1.2 Rumusan Masalah
Determinan apa saja yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan rawat inap oleh anggota Polri dan keluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing
Tinggi
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui determinan yang memengaruhi pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri dan keluarganya di Rumah Sakit
Bhayangkara Tebing Tinggi.
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun secara teoritis:
1. Sebagai bahan masukan serta menambah judul bacaan dan ilmu
pengetahuan bagi pembaca serta memberikan gambaran faktor-faktor yang memengaruhi mengapa anggota Polri kurang memanfaatkan RS
Bhayangkara Tebing Tinggi. 2.
Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan bagi anggota Polri dan
keluarganya serta bagi masyarakat umum. 3.
Sebagai bahan masukan atau referensi bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti rumah sakit tersebut lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO World Health Organization tahun 1957, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna komprehensif, penyembuhan penyakit kuratif dan pencegahan penyakit preventif kepada masyarakat. Rumah sakit
juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit
umum, dalam Undang-Undang tersebut didefinisikan sebagai rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan untuk semua bidang dan jenis penyakit,
sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan penyakit.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 4 dan 5, dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit; b.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; d.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit 2.1.3.1 Jenis Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan
pengelolaanya yaitu: 1.
Berdasarkan jenis pelayanan a.
Rumah sakit umum RSU, merupakan rumah sakit yang melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat
yang siaga 24 jam ruang gawat darurat untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama.
b. Rumah sakit khusus RSK, merupakan rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya. 2.
Berdasarkan Pengelolaannya kepemilikan Berdasarkan kepemilikannya, Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang
rumah sakit membedakan rumah sakit di Indonesia ke dalam 2 jenis, yaitu: a.
Rumah sakit publik Rumah sakit publik merupakan rumah sakit yang dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik meliputi: RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten kota,
rumah sakit BUMNABRI dan rumah sakit TNI Polri.
Universitas Sumatera Utara
b. Rumah sakit privat swasta
Rumah sakit privat merupakan rumah sakit profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. Rumah sakit privat meliputi: RS milik
yayasan, milik perusahaan, milik penanam modal dan milik badan hukum.
2.1.3.2 Klasifikasi Rumah Sakit Umum
1. Rumah Sakit Umum RSU Pemerintah
Rumah sakit umum pemerintah diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit, meliputi:
a Rumah sakit kelas A tersedianya pelayanan spesialistik yang luas,
termasuk subspesialistik. b
Rumah sakit kelas B mempunyai pelayanan minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar.
c Rumah sakit kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar bedah,
penyakit dalam, kebidanan dan anak. d
Rumah sakit kelas D hanya mempunyai fasilitas dan pelayanan medis dasar.
2. Rumah sakit khusus pemerintah
Rumah sakit khusus pemerintah ditentukan berdasarkan tingkat fasilitas dan bidang kekhususan meliputi: rumah sakit TB Paru, rumah sakit mata, rumah
sakit orthopedi Depkes RI, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi adalah suatu pandangan jauh ke depan mengenai cita dan citra yang ingin diwujudkan suatu institusi rumah sakit pada masa yang akan datang,
sehingga dapat menjawab pertanyaan rumah sakit institusi ingin menjadi apa. Memberikan dan mengatur hubungan baik antara rumah sakit, stakeholder dan
pengguna rumah sakit untuk menyatakan tujuan dari kerja rumah sakit. Misi merupakan sesuatu yang harus diemban oleh suatu rumah sakit
institusi sesuai dengan visinya. Tujuannya ialah memiliki hasil spesifik ke depan yang ingin dicapai suatu rumah sakit institusi terkait dengan misi utamanya.
Rumah sakit didirikan mempunyai suatu tujuan tertentu, ketetapan misi rumah
sakit penting oleh karena merupakan gambaran tujuan rumah sakit. 2.2 Pelayanan Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2.2.1 Rawat Inap
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.71 tahun 2013 pasal 1 tentang pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik primer yang meliputi rawat jalan dan rawat inap. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan dan atau pelayanan
Universitas Sumatera Utara
medis lainnya, dimana peserta dan atau anggota keluarganya dirawat inap paling singkat 1 satu hari.
Menurut Azwar 1996, menyatakan bahwa sejak pasien dirawat di rumah sakit hingga diperbolehkan pulang, maka pasien rawat inap akan mendapatkan
pelayanan seperti: 1.
Pelayanan penerimaan atau administrasi Pelayanan penerimaan pasien merupakan bagian yang paling utama dari
pelayanan rumah sakit, karena bagian ini merupakan bagian awal dari seluruh bentuk pelayanan kesehatan. Pada bagian ini pula kesan pertama dirasakan
oleh pasien akan mutu pelayanan sebuah rumah sakit. Salah satu tujuan penerimaan pasien adalah menciptakan suasana yang lancar dan
menyenangkan bagi pasien. Kesan pertama ini sering menetap dalam diri pasien dan memengaruhi sikap pasien terhadap lembaga, staf, dokter, perawat
atau pelayanan yang mereka terima Aditama, 2003. 2.
Pelayanan dokter Dokter merupakan unsur yang paling berpengaruh dalam menentukan kualitas
pelayanan rumah sakit. Dokter dapat dianggap sebagai jantung dari sebuah rumah sakit. Fungsi utamanya ialah memberikan pelayanan medik kepada
pasien dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu pengetahuan kedokteran dank ode etik yang berlaku serta
dapat dipertanggungjawabkan Aditama, 2003.
Universitas Sumatera Utara
3. Pelayanan perawat
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososio kultural dan spiritual yang
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu
teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan Depkes RI, 2009.
4. Pelayanan makanan gizi
Makanan adalah bagian selain obat yang mengandung zat-zat gizi atau unsur- unsur ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat-zat gizi oleh tubuh yang
berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh. 5.
Pelayanan penunjang medik dan non medik Rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi untuk dapat
melakukan tugasnya, salah satu diantaranya adalah menyelenggarakan fungsi pelayanan penunjang medik dan non medik Aditama, 2003.
Pelayanan penunjang medik diagnostik meliputi: 1.
Laboratorium 2.
Radiologi 3.
Electro Cardio Graph ECG 4.
Ultrasonography USG 5.
Unit Gawat Darurat UGD
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan penunjang medik terapeutik meliputi: 1.
Farmasi 2.
Rehabilitasi medik: terapi fisik, terapi respirasi, terapi wicara dan terapi okupasi.
3. Pelayanan social
4. Radioterapi
5. Psikologi klinik Aditama, 2003.
6. Kebersihan lingkungan
Lingkungan fisik merupakan tempat dimana pasien berada selama menjalani perawatan di rumah sakit. Bangunan rumah sakit harus direncanakan sesuai
dengan persyaratan ruang bangunan yang bertujuan menciptakan ruangan yang nyaman, bersih dan sehat sehingga tidak memberikan dampak negatif
pada proses penyembuhan pasien, pada pengunjung dan juga pada tenaga kerja rumah sakit. Kondisi ruangan dipengaruhi oleh kualitas udara, sanitasi
bangunan, dan penggunaan ruangan, lantai harus kedap air, tidak licin dan mudah dibersihkan Aditama, 2003.
2.3 Beberapa Teori dan Konsep tentang Pemanfaatan
Banyak ahli ilmu perilaku yang mencoba menyampaikan konsep untuk menggambarkan orang-orang yang berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Salah satunya Mc.Kinlay yang telah mempelajari berbagai literatur mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan, mengidentifikasikan enam
pendekatan utama yaitu dari sudut ekonomi, ekologi, sosio-demografi, psikologi sosial, sosial budaya dan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku, maka konsep umum yang sering digunakan dalam berbagai kepentingan program dan
beberapa penelitian yang dilakukan adalah teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green 1980 dalam Notoatmodjo 2010, ia menyatakan bahwa
kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pok ok, yakni faktor perilaku behavior causes dan faktor diluar perilaku non-behavior
causes. Selanjutnya perilaku seseorang itu ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: a.
Faktor predisposisi Predisposing factor, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pendukung Enabling factor, yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan. Misalnya, rumah sakit, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
c. Faktor penguat pendorong Reinforcing factor, yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok yang dilihat oleh masyarakat.
Andersen juga menambahkan salah satu faktor dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu faktor kebutuhan need. Faktor kebutuhan akan
pelayanan kesehatan adalah seseorang akan melakukan atau mencari upaya pelayanan kesehatan tersebut apabila seseorang tersebut sudah merasa
membutuhkan. Keadaan status kesehatan seseorang dapat menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan dan akan membuat seseorang mengambil keputusan
untuk mencari pertolongan atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
Anderson dan Newman 1973 dalam Notoatmodjo 2010, menyebutkan bahwa terdapat beberapa model penggunaan pelayanan kesehatan yang meliputi:
model demografi kependudukan, model-model struktur sosial social structure models, model-model sosial psikologis psychological models, model sumber
keluarga family resource models, model sistem kesehatan health system models, model-model organisasi organization models, model sumber daya
masyarakat community resource models. 1.
Model Demografi Kependudukan Model demografi menyebutkan bahwa penggunaan pelayanan kesehatan
sedikit banyak akan berhubungan dengan variabel umur, seks, status perkawinan, dan besarnya keluarga. Selain itu, karakteristik demografi juga
berhubungan dengan karakteristik sosial perbedaan sosial dari jenis kelamin mempengaruhi berbagai tipe dan ciri-ciri sosial.
2. Model Struktur Sosial Social Structure Models
Model struktur sosial menggunakan beberapa variabel seperti pendidikan, pekerjaan, dan kebangsaan yang mencerminkan keadaan sosial dari individu
atau keluarga di dalam masyarakat. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dengan latar belakang sosial yang berbeda akan menggunakan
pelayanan kesehatan dengan cara yang tertentu pula terhadap kesehatan mereka.
3. Model Sosial Psikologi Psychological Models
Model sosial psikologis menggunakan variabel ukuran dari sikap dan keyakinan individu. Pada umumnya variabel sosial psikologis terdiri 4
Universitas Sumatera Utara
kategori yaitu, kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan dari penyakit, keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan, dalam
menghadapi penyakit dan kesiapan tindakan individu. 4.
Model Sumber Keluarga Family Resource Models Model sumber keluarga berupa pendapatan keluarga, cakupan asuransi
keluarga atau sebagai anggota suatu asuransi kesehatan dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Model ini lebih
menekankan pada kesanggupan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. 5.
Model Sumber Daya Masyarakat Community Resource Models Model sumber daya masyarakat menggunakan variabel penyediaan pelayanan
kesehatan dan sumber-sumber didalam masyarakat, dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang tersedia. Model ini menitikberatkan pada suplai
ekonomis yang berfokus pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada masyarakat setempat
6. Model-Model Organisasi Organization Models
Model organisasi menggunakan variabel pencerminan perbedaan bentuk- bentuk sistem pelayanan kesehatan. Variabel-variabel tersebut meliputi:
a. Gaya style praktik pengobatan sendiri, rekaan, atau grup
b. Sifat nature dari pelayanan tersebut membayar langsung atau tidak
c. Letak dari pelayanan tempat pribadi, rumah sakit, atau klinik
d. Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien dokter,
perawat, asisten dokter.
Universitas Sumatera Utara
7. Model Sistem Kesehatan Health System Models
Model sistem kesehatan menyatukan keenam model sebelumnya kedalam model yang lebih sempurna. Dalam model ini, demografi, ciri-ciri struktur
sosial, sikap, dan keyakinan individu atau keluarga, sumber-sumber di dalam masyarakat dan organisasi pelayanan kesehatan yang ada, digunakan secara
bersama dengan faktor-faktor yang berhubungan seperti kebijaksanaan dan struktur ekonomi pada masyarakat yang mempunyai cakupan lebih luas
negara. Apabila akan dilakukan penelitian perilaku sehubungan dengan penggunaanpencarian fasilitas-fasilitas kesehatan, semua variabel dari
berbagai model tersebut dihubungkan dengan perilaku mereka terhadap fasilitas, dan juga dilihat variabel mana yang paling dominan pengaruhnya.
2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan