Setelah era JKN BPJS, tahukah bapak ibu bahwa semua orang Pengetahuan Sikap Persepsi Pelayanan Akses Geografis Fasilitas Kesehatan Sikap Persepsi Pelayanan Faktor Predisposisi

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Pengetahuan Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 No. Pernyataan F 1. Penyakit adalah suatu keadaan di mana seseorang dimasuki kuman, bakteri atau virus, atau trauma kepada tubuhnya sehingga terdapat gangguan bentuk terhadap fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak normal. Tidak Tahu 32 39.1 Tahu 50 60.9 Total 82 100

2. Setelah era JKN BPJS, tahukah bapak ibu bahwa semua orang

bisa menggunakan semua pelayanan kesehatan penerimaan pasien BPJS. Tidak Tahu 12 14.6 Tahu 70 85.4 Total 82 100 3. Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyediakan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tidak Tahu 32 39.1 Tahu 51 60.9 Total 82 100

4. Rumah sakit merupakan upaya untuk mencegah, menyembuhkan,

memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang yang menjalani pelayanan kesehatan karena menderita suatu penyakit. Tidak Tahu 26 31.7 Tahu 56 68.3 Total 82 100 Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa setelah tabulasi distribusi variabel berdasarkan jawaban responden mengenai pengetahuan tentang Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi sebanyak 60 responden 73,1 berada pada kategori yang berpengetahuan baik dan 22 responden 26,9 berada pada kategori yang berpengetahuan tidak baik. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015

4.2.2.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Sikap

Sikap merupakan reaksi ataupun respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Hasil penelitian mengenai sikap responden tentang selalu memanfaatkan pelayanan rumah sakit bila sakit, sebanyak 33 responden 40,2 menjawab setuju dan 49 responden 59,8 menjawab tidak setuju. Distribusi sikap responden yang selalu memanfaatkan pelayanan rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi ketika sakit, sebanyak 25 responden 30,4 menjawab setuju dan sebanyak 57 responden 69,6 menjawab tidak setuju. Distribusi sikap responden yang menyarankan keluarga anak dan istri untuk memanfaatkan Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi bila mereka sakit, sebanyak 26 responden 31,7 menjawab setuju dan sebanyak 56 responden 68,3 menjawab tidak setuju. Distribusi sikap responden yang selalu memeriksakan penyakit yang diderita ke Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi, sebanyak 26 responden 31,7 menjawab setuju dan sebanyak 56 responden 68,3 menjawab tidak setuju. Pernyataan F Baik 60 73.1 Tidak Baik 22 26.9 Total 82 100 Universitas Sumatera Utara Distribusi sikap responden yang mulai merasa ada keluhan sakit tidak enak badan ke Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi, sebanyak 22 responden 26,9 menjawab setuju dan sebanyak 60 responden 73,1 menjawab tidak setuju. Distribusi sikap responden didekat rumah ada rumah sakit lain, tetapi tetap memanfaatkan Rumah Sakit Bhayangkara T.Tinggi, sebanyak 15 responden 18,3 menjawab setuju dan sebanyak 67 responden 81,7 menjawab tidak setuju. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Sikap Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 No. Pernyataan f 1. Saya memanfaatkan pelayanan rumah sakit bila saya sakit. Tidak Setuju 49 59.8 Setuju 33 40.2 Total 82 100 2. Saya memanfaatkan pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi ketika saya sakit. Tidak Setuju 57 69.6 Setuju 25 30.4 Total 82 100 3. Saya menyarankan keluarga saya anak dan istri untuk memanfaatkan Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi bila mereka sakit. Tidak Setuju 56 68.3 Setuju 26 31.7 Total 82 100 4. Saya memeriksakan penyakit yang saya derita ke Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi. Tidak Setuju 56 68.3 Setuju 26 31.7 Total 82 100 5. Saya mulai merasa ada keluhan sakit tidak enak badan ke Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi. Tidak Setuju 60 73.1 Setuju 22 26.9 Total 82 100 Universitas Sumatera Utara 6. Walaupun didekat rumah saya ada rumah sakit lain, tetapi saya tetap memanfaatkan RS Bhayangkara T.Tinggi. Tidak Setuju 67 81.7 Setuju 15 18.3 Total 82 100 Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tabulasi distribusi variabel berdasarkan jawaban responden mengenai sikap dalam pemanfaatan Rumah Sakit Bhayangkara terbanyak pada kategori bersikap positif sebanyak 14 responden 17,1 dan 68 responden 82,9 berada pada kategori yang bersikap negative. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 Pernyataan F Positif 14 17.1 Negatif 68 82.9 Total 82 100

4.2.2.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Persepsi

Persepsi dalam pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi merupakan pendapat responden mengenai pelayanan yang diperoleh dari petugas kesehatan. Distribusi persepsi responden menunjukkan bahwa dokter di rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi mudah dihubungi bila diperlukan, yang menjawab setuju sebanyak 52 responden 63,5 dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 30 responden 36,5. Distribusi persepsi responden bahwa dokter di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi bersikap ramah, sebanyak 22 responden 26,9 menjawab setuju dan sebanyak 60 responden 73,1 menjawab tidak setuju. Universitas Sumatera Utara Distribusi persepsi responden menunjukkan bahwa perawat di rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cukup jumlah dan jenis keahlian, sebanyak 50 responden 60,9 menjawab setuju dan sebanyak 32 responden 39,1 menjawab tidak setuju. Distribusi persepsi yang menunjukkan bahwa perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi bersikap ramah, sebanyak 42 responden 51,2 menjawab setuju dan sebanyak 40 responden 48,8 menjawab tidak setuju. Distribusi persepsi yang menunjukkan bahwa peralatan di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cukup memadai, sebanyak 40 responden 48,8 menjawab setuju dan sebanyak 42 responden 51,2 menjawab tidak setuju. Distribusi persepsi yang menunjukkan bahwa pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cepat dan terjangkau, sebanyak 55 responden 67,1 menjawab setuju dan sebanyak 27 responden 32,9 menjawab tidak setuju. Distribusi persepsi yang menunjukkan bahwa prosedur penerimaan pasien cepat dan tepat, sebanyak 41 responsen 50 menjawab setuju dan yang sebanyak 41 responden 50 menjawab tidak setuju. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Persepsi Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 No. Pernyataan F 1. Dokter di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi mudah dihubungi bila diperlukan Setuju 52 63.5 Tidak Setuju 30 36.5 Total 82 100 Universitas Sumatera Utara 2. Dokter di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi bersikap ramah Setuju 22 26.9 Tidak Setuju 60 73.1 Total 82 100 3. Perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cukup jumlah dan jenis keahlian Setuju 50 60.9 Tidak Setuju 32 39.1 Total 82 100 4. Perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi bersikap ramah Setuju 42 51.2 Tidak Setuju 40 48.8 Total 82 100 5. Peralatan di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cukup memadai Setuju 40 48.8 Tidak Setuju 42 51.2 Total 82 100 6. Pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cepat dan terjangkau Setuju 55 67.1 Tidak Setuju 27 32.9 Total 82 100 7. Prosedur penerimaan pasien cepat dan tepat. Setuju 41 50 Tidak Setuju 41 50 Total 82 100 Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tabulasi distribusi variabel berdasarkan jawaban responden mengenai persepsi dalam pemanfaatan Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi terbanyak pada kategori negatif yaitu sebanyak 68 responden 82,9 dan 14 responden 17,1 berada pada kategori persepsi positif. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 Pernyataan F Positif 14 17.1 Negatif 68 82.9 Total 82 100 4.2.3 Faktor Pemungkin 4.2.3.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Akses Geografis Akses geografis yaitu faktor yang memudahkan atau menghambat pemanfaatan rumah sakit dan petugasnya yang meliputi lokasi dari rumah ke R.S Bhayangkara Tebing Tinggi mudah dijangkau, sebanyak 64 responden 78,1 menjawab ya dan sebanyak 18 responden 21,9 menjawab tidak. Distribusi akses geografis yang menunjukkan bahwa transportasi umum dari rumah menuju Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi lancar, sebanyak 68 responden 82,9 menjawab ya dan sebanyak 14 responden 17,1 menjawab tidak. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Akses Geografis Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 No. Pernyataan F 1. Lokasi dari rumah ke Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi mudah dijangkau Tidak 18 21.9 Ya 64 78.1 Total 82 100 2. Transportasi umum dari rumah menuju Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi lancar Tidak 14 17.1 Ya 68 82.9 Total 82 100 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tabulasi distribusi variabel berdasarkan jawaban responden mengenai akses geografis dalam pemanfaatan Rumah Sakit Bhaynagkara Tebing Tinggi yang terbanyak pada kategori mudah, yaitu sebanyak 62 responden 75,6 dan pada kategori sulit sebanyak 20 responden 24,4. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Akses Geografis Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 Pernyataan F Mudah 62 75.6 Sulit 20 24.4 Total 82 100 4.2.3.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Fasilitas Kesehatan Tersedianya fasilitas adalah lengkap atau tidaknya alat dan tempat yang disedikan oleh Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi guna menunjang kebutuhan medis. Distribusi fasilitas kesehatan ruangan rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cukup memadai untuk menerima pasien, sebanyak 62 resonden 75,6 menjawab ya dan sebanyak 20 responden 24,4 menjawab tidak. Distribusi fasilitas kesehatan responden yang menunjukkan bahwa fasilitas pengobatan yang disediakan sudah lengkap alat-alat pemeriksaan kesehatan, sebanyak 62 responden 75,6 menjawab ya dan sebanyak 20 responden 24,4 menjawab tidak. Universitas Sumatera Utara Distribusi fasilitas kesehatan responden yang menunjukkan bahwa tempat tidur yang disediakan rumah sakit nyaman, sebanyak 52 responden 63,5 menjawab ya dan sebanyak 30 responden 36,5 menjawab tidak. Distribusi fasilitas kesehatan responden yang menunjukkan bahwa laboratorium di RS Bhayangkara T.Tinggi tersedia, sebanyak 52 responden 63,5 menjawab ya dan sebanyak 30 responden 36,5 menjawab tidak. Distribusi fasilitas kesehatan responden yang menunjukkan bahwa kamar mandi RS Bhayangkara Tebing Tinggi bersih, sebanyak 27 responden 32,9 menjawab ya dan sebanyak 55 responden 67,1 menjawab tidak. Distribusi fasilitas kesehatan responden yang menunjukkan bahwa obat- obatan yang tersedia di apotik RS Bhayangkara T.Tinggi lengkap, sebanyak 62 responden 75,6 menjawab ya dan sebanyak 20 responden 24,4 menjawab tidak. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Fasilitas Kesehatan Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 No. Pernyataan F 1. Ruangan rawat inap di rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cukup memadai untuk menerima pasien Ya 62 75.6 Tidak 20 24.4 Total 82 100 2. Fasilitas pengobatan yang disediakan sudah lengkap alat-alat pemeriksaan kesehatan Ya 62 75.6 Tidak 20 24.4 Total 82 100 3. Tempat tidur yang disediakan rumah sakit nyaman Ya 52 63.5 Tidak 30 36.5 Total 82 100 Universitas Sumatera Utara

4. Laboratorium di RS Bhayangkara T.Tinggi tersedia

Ya 52 63.5 Tidak 30 36.5 Total 82 100 5. Kamar mandi RS Bhayangkara Tebing Tinggi bersih Ya 27 32.9 Tidak 55 67.1 Total 82 100 6. Obat-obatan yang tersedia di apotik RS Bhayangkara T.Tinggi lengkap Ya 62 75.6 Tidak 20 24.4 Total 82 100 Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tabulasi distribusi variabel berdasarkan jawaban responden mengenai fasilitas kesehatan dalam pemanfaatan Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi yang terbanyak pada kategori lengkap, yaitu sebanyak 66 responden 80,5 dan 16 responden 19,5 berada pada kategori fasilitas kurang lengkap. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Fasilitas Kesehatan Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 Pernyataan f Kurang Lengkap 16 19.5 Lengkap 66 80.5 Total 82 100 Universitas Sumatera Utara 4.2.4 Faktor Penguat 4.2.4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Perilaku Petugas Kesehatan Perilaku petugas kesehatan adalah reaksi atau tindakan petugas pada pasienpenunjang rumah sakit bersikap sopan, ramah, penuh perhatiansungguh- sungguh termasuk ketepatan kehadiran dalam perawatan pasien di rumah sakit. Distribusi responden mengenai dokter selalu datang tepat waktu apabila ada jadwal kunjungan pemeriksaan pasien, sebanyak 7 responden 8,6 menjawab setuju dan sebanyak 75 responden 91,4 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai dokter melayani dengan ramah, sebanyak 22 responden 28,6 menjawab setuju dan sebanyak 60 responden 73,2 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai dokter melayani dengan penuh perhatian sungguh-sungguh, sebanyak 6 responden 7,4 menjawab setuju dan sebanyak 76 responden 92,6 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai dokter selalu memberikan informasi tentang kondisi kesehatan pasien yang sedang sakit, sebanyak 32 responden 39,1 menjawab setuju dan sebanyak 50 responden 60,9 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai dokter dengan cepat menanggapi keluhan penyakit yang dialami pasien, sebanyak 16 responden 19,6 menjawab setuju dan sebanyak 66 responden 80,4 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai dokter memberikan diagnosa dan pengobatan pemberian obat dengan tepat dan benar kepada pasien, sebanyak 32 Universitas Sumatera Utara responden 39,1 menjawab setuju dan sebanyak 50 responden 60,9 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai dokter akan menanggapi bila ingin menyatakan atau menanyakan sesuatu tentang masalah kesehatan atau tentang keadaan pasien, sebanyak 22 responden 26,8 menjawab setuju dan sebanyak 60 responden 73,2 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai perawat selalu datang tepat waktu bila diperlukan oleh pasien apabila berkaitan dengan penyakit, sebanyak 16 responden 19,6 menjawab setuju dan sebanyak 66 responden 80,4 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai perawat melayani dengan ramah, sebanyak 22 responden 26,8 menjawab setuju dan sebanyak 60 responden 73,2 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai perawat tanggap dalam melayani keluhan dengan penuh perhatian sungguh-sungguh, sebanyak 16 responden 19,6 menjawab setuju dan sebanyak 66 responden 80,4 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai perawat selalu memberikan informasi tentang tindakan kesehatan yang akan dilakukan dengan jelas, sebanyak 16 responden 19,6 menjawab setuju dan sebanyak 66 responden 80,4 menjawab tidak setuju. Distribusi responden mengenai perawat selalu tepat waktu dalam pemberian obat kepada pasien, sebanyak 57 responden 69,6 menjawab setuju dan sebanyak 25 responden 30,4 menjawab tidak setuju. Universitas Sumatera Utara Distribusi responden mengenai perawat memberikan pelayanan yang tidak berbeda kepada pasien umum dan anggota polri, sebanyak 15 responden 18,3 menjawab setuju dan sebanyak 67 responden 81,7 menjawab tidak setuju. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Perilaku Petugas Kesehatan Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 No. Pernyataan f 1. Dokter selalu datang tepat waktu apabila ada jadwal kunjungan pemeriksaan pasien Tidak Setuju 75 91.4 Setuju 7 8.6 Total 82 100 2. Dokter melayani bapak ibu dengan ramah Tidak Setuju 60 73.2 Setuju 22 26.8 Total 82 100 3. Dokter melayani bapak ibu dengan penuh perhatian sungguh- sungguh Tidak Setuju 76 92.6 Setuju 6 7.4 Total 82 100 4. Dokter selalu memberikan informasi kepada bapak ibu tentang kondisi kesehatan pasien yang sedang sakit Tidak Setuju 50 60.9 Setuju 32 39.1 Total 82 100 5. Dokter dengan cepat menanggapi keluhan penyakit yang dialami bapak ibu Tidak Setuju 66 80.4 Setuju 16 19.6 Total 82 100 6. Dokter memberikan diagnosa dan pengobatan pemberian obat dengan tepat dan benar kepada pasien Tidak Setuju 50 60.9 Setuju 32 39.1 Total 82 100 7. Dokter menanggapi bila bapak ibu ingin menyatakan atau menanyakan sesuatu tentang masalah kesehatan atau tentang keadaan pasien Universitas Sumatera Utara Tidak Setuju 60 73.2 Setuju 22 26.8 Total 82 100 8. Perawat selalu datang tepat waktu bila diperlukan oleh pasien mengenai penyakit Tidak Setuju 66 80.4 Setuju 16 19.6 Total 82 100 9. Perawat melayani bapak ibu dengan ramah Tidak Setuju 60 73.2 Setuju 22 26.8 Total 82 100 10. Perawat tanggap dalam melayani keluhan bapak ibu dengan penuh perhatian sungguh-sungguh Tidak Setuju 66 80.4 Setuju 16 19.6 Total 82 100 11. Perawat selalu memberikan informasi kepada bapak ibu tentang tindakan kesehatan yang akan dilakukan dengan jelas Tidak Setuju 66 80.4 Setuju 16 19.6 Total 82 100 12. Perawat selalu tepat waktu dalam pemberian obat kepada pasien Tidak Setuju 25 30.4 Setuju 57 69.6 Total 82 100 13. Perawat memberikan pelayanan yang tidak berbeda kepada pasien umum dan anggota polri Tidak Setuju 67 81.7 Setuju 15 18.3 Total 82 100 Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tabulasi distribusi variabel berdasarkan jawaban responden mengenai perilaku petugas kesehatan dalam pemanfaatan Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi yang terbanyak pada kategori perilaku baik, yaitu sebanyak 64 responden 78,1 dan 18 responden 21,9 berada pada kategori perilaku yang tidak baik. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Perilaku Petugas Kesehatan Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 Pernyataan f Tidak Baik 64 78.1 Baik 18 21.9 Total 82 100 4.2.5 Pemanfaatan Kembali Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Pemanfaatan kembali Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi yaitu kesediaan pasien untuk datang atau memanfaatkan ulang rumah sakit tersebut untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Distribusi responden menunjukkan bahwa yang menjawab bersedia sebanyak 31 responden 37,6 yang yang menjawab tidak bersdia sebanyak 51 responden 62,4. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Pemanfaatan Kembali Rumah sakit oleh Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 Pernyataan f Bersedia 31 37.6 Tidak Bersedia 51 62.4 Total 82 100 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Pemanfaatan Kembali Rumah Sakit Berdasarkan Pangkat Anggota PolriKeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2015 Pangkat Pemanfaatan Ulang Ruang Rawat Inap Total Bersedia Tidak Bersedia f F f Perwira 6 100 6 100 Bintara 22 40 33 60 55 100 Tamtama 8 38,1 13 61,9 21 100 Total 30 52 82 Universitas Sumatera Utara

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas meliputi pengetahuan, sikap, persepsi pelayanan, akses geografis, fasilitas kesehatan, dan perilaku petugas kesehatan dengan variabel terikat, yakni pemanfaatan kembali. Untuk mengetahui kemaknaan dilakukan analisis bivariat dengan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai . Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat disajikan pada tabel berikut: Tabe1 4.18 Tabulasi Silang antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat terhadap Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan oleh Anggota PolriKeluarganya No. Variabel Bebas Pemanfaatan Ulang Ruang Rawat Inap Total P Value Bersedia Tidak Bersedia f f F 1. Pengetahuan 0,607 Baik 24 40 36 60 60 100 Tidak Baik 8 36,3 14 63,7 22 100 Total 32 50 82 100 2. Sikap Positif 10 71,4 4 28,6 14 100 0,023 Negatif 22 32,3 46 67,7 68 100 Total 32 50 82 100 3. Persepsi Pelayanan Positif 10 71,4 4 28,6 14 100 0,031 Negatif 22 32,3 46 67,7 68 100 Total 32 50 82 100 4. Akses Geografis Mudah 23 37,1 39 62,9 62 100 0,714 Sulit 9 45 11 55 20 100 Total 32 50 82 100 5. Fasilitas Kesehatan Lengkap 26 39,3 40 60,7 66 100 0,823 Kurang Lengkap 6 37,5 10 62,5 16 100 Universitas Sumatera Utara Total 32 50 82 100 6. Perilaku Petugas Kesehatan Baik 11 61,1 7 38,9 18 100 0,009 Tidak Baik 20 31,3 44 68,7 64 100 Total 31 51 82 100 Keterangan: Signifikan Berdasarkan hasil uji chi-square pada Tabel 4.18, diketahui: 1. Variabel sikap p=0,023, persepsi pelayanan p=0,031, dan perilaku petugas kesehatan p=0,009 menunjukkan hubungan signifikan dengan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi, karena nilai p0,05. 2. Variabel pengetahuan p=0,607, akses geografi 0,714, dan fasilitas kesehatan 0,823 memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi, karena nilai p0,05. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik Chi-Square No. Variabel Bebas Sig. p Keterangan

1. Pengetahuan

0,607 Tidak Ada Hubungan

2. Sikap

0,023 Ada Hubungan

3. Persepsi Pelayanan

0,031 Ada Hubungan

4. Akses Geografis

0,714 Tidak Ada Hubungan

5. Fasilitas Kesehatan

0,823 Tidak Ada Hubungan

6. Perilaku Petugas Kesehatan

0,009 Ada Hubungan

4.4 Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji statistik bivariat, dapat diketahui bahwa variabel pengetahuan, akses geografis dan fasilitas kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan. Namun sikap, persepsi pelayanan, dan perilaku petugas kesehatan Universitas Sumatera Utara memiliki hubungan yang signifikan sehingga dapat dilanjukan ke analisis multivariat regresi logistik. Hasil uji statistik regresi logistik dengan tingkat kepercayaan 95 . Regresi logistik ganda yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang dimasukkan dalam model regresi logistik ganda adalah variabel yang mempunyai nilai p0,05 pada analisis bivariatnya. Variabel yang memiliki nilai probabilitas p lebih kecil dari 0,05 adalah variabel sikap, persepsi pelayanan, dan perilaku petugas kesehatan. Selanjutnya seluruh variabel tersebut dianalisis dengan metode regresi logistik Backward LR, yakni dimasukkan secara bersama- sama kemudian variabel yang nilai p0,05 akan dikeluarkan secara otomatis dari komputer sehingga diperoleh variabel yang berpengaruh signifikan. Variabel yang terpilih dalam model akhir regresi logistik ganda dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut: Tabel 4.20 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda No. Variabel Bebas B ExpB Sig.

1. Sikap

0,929 2,533 0,136

2. Persepsi Pelayanan

0,947 2,579 0,122

3. Perilaku Petugas

Kesehatan 1,372 3,943 0,012 Constant -1,911 0,148 0,053 Berdasarkan Tabel 4.20 didapatkan hasil bahwa dari 3 variabel yang lolos signifikan pada uji bivariat, hanya 1 yang signifikan, yakni perilaku petugas kesehatan dengan nilai p0,05 0,0120,05 terhadap pemanfaatan kembali sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi dalam uji multivariat dengan regresi logistik ganda. Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hanya perilaku petugas kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan. Sementara variabel pengetahuan, sikap, persepsi pelayanan, akses geografis dan fasilitas kesehatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi. Kemudian setelah diteliti ternyata tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah era JKN BPJS, angggota Polri tetap kurang berminat menggunakan pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing tinggi, apalagi setelah era JKN pelayanan kesehatan menimbulkan persaingan antar penyedia pelayanan kesehatan termasuk diantaranya adalah rumah sakit, dengan adanya persaingan antar rumah sakit yang semakin tinggi disertai dengan banyaknya pembangunan rumah sakit baru, maka Rumah Sakit Bhayangkara perlu terus mengembangkan diri dengan mengembangkan mutu pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara itu sendiri dan senantiasa harus dapat meyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, agar masyarakat merasa puas dan nyaman untuk menggunakan sarana yang ada khususnya bagi anggota Polri dan keluarganya, supaya mereka tidak lebih memilih rumah sakit lain karena semua anggota Polri keluarganya yang menjadi responden penelitian, semuanya tidak memiliki asuransi lain selain BPJS sehingga mereka bisa menggunakan kartu BPJS untuk bebas memilih berobat ke rumah sakit yang mereka inginkan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota Polri yang paling banyak bersedia memanfaatkan kembali Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi ialah golongan yang pangkatnya Bintara sebanyak 22 responden dan Tamtama 8 responden, karena mereka mengungkapkan selain jarak dari rumah sakit tersebut dekat, namun juga apabila mereka berobat ke rumah sakit tersebut mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang lebih besar tetapi pangkat perwira tidak mau menggunakan kembali Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi karena mereka menganggap mereka mampu untuk membayar lebih demi mendapatkan pelayanan yang lebih baik pula sehingga mereka lebih memilih untuk berobat ke tempat lain. 5.1 Variabel yang Memengaruhi Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan 5.1.1 Variabel Perilaku Petugas Kesehatan Perilaku petugas kesehatan adalah tindakan yang diberikan oleh perawat, dokter maupun petugas lainnya kepada setiap pasien. Penilaian pasien terhadap tanggapan atau respon yang ditunjukkan oleh perawat, dokter maupun petugas lainnya selama melayani pasien untuk mendapatkan fasilitas kesehatan di rumah sakit saat responden datang sampai dengan responden pulang atau yang hanya sekedar berkunjung rawat jalan. Berdasarkan hasil analisis uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perilaku petugas kesehatan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya, karena nilai p=0,012 p0,05. Berdasarkan hasil penelitian dengan responden yang dilakukan terhadap Universitas Sumatera Utara 82 responden dalam pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, ada sebanyak 64 responden 78,1 yang menyatakan perilaku petugas kesehatan berperilaku negatif dan berdasakan hasil wawancara dengan responden mengenai perilaku petugas kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi yakni perilaku perawat dalam meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan pasien sebagian responden menyatakan baik, hal itu mereka lihat pada saat pasien bercerita tentang penyakitnya dalam hal ini perawat dan bidan mau mendengarkan keluhan- keluhan yang mereka rasakan dan tidak jarang perawat atau bidan memberikan motivasi kepada pasien dan keluarganya untuk tetap tenang dan berdoa selama pasien menjalani perawatan di rumah sakit tersebut, tetapi ada juga responden yang mengatakan bahwa banyak juga perawat yang acuh tak acuh dan seringkali memberikan pelayanan yang berbeda antara pasien Polri dan pasien umummandiri, pasien umummandiri lebih didahulukan daripada pasien Polri padahal antara pasien umum dan Polri sama saja, sama-sama membutuhkan pelayanan yang baik dari semua pihak rumah sakit. Hal tersebut diduga karena menurut perawat, pasien Polri tidak membayar biaya pengobatan seperti pasien mandiri selama berada di rumah sakit tersebut dan kurangnya jumlah tenaga paramedis perawat yang menyebabkan beban kerja perawat menjadi bertambah membuat perawat menjadi kurang ramah terhadap pasien dan juga keluarga pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai ketepatan perawat dalam pemberian obat kepada pasien sebagian besar responden menjawab baik, karena melihat perawat selalu tepat waktu dalam mengantarkan makanan Universitas Sumatera Utara dan obat-obatan untuk pasien, namun terkadang perawat tidak datang tepat waktu saat dipanggil atau diperlukan misalnya masalah infuse yang tidak jalan, mereka lama datang untuk memenuhi panggilan pasien atau sebelum infuse habis mereka sudah menggantinya dengan yang baru, namun bagitu perawat selalu memberikan informasi terlebih dahulu kepada pasien atau keluarganya mengenai tindakan medis yang akan dilakukan dengan jelas sebelum dilakukannya tindakan kepada diri pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai keterampilan dan pengetahuan serta ketepatan waktu pemeriksaan yang dimiliki oleh dokter dalam pemeriksaan pasien, responden menjawab kurang baik. Pasien manyatakan bahwa dokter di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi tidak tepat waktu dalam pemeriksaan pasien namun dokter terampil ketika memeriksa pasien, keterampilan dokter dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien dari kecekatan dan kemahiran dokter dalam menggunakan alat penunjang pemeriksaan medis serta tanggap dalam menangani keluhan pasien. Pengetahuan dokter mengenai penyakit juga baik, hal itu terlihat dari dokter yang mengetahui penyakit pasien hanya dengan menanyakan keluhan pasien bisa langsung memberikan diagnosa dan pemberian resep obat kepada pasien tanpa pemeriksaan serta ketepatan waktu pemeriksaan dilakukan oleh dokter dengan tepat waktu sesuai dengan jadwal kunjungan yang ditetapkan tanpa pasien harus menunggu terlalu lama. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai penampilan dokter, mereka menyatakan tidak baik, hal itu terlihat ketika dokter sedang tidak memeriksa pasien pakaian dan penampilan mereka tidak rapi dan terlihat seperti Universitas Sumatera Utara bukan seorang dokter dan jika akan memasuki ruangan pasien barulah dokter menggunakan seragam kedokterannya jas putihnya, sehingga terkadang pasien bingung sulit untuk mengetahui serta membedakan antara dokter dan pegawai biasa atau masyarakat umum karena penampilannya. Kemudian karena sikap fenomena yang timbul akibat pengalaman mereka pada masa lalu saat berada di rumah sakit tersebut yakni ketidakpuasan dan ketidaknyamanan pasien terhadap pelayanan medis yang diterima mengenai sikap petugas dokter serta kemampuan dokter dalam menangani penyakit yang pernah mengalami kesalahan dalam mendiagnosa penyakit sehingga timbul rasa trauma pada diri pasien, yang membuat mereka tidak mau kembali lagi ke rumah sakit tersebut untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai penjelasan dokter mengenai kondisi pasien yang disampaikan kepada pasien, sebagian responden menjawab kurang baik karena dokter menjelaskan tentang keadaan pasien dengan terburu-buru dan kurang terperinci serta diwaktu yang bersamaan itulah dokter sekaligus memeriksa, menentukan diagnosa dan menjelaskan tentang keadaan pasien kemudian langsung memberikan resep obat tanpa ditanyakan kembali kepada pasien apakah ada yang perlu ditanyakan lagi atau tidak, apabila pasien kurang mengerti dapat ditanyakan kembali kepada perawat dan nanti perawat yang akan menyampaikan kembali kepada dokter. Dokter tidak memeriksa pasien dengan sungguh-sungguh, hal itu terlihat ketika pemeriksaan dokter hanya memeriksa sekedarnya saja bahkan terkadang sama sekali tidak diperiksa, langsung ditanya tentang keluhan pasien kemudian memberikan resep Universitas Sumatera Utara kepada pasien tanpa adanya komunikasi antara pasien dengan dokter yang menyebabkan pasien tidak merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, padahal pasien ingin dilayani lebih lama lagi dan diperiksa dengan sungguh-sungguh tanpa mengulur-ulur waktu. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai kecepatan petugas kesehatan lain di rumah sakit selain petugas medis menjawab baik, karena pasien mengungkapkan bahwa petugas lain seperti bagian administrasi dalam menangani pasien yang akan mendaftar dilayani dengan cepat tanpa menunggu terlalu lama, bagi peserta JKN cukup membawa kartu peserta BPJS nya dan membawa Kartu Tanda Penduduk KTP atau Kartu Keluarga KK dan apabila ada pasien yang gawat dan harus masuk ke Unit Gawat darurat UGD bisa langsung dibawa ke ruang UGD tanpa mendaftar terlebih dahulu, setelah ditangani oleh dokter baru dipersilahkan untuk mengurus administrasi. Kecepatan petugas kebersihan dalam membersihkan rumah sakit juga baik sehingga rumah sakit tampak bersih, terlihat dari cepatnya petugas kebersihan dalam membersihkan setiap ruangan dan halaman serta ruang tunggu pasien. Petugas keamanan parkir juga ramah kepada pasien dan keluarganya dan menjaga kendaraan setiap pengunjung dengan susunan yang rapi dan baik agar tidak menghalangi pengguna jalan. Kecepatan petugas laboratorium termasuk lambat dalam menangani pasien yang ingin memeriksakan darah tetapi petugas di bagian apotek baik dalam memberikan obat kepada pasien sehingga pasien tidak perlu mengantri terlalu lama apabila akan mengambil resep dari dokter dan apotek juga buka selama 24 jam. Universitas Sumatera Utara Hasil uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel perilaku petugas kesehatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan dengan nilai p=0,012 p0,05 dan perilaku petugas kesehatan memberikan pengaruh yang paling besar terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi dengan nilai koefisien B= 1,372 Menurut Azwar 1996, menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan petugas merupakan salah satu penunjang keberhasilan pelayanan kepada pasien yang sedang menjalani pengobatan serta perawatan khususnya bagi pasien rawat inap. Perilaku pelayanan oleh perawat, dokter, bidan dan petugas lainnya harusnya ditunjukkan dengan baik kepada pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian penelitian Kristian 2011, menyatakan bahwa perilaku petugas kesehatan merupakan faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.

5.2 Variabel yang Tidak Memengaruhi Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan

5.2.1 Variabel Pengetahuan

Pengetahuan adalah pemahaman responden tentang pelayanan yang ada di rumah sakit. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yakni melalui penglihatan, penciuman, rasa, dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2010. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi karena berdasarkan hasil uji chi-square terhadap variabel pengetahuan diperoleh nilai p=0,607 p0,05. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 82 responden dalam pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, ada sebanyak 60 responden 73,1 memiliki pengetahuan yang baik. Walaupun pengetahuan responden baik terkait Rumah Sakit Bhayangkara tetapi masih banyak anggota Polri yang tidak mau memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan unit satuan Polri tersebut, karena berdasarkan pengalaman pribadi dari responden yakni pengalaman berobat yang mereka alami selama menjalani perawatan, mereka merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat, perawat tidak memperhatikan pasien dengan sungguh-sungguh serta proses pengobatan yang lambat, hal tersebut mendorong Polri dan anggota keluargaya untuk mencari fasilitas yang lebih baik dengan berobat dan mencari pengobatan ke unit lain karena mereka tahu setelah adanya BPJS kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah maka semua orang termasuk anggota Polri dan keluarganya bisa mengakses rumah sakit yang diinginkan karena tidak diharuskan lagi untuk berobat ke Rumah Sakit milik Kepolisian Republik Indonesia, apalagi Polri yang memiliki pangkat yang sudah tinggi mengaku tidak mau lagi memanfaatkan rumah sakit tersebut dan memilih langsung dirujuk ke rumah sakit di luar kota. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat pengetahuan, jabatan serta pengalaman pribadi dalam mencari pengobatan Universitas Sumatera Utara yang terbaik maka semakin meningkat juga wawasan seseorang dalam menentukan fasilitas mana yang akan digunakan. Hasil wawancara diatas didukung dengan ungkapan responden yang juga mengungkapkan bahwa mereka tidak mau memanfaatkan sarana pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi karena mendengar informasi dari teman-teman yang lain mengatakan bahwa rumah sakit tersebut tidak memperlakukan pasien Polri maupun anggota keluarganya dengan baik dan selalu membedakan pelayanan antara pasien umum dengan Polri. Hal ini disampaikan sebagian dari anggota Polri yang terkadang mereka terpaksa harus ke Rumah Sakit Bhayangakara dengan alasan atas saran atau atas rujukan dari dokterbidan yang ada di poliklinik Polres Tebing Tinggi yang merujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara sesuai dengan kondisi penyakit yang dialami serta jarak dari Polres jauh lebih dekat jika ke rumah sakit tersebut dan biaya yang terjangkau serta menurut hasil wawancara bahwa prosedur penerimaan pasien oleh bagian administrasi baik karena pasien yang berobat dilayani dengan cepat, kemudian hasil wawancara dengan responden mengenai pengetahuan dan keterampilan dokter mereka menyatakan baik karena mereka melihat bahwa dokter yang menangani pasien memeriksa dengan cekatan dan mahir dalam menggunakan alat-alat penunjang medis, pengetahuan dokter tentang penyakit juga dapat dikatakan baik karena dengan bertanya tentang keluhan saja, dokter sudah bisa langsung menuliskan resep obat. Hasil analisis uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan Universitas Sumatera Utara sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil uji chi-square yang dilakukan terhadap variabel pengetahuan diperoleh nilai p= 0,607 p 0,05. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Matondang 2012 yang menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh dalam kepercayaan masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan RSU Swadana Tarutung.

5.2.2 Variabel Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 82 responden dalam pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, ada sebanyak 68 responden 82,9 bersikap negatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, hal ini disampaikan sebagian dari anggota Polrikeluarganya dengan alasan mereka bersikap seperti itu dan kurang berminat memanfaatkan Rumah Sakit Bhayangkara yang berada dikota Tebing Tinggi karena mereka lebih memilih untuk berobat ke unit pelayanan kesehatan yang lain seperti pergi ke bidan, klinik swasta atau ke tempat praktek dokter pribadi yang dianggap pelayanannya lebih baik dan lebih ramah, walaupun harus mengeluarkan biaya yang sedikit lebih besar mahal tetapi demi mendapatkan pelayanan yang baik, nyaman dan puas terhadap pelayanan yang diberikan hal tersebut bukan menjadi masalah bagi anggota Polri maupun keluarganya apabila mereka mendapatkan pelayanan yang Universitas Sumatera Utara sesuai dengan yang mereka harapkan, tidak jarang beberapa dari mereka hanya membeli obat bebas di warung atau sekedar pergi ke pengobatan tradisional. Karena sikap fenomena yang timbul akibat pengalaman mereka pada masa lalu saat berada di rumah sakit tersebut lah yang akhirnya membuat pasien merasa tidak puas terhadap pelayanan medik yang diterima seperti sikap petugas yang tidak menangani pasien dengan baik, perawat yang sombong, pengobatan yang lambat dan mengulur-ulur waktu. Persaingan terhadap bisnis rumah sakit semakin kompetitif, apalagi setelah era JKN yang membuat masyarakat bebas memilih pelayanan kesehatan yang mereka inginkan sehingga setiap rumah sakit termasuk Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi harus terus memperbaiki diri, baik dari segi sikap, menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat, mengubah perilaku seluruh petugas rumah sakit dan juga harus dapat mengubah image buruk masyarakat tentang rumah sakit itu sendiri agar dapat menghasilkan pelayanan yang prima sehingga dapat bersaing dengan rumah sakit yang lain dan tidak akan ditinggalkan oleh konsumen. Hasil uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel sikap tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, tetapi berdasarkan hasil uji chi-square yang dilakukan terhadap variabel sikap diperoleh nilai p=0,023 p0,05 artinya variabel sikap merupakan salah satu variabel yang berhubungan dan dapat diikutsertakan dalam uji multivariat untuk diuji bersama dengan variabel yang lain. Dalam uji multivariat disetiap tahap ada variabel yang harus dikeluarkan karena memiliki Universitas Sumatera Utara nilai p yang paling tinggi dan variabel sikap tidak sampai pada tahap selanjutnya karena nilai p pada variabel sikap memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan variabel lain, yaitu p=0,136. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rambe 2014 yang menyatakan bahwa sikap memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan ulang ruang rawat inap di RSU Padangsidimpuan.

5.2.3 Variabel Persepsi Pelayanan

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca sehingga persepsi sering memengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang. Persepsi yang positif akan memengaruhi rasa puas seseorang dalam bentuk sikap dan perilakunya terhadap pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya persepsi negatif akan ditunjukkan melalui kinerjanya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 82 responden dalam pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, ada sebanyak 68 responden 82,9 berpersepsi negatif. Sebanyak 46 responden 67,7 menjawab tidak bersedia memanfaatkan kembali sarana pelayanan kesehatan rumah sakit tersebut karena berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai persepsi yang timbul dari sebagian besar anggota Polri akibat pengalaman mereka pada masa lalu saat berada di rumah sakit tersebut ialah ketidakpuasan anggota Polrikeluarganya terhadap pelayanan medis yang diterima seperti sikap petugas yang tidak Universitas Sumatera Utara menangani pasien dengan baik yakni dokter yang terlalu cepat dalam memeriksa pasien dan tidak memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya mengenai hasil pemeriksaannya, dokter cenderung langsung menuliskan resep obat untuk pasien tanpa memberi kesempatan untuk bertanya dan apabila ada yang kurang jelas pasien disuruh bertanya kepada perawat saja dan perawat yang akan menyampaikan kembali kepada dokter. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang menyatakan bahwa pernah suatu hari beliau berobat ke Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi, setelah diperiksa beberapa saat oleh dokter, kemudian dokter langsung menuliskan resep obat untuk pasien dan setelah pasien meminum obat tersebut dan ditunggu beberapa hari penyakitnya tidak sembuh-sembuh bahkan beliau merasa penyakitnya semakin parah dan beliau berpersepsi bahwa dokter telah salah mendiagnosa penyakit serta salah memberikan obat kepadanya. Setelah kejadian itu anggota Polri tersebut trauma dan tidak mau lagi berobat ke rumah sakit tersebut karena ia merasa takut kejadian itu terulang kembali. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai persepsi sikap perawat dalam memberikan pelayanan, sebagian responden menyatakan bahwa perawat kurang ramah, perawat hanya mau menegur apabila ditanya dan terlihat sangat membeda-bedakan antara pasien mandiri dengan pasien Polri BPJS. Pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara memang terjangkau tetapi berdasarkan pengalaman anggota Polri perawat kurang bersikap baik dan pilih kasih. Universitas Sumatera Utara Hasil uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel persepsi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, tetapi berdasarkan hasil uji chi-square yang dilakukan terhadap variabel persepsi diperoleh nilai p=0,031 p0,05 artinya variabel persepsi pelayanan merupakan salah satu variabel yang berhubungan dan dapat diikutsertakan dalam uji multivariat untuk diuji bersama dengan variabel yang lain. Dalam uji multivariat disetiap tahap ada variabel yang harus dikeluarkan karena memiliki nilai p yang paling tinggi dan variabel persepsi tidak sampai pada tahap selanjutnya karena nilai p pada variabel persepsi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan variabel lain, yaitu p=0,122. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian rambe 2014 yang menyatakan bahwa persepsi memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan ulang ruang rawat inap di RSU Padangsidimpuan.

5.2.4 Variabel Akses Geografis

Akses geografis adalah mudah atau tidaknya jangkauan pemanfaatan rumah sakit dan petugasnya yang akan ditempuh oleh responden untuk sampai ke pelayanan kesehatan yang meliputi lokasi, sistem transportasi, kondisi jalan, waktu tempuh dan jarak. Berdasarkan analisis hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh akses geografis terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya, karena nilai p=0,714 p0,05. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 82 responden dalam pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, ada sebanyak 62 responden 75,6 Universitas Sumatera Utara yang memiliki akses geografis yang mudah, tetapi walaupun akses menuju Rumah Sakit Bhayangkara mudah banyak anggota Polri maupun keluarganya yang tidak mau memanfaatkan rumah sakit tersebut untuk berobat, hal tersebut disampaikan oleh sebagian anggota Polrikeluarganya dengan alasan bukan karena masalah kendaraan atau jarak yang menjadi masalah, tetapi lebih kepada kenyamanan dan ingin dihargai, karena mereka merasa tidak nyaman dengan keadaan rumah sakit yang sempit serta berisik karena adanya renovasi bangunan dan perawat yang tidak ramah serta membedakan pelayanan antara pasien mandiri dan Polri. Berdasarkan hasil wawancara sebagian dari anggota Polrikeluarganya ada yang menyatakan bahwa jarak yang ditempuh untuk menuju rumah sakit sangat dekat dan kendaraan atau alat transportasi juga banyak dijumpai sehingga akses menuju rumah sakit dapat ditempuh dengan cepat sehingga apabila keadaan sudah mendesak maka mereka juga akan ke rumah sakit tersebut dan beberapa anggota Polrikeluarganya menyatakan bahwa di rumah sakit tersebut terdapat tenaga kesehatan yang dikenal sehingga mempermudah untuk mendapatkan fasilitas yang lebih baik serta petugas laboratorium yang ramah membuat mereka nyaman apabila harus check di laboratorium. Hasil analisis uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel akses geografis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil uji chi-square yang dilakukan terhadap variabel akses geografis diperoleh nilai p= 0,714 p 0,05. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristian 2011, yang menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu akses jarak tempuh dan waktu yang terbuang dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.

5.2.5 Variabel Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan adalah lengkap atau tidaknya alat dan tempat yang disedikan oleh rumah sakit guna menunjang kebutuhan medis dalam memberikan pelayanan kepada para pasien. Fasilitas kesehatan meliputi fasilitas fisik serta perlengkapan. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh tersedianya fasilitas kesehatan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya karena nilai p=0,823 p0,05. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 82 responden dalam pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, ada sebanyak 66 responden 80,5 yang menyatakan fasilitas kesehatan lengkap. Walaupun fasilitas banyak yang menyatakan sudah lengkap tetapi masih banyak dari anggota Polrikeluarganya yang belum memanfaatkan rumah sakit tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai kondisi gedung rumah sakit sebagian responden menyatakan kurang baik, sebenarnya kondisi bangunan sudah baik tidak ada dinding yang retak atau pecah tetapi karena adanya pembangunan gedung yang baru agar pasien dapat merasakan kenyamanan selama berada di rumah sakit membuat rumah sakit tersebut menjadi berisik dan menggangu pasien Universitas Sumatera Utara yang sedang dirawat atau yang hanya sekedar berkunjung check up dan rumah sakit menjadi terkesan semakin gelap apabila masuk kedalam rumah sakit ditambah lagi dengan lorong-lorong rumah sakit yang sempit membuat rumah sakit terkesan sumpek dan panas. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai alat-alat pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi sebagian besar responden menyatakan baik, karena selama pasien berobat di rumah sakit tersebut dokter melakukan pemeriksaan dengan alat-alat penunjang pemeriksaan seperti pemeriksaan darah, CT scan dan rontgen hanya saja pemeriksaan untuk mata belum ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai keadaan kamar rawat inap dan fasilitas perlengkapan yang ada di ruangan rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi sebagian menjawab kurang baik, mereka menyatakan bahwa ada beberapa tempat tidur yang rusak dan bunyi-bunyi sehingga dapat mengganggu kenyamanan tidur pasien dan orang sekitar yang mendengarnya, penerangan di ruang rawat inap juga kurang baik namun kamar mandi yang disediakan tergolong bersih dan tidak bau. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai ruang tunggu pasien di Rumah Sakit Bhayangkara banyak yang menyatakan kurang baik, dikarenakan area ruang tunggu yang sempit dan terlalu sedikit jumlahnya karena tidak sesuai jumlah kursi dengan jumlah pasien yang datang berkunjung sehingga ruang tunggu menjadi terlihat sumpek dan terkadang harus berdiri dan area parkir Universitas Sumatera Utara yang terlalu sempit yang menyulitkan pengunjung untuk keluar masuk rumah sakit karena jalanan sudah dipadati oleh kendaraan pengunjung. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai apotek dan ketersediaan obat di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi sebagian besar responden menyatakan baik, karena hampir seluruh obat yang dibutuhkan oleh pasien sudah tersedia di apotek dan pasien tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan resep obat yang telah diberikan oleh dokter dan apotek juga buka selama 24 jam. Rumah sakit tersebut juga menyediakan mushollah untuk pengunjung atau keluarga pasien yang ingin melaksanakan shalat walaupun mushollah yang disediakan masih tergolong sangat kecil dan sempit tapi tetap bisa dimanfaatkan. Hasil analisis uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel fasilitas kesehatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil uji chi-square yang dilakukan terhadap variabel fasilitas kesehatan diperoleh nilai p= 0,823 p 0,05. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Notoatmodjo 2010, yang menyatakan bahwa faktor tersedianya fasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh faktor predisposisi pengetahuan, sikap dan persepsi pelayanan, faktor pemungkin akses geografis dan tersedianya fasilitas kesehatan serta faktor penguat perilaku petugas kesehatan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel sikap, persepsi pelayanan dan perilaku petugas kesehatan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi. 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan, akses geografis dan tersedianya fasilitas kesehatan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi. 3. Variabel yang paling dominan dalam memengaruhi pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi adalah variabel perilaku petugas kesehatan. 4. Jumlah perawat yang ada di rumah sakit tidak sesuai dengan jumlah tempat tidur pasien yang harus dilayani. Universitas Sumatera Utara

6.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dan analisa, maka untuk dapat meningkatkan pemanfaatan sarana rumah sakit oleh anggota Polrikeluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi, maka beberapa saran yang perlu disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Kepada Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi: a. Diharapkan kepada managemen Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi supaya memperbaiki diri dengan meningkatkan pelayanan yang ada serta memperhatikan dan mengubah perilaku petugas, salah satunya dengan mensosialisasikan budaya 5S senyum, salam, sapa, sabar dan semangat kepada petugas kesehatan dan juga memberikan sosialisasi untuk membudayakan 5R ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin agar dapat meningkatkan minat khususnya anggota Polri untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Bhayangkara tersebut. b. Diharapkan kepada managemen rumah sakit agar dapat menambah jumlah perawat yang ada di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi agar perawat dapat melayani pasien dengan lebih baik lagi Universitas Sumatera Utara 2. Kepada anggota Polri keluarganya di Polres Tebing Tinggi: a. Kepada kepala satuan Polri supaya lebih giat mensosialisasikan tentang Rumah Sakit Bhayangkara kepada anggota-anggota Polri supaya image yang selama ini dirasakan oleh anggota Polri dan juga keluarganya perlahan-lahan menghilang menjadi image baik agar anggota Polri lebih berminat kembali untuk memanfaatkan sarana yang telah disedikan oleh pemerintah yakni unit satuan masing-masing yang telah disediakan khusus bagi anggota Polri dan juga keluarganya yang telah disediakan oleh pemerintah guna menunjang pekerjaan anggota Polri. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Aditama, T.Y, 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Azwar, Azrul, 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Daftar Personel Persatfung Sejajaran Polres Tebing Tinggi, 2015. Profil Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara Resor Tebing Tinggi tahun 2014. _________, 2015. Bidang Kedokteran dan Kesehatan Biddokkes 2014. Hartono, Bambang, 2010. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. PT Rineka Cipta, Jakarta. Herlambang, S, 2012. Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Gosyen Publishing, Yogyakarta. Hervinas, S, 2012. Pengaruh Persepsi Pasien Umum tentang Mutu Pelayanan terhadap Pemanfaatan Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU, Medan. Iskandar. D, 1998. Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien. Sinar Grafika, Jakarta. Kristian, A.L, 2011. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Mahasiswa USU terhadap Pemanfaatan Poliklinik USU tahun 2011. Skripsi, FKM USU, Medan. Matondang E, SS, 2012. Pengaruh Kepercayaan Masyarakat terhadap Pemanfaatan Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung Tahun 2011. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU, Medan. Maulana, Heri D.J, 2009. Promosi Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Muninjaya, A.A.Gde, 2009. Manajemen Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Notoatmodjo, S, 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. _____________, 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta. Universitas Sumatera Utara _____________, 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.71 Pasal 1 tahun 2013. www.Permenkes No.71 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.pdf Peraturan Presiden, 2009. Manajemen Rumah Sakit. www.depkes.go.id _________, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No.44 tahun 2009. www.depkes.go.id...UU No.44 Th 2009 tentang Rumah Sakit.pdf _________, 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta. Rambe, N, 2014. Determinan Pemanfaatan Ulang Ruang Rawat Inap RSU Padangsidempuan. Skripsi, FKM USU, Medan. Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi, 2015. Profil Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2014. Singarimbun, M. dan Efendi, S, 2011. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R D. Alfabeta. Bandung. Supranto, J, 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Rineka Cipta, Jakarta. Universitas Sumatera Utara KUESIONER PENELITIAN “DETERMINAN PEMANFAATAN ULANG SARANA PELAYANAN KESEHATAN OLEH ANGGOTA POLRI DAN KELUARGANYA DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TEBING TINGGI TAHUN 2015 ” Petunjuk pengisian kuesioner 1. Jawablah pertanyaan ini sesuai dengan pendapat anda dengan benar dan jujur 2. Kemudian pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda 3. Setiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban 4. Jawaban anda sangat membantu peneliti Data Karakteristik Responden: Nama Umur : Alamat : Jenis kelamin : L P Pangkat : Perwira Bintara Tamtama Asuransi lain selain BPJS :

1. Faktor Predisposisi

a. Pengetahuan No. Pertanyaan Tahu Tidak tahu 1. Penyakit adalah suatu keadaan dimana seseorang dimasuki kuman, bakteri atau virus atau trauma kepada tubuhnya sehingga terdapat gangguan bentuk terhadap fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak normal. 2. Setelah era JKN BPJS, tahukah bapak ibu bahwa semua orang dapat menggunakan semua pelayanan kesehatan penerima pasien BPJS. 3. Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyediakan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 4. Rumah sakit merupakan upaya untuk mencegah, menyembuhkan, memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang yang menjalani pelayanan kesehatan karena menderita suatu penyakit. Universitas Sumatera Utara b. Pernyataan sikap No. Pertanyaan Setuju Tidak setuju 1. Saya memanfaatkan pelayanan rumah sakit bila saya sakit. 2. Saya memanfaatkan pelayanan rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi ketika saya sakit. 3. Saya menyarankan keluarga saya anak dan istri untuk memanfaatkan rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi bila mereka sakit. 4. Saya memeriksakan penyakit yang saya derita ke rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi. 5. Saya langsung memeriksakan diri saya ketika saya mulai merasa ada keluhan sakit tidak enak badan ke rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi 6. Walaupun didekat rumah saya ada rumah sakit lain, tetapi saya tetap memanfaatkan RS Bhayangkara T.Tinggi c. Persepsi pelayanan No. Pertanyaan Setuju Tidak setuju 1. Dokter di rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi mudah dihubungi bila diperlukan 2. Dokter di rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi bersikap ramah 3. Perawat di rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cukup jumlah dan jenis keahlian 4. Perawat di rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi bersikap ramah 5. Peralatan di rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cukup memadai 6. Pelayanan di rumah sakit Bhayangkara Tebing Tinggi cepat dan terjangkau 7. Prosedur penerimaan pasien cepat dan tepat. Universitas Sumatera Utara

2. Faktor Pemungkin