Gambaran Umum di Kota Medan

23

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN, SEKTE SAI BABA DAN

KEBERADAANNYA DI MEDAN

2.1 Gambaran Umum di Kota Medan

Kota Medan didirikan oleh Guru Pa Timpus Sembiring Pelawi, berasal dari kampung Aji Jahe terletak di Kabupaten Karo sekarang, pada tahun 1590. Berawal ketika Guru Pa Timpus Sembiring Pelawi mendirikan sebuah kuta yang berarti “kampung” dalam bahasa Karo di antara pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli. Ia adalah seorang Guru Mbelin atau “dukuntabib sakti” yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Oleh karena kemampuannya itu, ramai berdatangan orang untuk berobat kepadanya, dan setelah disembuhkan orang-orang tersebut mulai mendirikan tempat tinggal di sekitar kediaman Guru Pa Timpus Sembiring Pelawi. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah yang menetap di areal tersebut, maka daerahnya dinamai Kuta Madan kampung penyembuhan kesembuhan. Lama-kelamaan pelafalan Kuta Madan menjadi Kuta Medan dan pada akhirnya kampung tersebut berkembang menjadi Kota Medan sekarang Ginting, 2002:13. Dibukanya perkebunan tembakau pada tahun 1863 oleh saudagar Belanda, Nienhuys, berdampak luas pada perubahan Kota Medan. Daun tembakau, dikenal dengan “tembakau Deli”, yang dihasilkan oleh perkebunan- perkebunan di Sumatera Timur punya kualitas terbaik sebagai pembalut cerutu di pasaran Eropa Sinar, 2001:35. Keuntungan ekonomi yang diperoleh dari hasil perkebunan tembakau ini membuat pemerintah kolonial Belanda pada Universitas Sumatera Utara 24 tahun 1886 memindahkan ibukota Keresidenan Sumatera Timur dari Bengkalis Riau ke Kota Medan. Jalur kereta api trayek Medan-Belawan pun dibangun pada tahun 1884. Akibat dari perkembangan ini, Sumatera Timur akhirnya menjadi area perputaran bisnis yang maju pesat sehingga dijuluki sebagai The Dollar Land dan Kota Medan dijuluki sebagai Paris of Sumatera Ginting, 2002:15. Kota Medan dibentuk menjadi Gementee Pemerintahan Kotapraja pada tanggal 1 April 1909. Besluit pembentukan Gementee dikeluarkan di Bogor pada tanggal 5 Maret 1909 dan ditandatangani oleh Gubernur Jenderal Hindia Belana, J.B. van Heutsz. Kemudian terhitung sejak 21 April 1918, Gementee Medan Kotapraja Medan memiliki Burgemeester atau Walikota bernama D. Baron Mackay Ginting, 2002:15. Sekarang ini, Kota Medan adalah ibukota Propinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan terdiri atas 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Kota Medan terletak pada 3 30’-3 43’ Lintang Utara dan 98 35’- 98 44’ Bujur Timur dengan luas areal 26.510 ha. Ketinggian Kota Medan berada pada 2,5 m di bagian Utara sampai dengan 37,5 m di bagian Selatan di atas permukaan laut. Bagian Utara sampai 3 km dari pantai terdiri dari rawa-rawa yang mempunyai kedalaman 0,5 m pada waktu pasang surut dan 2,5 m pada waktu pasang naik. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Medan sementara adalah 2.109.339 jiwa, yang terdiri atas 1.040.680 jiwa laki-laki dan 1.068.659 jiwa perempuan. Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Medan Deli sebesar 167.192 jiwa, diikuti Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Denai masing-masing sebesar 144.478 Universitas Sumatera Utara 25 dan 141.842 jiwa. Sementara berdasarkan urutan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Medan Maimun sebesar 39.919 jiwa, diikuti Kecamatan Medan Baru dan Medan Polonia masing-masing sebesar 42.189 dan 52.552 jiwa Biro Pusat Statistik Kota Medan, 2010. Peta 2.1: Persebaran kelompok Etnik di Kota Medan Sumber: Pelly 1994:93 Universitas Sumatera Utara 26

2.2 Masyarakat India di Kota Medan