Alat yang digunakan oleh pemulung saat mengumpulkan sampah dinamakan gancu. Gancu ini terbuat dari batangan besi yang dibentuk seperti
pengait yang salah satu ujungnya runcing dan melengkung sedangkan ujung satunya lagi lurus dan tumpul. Pemakaian gancu ini memudahkan pemulung
untuk menjangkau sampah yang ingin dikumpulkannya dari sumber sampah. Selain itu, gancu juga mengurangi risiko tangan pemulung kontak langsung
dengan sampah terkhusus terhadap sampah yang berujung rucing ataupun yang mengandung bahan berbahaya.
Jumlah pemulung sampel yang menggunakan gancu adalah 26 orang 86,7 dari keseluruhan sampel penelitian. Sehingga dapat dijamin bahwa
pemulung yang memakai gancu lebih sedikit melakukan kontak langsung saat pengumpulan sampah dari sumber sampah dan lebih sedikit risiko kecelakaan
kerja yang dialami oleh mereka. Jumlah pemulung yang ma
mpu mengelola sampah dengan volume ≥ 100 L dengan memakai gancu lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak memakai
gancu. Pemakaian gancu ini juga mempercepat pengumpulan sampah sehingga sampah yang dikumpulkan oleh pemulung lebih banyak dan lebih cepat daripada
pemulung yang tidak memakai gancu.
5.2.3 Gambaran komposisi sampah
Komposisi sampah suatu daerah yang ingin diketahui bergantung pada rencana pengelolaan sampah yang akan dipakai. Atau sebaliknya, komposisi
sampah suatu daerah harus diketahui lebih dahulu untuk perencanaan pengelolaan sampah selanjutnya. Hal ini juga didukung oleh masa degradasi sampah yang
Universitas Sumatera Utara
akan dibuang dilingkungan. Semakin cepat degradasinya, maka sampah jenis tertentu akan mudah untuk dikelola ataupun mudah diuraikan oleh lingkungan.
Komposisi sampah yang dilihat dalam penelitian dibagi menjadi 6, yaitu sampah organik, sampah jenis plastik, kertas, kaca, karet, dan logam. Menurut
Sirait 2009, penggolongan komposisi sampah didasarkan pada bahan dasar dan waktu penguraiannya. Sampah organik seperti kulit buah-buahan dan sisa
makanan merupakan sampah yang mengandung bahan organik dengan beberapa kandungan dan nilai gizi yang walaupun tidak sebanyak makanan olahan manusia.
Sampah organik digunakan kembali oleh sebagian besar pemulung sebagai pakan ternak. Namun, ada juga beberapa pemulung mengumpulkan sampah
organik untuk dijual kepada para peternak atau kepada sesama pemulung yang memiliki ternak. Dari hasil penelitian, pengelolaan sampah organik berupa
penggunaan kembali sebagai pakan ternak dilakukan oleh seluruh pemulung yang dijadikan sampel penelitian 100. Walaupun sampah organik tersebut
berpotensi juga untuk diolah menjadi kompos, para pemulung TPA Terjun tidak melakukannya. Alasannya adalah tidak tertarik untuk melakukan kompos karena
waktu proses membuat kompos lebih lama dibandingkan bila menggunakan sampah organik menjadi pakan ternak ataupun menjualnya. Jumlah sampah
organik harian yang dikelola oleh tiap pemulung menjadi pakan ternak dalam 1 minggu penelitian ini sebesaar 14,30 dari total sampah yang dikelola.
Sampah anorganik seperti plastik, kaca, kertas, karet dan logam memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan sampah organik. Selain tidak membusuk,
sampah anorganik dapat didaur ulang. Oleh sebab itu, jumlah pemulung di TPA
Universitas Sumatera Utara
Terjun yang mendaur ulang atau menjualnya kepada para pendaur ulang sampah lebih banyak dibandingkan dengan yang menggunakannya kembali. Terdapat 30
orang pemulung 100 dari seluruh jumlah sampel penelitian yang melakukan daur ulang barang bekas.
Pemulung TPA Terjun yang menggantungkan hidupnya untuk mencari, mengambil, menyortir dan mengumpulkan serta menjual sampah anorganik atau
barang bekas digambarkan dapat mengurangi jumlah timbunan sampah yang dibuang di TPA Terjun. Khususnya sampah plastik yang sulit diuraikan oleh alam
sehingga memerlukan perlakuan tertentu untuk mengurangi jumlah timbunannya di lingkungan. Rata-rata jumlah sampah plastik yang mampu dikelola oleh tiap
pemulung TPA Terjun setiap harinya yakni sebesar 69,37 dari total sampah yang dikelola pemulung. Daur ulang atau menjual barang bekas kepada para
pendaur ulang yang dilakukan oleh pemulung dengan persentase yang besar tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah plastik di TPA Terjun.
Sampah anorganik lainnya seperti kertas, mampu dikelola tiap oleh pemulung dengan jumlah rata-rata 4,32 dari total sampah yang dikelola setiap
harinya. Sampah kaca contohnya pecahan kaca, botol kemasan yang terbuat dari kaca, perabotan rumah dan peralatan makanan dan minuman yang berbahan dasar
kaca dapat dikumpulkan dan dikelola oleh tiap pemulung setiap harinya sebanyak 6,49 dari total sampah yang dikelola. Lalu sampah atau barang bekas yang
berbahan dasar karet dikelola oleh pemulung sebesar 0,30 dari total sampah yang dikelola.
Universitas Sumatera Utara
Sampah anorganik jenis lainnya adalah barang bekas yang mengandung unsur logam. Sampah jenis ini biasanya ditemukan dalam bentuk barang
penyusun atau pondasi sebuah produk. Misalnya perkakas rumah tangga yang sudah rusak atau berkarat, sisa kendaraan, dan lain-lain. Tiap pemulung TPA
Terjun yang dijadikan sampel penelitian ini mampu mengumpulkan dan mengelola sampah ini sebesar 5,22 dari total sampah yang dikelola pemulung.
Dengan adanya perlakuan terhadap sampah atau barang bekas berbahan dasar logam, zat atau senyawa logam yang jika dibuang sembaran ke lingkungan dapat
menyebabkan pencemaran, bisa dikurangi dengan daur ulang. Lingkungan yang dapat dicemari oleh logam-logam berbahaya yakni lapisan tanah, perairan dan
lingkungan biotik yang ada di dalamnya.
5.2.4 Gambaran metode pengelolaan sampah