8 Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dengan demikian penulis memberi judul:
“Analisis Nyanyian Bhajan Pada Sekte Sai Baba di Medan
.”
1.2 Pokok Permasalahan
Pokok permasalahan yang ingin penulis kaji adalah analisis nyanyian Bhajan pada sekte Sai Baba di Medan yang mencakup:
- Bagaimana struktur nyanyian Bhajan sekte Sai Baba di kota Medan,
pokok masalah ini akan didukung pula oleh deskripsi tentang: sejarah, proses pelaksanaan, dan struktur musik dalam nyanyian Bhajan.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a Untuk mengetahui struktur musik dalam nyanyian Bhajan pada
sekte Sai Baba di kota Medan. b
Untuk mengetahui sejarah Bhajan pada sekte Sai Baba di kota Medan.
c Untuk mengetahui proses pelaksanaan Bhajan pada sekte Sai Baba
di kota Medan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari tulisan dalam bentuk skripsi Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ini adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
9 a
Memberikan informasi kepada para pembaca tentang struktur nyanyian Bhajan pada sekte Sai Baba di kota Medan.
b Tulisan ini dapat memberi informasi dan masukan kepada para
pegiat, pengamatpemerhati, akademisi, dan masyarakat yang punya minat pada nyanyian Bhajan pada sekte Sai Baba di kota Medan.
c Untuk memenuhi tugas akhir penelitian sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi strata satu dalam rangka mencapai sarjana seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep atau pengertian, merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. R.Merton
mendefinisikan: “Konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati; konsep menentukan antara variabel-variabel mana kita ingin
menentukan hubungan empiris” Merton dalam Koentjaraningrat, 1963: 89. Konsep berfungsi untuk menjelaskan kepada para pembaca tentang hal-hal
yang akan diteliti. Selain itu, secara tidak langsung konsep mampu menjadi bingkai masalah penelitian agar tetap fokus dan tidak melebar terlalu luas.
Dalam konteks penelitian ini, penulis akan menjelaskan pengertian beberapa kata kunci yang menjadi bingkai masalah penelitian, yaitu : analisis,
nyanyian, upacara, Bhajan, Sai Bhakta, dan Sai Baba. Dalam konteks penelitian ini, analisis yang dipakai adalah analisis data kualitatif, yaitu upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
Universitas Sumatera Utara
10 mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain Moleong, 2012: 248.
Upacara dalam konteks agama menurut Koentjaraningrat 1992:252 disebut sebagai kelakuan agama perasaan cinta, hormat, bakti, tetapi juga
takut, ngeri, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk mencari hubungan dengan dunia gaib. Bhajan berarti memuja, bersujud, bersembah, dalam
perkembangan sampai kini, Bhajan berarti Kidung Suci dengan mengutamakan penggunaan nama-nama suci Tuhan Pemajun, tanpa tahun: V.
Nyanyian dalam konteks ini adalah mantra yang dinyanyikan para peserta upacara Bhajan, nyanyian ini diambil dari berbagai mantra yang
memuja Dewa-dewi dimana mantranya ada yang berbahasa Sanksekerta, Inggris dan juga Indonesia. Konsep tentang pengucapan mantra secara
etnomusikologi dikategorikan sebagai musik vokal yang berpedoman pada pengertian musik adalah kejadian bunyi atau suara dapat dipandang dan
dipelajari jika mempunyai kombinasi nada, ritem dan dinamika sebagai komunikasi secara emosi estetika atau fungsional dalam suatu kebiasaan atau
tidak berhubungan dengan bahasa Malm dalam terjemahan Takari 1993: 8. Sai Bhakta merupakan penggabungan dari dua kata yaitu Sai dan
Bhakta. Menurut Bapak Mohan Leo
3
Sai itu bahasa Sanksekerta yang berarti Suci. Sai dalam hal ini merujuk kepada Sai Baba. Sai Baba adalah seorang
Guru, orang yang mengabdikan hidupnya untuk perbaikan kemanusiaan, orator, pencipta lagupuisi dan filsuf India Selatan yang sering digambarkan
sebagai orang suci, lahir 23 November 1926, meninggal 24 April 2011 pada
3
Wawancara Bapak Mohan Leo, 1 Februari 2015
Universitas Sumatera Utara
11 umur 84 tahun dan dilahirkan di desa terpencil Puttaparthi, Andhra Pradesh,
India Selatan Kasturi N., 2009:1. Bhakta adalah orang-orang yang melakukan Bhakti. Sekitar tahun 500 S.M. muncul beberapa kecenderungan yang
kemudian dikenal sebagai sekte Bhakti, yang menekankan pengertian “pemujaan”, pelayanan atau kebaktian yang mencakup pengertian percaya, taat
dan berserah diri kepada dewa Djam’annuri, 1988:76. Sai Bhakta adalah
orang-orang yang berbakti, memuja, dan mengikuti ajaran Sai Baba yang dianggap sebagai perwujudan Dewa di muka Bumi untuk mensucikan diri.
Menurut Axel Michaels, seorang Indiolog menulis dalam bukunya tentang Hinduisme bahwa dalam konteks I
ndia kata “sekte” tidak menunjukan adanya perpecahan atau komunitas yang terasingkan, melainkan lebih pada
suatu tradisi yang terorganisir yang biasanya didirikan oleh pendiri yang melakukan praktik-
praktik asketik. Dan menurut Michaels, “sekte” India tidak memusatkan perhatian pada ajaran sesat, karena tidak adanya pusat yang
menuntut membuat hal ini tidak mungkin. Sebaliknya, fokusnya adalah pada para penganut dan pengikutnya https:id.m.wikipedia.orgwikiSekte, 04
Februari 2015.
1.4.2 Teori
Dalam konteks penelitian, teori digunakan sebagai arahan untuk melakukan kerja-kerja penelitian. Teori hanya sebagai acuan sementara, agar
penelitian tidak melebar ke mana-mana. Teori adalah bangunan yang mapan, ada pendapat peneliti, ada simpulan awal. Itulah sebabnya teori harus dibangun
terstruktur, sejalan dengan apa saja yang mungkin akan digunakan Suwardi, 2006:107.
Universitas Sumatera Utara
12 Dalam menyelesaikan tulisan ini, berpegang pada beberapa teori yang
berhubungan dengan judul di atas. Teori yang dimaksud sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat 1977:30, yaitu bahwa pengetahuan yang diperoleh
dari buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang suatu teori-teori
yang bersangkutan. Dengan demikian teori adalah pendapat yang dijadikan acuan dalam membahas tulisan ini.
Berikut ini teori-teori yang digunakan yaitu: 1.
Untuk menganalisis nyanyian Bhajan penulis akan menggunakan teori weighted scale dari William P.Malm 1977:8 yang
mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan ketika mendeskripsikan melodi, yaitu: 1 scale
tangga nada, 2 nada dasar pitch center, 3 range wilayah Nada, 4 frequency of notes jumlah nada-nada, 5 prevalent
Intervals interval yang dipakai, 6 cadence patterns pola-pola kadensa, 7 melodic formulas formula-formula melodi, 8
contour kontur. 2.
Untuk mengkaji upacara Bhajan, penulis menggunakan konsep unsur-unsur
pendukung upacara
yang dikemukakan
Koentjaraningrat 1985:168 bahwa upacara keagamaan terbagi atas 4 komponen, yaitu : a tempat upacara, b saat upacara, c benda-
benda dan alat-alat upacara, d orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.
Universitas Sumatera Utara
13
1.5 Metodologi Penelitian
Sebagai ilmu yang mempelajari budaya, penelitian etnomusikologi tentu harus mampu melihat budaya dan manusia sebagai satu kesatuan utuh.
Berhubungan karena sifat budaya yang selalu berubah-ubah seiring dengan perubahan manusianya, maka metode penelitian yang digunakan pun harus
mampu menjadi acuan kerja penelitian yang jelas dan sesuai agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
1.5.1 Metode Penelitian Kualitatif
Dalam melakukan penelitian ini, penulis memilih metode penelitian kualitatif. Alasan memilih metode kualitatif karena penulis ingin menganalisis
struktur nyanyian dan konteks upacara Bhajan pada sekte Sai Baba di kota Medan.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah Moleong, 2012: 6. Suwardi 2006:93-94 menyatakan ada tiga hal yang menjadi
karakteristik penelitian kualitatif: 1 proposal bersifat lentur, masih dapat berubah sesuai kondisi lapangan, 2 kerjasama peneliti dan yang diteliti amat
diperlukan untuk menentukan proses dan hasil penelitian, 3 memerlukan deskripsi secara induktif, tetapi tidak harus sampai membangun teori baru.
Universitas Sumatera Utara
14
1.5.2 Studi Kepustakaan
Dalam tahapan ini penulis mencari informasi, teori, dan mempelajari untuk mencapai penulisan suatu ilmiah yang tidak hanya mampu memberi
jawaban atas permasalahan, tetapi juga layak untuk menjadi suatu karya ilmiah karena memenuhi persyaratan keilmiahan. Penulis kemudian membaca bahan
bacaan tersebut guna menambah khazanah berpikir dan sebagai salah satu sumber informasi pendukung. Penulis mengumpulkan bacaan tentang kajian
sastra, kajian kebudayaan, musikologis, dan juga tulisan hasil penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini penulis memakai beberapa hasil
penelitian dalam bentuk skripsi sebagai acuan study kepustakaan. Di antaranya adalah skripsi Destri Damayanti Purba, 2011, yang menulis skripsi bertajuk
Studi Deskriptif Musik Dalam Konteks Upacara Adhi Triwula Pada Masyarakat Hindu Tamil Di Kuil Shri Singgamma Kali Koil Medan. Medan:
USU. Skripsi ini mendeskripsikan pertunjukan musik religi yang digunakan dalam upacara adhi triwula di dalam peradaban masyarakat Hindu Tamil di
Kuil Shri Singgama Kali Koil Medan. Pendekatan yang digunakan adalah secara etnomusikologis terutama pendekatan struktural musik dan upacara.
Skripsi lainnya adalah Sandro Batubara, 2012, yang berjudul Studi Deskriptif Musikal Dalam Konteks Upacara Mandalabhisekam pada
Masyarakat Hindu Tamil di Kuil Shri Balaji Venkateshwara Koil Medan. Medan: USU. Di dalam skripsi ini Sandro Batubara mendeskripsikan musik
yang digunakan di dalam upacara mandalabhisekam pada masyarakat Hindu Tamil di Kuil Shri Balaji Venkateshwara Koil Medan. Sama dengan Destri
Purba, skripsi ini juga menekankan deskripsi pada pertunjukan musik religi
Universitas Sumatera Utara
15 dalam salah satu upacara masyarakat Hindu Tamil. Pendekatan yang dilakukan
juga secara etnomusikologis, terutama pada aspek teks dan musik.
1.5.3 Penelitian Lapangan
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang mempelajari manusia dan produk
budayanya, khususnya musik, displin etnomusikologi tentu tidak terlepas dari
kerja lapangan. Karena budaya dan musik khususnya nyata serta jelas berada di tengah-tengah manusia yang dinamis sehingga perlu diadakan penelitian
lapangan agar mampu melihat realitasnya secara objektif dan faktual. Dalam konteks ini penulis melakukan kerja lapangan yaitu wawancara dan
pengamatan.
1.5.3.1 Wawancara
Untuk lebih melengkapi data penelitian, penulis juga melakukan wawancara. Wawancara adalah sebuah proses pengumpulan informasi
keterangan dengan tujuan penelitian melalui tanya-jawab antara penulis dengan informan maupun responden.
Dalam hal melakukan wawancara, penulis akan berpedoman kepada metode wawancara, bentuk pertanyaan, persiapan wawancara, dan pencatatan
hasil wawancara, seperti dikemukakan oleh Koenjaraningrat 1985 : hlm.129- 155, yaitu :
a Metode wawancara dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu :
wawancara berencana dan wawancara tidak berencana. Daftar pertanyaan pada wawancara berencana telah disusun dalam daftar
pertanyaan sebelum diajukan kepada para responden, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
16 pada wawancara tidak berencana tidak terdapat daftar pertanyaan
sebelum dilakukan wawancara. Di dalam wawancara tidak berencana juga terdapat bentuk wawancara terfokus, yaitu
wawancara terpusat pada pokok permasalahan, wawancara bebas, yaitu pertanyaan yang diajukan tidak terpusat dan dapat beralih dari
satu pokok ke pokok yang lain tapi tetap mendukung informasi penelitian dan wawancara sambil lalu, pembedaanya dalam
wawancara sambil lalu orang-orang yang akan diwawancarai tidak diseleksi terlebih dahulu.
b Berdasarkan bentuk pertanyaannya wawancara terbagi atas dua,
yaitu, wawancara tertutup dan wawancara terbuka. Perbedaan keduanya terletak pada jawaban yang dikehendaki dari informan.
Pada wawancara tertutup, pertanyaannya dirancang sedemikian rupa agar jawaban dari informan terbatas dan sudah ditentukan
sebelumnya, sedangkan pada wawancara terbuka, pertanyaannya dirancang sedemikian rupa sehingga jawaban responden atau
informan tidak terbatas dalam beberapa kata atau kalimat. c
Persiapan wawancara, ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebelum wawancara, yaitu : 1 seleksi individu untuk diwawancara, dimana
orang-orang yang akan diwawancarai harus terlebih dahulu diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu, wawancara untuk
mendapatkan keterangan dan data informasi dari orang-orang yang mempunyai keahlian tentang pokok wawancara yang disebut
informan dan wawancara untuk mendapatkan keterangan, data, dan pandangan terkait hal-hal tertentu sebagai bahan perbandingan dari
Universitas Sumatera Utara
17 orang tertentu disebut responden. 2 pendekatan terhadap orang
yang telah diseleksi. 3 pengembangan suasana lancar dalam wawancara. Setelah membangun hubungan emosional dan
komitmen dengan orang yang akan diwawancara harus juga dipikirkan cara agar informan mampu menjawab dengan lancar,
bersedia memberi informasi sebanyak-banyaknya, dan bersikap kooperatif.
d Pencatatan hasil wawancara. Hal ini bisa dilakukan pada saat
wawancara berlangsung maupun setelah wawancara selesai. Secara umum ada lima cara pencatatan hasil wawancara, yaitu: 1
pencatatan langsung, dilakukan pada saat wawancara berlangsung, 2 pencatatan dari ingatan, dilakukan setelah wawancara selesai, 3
pencatatan dengan alat perekam, pencatatan yang dilakukan dengan bantuan tape recorder, 4 pencatatan dengan angka
ataukata-kata yang mempunyai nilai, pencatatan yang dilakukan berdasarkan nilai kategori jawaban, 5 pencatatan dengan kode,
pencatatan yang dilakukan berdasarkan kode kategori jawaban. Mengingat penelitian yang akan penulis lakukan bersifat kualitatif,
maka teknik pencatatan hasil wawancara seperti tertera pada nomor 4 empat dan nomor 5 lima di atas, tidak digunakan.
Secara teknis, selain mengacu pada cara kerja di atas, penulis juga akan mempersiapkan kelengkapan peralatan wawancara. Seperti alat tulis, kertas,
tape recorder, kaset, dan keperluan lainnya yang mendukung proses wawancara tersebut.
Universitas Sumatera Utara
18
1.5.3.2 Pengamatan di Lapangan
Pengamatan adalah melihat secara langsung objek penelitian di lapangan guna mendapatkan informasi dan data tambahan. Pengamatan atau
observasi adalah suatu penelitian secara sistematis menggunakan kemampuan indra manusia Suwardi, 2006:133. Meskipun indra manusia menjadi
instrumen utama, pendokumentasian hal-hal tertentu di lapangan dengan menggunakan video maupun tape recorder diharapkan dapat lebih
memantapkan proses pengamatan dan hasil yang diperoleh. Sebagai bahan acuan penulis dalam melakukan pengamatan, penulis
merujuk pada rangkuman Posman Simanjuntak dalam buku Berkenalan dengan Antropologi 2000:hlm.8-10 yang berisi pendapat para antropolog
tentang bahan amatan, metode pengamatan berdasarkan keterlibatan, dan metode pengamatan berdasarkan cara yang dilakukan, yaitu :
a Bahan amatan. Terbagi atas 8 delapan hal, yaitu: 1 pelaku atau
partisipan, menyangkut siapa saja yang terlibat dalam kegiatan yang diamati, 2 kegiatan, yaitu menyangkut bentuk, bagaimana,
dan apa akibat yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan partisipan, 3 tujuan, menyangkut apa yang menjadi tujuan
partisipan melakukan hal yang diamati, 4 perasaan, menyangkut ungkapan-ungkapan emosi partisipan, baik dalam bentuk tindakan,
ucapan, ekspresi muka, atau gerak tubuh, 5 ruang atau tempat, yaitu lokasi dari peristiwa yang diamati, 6 waktu, menyangkut
jangka waktu kegiatan yang diamati, 7 benda atau alat, menyangkut jenis, bentuk, bahan, dan kegunaan benda atau alat
Universitas Sumatera Utara
19 yang dipakai, 8 peristiwa, menyangkut kejadian-kejadian lain yang
terjadi secara bersamaan dengan kegiatan yang diamati. b
Berdasarkan keterlibatan peneliti, metode pengamatan dibedakan sebagai berikut: 1 pengamatan biasa, dalam pengamatan ini
peneliti tidak memiliki keterlibatan apapun dengan pelaku yang menjadi objek penelitian, 2 pengamatan terkendali, juga
pengamatan yang tidak terlibat dengan objek, namun, dalam pengamatan ini peneliti mengamati objek pada lingkungan yang
terbatas untuk meningkatkan ketepatan data dan informasi, 3 pengamatan terlibat, dalam pengamatan ini pengamat ikut
berpartisipasi pada kegiatan yang diamati. c
Berdasarkan cara yang dilakukan, metode pengamatan dibedakan atas: 1 pengamatan tidak berstruktur, dalam pengamatan ini tidak
terdapat format pencatatan dan ketentuan yang baku, selain itu pengamatan ini bersifat eksploratif, 2 pengamatan berstruktur,
dalam mengumpulkan data, peneliti berpedoman secara sistematis kepada format pencatatan dan ketentuan baku yang telah ditetapkan
sebelumnya.
1.5.4 Kerja Laboratorium
Setelah mendapatkan data di lapangan, penulis akan mulai mengolah data tersebut ke dalam bentuk laporan penelitian. Data tersebut berupa catatan-
catatan, rekaman hasil wawancara penulis dengan narasumber. Pada kerja laboratorium ini penulis juga akan mengambil beberapa buah sampel lagu
nyanyian Bhajan.
Universitas Sumatera Utara
20
1.6 Lokasi Penelitian
Untuk menentukan lokasi penelitian, paling tidak ada dua kriteria yang harus diperhatikan, yaitu: 1 menguntungkan atau tidak tempat yang dipilih
untuk pengambilan data yang lengkap dan 2 apakah orang-orang yang ada di tempat itu benar-benar siap dan respek dijadikan subjek penelitian Suwardi,
2006:108. Merujuk pendapat diatas, penulis melihat bahwa Kumara Shanti Sai
Centre yang beralamat di Jln. Lobak no.18, kelurahan Darat, kec Medan Baru, Medan. Lokasi penelitian ini ditetapkan dengan beberapa alasan yaitu :
1 Di tempat ini penulis bisa mendapat data penelitian yang
lengkap dan representatif tentang Bhajan karena Bapak Mohan Leo yang juga seorang pendiri Sai Study Group tinggal di lokasi
penelitian ini. 2
Di lokasi penelitian ini upacara Bhajan rutin diadakan seminggu sekali sehingga penulis bisa melakukan observasi dan
pengumpulan data. 3
Di lokasi penelitian ini dapat beberapa nara sumber yang layak dan mendukung penuh penulisan karya ilmiah ini, seperti
memberi bahan bacaan, dokumentasi, meluangkan waktu untuk diwawancarai, dan sebagainya.
4 Lokasi penelitian ini relatif terjangkau sehingga meningkatkan
efesiensi penelitian, pendalaman materi-materi penelitian, pelibatan penulis sebagai pengamat terlibat paticipant
observer, dan hal-hal lain yang berkait.
Universitas Sumatera Utara
21
1.7 Pemilihan Narasumber informan
Untuk pengumpulan data yang diperlukan, penulis memilih beberapa informasi yang dapat memberikan informasi-informasi yang berhubungan
dengan objek penelitian ini. Hal ini didukung oleh pendapat Koentjaraningrat 1977:163-164 mengenai informan pangkal dan informan pokok.
1 Informan pangkal adalah informan yang memberikan petunjuk
kepada peneliti tentang adanya individu lain dalam masyarakat yang dapat memberikan berbagai keterangan yang diperlukan.
Untuk penelitian ini yang menjadi informan pangkal adalah: 1.
Bapak Drs. Selwa Kumar yaitu yang telah memberikan informasi tentang adanya upacara Bhajan dan nyanyian pada Sai
Study Group di Kumara Shanti Sai Centre Medan. 2
Informan pokok kunci adalah informan yang ahli tentang sektor- sektor masyarakat atau unsur-unsur kebudayaan yang ingin kita
ketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi informan pokok adalah:
1. Bapak Mohan Leo umur 68 tahun, praktisi Bhajan sekaligus
pendiri Kumara Shanti Sai Centre Medan. Bapak Mohan Leo ini beragama Hindu.
2. Ibu Tia Poh Hoa umur 49 tahun, praktisi Bhajan. Beliau
beragama Budha.
Universitas Sumatera Utara
22 3.
Bapak Zulkarnen Tanbrin umur 56 tahun, praktisi Bhajan sekaligus ketua Sai Study Group di Kumara Shanti Sai Centre
Medan. Beliau juga beragama Budha. 4.
Bapak Ram S. Galani umur 75 tahun, pendiri sekaligus praktisi pertama Bhajan Sai Study Group di Medan. Beliau beragama
Hindu.
Universitas Sumatera Utara
23
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN, SEKTE SAI BABA DAN
KEBERADAANNYA DI MEDAN
2.1 Gambaran Umum di Kota Medan
Kota Medan didirikan oleh Guru Pa Timpus Sembiring Pelawi, berasal dari kampung Aji Jahe terletak di Kabupaten Karo sekarang, pada tahun
1590. Berawal ketika Guru Pa Timpus Sembiring Pelawi mendirikan sebuah kuta
yang berarti “kampung” dalam bahasa Karo di antara pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli. Ia adalah seorang Guru Mbelin
atau “dukuntabib sakti” yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Oleh karena kemampuannya itu, ramai berdatangan orang untuk berobat kepadanya, dan setelah disembuhkan orang-orang tersebut mulai
mendirikan tempat tinggal di sekitar kediaman Guru Pa Timpus Sembiring Pelawi. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah yang menetap di areal
tersebut, maka daerahnya dinamai Kuta Madan kampung penyembuhan kesembuhan. Lama-kelamaan pelafalan Kuta Madan menjadi Kuta Medan dan
pada akhirnya kampung tersebut berkembang menjadi Kota Medan sekarang Ginting, 2002:13.
Dibukanya perkebunan tembakau pada tahun 1863 oleh saudagar Belanda, Nienhuys, berdampak luas pada perubahan Kota Medan. Daun
tembakau, dikenal dengan “tembakau Deli”, yang dihasilkan oleh perkebunan- perkebunan di Sumatera Timur punya kualitas terbaik sebagai pembalut cerutu
di pasaran Eropa Sinar, 2001:35. Keuntungan ekonomi yang diperoleh dari hasil perkebunan tembakau ini membuat pemerintah kolonial Belanda pada
Universitas Sumatera Utara