Perlengkapan dan Persiapan Sebelum Bhajan

50 Sai Study Group tidak sedang menyebarkan agama baru tetapi saling berbagi ajar an kebaikan. Sebagaimana diungkapkannya, “Kita tidak usah pindah- pindah agama. Sai Baba mengajarkan tidak perlu berpindah agama. Kita di sini saling berbagi kebaikan dan saling melayani dalam cinta kasih. Apa agama kamu sekarang, jalani saja baik-baik. Berbuat baik kepada sesama makhluk hidup.” Dari pemaparan Bapak Zulkarnen bisa disimpulkan bahwa Sai Study Group tidak melarang atau membatasi siapapun yang berminat mengikuti Bhajan sebagaimana yang diajarkan Sai Baba bahwa ajarannya tidak membeda-bedakan agama manapun. Di Medan sendiri terdapat 3 tiga tempat Sai Study Group untuk melaksanakan Bhajan, pertama, Prashanti Griya Sai Centre di jalan Imam Bonjol yang didirikan pada tanggal 23 November 1989; kedua, Kumara Shanti Sai Center di jalan Lobak nomor 18 yang didirikan pada 27 September 1998; ketiga, Sai Ganesha Sai Centre di Jalan Sunggal yang didirikan pada tanggal 1 September 2000. 22

3.2.1 Komponen Bhajan

3.2.1.1 Perlengkapan dan Persiapan Sebelum Bhajan

Sebelum dilaksanakannya Bhajan, ada beberapa hal yang mesti disiapkan, mencakup peralatan, merapikan tempat, dan mempersiapkan hal-hal lainnya. Biasanya, yang mempersiapkan segala keperluan untuk Bhajan adalah orang-orang yang ditunjuk sebagai pengurus organisasi Sai Centre. Sejauh ini, penulis rutin melakukan pengamatan terlibat di Sai Kumara Sai Centre dan 2 Wawancara dengan Bapak Ram S Galani, salah seorang perintis awal Sai Bhakta di kota Medan, pada tanggal 28 Januari 2015. Universitas Sumatera Utara 51 segala persiapan Bhajan dipersiapkan oleh Bapak Zulkarnen dan Ibu Poa, mereka adalah sepasang suami istri dan Bapak Zulkarnen saat ini menjabat sebagai ketua Kumara Shanti Sai Centre. Biasanya orang-orang yang bertugas mempersiapkan segala keperluan Bhajan datang lebih awal dibandingkan para peserta Bhajan lainnya. Berikut ini adalah perlengkapan dan persiapan yang dilakukan sebelum dimulainya Bhajan: Pertama, lonceng, adanya lonceng ini merupakan simbol dari bunyi murni alam semesta ‘Om’. Lonceng dibunyikan sebagai tanda dimulainya Bhajan dan bertujuan untuk menghalau hal-hal negatif yang dapat mengganggu berjalannya Bhajan. Gambar 3.1 Lonceng Kedua, Jwoti lilin, secara simbolik adalah jiwa atau cahaya Ketuhanan di dalam diri manusia. Api di dalam diri manusia mesti dapat dikendalikan oleh manusia itu sendiri agar tidak menjerumuskannya ke dalam kegelisahan dan kegundahan batin. Untuk itu, Bhajan dapat menjadi salah satu Universitas Sumatera Utara 52 cara untuk menjaga nyala api jiwa tersebut agar terus menyala kepada sifat- sifat Tuhan. Gambar 3.2 Jwoti Lilin Ketiga, kelapa, ini menyimbolkan manusia itu seperti buah kelapa yang sebelum masuk ke dalam inti kesejatian diri, sabutnya dikupas terlebih dahulu, baru kemudian dibelah batoknya, setelah itu dapat daging kelapa berwarna putih dan didapatlah airnya. Sabut, batok, dan daging kelapa adalah simbol dari ego nafsu rendah sedangkan air kelapa adalah kemurnian inti kesejatian diri manusia. Gambar 3.3 Kelapa Universitas Sumatera Utara 53 Keempat bunga, tidak diharuskan dalam Bhajan, secara simbolik menggambarkan keharuman perkataan, perbuatan, dan tingkah laku. Dalam upacara Bhajan juga bertujuan untuk memperindah dan mengharumkan tempat lokasi pelaksanaan. Gambar 3.4 Bunga Kelima, lukisan Sai Baba, patung Buddha, Dewi Kwan Im, patung Yesus, dan lukisan dewa-dewi Hindu lainnya. Gambar 3.5 Patung dan lukisan Dewa-dewi Keenam, daun, tidak diharuskan dalam Bhajan, daun yang dipilih harus segar. Secara simbolik menggambarkan manusia harus hidup seperti tumbuhan yang memberi nafas kehidupan kepada yang lain. Memberikan udara bersih oksigen untuk dihirup oleh manusia dan seperti itulah semestinya manusia memberikan kebaikan kepada yang lain dalam kehidupannya. Universitas Sumatera Utara 54 Gambar 3.6 Daun Ketujuh kursi, sandal, dan gambar telapak kaki Sathya Sai Baba. Kursi kayu dan sandal yang terbuat dari tembaga ini merupakan simbol dari kehadiran Sathya Sai Baba di ritual Bhajan. Gambar 3.7 Kursi, sandal, dan gambar telapak kaki Sathya Sai Baba Kedelapan tirta air dan vibhuti abu, menyimbolkan tentang kesucian batin tirtaair dan meleburnya jasad menjadi vibhuti abu. Hal ini mengandung pesan bahwa manusia itu harus menyucikan dan memurnikan batinnya tirtaair dan tidak sombong menjalani hidup karena manusia itu tak lebih dari sebutir debu vibhuti abu. Universitas Sumatera Utara 55 Gambar 3.8 Tirtaair kiri dan Vibhuti abu kanan Kesembilan, alat musik dan pengeras suara, dalam hal ini alat musik yang digunakan adalah tabla, rebana dan harmonium. Gambar 3.9 Tabla, rebana, dan harmonium Acara Bhajan di Kumara Shanti Sai Centre dimulai pada pukul 19.00 WIB dan oleh karena itu Bapak Zulkarnen dan Ibu Tia Poah Hia datang lebih awal untuk mempesiapkan segala sesuatunya. Termasuk menyusun tata letak segala peralatan dan menggelar ambal untuk tempat duduk para Sai Bhakta yang akan mengikuti Bhajan. Universitas Sumatera Utara 56

3.2.2.2 Pelaksanaan Bhajan