sebagai saluran pengeluaran air lindi dan pipa-pipa sebagai pengumpul dan pengolah gas methan McKinney and Schoch, 1996.
Menurut Sumantri 2010 ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik Sanitary Landfill ini, yaitu:
a Metode Galian Parit trench method
Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutupi parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan
tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.
b Metode Area
Sampah dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa- rawa, atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang
diperoleh dari tempat tersebut. c
Metode Ramp Metode Ramp merupakan metode gabungan dari kedua metode
sebelumnya. Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah.
2.4.3.5 Pengomposan metode Keranjang Takakura
Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode pengomposan lazimnya. Yang membedakannya adalah jenis sampah yang diolah. Sampah yang diolah
menjadi kompos umumnya adalah semua jenis sampah organik yang berasal dari berbagai sumber sampah, sedangkan metode Takakura ini berfokus kepada
sampah organik skala rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Metode ini ditemukan oleh seorang ahli yang berasal dari Jepang yang bernama Mr. Koji Takakura. Mr. Takakura menjalin kerjasama dengan Kota
Surabaya dalam menangani sampah di lingkungan khususnya sampah rumah tangga. Sebelumnya sampah rumah tangga dipilah dan mencari jenis bakteri yang
sesuai yang bias menghasilkan kompos yang kering dan tak berbau. Beliau membiakkan bakteri untuk membusukkan bahan organik di dalam sampah, jenis
bakteri inilah yang dijadikan starter kit bagi keranjang Takakura. Proses pengomposan yang terjadi melalui keranjang Takakura ini adalah
proses aerob, di mana dibutuhkan udara sebagai asupan penting dalam proses pembusukan bahan organik yang dilakukan mikroorganisme. Media yang
dibutuhkan dalam proses pengomposan adalah keranjang berlubang. Proses yang dilakukan adalah dengan cara memasukkan sampah organik yang sudah diperkecil
ukurannya ke dalam keranjang setiap hari dan kemudian melakukkan pengontrolan suhu dengan cara mengaduk dan menyiram sampah dengan air
Irlianti, 2013.
2.5 Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA
Setelah sampah dari berbagai sumber dikumpul dan diangkut oleh para petugas, sampah akan diberi perlakuan seperti daur ulang, pengomposan dan
sebagainya, dan proses ini dapat berlangsung di satu tempat tertentu. Tempat tersebut adalah tempat pembuangan akhir sampah TPA. Sampah yang tidak
dapat ditangani dengan cara apapun dapat dikubur atau dibiarkan begitu saja di TPA.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Kota Medan 2013 mendefenisikan tempat pembuangan sampah akhir TPA sesuai dengan SK SNI T-11- 1991-03 sebagai sarana fisik
untuk berlangsungnya
kegiatan pembuangan
akhir sampah,
tempat menyingkirkanmengkarantinakan sampah kota sehingga aman. Dari 46 kota di
seluruh Indonesia yang memiliki TPA terdapat 3 jenis sistem pembuangan akhir yang dilakukan yaitu Open Dumping 33 kota, Sanitary landfill 1 kota dan
controlled landfill 12 kota.
Pertimbangan penentuan Lokasi TPA, mengacu kepada Standar Nasional Indonesia dengan penekanan pada beberapa hal sebagai berikut:
a. Keberadaan dan letak fasilitas publik, perumahan, b. Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan
c. Kondisi hidrogeologi d. Kondisi klimatologi
e. Jalur jalan f. Kecepatan pengangkutan
g. Batas pengangkutan jalan, jembatan, underpass h. Pola lalu lintas dan kemacetan
i. Waktu pengangkutan j. Ketersediaan lahan untuk penutup jika memakai sistem sanitari landfill
k. Jarak dari sungai l. Jarak dari rumah dan sumur penduduk
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur teknis tempat pembuangan akhir sampah TPA adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. volume riil yang masuk ke dalam TPA, b. pemadatan sampah oleh alat berat,
c. volume sampah yang diangkut oleh pemulung, d. batas ketinggian penumpukan sampah,
e. ketinggian tanah urugan dan f. susut alami sampah
Membangun dan mengelola suatu TPA perlu banyak sumberdaya, karena itu seringkali perlu dilaksanakan bersama, membangun kemitraan antara
komunitas, pemerintas setempat, dan lembaga lainnya. Sebuah TPA dapat menjaga kesehatan masyarakat hanya bila TPA dikelola dengan baik. Pengelolaan
yang baik biasanya meliputi pelatihan dan dukungan bagi pekerja TPA, dan bekerja sama dengan pusat-pusat pemanfaatan ulang sumberdaya, lapak-lapak
sampah beracun, dan pemerintah daerah setempat Conant, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Volume Sampah yang masuk Harian di TPA Terjun
Volume Timbunan Sampah Sisa Harian
di TPA Terjun
Peran Pemulung
- Jumlah sampah - Komposisi sampah
- Waktu - Lama bekerja
- Alat - Metode pengelolaan sampah
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
memberikan gambaran suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang atau menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap
peristiwa variabel tersebut Noor, 2011. Penelitian ini tidak menguji hipotesis melainkan hanya mendeskripsikan
informasi yang didapat dengan apa adanya sesuai yang diteliti. Machfoedz, 2009.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi penelitian