika anemia sudah terjadi, tubuh tidak akan mungkin dapat menyerap zat besi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pengobatan selalu menggunakan suplementasi zat besi, disamping itu tentu saja menambah jumlah makanan yang kaya akan zat besi.5

2.9.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk, untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan


(41)

jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.42

Pencegahan tersier yang dapat dilakukan untuk mengatasi anemia pada ibu hamil diantaranya mempertahankan kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko, tetap mengkonsumsi tablet besi selama kehamilan dan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi setelah persalinan.42


(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka di atas, maka kerangka konsep dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Faktor Sosiodemografi

- Umur

- Pendidikan - Pekerjaan

- Pendapatan keluarga

Status Reproduksi

- Usia Kehamilan

- Paritas

- Jarak Kehamilan

Pelayanan Kesehatan

- Pelayanan Antenatal - Konsumsi Tablet Besi

Status Gizi

Variabel Dependen

Kejadian anemia gizi pada ibu hamil

3.2. Definisi Operasional

3.2.1 Kejadian anemia gizi pada ibu hamil adalah keadaan konsentrasi Hb yang terdapat di dalam darah ibu hamil dalam satuan g/dl berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang dikategorikan atas :

1. Anemia : Jika Hb pada trimester 1 dan III <11 g/dl atau trimester II <10,5 g/dl

2. Tidak anemia : Jika Hb pada trimester 1 dan III ≥11 g/dl atau trimester II ≥10,5 g/dl


(43)

3.2.2. Faktor Sosiodemografi

a. Umur adalah umur ibu hamil berdasarkan ulang tahun terakhir pa da saat dilakukan penelitian yang dikelompokkan atas36 :

1. <20 tahun dan >35 tahun 2. 20-35 tahun

b. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi dari ibu hamil yang dikategorikan atas :

1. Tidak sekolah/Tidak tamat SD

2. Dasar : SD, SMP

3. Menengah : SMA

4. Tinggi : Akademi, Perguruan tinggi

Untuk analisis bivariat, pendidikan dikelompokkan menjadi : 1. Rendah : Tidak sekolah/Tidak tamat, SD, SD, SMP

2. Tinggi : SMA, Akademi, Perguruan tinggi

c. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan ibu hamil sehari-hari dengan maksud memperoleh pendapatan atau keuntungan, yang dikategorikan atas:

1. Petani 2. PNS

3. Wiraswasta

4. Ibu Rumah Tangga

Untuk analisis bivariat, pekerjaan dikategorikan menjadi : 1. Bekerja : Petani, PNS, Wiraswasta


(44)

d. Pendapatan keluarga adalah jumlah hasil pekerjaan utama maupun tambahan dari keluarga setiap bulan yang disesuaikan dengan definisi miskin menurut Bank Dunia yaitu pendapatan <US$1= Rp. 8.700,-/orang/hari dan disesuaikan dengan jumlah orang yang menjadi tanggungan. Dikategorikan menjadi 43:

1. Miskin : Jika pendapatan < Rp. 261.000,-/orang/bulan 2. Tidak miskin : Jika pendapatan ≥ Rp. 261.000,-/orang/bulan 3.2.3. Status Reproduksi

a. Usia kehamilan adalah usia kehamilan responden pada saat penelitian dikategorikan menjadi12 :

1. Trimester I : bila usia kehamilan 0-12 minggu 2. Trimester II : bila usia kehamilan 13-28 minggu 3. Trimester III : bila usia kehamilan 29-42 minggu

b. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan responden baik lahir hidup maupun lahir mati yang dikategorikan atas41 :

1. ≥ 4 2. < 4

c. Jarak kehamilan adalah selang waktu antara mulai kehamilan dengan persalinan sebelumnya yang dikategorikan atas41:

1. < 2 tahun 2. ≥ 2 tahun 3.2.4. Pelayanan Kesehatan

a. Pelayanan Antenatal adalah frekuensi pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan. Dikategorikan atas :


(45)

1. Tidak baik : bila tidak memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III dan tidak mendapat pelayanan minimal 5T (pengukuran tinggi badan dan berat badan, tekanan darah, tinggi fundus, imunisasi TT, pemberian tablet Fe).

2. Baik : bila memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada

trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III dan mendapat pelayanan minimal 5T (pengukuran tinggi badan dan berat badan, tekanan darah, tinggi fundus, imunisasi TT, pemberian tablet Fe).

b. Konsumsi tablet besi adalah kebiasaan ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet besi pada kehamilan ini. Dikategorikan atas :

1. Tidak 2. Ya

3.2.5. Status gizi adalah status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan menggunakan pita LILA. Dikategorikan menjadi :

1. Tidak Baik : Jika LILA <23,5 cm

2. Baik : Jika LILA ≥23,5 cm

3.3. Aspek Pengukuran

No Variabel Cara dan

Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur 1 Kejadian anemia gizi pada ibu hamil Alat pengukur Hb (digital)

1. Anemia : Jika Hb pada trimester I dan III <11 g/dl atau trimester II <10,5 g/dl

2. Tidak anemia : Jika Hb pada trimester I dan III ≥ 11 g/dl atau trimester II

≥10,5 g/dl

Nominal

2 Umur Wawancara

(kuesioner)

1. < 20 tahun dan > 35 tahun 2. 20 - 35 tahun

Ordinal

3 Pendidikan Wawancara (kuesioner)

1. Tidak sekolah/Tidak tamat SD 2. Dasar : SD, SMP

3. Menengah : SMA

4. Tinggi : Akademi, PT


(46)

4 Pekerjaan Wawancara (kuesioner)

1. Bekerja : Petani, PNS, Wiraswasta, Pegawai swasta

2. Tidak bekerja : Ibu rumah tangga

Nominal

5 Pendapatan Keluarga

Wawancara (kuesioner)

1. Miskin : Jika pendapatan < Rp.

261.000,-/orang/bulan 2. Tidak miskin : Jika pendapatan ≥ Rp.

261.000,-/orang/bulan Ordinal 6 Usia Kehamilan Wawancara (kuesioner)

1. Trimester I 2. Trimester II 3. Trimester III

Ordinal

7 Paritas Wawancara

(kuesioner)

1. ≥ 4 2. < 4

Ordinal

8 Jarak Kehamilan

Wawancara (kuesioner)

1. < 2 tahun 2. ≥ 2 tahun

Ordinal

9 Pelayanan Antenatal

Wawancara (kuesioner)

1.Tidak baik : bila tidak memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III dan tidak mendapat pelayanan minimal 5T (pengukuran tinggi badan dan berat badan, tekanan darah, tinggi fundus, imunisasi TT, pemberian tablet Fe). 2. Baik : bila memeriksakan kehamilan

minimal 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III dan mendapat pelayanan minimal 5T

(pengukuran tinggi badan dan berat badan, tekanan darah, tinggi fundus, imunisasi TT, pemberian tablet Fe). Nominal 10 Konsumsi tablet besi Wawancara (kuesioner) 1. Tidak 2. Ya Nominal

11 Status Gizi Pita LILA 1. Tidak Baik : Jika LILA <23,5 cm 2. Baik : Jika LILA ≥23,5 cm


(47)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan cakupan K4 dan pemberian tablet Fe pada ibu hamil masih rendah. Selain itu, kasus malaria cukup tinggi dan mayoritas penduduk bekerja sebagai petani sehingga berisiko terinfeksi cacing yang dapat menyebabkan anemia.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari 2011 sampai dengan Agustus 2011. 4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi adalah semua ibu hamil yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara berdasarkan data Januari 2011 sampai pada saat pengumpulan data.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari ibu hamil yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara berdasarkan data Januari 2011 sampai pada saat pengumpulan data.


(48)

a. Besar Sampel

Untuk memperkirakan populasi ibu hamil digunakan CBR (Crude Birth Rate) Kabupaten Nias Utara tahun 2010. yaitu 13,7 per 1000 penduduk. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan Tuhemberua berjumlah 11.426 jiwa.

Perkiraan populasi

= 156,53 157

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Gaspersz :

) 1 ( ) 1 ( 2 2 2 P P Z NG P P NZ n    

Dimana : n = Besar sampel N = Jumlah populasi

P = Perkiraan proporsi suatu peristiwa (0,39) Z = Tingkat kepercayaan (95%)

G = Galat pendugaan (5%) Sehingga : ) 39 , 0 1 ( 39 , 0 ) 96 , 1 ( ) 05 , 0 ( 157 ) 39 , 0 1 ( 39 , 0 ) 96 , 1 ( 157 2 2 2     n 31 , 1 48 , 143  n 110 53 , 109   n

Dari hasil perhitungan besar sampel di atas diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 110 ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua.


(49)

b. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dengan asumsi bahwa populasinya homogen. Untuk itu dipilih 3 desa sebagai tempat penelitian yaitu Desa Banua Gea, Botolakha dan Siofa Banua dengan pertimbangan desa tersebut memiliki jumlah populasi ibu hamil terbesar berdasarkan data jumlah ibu hamil pada bulan Januari 2011.

Untuk pengukuran kadar hemoglobin darah dan wawancara kepada responden dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah dimana ibu hamil tinggal. Untuk pengukuran kadar hemoglobin dan Lingkar Lengan Atas (LILA), peneliti dibantu oleh petugas kesehatan dari puskesmas

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan yaitu data sosiodemografi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga), status reproduksi (usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan), pelayanan kesehatan (pelayanan antenatal, konsumsi tablet besi), kadar hemoglobin dan status gizi.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum puskesmas, dan data jumlah ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua tahun 2011. Data tersebut diperoleh dari Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara.


(50)

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Kuesioner

2. Alat Pengukur Hb (digital) 3. Alkohol

4. Lancet 5. Pita LILA 4.6. Analisis Data

Setelah data terkumpul dilakukan pengecekan kelengkapannya. Pengecekan dilakukan di lapangan dengan memeriksa kuesioner yang telah diisi. Setelah itu, data dientri dan diolah dengan menggunakan komputer dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, pie diagram dan bar diagram.

4.6.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui prevalence rate kejadian anemia gizi pada ibu hamil dan distribusi proporsi dari masing-masing variabel yang meliputi faktor sosiodemografi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga), status reproduksi (usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan) dan pelayanan kesehatan (pelayanan antenatal, konsumsi tablet besi) dan status gizi.

4.6.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen yang meliputi faktor sosiodemografi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga), status reproduksi (usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan), pelayanan kesehatan (pelayanan antenatal, konsumsi tablet besi) dan status gizi dengan variabel dependen (kejadian anemia gizi pada ibu hamil). Teknik


(51)

analisis yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (P < 0,05).

Selanjutnya dihitung Ratio Prevalence (RP), yaitu perbandingan antara proporsi subjek dengan faktor risiko dengan proporsi subjek tanpa faktor risiko.

RP dihitung dengan menggunakan rumus44 RP =

Keterangan :

a. Subjek (+) dengan faktor risiko b. Subjek (-) dengan faktor risiko c. Subjek (+) tanpa faktor risiko d. Subjek (-) tanpa faktor risiko

Untuk mengetahui nilai Ratio Prevalence (RP) pada level of confidence dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Confidence Interval : Upper RP = Lower RP =

4.6.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor risiko yang paling dominan berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik berganda yang dilakukan dengan memasukkan secara serentak variabel independen menurut kriteria kemaknaan statistik tertentu (p < 0,25) dengan menggunakan metode forward. Nilai Exp(B) yang paling besar


(52)

menunjukkan faktor risiko yang paling dominan berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil.

BAB 5 HASIL

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Geografi

Puskesmas Tuhemberua terletak di Jln. Arah Sawo. Puskesmas ini berjarak ±35 km dari Kota Madya Gunungsitoli dan ±10 m dari Pasar Kecamatan Tuhemberua. Puskesmas Tuhemberua terletak di tepi jalan raya lintas kecamatan, berhadapan langsung dengan Polsek Tuhemberua dan bersebelahan dengan Koramil Tuhemberua dengan batas wilayah sebagai berikut :

-Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hiliduruwa Kecamatan Sawo

-Sebalah Selatan berbatasan dengan Desa Fulolo Salo’o Kecamatan Sitolu Ori -Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Onozitoli Kecamatan Sitolu Ori -Sebelah Timur berbatasan dengan Laut

Luas wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua adalah 5.677 m2. Rata-rata ketinggian dari permukaan laut adalah 0-200 m, curah hujan 226,31 mm, sedangkan suhu udara rata-rata 26,440C dengan kelembaban udara 68%.

5.1.2. Demografi

Wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua adalah seluruh wilayah Kecamatan Tuhemberua yang terdiri dari 8 desa yaitu Desa Silimabanua, Fino, Banuagea, Ladara, La’aya, Alo’oa, Siofabanua dan Botolakha.


(53)

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua sebanyak 11.426 jiwa yang terdiri atas 5.569 laki-laki dan 5.857 perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.474 KK. Luas wilayah dan jumlah penduduk di masing-masing desa dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini :

Tabel 5.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Tahun 2010

Jumlah Penduduk

No Desa Luas (m2)

Laki-laki Perempuan 1 2 3 4 5 6 7 8 Fino Siofabanua Banuagea Ladara La’aya Alo’oa Silimabanua Botolakha 200 1.900 800 150 300 227 600 1.500 96 885 1.458 54 192 409 1.012 1.463 75 983 1.524 65 130 560 1.141 1.379

Jumlah 5.677 5.569 5.857

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tuhemberua Tahun 2010

Mayoritas penduduk di Kecamatan Tuhemberua bekerja sebagai petani. Selain itu, ada juga yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), nelayan dan wiraswasta. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding yang laki-laki. Berdasarkan kelompok umur terbanyak yaitu pada kelompok umur 10-14 tahun. Distribusi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :


(54)

Tabel 5.2. Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Tahun 2010

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 >60 686 694 726 584 472 458 443 387 338 279 223 154 125 723 632 753 647 494 471 467 462 356 287 261 166 138 1409 1326 1479 1231 966 929 910 849 694 566 484 320 263

Jumlah 5.569 5.857 11.426

Sumber : Profil Kecamatan Tuhemberua Tahun 2010

5.1.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Kecamatan Tuhemberua dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2010

No Desa Puskesmas Pustu Posyandu Poskesdes

1 2 3 4 5 6 7 8 Silimabanua Fino Banuagea Ladara La’aya Alo’oa Siofabanua Botolakha 1 - - - - - - - - - - - - - - 1 2 1 4 1 1 2 3 3 - - 1 - - - - - Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tuhemberua Tahun 2010


(55)

Tenaga kesehatan di Puskesmas Tuhemberua tahun 2011 berjumlah 40 orang yang terdiri dari dokter umum 1 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 2 orang, dan bidan 5 orang.

5.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi proporsi responden berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu variabel dependen (kejadian anemia gizi pada ibu hamil) dan variabel independen (sosiodemografi, status reproduksi, pelayanan kesehatan dan status gizi).

5.2.1. Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Prevalence rate kejadian anemia gizi pada ibu hamil berdasarkan kadar hemoglobin darah pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4. Prevalence Rate Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011 Kejadian anemia gizi pada ibu hamil f %

Anemia Tidak Anemia

57 53

51,8 48,2

Jumlah 110 100

Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa prevalence rate anemia gizi pada ibu hamil adalah 51,8%, sedangkan prevalence rate yang tidak anemia 48,2%. Jadi, prevalence rate anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua tahun 2011 adalah 51,8%


(56)

5.2.2. Distribusi Proporsi Ibu Hamil Berdasarkan Faktor Sosiodemografi

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Ibu Hamil Berdasarkan Faktor Sosiodemografi di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011

No Faktor Sosiodemografi f %

1 Umur (tahun) < 20 dan > 35 20 - 35

17 93

15,5 84,5

Jumlah 110 100

2 Pendidikan

Tidak Sekolah/Tidak tamat SD Dasar Menengah Tinggi 11 58 33 8 10 52,7 30 7,3

Jumlah 110 100

3 Pekerjaan Petani Wiraswasta PNS

Ibu rumah tangga

67 22 9 12 60,9 20 8,2 10,9

Jumlah 110 100

4 Pendapatan Keluarga Miskin Tidak miskin 71 39 64,5 35,5

Jumlah 110 100

Dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi umur ibu hamil tertinggi adalah pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu 84,5%, sedangkan pada kelompok umur <20 dan >35 tahun 15,5%. Proporsi pendidikan ibu hamil tertinggi adalah pendidikan dasar 52,7%, sedangkan yang tidak sekolah/tidak tamat SD 10%, menengah 30%, dan pendidikan tinggi 7,3%. Proporsi perkerjaan ibu hamil tertinggi adalah petani yaitu 60,9%, sedangkan wiraswasta 20%, PNS 8,2% dan ibu rumah tangga 10,9%. Berdasarkan pendapatan keluarga, proporsi tertinggi yaitu ibu hamil dengan kategori miskin 64,5% sedangkan proporsi yang tidak miskin 35,5%.


(57)

5.2.3. Distribusi Proporsi Ibu Hamil Berdasarkan Status Reproduksi

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Ibu Hamil Berdasarkan Status Reproduksi di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011

No Status Reproduksi f %

1 Usia Kehamilan Trimester I Trimester II Trimester III

28 38 44

25,5 34,5 40

Jumlah 110 100

2 Paritas ≥ 4 < 4

20 90

18,2 81,8

Jumlah 110 100

3 Jarak Kehamilan (tahun) < 2

≥ 2

73 37

66,4 33,6

Jumlah 110 100

Dari tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa proporsi usia kehamilan ibu hamil tertinggi pada trimester III yaitu 40%, sedangkan pada trimester I 25,5% dan trimester II 34,5%. Proporsi paritas ibu hamil tertinggi adalah paritas yang <4 81,8%, sedangkan yang paritas ≥4 18,2%.. Proporsi jarak kehamilan ibu hamil yang tertinggi <2 tahun yaitu 66,4% sedangkan proporsi responden dengan jarak kehamilan ≥2 tahun adalah 33,6%.


(58)

5.2.4. Distribusi Proporsi Ibu Hamil Berdasarkan Pelayanan Kesehatan

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Ibu Hamil Berdasarkan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011

No Pelayanan Kesehatan f %

1 Pelayanan Antenatal Tidak Baik Baik

67 43

60,9 39,1

Jumlah 110 100

2 Konsumsi Tablet Besi Tidak

Ya

54 56

49,1 50,9

Jumlah 110 100

Dari tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan pelayanan antenatal, proporsi yang tertinggi adalah pelayanan antenatal yang tidak baik yaitu 60,9%, sedangkan proporsi yang baik 39,1%. Proporsi ibu hamil berdasarkan konsumsi tablet besi tertinggi yaitu proporsi ibu hamil yang mengonsumsi tablet besi 50,9% sedangkan yang tidak mengonsumsi tablet besi 49,1%.

5.2.5. Distribusi Proporsi Ibu Hamil Berdasarkan Status Gizi

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Ibu Hamil Berdasarkan Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011

Status Gizi f %

Tidak Baik Baik

24 86

21,8 78,2

Jumlah 110 100

Dari tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ibu hamil berdasarkan status gizi tertinggi yaitu ibu hamil dengan status gizi baik 78,2% sedangkan proporsi ibu hamil dengan status gizi tidak baik 21,8%.


(59)

5.3. Analisis Bivariat

5.3.1. Hubungan Umur Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Tabel 5.9. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011

Anemia Tidak

Anemia Jumlah No Umur (tahun)

f % f % f %

χ 2

/p RP (CI =95 %) 1

2

< 20 dan > 35 20-35 13 44 76,5 47,3 4 49 23,5 52,7 17 93 100 100 4,895 /0,027 1,616 (1,151-2,271) Dari tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi anemia pada kelompok umur <20 dan >35 tahun adalah 76,5%, sedangkan pada kelompok umur 20-35 adalah 47,3%. Proporsi tidak anemia pada kelompok umur <20 dan >35 tahun adalah 23,5%, sedangkan pada kelompok umur 20-35 tahun adalah 52,7%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel umur dengan variabel kejadian anemia gizi pada ibu hamil, didapat nilai p < 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011. Ratio Prevalence anemia gizi pada umur <20 dan >35 tahun dengan umur 20-35 tahun adalah 1,616 dengan Confidence Interval (CI) 1,151-2,271.

5.3.2. Hubungan Pendidikan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Tabel 5.10. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011

Anemia Tidak

Anemia Jumlah No Pendidikan

f % f % f %

χ 2

/p RP

(CI=95 %) 1 2 Rendah Tinggi 37 20 53,6 48,8 32 21 46,4 51,2 69 41 100 100 0,242 /0,623 1,099 (0,750-1,612) Dari tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi anemia pada ibu hamil yang berpendidikan rendah adalah 53,6%, sedangkan pada yang berpendidikan tinggi


(60)

48,8%. Proporsi tidak anemia pada ibu hamil yang berpendidikan rendah adalah 46,4%, sedangkan pada yang berpendidikan tinggi 51,2%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel pendidkan dengan variabel kejadian anemia gizi pada ibu hamil, didapat nilai p > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidkan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara tahun 2011. Ratio Prevalence anemia gizi pada ibu hamil dengan pendidikan rendah dan pendidikan tinggi adalah 1,099 dengan Confidence Interval (CI) 0,750-1,612.

5.3.3. Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil

Tabel 5.11. Tabulasi Silang Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara Tahun 2011

Anemia Tidak

Anemia Jumlah No Pekerjaan

f % f % f %

χ 2

/p RP

(CI=95 %) 1 2 Bekerja Tidak Bekerja 50 7 51,0 58,3 48 5 49,0 41,7 98 12 100 100 2,229 /0,632 1,875 (0,522-1,465)

Dari tabel 5.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi anemia pada ibu hamil yang bekerja adalah 51,0%, sedangkan pada yang tidak bekerja 58,3%. Proporsi tidak anemia pada ibu hamil yang bekerja adalah 49,0%, sedangkan pada yang tidak bekerja 41,7%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel pekerjaan dengan variabel kejadian anemia gizi pada ibu hamil, didapat nilai p > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias


(1)

Crosstab

40 27 67

59.7% 40.3% 100.0%

70.2% 50.9% 60.9%

36.4% 24.5% 60.9%

17 26 43

39.5% 60.5% 100.0%

29.8% 49.1% 39.1%

15.5% 23.6% 39.1%

57 53 110

51.8% 48.2% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

51.8% 48.2% 100.0%

Count

% within Pelayanan Antenatal

% within Kadar Hemoglobin % of Total Count

% within Pelayanan Antenatal

% within Kadar Hemoglobin % of Total Count

% within Pelayanan Antenatal

% within Kadar Hemoglobin % of Total Tidak Baik

Baik Pelayanan

Antenatal

Total

Anemia Tidak Anemia Kadar Hemoglobin

Total

Chi-Square Tests

4.266b 1 .039

3.497 1 .061

4.291 1 .038

.051 .031

4.228 1 .040

110 Pearson Chi-Square

Continuity Correction a

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20. 72.

b.

Risk Estimate

2.266 1.036 4.954

1.510 .993 2.295

Odds Ratio for Pelayanan Antenatal (Tidak Baik / Baik) For cohort Kadar Hemoglobin = Anemia For cohort Kadar

Value Lower Upper

95% Confidence Interval


(2)

Konsumsi Tablet Besi * Kadar Hemoglobin

Crosstab

35 19 54

64.8% 35.2% 100.0%

61.4% 35.8% 49.1%

31.8% 17.3% 49.1%

22 34 56

39.3% 60.7% 100.0%

38.6% 64.2% 50.9%

20.0% 30.9% 50.9%

57 53 110

51.8% 48.2% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

51.8% 48.2% 100.0%

Count

% within Konsumsi Tablet Besi % within Kadar Hemoglobin % of Total Count

% within Konsumsi Tablet Besi % within Kadar Hemoglobin % of Total Count

% within Konsumsi Tablet Besi % within Kadar Hemoglobin % of Total Tidak

Ya Konsumsi Tablet Besi

Total

Anemia Tidak Anemia Kadar Hemoglobin

Total

Chi-Square Tests

7.176b 1 .007

6.190 1 .013

7.259 1 .007

.008 .006

7.111 1 .008

110 Pearson Chi-Square

Continuity Correction a

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26. 02.


(3)

Risk Estimate

2.847 1.312 6.175

1.650 1.128 2.413

.580 .381 .881

110 Odds Ratio for Konsumsi

Tablet Besi (Tidak / Ya) For cohort Kadar Hemoglobin = Anemia For cohort Kadar Hemoglobin = Tidak Anemia

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval

Ukuran Lingkar Lengan Atas * Kadar Hemoglobin

Crosstab

14 10 24

58.3% 41.7% 100.0%

24.6% 18.9% 21.8%

12.7% 9.1% 21.8%

43 43 86

50.0% 50.0% 100.0%

75.4% 81.1% 78.2%

39.1% 39.1% 78.2%

57 53 110

51.8% 48.2% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

51.8% 48.2% 100.0%

Count

% within Ukuran Lingkar Lengan Atas % within Kadar Hemoglobin % of Total Count

% within Ukuran Lingkar Lengan Atas % within Kadar Hemoglobin % of Total Count

% within Ukuran Lingkar Lengan Atas % within Kadar Hemoglobin % of Total Tidak Normal

Normal Ukuran Lingkar

Lengan Atas

Total

Anemia Tidak Anemia Kadar Hemoglobin


(4)

Chi-Square Tests

.522b 1 .470

.241 1 .623

.524 1 .469

.498 .312

.517 1 .472

110 Pearson Chi-Square

Continuity Correction a

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11. 56.

b.

Risk Estimate

1.400 .561 3.495

1.167 .783 1.738

.833 .496 1.399

110 Odds Ratio for Ukuran

Lingkar Lengan Atas (Tidak Normal / Normal) For cohort Kadar Hemoglobin = Anemia For cohort Kadar Hemoglobin = Tidak Anemia

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval

Multivariat

Logistic Regression

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

57 0 100.0

53 0 .0

51.8 Observed

Anemia Tidak Anemia Kadar Hemoglobin

Overall Percentage Step 0

Anemia Tidak Anemia

Kadar Hemoglobin Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.


(5)

Variables in the Equation

-.073 .191 .145 1 .703 .930

Constant Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

4.895 1 .027

4.317 1 .038

.096 1 .757

7.776 1 .005

6.215 1 .013

4.266 1 .039

7.176 1 .007

19.119 7 .008

Umurk Gaji Hamilk Paritask Jarak Antenatal Besi Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Forward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients

8.276 1 .004

8.276 1 .004

8.276 1 .004

4.847 1 .028

13.123 2 .001

13.123 2 .001

Step Block Model Step Block Model Step 1

Step 2

Chi-square df Sig.

Model Summary

144.071a .072 .097

139.224a .112 .150

Step 1 2

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. a.

Classification Tablea

16 41 28.1

4 49 92.5

59.1

46 11 80.7

31 22 41.5

Observed

Anemia Tidak Anemia Kadar Hemoglobin

Overall Percentage

Anemia Tidak Anemia Kadar Hemoglobin

Step 1

Step 2

Anemia Tidak Anemia

Kadar Hemoglobin Percentage Correct Predicted


(6)

Variables in the Equation

1.565 .598 6.851 1 .009 4.780 1.481 15.427

-2.951 1.138 6.725 1 .010 .052

1.463 .608 5.799 1 .016 4.321 1.313 14.217

.935 .432 4.695 1 .030 2.548 1.093 5.938

-4.014 1.273 9.936 1 .002 .018

Paritask Constant Step

1a

Paritask Jarak Constant Step

2b

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: Paritask. a.

Variable(s) entered on step 2: Jarak. b.

Model if Term Removed

-76.173 8.276 1 .004

-73.034 6.844 1 .009

-72.035 4.847 1 .028

Variable

Paritask Step 1

Paritask Jarak Step 2

Model Log Likelihood

Change in -2 Log

Likelihood df

Sig. of the Change

Variables not in the Equation

3.316 1 .069

2.505 1 .114

.058 1 .810

4.808 1 .028

3.567 1 .059

4.012 1 .045

11.904 6 .064

3.042 1 .081

2.334 1 .127

.013 1 .908

2.996 1 .083

3.188 1 .074

7.440 5 .190

Umurk Gaji Hamilk Jarak Antenatal Besi Variables

Overall Statistics Step

1

Umurk Gaji Hamilk Antenatal Besi Variables

Overall Statistics Step

2


Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pandanaran Semarang Tahun 2013.

0 8 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOJOLABAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

3 16 16

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 17

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 8

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 35

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 1 3

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 22

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CENRANA KABUPATEN MAROS

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 -

0 0 15