Identifikasi Metode Pengendalian Kegagalan Penentuan Nilai Deteksi Kegagalan Detection, D

f. Kurang sistematis diberikan nilai 6, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 20-80 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 3.2. termasuk dalam ketegori sedang dengan nilai 6 g. Kualitas bahan baku yang diterima tidak baik sehingga capper tidak terbentuk sempurna diberikan nilai 7, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 20-40 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 3.2. termasuk dalam ketegori sedang dengan nilai 7.

5.2.8.5. Identifikasi Metode Pengendalian Kegagalan

Dengan memperhatikan penyebab kegagalan, maka dapat dilakukan kendali penyebab terjadinya kegagalan yang dilakukan oleh pekerja yang bertujuan untuk meminimumkan resiko kegagalan tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 5.16. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.16. Identifikasi Metode Pengendalian Kegagalan Jenis Kegagalan Akibat dari Kegagalan Faktor Penyebab Kegagalan Kendali yang Dilakukan Tanpa Cap Produk tidak sesuai dengan standar produksi, tidak dapat diproduksi secara lanjut dan produk tidak layak dikemas Mesin Settingan mesin yang tidak sesuai Melakukan pemeriksaan mesin terlebih dahulu Kurangnya perawatan pada mesin yang sudah tua Menyusun SOP untuk perawatan mesin Manusia Kurang disiplin Melakukan pengawasan yang lebih ketat dan membuat peraturan yang berlaku Kurang teliti Menambah operator pada kegiatan produksi tertentu Metode SOP belum diterapakan dengan benar Menyusun metode kerja yang lebih sistematis Material Komposisi yang tidak baik Memperhatikan mutu Cap Melipat Produk tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen, mengganggu fungsi produk dan tidak layak dikemas Mesin Proses Capping tidak berjalan baik Melakukan penggantian komponen tertentu pada mesin jaws capper Kurangnya pemeliharan mesin jaws capper Melakukan pemeriksaan rutin Manusia Stamina kerja menurun Memperhatikan shift kerja karyawan yang sesuai Belum melaksanakan IK dengan baik Melakukan briefing disetiap pergantian shift kerja Metode Belum diterapkan prosedur mesin dengan benar Menyusun metode kerja yang lebih sistematis Kurang sistematis Menyusun SOP dalam penerapan metode kerja Material Kualitas bahan baku yang diterima tidak baik sehingga capper tidak terbentuk sempurna Menetapkan standar kualitas dan mengambil sampel dari pihak ketiga untuk pengujian kualitas Universitas Sumatera Utara

5.2.8.6. Penentuan Nilai Deteksi Kegagalan Detection, D

Dari hasil wawacara dengan pihak perusahaan, maka dapat ditentukan nilai deteksi kegagalan Detection, D dari jenis kegagalan tersebut. Dengan berpedoman pada Tabel 3.3, maka nilai deteksi kegagalan dapat dilihat pada Tabel 5.17. Tabel 5.17. Penilaian Detection Jenis Kegagalan Akibat dari Kegagalan Faktor Penyebab Kegagalan Kendali yang Dilakukan D Tanpa Cap Produk tidak sesuai dengan standar produksi, tidak dapat diproduksi secara lanjut dan produk tidak layak dikemas Mesin Settingan mesin yang tidak sesuai Melakukan pemeriksaan mesin terlebih dahulu 5 Kurangnya perawatan pada mesin yang sudah tua Menyusun SOP untuk perawatan mesin 4 Manusia Kurang disiplin Melakukan pengawasan yang lebih ketat dan membuat peraturan yang berlaku 3 Kurang teliti Menambah operator pada kegiatan produksi tertentu 3 Metode SOP belum diterapakan dengan benar Menyusun metode kerja yang lebih sistematis 4 Material Komposisi yang tidak baik Memperhatikan mutu 5 Cap Melipat Produk tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen, mengganggu fungsi produk dan tidak layak dikemas Mesin Proses Capping tidak berjalan baik Melakukan penggantian komponen tertentu pada mesin jaws capper 6 Kurangnya pemeliharan mesin jaws capper Melakukan pemeriksaan rutin 5 Manusia Stamina kerja menurun Memperhatikan shift kerja karyawan yang sesuai 4 Belum melaksanakan IK dengan baik Melakukan briefing disetiap pergantian shift kerja 4 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. Penilaian Detection Lanjutan Jenis Kegagalan Akibat dari Kegagalan Faktor Penyebab Kegagalan Kendali yang Dilakukan D Cap Melipat Produk tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen, mengganggu fungsi produk dan tidak layak dikemas Metode Belum diterapkan prosedur mesin dengan benar Menyusun metode kerja yang lebih sistematis 4 Kurang sistematis Menyusun SOP dalam penerapan metode kerja 5 Material Kualitas bahan baku yang diterima tidak baik sehingga capper tidak terbentuk sempurna Menetapkan standar kualitas dan mengambil sampel dari pihak ketiga untuk pengujian kualitas 6 Setelah nilai severity s, occurance o, dan detection d diberikan, maka selanjutnya dihitung nilai RPN untuk menentukan prioritas dalam rekomendasi tindakan perbaikan. Adapun perhitungan nilai RPN Risk Priority Number pada penyebab kegagalan settingan mesin yang tidak sesuai adalah sebagai berikut: RPN = S x O x D = 6 x 7 x 5 = 210 Dengan cara perhitungan yang sama, maka nilai RPN untuk semua jenis penyebab kegagalan dapat dilihat pada Tabel 5.18. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.18. FMEA dengan Nilai RPN Jenis Kegagalan Akibat dari Kegagalan Faktor S Penyebab Kegagalan O Kendali yang Dilakukan D RPN Tanpa Cap Produk tidak sesuai dengan standar produksi, tidak dapat diproduksi secara lanjut dan produk tidak layak dikemas Mesin 6 Settingan mesin yang tidak sesuai 7 Melakukan pemeriksaan mesin terlebih dahulu 5 210 Kurangnya perawatan pada mesin yang sudah tua 6 Menyusun SOP untuk perawatan mesin 4 144 Manusia 5 Kurang disiplin 5 Melakukan pengawasan yang lebih ketat dan membuat peraturan yang berlaku 3 75 Kurang teliti 6 Menambah operator pada kegiatan produksi tertentu 3 90 Metode 4 SOP belum diterapakan dengan benar 5 Menyusun metode kerja yang lebih sistematis 4 80 Material 6 Komposisi yang tidak baik 6 Memperhatikan mutu 5 180 Cap Melipat Produk tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen, mengganggu fungsi produk dan tidak layak dikemas Mesin 4 Proses Capping tidak berjalan baik 7 Melakukan penggantian komponen tertentu pada mesin jaws capper 6 168 Kurangnya pemeliharan mesin jaws capper 6 Melakukan pemeriksaan rutin 5 100 Manusia 3 Stamina kerja menurun 5 Memperhatikan shift kerja karyawan yang sesuai 4 60 Belum melaksanakan IK dengan baik 6 Melakukan briefing disetiap pergantian shift kerja 4 72 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.18. FMEA dengan Nilai RPNLanjutan Jenis Kegagalan Akibat dari Kegagalan Faktor S Penyebab Kegagalan O Kendali yang Dilakukan D RPN Cap Melipat Produk tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen, mengganggu fungsi produk dan tidak layak dikemas Metode 4 Belum diterapkan prosedur mesin dengan benar 4 Menyusun metode kerja yang lebih sistematis 4 64 Kurang sistematis 6 Menyusun SOP dalam penerapan metode kerja 5 120 Material 6 Kualitas bahan baku yang diterima tidak baik sehingga capper tidak terbentuk sempurna 7 Menetapkan standar kualitas dan mengambil sampel dari pihak ketiga untuk pengujian kualitas 6 252 Universitas Sumatera Utara I-1 Dari perhitungan RPN ini dapat diketahui penyebab kegagalan proses yang mengakibatkan terjadinya produk cacat. Penyebab kecacatan kemudian diurutkan berdasarkan nilai RPN tertinggi yang dapat dilihat pada Tabel 5.19. Tabel 5.19. Urutan Penyebab Kegagalan Proses Berdasarkan RPN Jenis Kegagalan Penyebab Kegagalan Pada Proses Kendali yang Dilakukan RPN Cap Melipat Kualitas bahan baku yang diterima tidak baik sehingga capper tidak terbentuk sempurna Menetapkan standar kualitas dan mengambil sampel dari pihak ketiga untuk pengujian kualitas 252 Tanpa Cap Settingan mesin yang tidak sesuai Melakukan pemeriksaan mesin terlebih dahulu 210 Tanpa Cap Komposisi yang tidak baik Memperhatikan mutu 180 Cap Melipat Proses Capping tidak berjalan baik Melakukan penggantian komponen tertentu pada mesin jaws capper 168 Tanpa Cap Kurangnya perawatan pada mesin yang sudah tua Menyusun SOP untuk perawatan mesin 144 Cap Melipat Kurang sistematis Menyusun SOP dalam penerapan metode kerja 120 Cap Melipat Kurangnya pemeliharan mesin jaws capper Melakukan pemeriksaan rutin 100 Tanpa Cap Kurang teliti Menambah operator pada kegiatan produksi tertentu 90 Tanpa Cap SOP belum diterapakan dengan benar Menyusun metode kerja yang lebih sistematis 80 Tanpa Cap Kurang disiplin Melakukan pengawasan yang lebih ketat dan membuat peraturan yang berlaku 75 Cap Melipat Belum melaksanakan IK dengan baik Melakukan briefing disetiap pergantian shift kerja 72 Cap Melipat Belum diterapkan prosedur mesin dengan benar Menyusun metode kerja yang lebih sistematis 64 Cap Melipat Operator kurang menerapkan program perawatan dengan baik Menyusun SOP dalam penerapan metode kerja 60 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 5.22. diperoleh nilai RPN tertinggi untuk jenis kegagalan Cap Melipat sebesar 252 dengan penyebab kegagalan yaitu kualitas bahan baku yang diterima tidak baik sehingga capper tidak terbentuk sempurna sedangkan RPN tertinggi untuk jenis kegagalan Tanpa Cap sebesar 210 dengan penyebab kegagalan yaitu settingan mesin yang tidak sesuai yang merupakan jenis kegagalan yang dijadikan prioritas utama untuk segera dilakukan perbaikan. Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1. Analisis

Seven Tools Dari hasil penelitian terdapat lima jenis kecacatan pada produk 600ml, yaitu Cap Melipat, Penyok, Volume Kurang, Tanpa Cap, dan Bocor. Kelima jenis cacat tersebut merupakan yang paling menentukan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh PT. Tirta Sibayakindo. Dari histogram dan diagram pareto terlihat jelas bahwa jenis kecacatan yang paling banyak terjadi pada periode bulan Januari 2014 – Maret 2015, yaitu jenis kecacatan Tanpa Cap dengan jumlah produk cacat sebesar 2651234 35,13, Cap Melipat dengan jumlah produk cacat sebanyak 1692635 22,4. Hal ini disebabkan karena pada bulan Januari 2014 terjadi penurunan jumlah hasil produksi yang disebabkan karena kualitas bahan baku yang diterima tidak baik sehingga capper tidak terbentuk sempurna. Korelasi antara jumlah produksi dengan jumlah produk cacat Tanpa Cap yang diperoleh dari scatter diagram sebesar 0,9992 dan nilai koefisien antara jumlah produksi dengan jumlah produk cacat Cap Melipat sebesar 0,9990 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara X jumlah produksi dan Y jumlah produk cacat karena Tanpa Cap dan Cap Melipat, berarti jenis kecacatan Tanpa Cap dan Cap Melipat mempengaruhi jumlah hasil produksi. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Usulan Perbaikan Mutu Produk Kertas Rokok (Cigarette Paper) Dengan Metode Statistical Quality Control (Sqc) Dan Failure Mode Effect Analysis (Fmea) Pada Pt. Pusaka Prima Mandiri

10 100 125

Usulan Perbaikan Kualitas Produk Genteng dengan Metode Six Sigma (DMAIC) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).

11 66 166

Analisa dan Penerapan Statistical Quality Control (SQC) dengan Perbaikan Kualitas Smoke Sheet di PTPN III Kebun Gunung Para

2 47 162

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

6 88 125

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

3 74 112

Usulan Perbaikan Mutu Produk Sarung Tangan dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT. Medisafe Technologies

8 46 131

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 9 125

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 1 11

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 1

Usulan Perbaikan Mutu Produk Obat Jenis Tablet dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Pada PT. Mutiara Mukti Farma

0 0 1