Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA

Metode ini ditemukan oleh seorang ahli yang berasal dari Jepang yang bernama Mr. Koji Takakura. Mr. Takakura menjalin kerjasama dengan Kota Surabaya dalam menangani sampah di lingkungan khususnya sampah rumah tangga. Sebelumnya sampah rumah tangga dipilah dan mencari jenis bakteri yang sesuai yang bias menghasilkan kompos yang kering dan tak berbau. Beliau membiakkan bakteri untuk membusukkan bahan organik di dalam sampah, jenis bakteri inilah yang dijadikan starter kit bagi keranjang Takakura. Proses pengomposan yang terjadi melalui keranjang Takakura ini adalah proses aerob, di mana dibutuhkan udara sebagai asupan penting dalam proses pembusukan bahan organik yang dilakukan mikroorganisme. Media yang dibutuhkan dalam proses pengomposan adalah keranjang berlubang. Proses yang dilakukan adalah dengan cara memasukkan sampah organik yang sudah diperkecil ukurannya ke dalam keranjang setiap hari dan kemudian melakukkan pengontrolan suhu dengan cara mengaduk dan menyiram sampah dengan air Irlianti, 2013.

2.5 Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA

Setelah sampah dari berbagai sumber dikumpul dan diangkut oleh para petugas, sampah akan diberi perlakuan seperti daur ulang, pengomposan dan sebagainya, dan proses ini dapat berlangsung di satu tempat tertentu. Tempat tersebut adalah tempat pembuangan akhir sampah TPA. Sampah yang tidak dapat ditangani dengan cara apapun dapat dikubur atau dibiarkan begitu saja di TPA. Universitas Sumatera Utara Pemerintah Kota Medan 2013 mendefenisikan tempat pembuangan sampah akhir TPA sesuai dengan SK SNI T-11- 1991-03 sebagai sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah, tempat menyingkirkanmengkarantinakan sampah kota sehingga aman. Dari 46 kota di seluruh Indonesia yang memiliki TPA terdapat 3 jenis sistem pembuangan akhir yang dilakukan yaitu Open Dumping 33 kota, Sanitary landfill 1 kota dan controlled landfill 12 kota. Pertimbangan penentuan Lokasi TPA, mengacu kepada Standar Nasional Indonesia dengan penekanan pada beberapa hal sebagai berikut: a. Keberadaan dan letak fasilitas publik, perumahan, b. Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan c. Kondisi hidrogeologi d. Kondisi klimatologi e. Jalur jalan f. Kecepatan pengangkutan g. Batas pengangkutan jalan, jembatan, underpass h. Pola lalu lintas dan kemacetan i. Waktu pengangkutan j. Ketersediaan lahan untuk penutup jika memakai sistem sanitari landfill k. Jarak dari sungai l. Jarak dari rumah dan sumur penduduk Faktor-faktor yang mempengaruhi umur teknis tempat pembuangan akhir sampah TPA adalah: Universitas Sumatera Utara a. volume riil yang masuk ke dalam TPA, b. pemadatan sampah oleh alat berat, c. volume sampah yang diangkut oleh pemulung, d. batas ketinggian penumpukan sampah, e. ketinggian tanah urugan dan f. susut alami sampah Membangun dan mengelola suatu TPA perlu banyak sumberdaya, karena itu seringkali perlu dilaksanakan bersama, membangun kemitraan antara komunitas, pemerintas setempat, dan lembaga lainnya. Sebuah TPA dapat menjaga kesehatan masyarakat hanya bila TPA dikelola dengan baik. Pengelolaan yang baik biasanya meliputi pelatihan dan dukungan bagi pekerja TPA, dan bekerja sama dengan pusat-pusat pemanfaatan ulang sumberdaya, lapak-lapak sampah beracun, dan pemerintah daerah setempat Conant, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konsep Penelitian