Bentuk dan Jenis Pelayanan Kesehatan Kerangka Konsep Hipotesa Penelitian

5. Bermutu quality Pengertian bermutu menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, dimana pada satu pihak dapat memuaskan para pengguna jasa pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standart yang telah ditetapkan.

2.5 Bentuk dan Jenis Pelayanan Kesehatan

Banyak macam bentuk dan jenis pelayanan kesehatan, menurut pendapat Hodgetts dan casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua, yaitu: 1. Pelayanan kedokteran, yang termasuk kedalam kelompok pelayanan kedokteran medical services ditandai dengan cara pengorganisasiannya dapat bersifat sendiri atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya adalah untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, dengan sasaran terutama untuk perseorangan atau keluarga secara keseluruhan. 2. Pelayanan kesehatan masyarakat, yang termasuk kedalam kelompok pelayanan kesehatan masyarakat public health services ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, dengan sasaran utama kelompok dan masyarakat. Universitas Sumatera Utara

2.6 Beberapa Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan

2.6.1 Faktor Predisposisi Predisposing Factor

Menurut Notoatmodjo 2010, faktor pemudah predisposing factor adalah faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku atau tindakan pada diri seseorang atau masyarakat. Faktor ini memberikan efek kepada mereka sebelum perilaku terjadi, dengan meningkatkan atau menurunkan motivasi seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan, faktor-faktor ini mencakup: 1. Pendidikan Menurut Widyastuti, dkk 2010 pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga merupakan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah ditetapkan. Tujuan pendidikan diharapkan agar individu mempunyai kemampuan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan peranannya secara pribadi. 2. Pengetahuan Pengetahuan knowledge adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior. Universitas Sumatera Utara Menurut Notoatmodjo 2010 pengetahuan knowledge yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah. b. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi Aplication Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. d. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Universitas Sumatera Utara e. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 3. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tindakan terbuka. Menurut Sarwono 1997 dalam Maulana 2009, menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk merespons secara positif dan negatif baik manusia, situasi atau objek tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif senang, benci dan sedih, kognitif pengetahuan tentang suatu objek, dan konatif kecenderungan bertindak. Menurut Azwar 1996 dalam Maulana 2009, sikap memiliki 3 komponen yaitu: a. Komponen kognitif cognitive, yang berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara b. Komponen afekfif komponen emosional, komponen ini menunjukkan emosional subjektif individu terhadap objek sikap baik bersifat positif rasa senang maupun bersifat negative rasa tidak senang. c. Komponen konatif komponen perilaku, kecenderungan bertindak terhadap objek yang dihadapinya. 4. Persepsi Alex Sobur 2010, menyatakan bahwa persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi dalam pelayanan di rumah sakit ialah penglihatan pasien terhadap pelayanan yang diperoleh selama berada dirumah sakit. Ada dua bentuk persepsi yaitu yang bersifat positif dan negatif. 1 Persepsi Positif Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. 2 Persepsi Negatif Persepsi negatif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan menunjuk pada keadaan dimana subjek yang mempersepsi cenderung menolak objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya. Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Faktor Pemungkin Enabling Factor

Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan pelayanan kesehatan. Faktor pemungkin merupakan sarana dan prasarana, hal ini mencakup personal skill dan sumberdaya kelompok maupun masyarakat yang meliputi tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan, biaya, pendapatan, jarak. 1. Akses Geografi Akses geografi adalah mudah atau tidaknya jangkauan pemanfaatan rumah sakit dan petugasnya yang akan ditempuh oleh responden ke pelayanan kesehatan yang meliputi lokasi, sistem transportasi, kondisi jalan, waktu tempuh dan jarak. 2. Tersedianya fasilitas kesehatan SDM Tersedianya fasilitas kesehatan salah satunya Sumberdaya Manusia SDM seperti jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dan jumlah sarana kesehatan yang ada seperti kelengkapan peralatan yang ada di rumah sakit tersebut.

2.6.3 Faktor Penguat Reinforcing Factor

Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku kesehatan, hal ini menjelaskan bahwa salah satu yang menjadi faktor untuk menentukan pelayanan kesehatan diminati atau tidak oleh masyarakat dapat dilihat melalui perilaku petugas kesehatannya yang bisa menjadi kelompok referensi kelompok yang bisa dicontoh oleh masyarakat. Universitas Sumatera Utara 1. Perilaku petugas kesehatan Perilaku petugas kesehatan adalah reaksi atau tindakan petugas rumah sakit kepada pasien atau penunjang RSU berupa sikap sopan, ramah, penuh perhatian sungguh-sungguh termasuk ketepatan kehadiran di RSU. Perilaku petugas kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan, diantaranya perawat, dokter, atau tim kesehatan lain yang satu dengan yang lain saling menunjang satu sama lain. Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada dimasyarakat.

2.6.4 Faktor Kebutuhan

Menurut Andersen yang dikutip oleh Zulikhfan 2004, faktor kebutuhan merupakan faktor yang paling penting diantara kedua faktor diatas sebelumnya, karena faktor predisposisi dan faktor kemampuan untuk menggunakan pelayanan kesehatan atau mencari pengobatan akan bisa menjadi suatu kebutuhan apabila terjadi keseriusan penyakit yang dirasakan seseorang, maka disaat seperti itu mereka membutuhkan pelayanan kesehatan. Jadi faktor kebutuhan ini menjadi stimulasi langsung untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen kebutuhan ini adalah hal-hal yang dirasakan atau dipersepsikan seperti: kondisi kesehatan, gejala sakit, ketidakmampuan untuk Universitas Sumatera Utara bekerja dan hal-hal yang dinilai seperti: tingkat berat tidaknya suatu penyakit dan gejala menurut diagnosis klinis dokter Notoatmodjo, 2010.

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan teoritis, determinan yang berhubungan dengan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh anggota Polri di Rumah Sakit Bhayangkara T.Tinggi, digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut: Variabel Bebas Independent Variabel Terikat Dependent Sumber: Teori Lawrence Green Notoatmodjo, 2010 Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor pendorong Reinforcing Factor - Perilaku petugas kesehatan Faktor Predisposisi Predisposing Factor - Pengetahuan - Sikap - Persepsi Faktor Pemungkin Enabling Factor - Akses geografi jarak - Tersedianya fasilitas Pemanfaatan Kembali Sarana Pelayanan Kesehatan oleh Anggota Polri dan Keluarganya di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi tahun 2015 Universitas Sumatera Utara

2.8 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka hipotesis penelitian ini ialah adanya pengaruh faktor predisposisi pengetahuan, sikap dan persepsi, faktor pemungkin akses geografi, tersedianya fasilitas kesehatan, dan faktor penguat perilaku petugas kesehatan terhadap pemanfaatan kembali sarana pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian