Kegiatan Pembelajaran 2
terhadap peristiwa atau informasi yang diterimanya. Para pendukung kontruktivisme berpendapat bahwa pengertian yang dibangun setiap
individu peserta didik dapat berbeda dari apa yang diajarkan guru. Lain halnya dengan Paul Suparno 1997: 6 mengemukakan bahwa menurut
konstruktivis, belajar itu merupakan proses aktif pembelajar mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar
juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai
seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. 56. Menurut Paul Suparno 1997: 61 dalam Indrawati 2000: 34-35, proses
belajar konstruktivisme memiliki karakteristik sebagai berikut. a Belajar berarti membentuk makna.
b Konstruksi artinya adalah proses yang terus-menerus. c Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih dari itu,
yaitu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. d Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi
ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. e Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pembelajar dengan dunia fisik
lingkungannya. f
Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pembelajar konsep, tujuan, motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan
bahan yang pelajari 57. Karakteristik iklim pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan
konstruktivisme adalah sebagai berikut. a Peserta didik tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan individu
yang memiliki tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran berdasarkan konsepsi awal yang dimilikinya.
b Guru hendaknya melibatkan proses aktif dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya.
c Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan melalui seleksi secara personal dan sosial.
58. Iklim pembelajaran di atas menuntut para guru untuk mengetahui dan mempertimbangkan pengetahuan awal peserta didik apersepsi,
melibatkan peserta didik dalam kegiatan aktif student center, dan memperhatikan interaksi sosial dengan melibatkan peserta didik dalam
diskusi kelas maupun kelompok.
5. Pendekatan Kontekstual
59. Pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning atau CTL
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik
bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik.
a. Pengertian CTL
60. CTL merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan
bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari konteks pribadi, sosial, dan kultural sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan ditransfer dari satu permasalahan atau konteks ke permasalahan atau konteks lainnya. CTL juga merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran CTL
61. CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. CTL
Kegiatan Pembelajaran 2
pada hakekatnya melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme Constructivism, bertanya Questioning, menemukan
Inquiri, masyarakat belajar Learning Community, pemodelan Modeling, dan penilaian sebenarnya Authentic Assessment.
62.
1 Konstruktivisme
63. Pembelajaran dengan mengacu pada CTL merujuk pada
konstruktivisme, yakni peserta didik membangun pemahaman sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran
harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
2 Inkuiri
64. Dalam pembelajaran CTL, peserta didik melakukan penyelidikan
dan belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis sehingga terjadi proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
3 Questioning bertanya
65. Dalam proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan dilakukan
oleh guru dan peserta didik. Pertanyaan dari guru merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir
peserta didik, sedangkan pertanyaan dari peserta didik merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiri.
4 Learning community masyarakat belajar
66. Dalam pembelajaran CTL hendaknya diciptakan masyarakat
belajar, yaitu adanya sekelompok peserta didik yang terikat dalam kegiatan belajar. Hal ini merujuk pada prinsip bahwa bekerja sama
dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri, sehingga dalam masyarakat belajar terjadi saling tukar pengalaman atau berbagi ide.
5 Modeling pemodelan