FMEA Failure Mode and Effect Analysis

Gambar 3.3. Cause and Effect Diagram

3.5. FMEA Failure Mode and Effect Analysis

FMEA adalah suatu cara dimana suatu bagian atau suatu proses yang mungkin gagal memenuhi suatu spesifikasi, menciptakan cacat atau ketodaksesuaian dan dampaknya pada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau dikoreksi Brue, 2002 Arti FMEA secara harafiah adalah 8 : a. Failure yaitu prediksi kemungkinan kegagalan atau cacat b. Mode yaitu penentuan mode kegagalan c. Effect yaitu identifikasi pengaruh tiap komponen terhadap kegagalan d. Analysis yaitu tindakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyebab kegagalan FMEA merupakan sebuah metodologi yang digunakan untuk menganalisa dan menemukan : 1. Semua kegagalan-kegagalan yang potensial terjadi pada suatu sistem. 2. Efek-efek dari kegagalan yang terjadi pada sistem 8 FMEA, diakses dari apekan core tools isots 16949 Apqp - ppap – fmea – spc – msa. 2015. Sentral Sistem Consulting,Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor,danDepartemen Perindustrian., pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 21.35. Universitas Sumatera Utara 3. Bagaimana cara untuk memperbaiki atau meminimalis kegagalan-kegagalan atau efek-efek nya pada sistem. FMEA terdiri dari beberapa jenis, antara lain sebagai berikut: a. Process: berfokus pada analisa proses manufaktur dan assembly b. Design: berfokus pada analisa produk sebelum proses produksi c. Concept: berfokus pada analisa sistem atau subsistem dalam tahap awal desain konsep. d. Equipment: berfokus pada analisa desain mesin dan perlengkapan sebelum melakukan pembelian. e. Service: berfokus pada analisa jasa dari proses industri jasa sebelum diluncurkan ke pelanggan. f. System: berfokus pada analisa fungsi sistem secara global. g. Software: berfokus pada analisa fungsi software. FMEA biasanya dilakukan selama tahap konseptual dan tahap awal design dari sistem dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa semua kemugkinan kegagalan telah dipertimbangkan dan usaha yang tepat untuk mengatasinya telah dibuat untuk meminimisasi semua kegagalan-kegagalan yang potensial. Tahapan Pembuatan FMEA secara umum adalah sebagai berikut : 1. Penentuan mode kegagalan yang potensial pada setiap proses 2. Penentuan dampakefek kegagalan potensial Dampak kegagalan potensial adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu kegagalan terhadap konsumen. Universitas Sumatera Utara 3. Penentuan Nilai Severity S Severity adalah peringkat yang menunjukkan tingkat keseriusan efek dari suatu mode kegagalan. Severity berupa angka 1 hingga 10, di mana 1 menunjukkan keseriusan terendah resiko kecil dan 10 menunjukkan tingkat keseriusan tertinggi sangat beresiko. Kriteria Severity dapat dilihat pada Tabel 3.1. 4. Identifikasi Penyebab Potensial dari Kegagalan Penyebab kegagalan yang potensial adalah penyebab potensial yang dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan. 5. Penentuan Nilai Occurrence O Occurrence adalah ukuran seberapa sering penyebab potensial terjadi. Nilai occurrence berupa angka 1 sampai 10, di mana 1 menunjukkan tingkat kejadian rendah atau tidak sering dan 10 menunjukkan tingkat kejadian sering. Nilai occurrence dapat ditentukan berdasarkan jumlah kegagalan atau angka Ppk performance index yaitu angka yang diperoleh dari perhitungan statistik yang menunjukkan performance atau capability suatu proses dalam menghasilkan produk sesuai spesifikasi. Penentuan nilai occurrence juga dapat berdasarkan sejarah kualitas dati produkproses sejenis. Kriteria occurrence dapat dilihat pada Tabel 3.2. 6. Identifikasi Metode Pengendalian yang Ada Pengendali proses adalah metode kontrol yang dapat mencegah terjadinya kegagalanpenyebab potensial atau mendeteksi terjadinya kegagalan. Universitas Sumatera Utara Pengendali proses dapat berupa errormistake proofing, SPC atau evaluasi tesinspeksi. 7. Nilai Detection diasosiasikan dengan pengendalian saat ini. Detection adalah pengukuran terhadap kemampuan mengendalikanmengontrol kegagalan yang dapat terjadi. Detection berupa angka dari 1 hingga 10, di mana 1 berarti sistem deteksi dengan kemampuan tinggi atau hampir dipastikan suatu mode kegagalan dapat terdeteksi, dan nilai 10 berarti sistem deteksi dengan kemampuan rendah yaitu sistem deteksi tidak efektif atau tidak dapat mendeteksi sama sekali. Kriteria penilaian detection dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.1. Rating Severity Effect Ranking Kriteria Tidak ada 1 Mungkin terlihat oleh operator tetapi tidak terlihat oleh pengguna Sangat sedikit 2 Tidak berpengaruh pada hilir. Efek dapat diabaikan Sedikit 3 Pengguna mungkin akan melihat efeknya tetapi efeknya sedikit Kecil 4 Proses hilir mungkin terpengaruh. Pengguna akan mengalami dampak negatif kecil pada produk Sedang 5 Dampak akan terlihat diseluruh operasi. Mengurangi kinerja dengan penurunan kinerja secara bertahap. Pengguna tidak puas Parah 6 Gangguan pada proses hilir. Produk tetap beroperasi tetapi kinerja menurun.pengguna tidak puas Keparahan tinggi 7 Downtime sangat sigifikan. Kinerja produk sangat terpengaruh. Pengguna sangat tidak puas Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Rating Severity Lanjutan Effect Ranking Kriteria Keparahan sangat tinggi 8 Downtime sangat signifikan dan berdampak besar pada keuangan. Produk dioperasi tetapi aman. Pengguna sangat tidak puas Keparahan ekstrim 9 Kegagalan mengakibatkan efek yang sangat mungkin berbahaya. kekhawatiran pada keselamatan dan peraturan. Keparahan maksimum 10 Kegagalan mengakibatkan efek berbahaya dan hamper pasti terjadi. Membahayakan personil operasi. Sumber : Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press Tabel 3.2. Rating Occurance Ranking Kriteria Verbal Probabilitas Kegagalan 1 Tidak mungkin penyebab ini mengakibatkan kegagalan 1 dalam 1000000 2 3 Kegagalan akan jarang terjadi 1 dalam 200000 1 dalam 4000 4 5 6 Kegagalan agak mungkin terjadi 1 dalam 1000000 1 dalam 4000 1 dalam 80 7 8 Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi 1 dalam 40 1 dalam 20 9 10 Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan mungkin terjadi 1 dalam 8 1 dalam 2 Catatan : probabilitas kegagalan berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating proses dan berdasarkan pemgalaman dan pertimbangan rekayasa engineering judgement Sumber : Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press Universitas Sumatera Utara Tabel 3.3. Rating Detectibility Ranking Kriteria Verbal Probabilitas Kegagalan 1 Metode pencegahan atau deteksi sangat efektif. Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi 1 dalam 1000000 2 3 Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi adalah sangat rendah 1 dalam 200000 1 dalam 4000 4 5 6 Kemungkinan penyebab bersifat moderate, metode detektif masih memungkinkan kadang-kadang penyebab itu terjadi 1 dalam 1000000 1 dalam 4000 1 dalam 80 7 8 Kemungkinan bahwa penyebab itu masih tinggi. Metode pencegahan atau deteksi kurang efektif, karena penyebab masih berulang lagi. 1 dalam 40 1 dalam 20 9 10 Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat tinggi. Metode deteksi. Tidak efektif. Penyebab akan selalu terjadi. 1 dalam 8 1 dalam 2 Catatan : tingkat kejadian penyebab berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan pengalaman dan pertimbangan rekayasa engineering judgement Sumber : Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press 8. Risk Priority Number RPN merupakan hasil perkalian antara rating severity, detectibility, dan rating occurance RPN = S x D x O Universitas Sumatera Utara .5.1. Keuntungan FMEA Keuntungan FMEA antara lain adalah sebagai berikut : 1. FMEA membantu untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi atau mengendalikan cara kegagalan yang berbahaya, meminimasi kerusakan terhadap sistem dan penggunanya. 2. Meningkatnya keakuratan dari perkiraan terhadap peluang dari kegagalan yang akan dikembangkan, khususnya juga data dari peluang realibilitas didapat dengan menggunakan FMEA 3. Realibilitas dari produk akan meningkat Waktu untuk melakukan desain akan dikurangi berkaitan dengan melakukan identifikasi dan perbaikan dari masalah-masalah. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu proses berpikir dan menentukan masalah, melakukan proses penelitian berdasarkan data yang ada sampai dengan penarikan kesimpulan dari permasalahan yang teliti.

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Tirta Sibayakindo yang bergerak di bidang industri minuman yang berlokasi di jalan raya Medan Brastagi KM 55 Desa Doulu Sumatera Utara. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2015.

4.2 Jenis Penelitian dan Sumber Data

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif 9 Descriptive Reasearch yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mencandra atau mendeskripsikan secara sistematik faktual. Data yang diolah merupakan Data Primer dan Data Sekunder. a. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan cara mencari menggali secara langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan. b. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia oleh pihak lain sehingga tidak perlu lagi digali secara langsung dari sumbernya oleh peneliti. 9 Sinulingga, Sukaria. 2012. Metodologi Penelitian. Edisi 2 Medan. USU Press. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Usulan Perbaikan Mutu Produk Kertas Rokok (Cigarette Paper) Dengan Metode Statistical Quality Control (Sqc) Dan Failure Mode Effect Analysis (Fmea) Pada Pt. Pusaka Prima Mandiri

10 100 125

Usulan Perbaikan Kualitas Produk Genteng dengan Metode Six Sigma (DMAIC) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).

11 66 166

Analisa dan Penerapan Statistical Quality Control (SQC) dengan Perbaikan Kualitas Smoke Sheet di PTPN III Kebun Gunung Para

2 47 162

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

6 88 125

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

3 74 112

Usulan Perbaikan Mutu Produk Sarung Tangan dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT. Medisafe Technologies

8 46 131

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 9 125

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 1 11

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 1

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 1