8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Tinjauan Teoritik
1. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 a.
Kurikulum Menurut Arifin 2011:2-3 Secara etimologis istilah kurikulum
curriculum
berasal dari bahasa Yunani, yaitu
curir
yang artinya “pelari“ dan
curere
yang berarti “ tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia oleh raga, terutama dalam bidang atletik pada jaman
Romawi Kuno di Yunani. Dalam Bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata
courier
yang berarti berlari
to run.
Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis
start
sampai dengan garis
finish
untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi program
sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya.
Curriculum is the entire school program and all the people involved in it.
Program tersebut berisi mata pelajaran
– mata pelajaran
courses
yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SDMI enam
tahun, SMPMTs tiga tahun, SMASMKMA tiga tahun dan seterusnya. Dengan demikian, secara terminologis istilah kurikulum
dalam pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik disekolah untuk memperoleh ijasah.
Menurut B. Othanel Smith, W.O Stanlay dan J. Harlan Shores dalam buku Arifin 2011:3-4 memandang kurikulum sebagai
a sqquence of potential experiences set up in the school for the pupose of disciplining
children and youth in group ways og thingking and acting
. Pengertian ini menunjukkan kurikulum bukan hanya mata pelajaran, tetapi juga
pengalaman-pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada peserta didik.
Menurut Arifin 2011:4 kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial isimateri yang telah disusun secara
ilmiah baik yang terjadi didalam kelas, dihalaman sekolah maupun diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ada juga pengertian kurikulum yang lebih luas lagi yaitu semua kegiatan dan pengalaman belaja
r serta “segala sesuatu” yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik disekolah maupun
diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas Bab 1 pasal 1 ayat 19, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan
pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu Arifin,2011:16. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan sesuatu yang direncanakan sebagai pedoman yang dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan pengaruh pada peserta didik untuk mencapai tujuan persekolahannya.
b. Perkembangan Kurikulum
Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu tahun 1947, 1952,
1964,1968,1975, 1984, 1994, 2004, 2006 Sholeh,2013:1, selanjutnya Abdullah 2016:25 menjelaskan bahwa terjadi lagi perubahan dari
kurikulum 2013 ke kurikulum 2013. Setelah 2013 di terapkan, terjadi lagi perubaan dari kurikulum 2013 ke kurikulum 2013 edisi revisi. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi dan implikasi dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi IPTEK. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Hamalik tahun 2003 dalam buku Sholeh 2013:1-2 bahwa
dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1
Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi
landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan. 2
Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. 3
Keadaan lingkungan. 4
Kebutuhan pembangunan Poleksosbudhankam. 5
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem
nilai dan
kemanusiaan serta
budaya bangsa.
Semua kurikulum nasional dikembangkan mengacu pada landasan yuridis Pancasila dan UUD 1945, perbedaan tiap kurikulum terletak pada
penekanan pokok dan tujuan pendidikan dan pendekatan dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut Sholeh, 2013:2.
1 Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada setelah Indonesia merdeka disebut rencana pembelajaran. Perubahan orientasi pendidikan lebih
bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan pancasila. Rencana pelajaran
1047 merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum
1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang berdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran
bernegara dan masyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian dan kehidupan sehari-hari serta memberikan perhatian
terhadap pendidikan kesenian dan pendidikan jasmani. Rencana pelajaran 1947 baru secara resmi dilaksanakan di sekolah-sekolah
mulai tahun 1950. Bentuk kurikulum ini memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya, disertai dengan garis-garis
besar pengajaran. 2
Kurikulum 1952 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setelah rencana pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini,
pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih
merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rancangan Pemlajaran Teriurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru
dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Di dalamnya tercantum jenis-jenis pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar
di sekolah, seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri-ciri dari kurikulum
1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajar.
3 Kurikulum 1964
Dipenghujung era pemerintahan Presiden Soekarno menjelang tahun 1964, pemerintahan kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah pemerintahan
mempunyai keinginan
agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana Hamalik, 2004.
Fokus kurikulum 1964 ini pada perkembangan Pancawardhana, yaitu: Daya cipta, Rasa, Karsa, Karya, dan Moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,kecerdasan, emosionalartistik,
keprigelan keterampilan,
dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4 Kurikulum 1968
Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari Kurikulum 1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan
rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum 1968 menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama. Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur kurikulum dari
Pancawardhana dan menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan, dan keterampilan jasmani,
moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. 5
Kurikulum 19751976 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan
pemerintah yang
berkembang dalam
rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan, sehingga
diperlukan peninjauan terhadap kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
Kurikulum 1975
sebagai pengganti
Kurikulum 1968
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: a
Berorientasi pada tujuan. b
Menganut pendekatan integratif c
Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
d Menganut
pendekatan Prosedur
Pengembangan Sistem
Instruktsional PPSI. e
Menekankan kepada strimulus respon dan latihan. Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar
merupakan suatu sistem yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran dengan pendekatan sistem instruksional
inilah yang merupakan pembaharuan dalam sistem pengajaran di Indonesia. Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada
setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya memberikan
penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja. 6
Kurikulum 1984 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 diantaranya adalah sebagai berikut:
a Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum
tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. b
Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
c Terdapat
kesenjangan antara
program kurikulum
dan pelaksanaannya di sekolah.
d Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir
disetiap jenjang. e
Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa PSPB sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat
kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
f Pengadaan program studi baru seperti di SMA untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan lapangan kerja. Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara
kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuanteknologi
terhadap pendidikan,
Kurikulum 1975
dianggap sudah tidak sesuai lagi karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi
terhadap Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri: a
Berorientasi kepada tujuan pembelajaran instruksional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara
belajar siswa
aktif CBSA.
CBSA adalah
pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
optimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. c
Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam
pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
d Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti.
e Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan
siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar.
f Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan
proses adalah pendekatan belajar dan pembelajaran yang memberi tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. 7
Kurikulum 1994 Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses
pembelajaran menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada teori belajar mengajar, kurang memperhatikan muatan isi pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan suasana pendidikan di
LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya pada
saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa
isi pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan
mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984
dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagaian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi
pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum
1994, antara lain sebagai berikut: a
Pembagian tahapan pelajaran disekolah dengan sistem caturwulan. b
Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat berorientasi kepadda materi pelajaranisi
c Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan suatu
sistem kurikulum untuk semua siswa diseluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan
siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen terbuka, dimungkinkan lebih dari
satu jawaban, dan penyelidikan. e
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konseppokok bahasan dan perkembangan
berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian atara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
g Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu
dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan sebagai akibat dari kecendrungan kepada pendekatan
penguasaan materi, di antaranya sebagai berikut: a
Beban belajar siswa terlalu besar dikarenakan banyaknya mata pelajaran dan materinya.
b Materi pelajaran dianggap terlalu sukar dan kurang bermakna
dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. 8
Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2002 dan 2004 Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi kurikulum
2002 sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistrik menjadi desantralistik sebagai
konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum yang dikembangkan saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pendidikan berbasis
kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan komptensi tugas-tugas tertentu sesaui dengan standar
kinerja yang telah ditetapkan. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk
menjadi kompeten. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus
dicapai siswa, penilaian, kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: 1 hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan 2 keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya Puskur:
2000. Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau
dilakukan siswa
dalam setiap
tingkatan kelas
dan sekolahmadrasah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa
yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
a Pemilihan kompetensi yang sesuai.
b Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi; c
Pengembangan sistem pembelajaran. Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal. b
Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. c
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif. e
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Puskur: 2002a.
Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada suatu mata pelajaran memuat rinci kompetensi kemampuan
dasar mata pelajaran itu dan sikap yang diharapkan dimiiki siswa dapat dilihat contohnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa,
dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. 9
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005,
pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat
satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No.
192005. Akan tetapi, esensi-esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket
kompetensi dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah
subject matter
, yaitu:
a Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal. b
Berorientasi pada hasil belajar learning outcomes dan keberagaman.
c Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi. d
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
e Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. 10
Kurikulum 2013 Menurut Mulyasa 2013:59 Dalam suatu sistem pendiidikan,
kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan zaman.
Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan
dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang jelas, mau dibawa ke mana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Perlunya perubahan kurikulum juga karena
adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut diadaptasi dari materi sosialisasi kurikulum 2013:
a Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang
ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan
usia anak. b
Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
c Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek
pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
d Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan
dan metode
pembelajaran konstruktifistik,
keseimbangan
soft skills
and
hard skills
, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.
e Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan
sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. f
Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran
yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
g Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis
kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum 2006,
serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Dengan demikian, kurikulum 2013 diharapkan dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam memasuki era
globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan Mulyasa, 2013:163. Menurut Mulyasa 2013:163-164 Kurikulum berbasis
karakter dan kompetensi yang secara konseptual memiliki unggulan, keunggulan tersebut yakni:
a Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah
konstektual, karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi
sesuai dengan potensinya masing-masing. b
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kommpetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain.
Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
c Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih
tepat menggunakan
pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan kompetensi tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta
didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. a
Pengetahuan knowleddge; yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi
kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan.
b Pemahaman understanding; yaitu kedalaman kognitif, dan afektif
yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik
tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.
c Kemampuan
skill
; adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada
peserta didik. d
Nilai
value
; adalah suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya
standar perilaku guru dalam pembelajaran kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain.
e Sikap
attitude
; yaitu perasaan senang-tidak senang, suka-tidak suka atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar:
Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upahgaji, dan sebagainya.
f Minat
interest
; adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau
melakukan sesuatu. 11
Kurikulum 2013 edisi revisi Menurut Anbarini 2016:3 sepanjang 2015 kurikulum 2013
mengalami perbakan. Perbaikan itu dilakukan karena dalam pelaksanaannya sejak pertama kali diterapkan pada tahun pelajaran
20132014 di beberapa sekolah percontohan masih terdapat sejumlah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masalah yang memberatkan guru. Misalnya dalam hal penilaian, model pembelajaran, dan pembatasan taksonomi proses berpikir
siswa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan perbaikan terhadap Kurikulum 2013. Setiap perbaikan dan
pengembangan yang dilakukan pemerintah terhadap kurikulum dari waktu ke waktu bertujuan untuk menghasilkan generasi yang memiliki
tiga kompetensi, yaitu sikap, keterampilan, dan pengahuan. Dari perbaikan yang telah dilakukan sepanjang 2015, terdapat empat poin
perbaikan dalam dokumen kurikulum Anbarini, 2016:6. Empat point tersebut yaitu:
1 Kompleksitas pembelajaran dan penilaian pada sikap spiritual dan
sikap sosial
2 Ketidak selarasan antara KI-KD dengan silabus dan buku
3 Penerapan proses berpikir 5M sebagai metode pembelajaran yang
bersifat procedural dan mekanistik.
4 Pembatasan kemampuan siswa melalui pemenggalan taksonomi
proses berpikir antar jenjang.
c. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI
diartikan sebagai pelaksanaan KBBI, 2008:580. Menurut Fullan 1991 dalam Abdul 2014:6, implementasi adalah proses mempraktekkan atau
suatu gagasan, program, atau kumpulan kegiatan yang baru bagi orang- orang yang berusaha atau diharapkan untuk berubah.
1Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum Wina Sanjaya Abdul, 2014:21 menjelaskan bahwa guru
merupakan salah satu faktor penting dalam mengimplementasikan kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang
oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurkulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan
sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam mengimplementasikan
kurikulum memegang posisi kunci. Menurt Murray Print tahun 1993 Abdul, 2014:21, ada empat peran guru dalam level ini, level tersebut
antara lain: a
Implementers
b
Adapters
c
Developers
d
Researchers Pertama,
sebagai
implementer,
guru berperan
untuk mengimplementasikan
kurikulum yang
sudah ada.
Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan
perumus kurikulum. Dengan demikian, guru tidak memiliki ruang baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target
kurikulum. Pada fase bagai implementator kurikulum
,
peran guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam pengembangan kurikulum sebatas hanya menjelaskan kurikulum yang telah disusun. Dalam pengembangan kurikulum guru
diangga sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Oleh karena guru
hanya sekedar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreativitas dan inovasi guru dalam merekayasa pemblajaran sangatlah lemah. Guru
tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaru. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesioanl, tetapi sebagai tugas
rutin atau tugas keseharian.
Kedua
, peran guru sebagai
adapters,
lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum
dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Dalam fase ini, guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan
kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Dengan demikian, peran guru sebagai
adapetrs
lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai
implementers
.
Ketiga
, peran guru sebagai pengembang kurikulum, guru
memiliki kewenangan dalam menedesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan
disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya.
Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta
sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa. Pelaksanaan peran ini dapat kita lihat dalam pengembangan
Kurikulum Muatan Lokal Mulok sebagai bagian dari struktur kurikulum. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal, sepenuhnya
diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan. Oleh sebab itu, bisa terjadi Kurikulum Mulok antar sekolah berbeda. Kurikulum
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah. Ada
Keempat,
sebagai fase terakhir adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum
curruculum researcher.
Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung
jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam pelaksanaan peran sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab
untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektivitas program, menguji strategi
dan model pembelajaran, dan lain sebagainya termasuk mengumulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum.
Dalam KBBI 2008:979 kemampuan diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Seseorang yang memiliki
kemampuan berarti memiliki kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan dalam melaksanakan suatu hal.
Telah dijelaskan di atas bahwa menurut Fullan 1991 dalam Abdul 2014:6, pengertian implementasi itu sendiri adalah proses
mempraktekkan atau suatu gagasan, program, atau kumpulan kegiatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan untuk berubah. Sedangkan pengertian mengimplementasikan menurut KBBI
2008:580 yaitu melaksanakan, menerapkan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya yang biaya disingkat
dengan istilah Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengatur tentang Standar Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 edisi revisi.
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses Pembelajaran merupakan kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dalam peraturan
ini menjelaskan bahwa proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Sebelum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran ini diberlakukan, standar proses pendidikan di Indonesia
menganut sistematika yang dijelaskan pada Peraturan Menteri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses pembelajaran untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Namun Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun
2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku hal ini dijelaskan
dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. Berdasarkan penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran merupakan kesanggupan dan kecakapan dalam
melaksanakan dan menerapkan kriteria pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar atau satuan pendidikan menengah untuk
mencapai kompetensi lulusan. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan dalam
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 antara lain: 1
kesibukan guru di sekolah, 2 frekuensi mengakses internet, dan 3 pangkat golongan.
2. Kesibukan Guru di Sekolah
1 Pengertian
Kesibukan menurut KBBI 1990:837 diartikan sebagai sesuatu usaha dsb yang harus dikerjakan atau dengan kata lain kewajiban yang
harus dilakukan oleh seorang guru disekolah. Guru menurut KBBI 1990:288 adalah orang yang pekerjaanya mata pencahariannya,
profesinya mengajar. Sedangkan sekolah menurut KBBI 1990:796 adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran menurut tingkatannya, dsb. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesibukan guru di
sekolah adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang yang berprofesi mengajar dalam suatu lembaga sebagai tempat menerima dan
memberi pelajaran. 2
Ruang lingkup Kewajiban guru sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 35 ayat 1 mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Pasal 35 ayat 2 Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40
jam tatap muka dalam 1 satu minggu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses pembelajaran, guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 satu
jenis mata pelajaran saja, sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat pendidiknya. Disamping itu, guru sebagai bagian dari
manajemen sekolah, akan terlibat langsung dalam kegiatan manajerial tahunan sekolah, yang terdiri dari siklus kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara lain penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkat lainnya,
pelaksanaan pembelajaran termasuk tesulangan, Ujian Nasional UN, Ujian Sekolah, dan kegiatan lain. Tugas tiap guru dalam siklus tahunan
tersebut secara spesifik ditentukan oleh manajemen sekolah tempat guru bekerja.
1 Jam Kerja
Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan PNS dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja
yang setara dengan beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5 tiga puluh tujuh koma lima jam kerja 60 menit per minggu. Dalam
melaksanakan tugas, guru mengacu pada jadwal tahunan atau kalender akademik dan jadwal pelajaran. Kegiatan tatap muka dalam satu tahun
dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19 minggu per semester. Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran
yang disusun secara mingguan. Khusus Sekolah Menengah Kejuruan SMK ada kalanya jadwal pelajaran tidak disusun secara mingguan,
tapi mengunakan sistem blok atau perpaduan antara sistem mingguan dan blok. Pada kondisi ini, maka jadwal pelajaran disusun berbasis
semester, tahunan, atau bahkan per tiga tahunan. Diluar kegiatan tatap muka, guru akan terlibat dalam aktifitas persiapan tahunansemester,
ujian sekolah maupun Ujian Nasional UN, dan kegiatan lain akhir tahunsemester.
2 Uraian Tugas Guru
a Merencanakan Pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana
kerja sekolah. Kegiatan penyusunan RPP ini diperkirakan berlangsung selama 2 dua minggu atau 12 hari kerja. Kegiatan ini
dapat diperhitungkan sebagai kegiatan tatap muka. b
Melaksanakan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dimana terjadi interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini
adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya. Guru melaksanakan
tatap muka atau pembelajaran dengan tahapan kegiatan berikut:
1 Kegiatan awal tatap muka
Kegiatan awal tatap muka antara lain mencakup kegiatan pengecekan dan atau penyiapan fisik kelas, bahan pelajaran,
modul, media, dan perangkat administrasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kegiatan awal tatap muka dilakukan sebelum jadwal pelajaran yang ditentukan, bisa sesaat sebelum jadwal waktu
atau beberapa waktu sebelumnya tergantung masalah yang perlu disiapkan. Kegiatan awal tatap muka diperhitungan
setara dengan 1 jam pelajaran. 2
Kegiatan tatap muka Dalam kegiatan tatap muka terjadi interaksi edukatif
antara peserta didik dengan guru dapat dilakukan secara
face to face
atau menggunakan media lain seperti video, modul mandiri, kegiatan observasiekplorasi.
Kegiatan tatap muka atau pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud dapat dilaksanakan antara lain di ruang
teorikelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar ruangan. Waktu pelaksanaan atau beban kegiatan pelaksanaan
pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah.
3 Membuat
resume
proses tatap muka Resume merupakan catatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tatap muka yang telah dilaksanakan. Catatan tersebut dapat merupakan refleksi, rangkuman, dan rencana
tindak lanjut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penyusunan resume dapat dilaksanakan di ruang guru atau ruang lain yang disediakan di sekolah dan dilaksanakan
setelah kegiatan tatap muka. Kegiatan resume proses tatap muka diperhitungan setara
dengan 1 jam pelajaran. c
Menilai Hasil Pembelajaran Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik maupun dalam
pengambilan keputusan lainnya. Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes. Penilaian non tes dapat
dibagi menjadi pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik, atau produk jasa.
1 Penilaian dengan tes
Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ujian akhir semester, tengah semester atau ulangan harian,
dilaksanakan sesuai kalender akademik atau jadwal yang telah ditentukan. Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas.
Penilaian hasil test, dilakukan diluar jadwal pelaksanaan test, dilakukan di ruang guru atau ruang lain.
Penilaian test tidak dihitung sebagai kegiatan tatap muka karena waktu pelaksanaan tes dan penilaiannya menggunakan
waktu tatap muka. 2
Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap Pengamatan dan pengukuran sikap dilaksanakan oleh
semua guru sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat
diukur lewat test tertulis atau lisan. Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di
dalam kelas menyatu dalam proses tatapmuka pada jadwal yang ditentukan, dan atau di luar kelas. Pengamatan dan
pengukuran sikap, dilaksanakan diluar jadual pembelajaran atau tatap muka yang resmi, dikategorikan sebagai kegiatan
tatap muka. 3
Penilaian non tes berupa penilaian hasil karya Hasil karya siswa dalam bentuk tugas, proyek dan atau
produk, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di ruang guru atau ruang lain dengan jadwal tersendiri. Penilaian ada kalanya
harus menghadirkan peserta didik agar tidak terjadi kesalahan pemahanan dari guru mengingat cara penyampaian informasi
dari siswa yang belum sempurna. Penilaian hasil karya ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka, dengan
beban yang berbeda antara satu mata pelajaran dengan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain. Tidak tertutup kemungkinan ada mata pelajaran yang nilai beban non tesnya sama dengan nol.
d Membimbing dan Melatih Peserta Didik
Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam
pembelajaran, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler. e
Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran. Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah
bimbingan dan latihan yang dilakukan menyatu dengan proses pembelajaran atau tatap muka di kelas.
f Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler
Bimbingan kegiatan intrakurikuler terdiri dari remedial dan pengayaan pada mata pelajaran yang diampu guru. Kegiatan
remedial merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi yang harus
dicapai. Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang telah mencapai kompetensi.
Pelaksanaan bimbingan dan latihan intrakurikuler dilakukan dalam kelas pada jadwal khusus, disesuaikan kebutuhan, tidak harus
dilaksanakan dengan jadwal tetap setiap minggu. Beban kerja intrakurikuler sudah masuk dalam beban kerja tatap muka.
g Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta didik, dapat disetarakan dengan mata pelajaran wajib lainnya,
pelaksanaan ekstrakurikuler dilakukan dalam kelas dan atau ruangtempat lain sesuai jadwal mingguan yang telah ditentukan
dan biasanya dilakukan pada sore hari. Jenis kegiatan ekstrakurikuler antara lain adalah.
1 Pramuka
2 OlimpiadeLomba Kompetensi Siswa
3 Olahraga
4 Kesenian
5 Karya Ilmiah Remaja
6 Kerohanian
7 Paskibra
8 Pecinta Alam
9 PMR
10 JurnalistikFotografi
11 UKS
12 dan sebagainya
Kegiatan ekstrakurikuler dapat disebut sebagai kegiatan tatap muka.
h Melaksanakan Tugas Tambahan
Tugas-tugas tambahan guru dapat dikelompokkan menjadi 2 dua kategori yaitu tugas struktural, dan tugas khusus.
Tugas tambahan struktural a
Tugas tambahan struktural sesuai dengan ketentuan tentang struktur organisasi sekolah,
b Jenis tugas tambahan sruktural dan wajib tatap muka guru seperti
tercantum dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis Tugas Tambahan Guru.
No Kategori
Jenis Tugas Tambahan
Wajib Mengajar
Ekuivalensi Jabatan
I Struktural 1. Kepala Sekolah
6 18
2. Wakil Kepala
Sekolah 12
12 3.
Kepala Perpustakaan
12 12
4. Kepala
Laboratorium 12
12 5.
Ketua Jurusan Program
Keahlian 12
12 6. Kepala Bengkel
12 12
7. Dll 12
12 II
Khusus 1.
Pembimbing Praktek Kerja
Industri 12
12 2.
Kepala Unit Produksi
12 12
Catatan:
1.
nilai minimal
2.
tergantung jenis sekolah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i Beban Tatap Muka
Jenis kegiatan guru yang dikategorikan tatap muka dan bukan tatap muka dicantumkan dalam Tabel 2.2. Dalam tabel tersebut juga
dicantumkan ekuivalensi jam untuk kegiatan tatap muka selain kegiatan tatap muka di kelas.
Tabel 2.2 Jenis Kegiatan Guru dan Beban Tatap Muka
No Jenis Kegiatan
Guru Kategori
Ekuivalensi jam
minggu Keterangan
TM BTM
1 Merencanakan
pembelajaran V
2 2.
Melaksanakan pembelajaran:
a. Kegiatan awal tatap muka
V 2
b. Kegiatan tatap muka di kelas
V c. Membuat
resume tatap muka
V 2
3. Menilai hasil
pembelajaran a. Penilaian tes
V b. Penilaian sikap
V 2
Semua guru c. Penilaian karya
V 2
Mata pelajaran
tertentu
4. Membimbing
dan melatih a. Bimbingan pada
tatap muka v
b. Bimbingan intrakurikuler
v c. Bimbingan
ekstrakurikuler V
2 5.
Melaksanakan tugas tambahan
a. Kepala sekolah 18
b. Wakil kepala sekolah
12 c. Kepala
perpustakaan 12
d. Kepala laboratorium
12 e. Ketua
jurusanprogram 12
f. Kepala bengkel 12
g. Pembimbing praktek kerja
industri 12
Hanya di SMK
h. Kepala unit produksi
12 Hanya di
SMK i. Tugas lain
6 Seuai
kebutuhan sekolah
Catatan: TM = Tatap Muka
BTM = Bukan Tatap Muka = beban kerja tidak dikalikan jumlah rombongan belajar
3 Kondisi Penyebab Kekurangan Jam Mengajar.
Seorang guru tidak dapat memenuhi jumlah jam mengajar sebanyak 24 dua puluh empat jam tatap muka per minggu disebabkan salah satu
atau beberapa kondisi sebagai berikut.
1 Jumlah peserta didik dan rombongan belajar terlalu sedikit
Jumlah peserta didik terlalu sedikit atau jumlah rombongan belajar juga sedikit, akan mengakibatkan jumlah jam tatap muka untuk mata
pelajaran tertentu belum mencapai angka 24 jam per minggu. Agar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jumlah beban mengajar mencapai 24 jam atau kelipatannya, dibutuhkan jumlah rombongan belajar yang memadai.
2 Jam pelajaran dalam kurikulum sedikit
Jumlah jam pelajaran mata pelajaran tertentu dalam struktur kurikulum ada yang hanya 2 jam per minggu antara lain Bahasa asing lain, Sejarah,
Agama, Penjas,
Kesenian, Kewirausahaan,
Muatan Lokal,
Keterampilan, dan Pengembangan Diri mengakibatkan guru yang mengajar pelajaran tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban minimal
24 jam tatap muka per minggu. 3
Jumlah guru di satu sekolah untuk mata pelajaran tertentu terlalu banyak.
4 Kondisi ini biasanya terjadi kerena kesalahan dalam proses rekruitmen
atau karena perubahan beban mengajar guru dari 18 jam menjadi 24 jam pelajaran per minggu. Jumlah guru yang melebihi dari kebutuhan yang
direncanakan, mengakibatkan ada guru yang tidak dapat mengajar 24 jam per minggu.
5 Sekolah pada daerah terpencil atau sekolah khusus.
Sekolah yang berlokasi di daerah terpencil biasanya memiliki jumlah peserta didik yang sedikit. Kondisi ini terjadi karena populasi penduduk
juga sedikit. Sekolah khusus yang karena kekhususan programnya, jumlah peserta
didiknya sangat sedikit. Karena rombongan belajarnya sedikit, mengakibatkan guru mengajar tidak sampai 24 jam per minggu. Salah
satu contoh adalah sekolah luar biasa, dimana jumlah muridnya memang sedikit. Contoh lain pada Program Keahlian Pedalangan di
SMK. Animo terhadap program keahlian ini sangat sedikit, tapi memiliki nilai strategis melestarikan budaya seni tradisi. Animo pada
program keahlian yang terkait dengan sektor pertanian pada daerah tertentu juga rendah.
Di sekolah setiap guru pastinya memiliki kesibukan yang berbeda-beda, tidak hanya menjalankan tugas pokok sebagai guru
melainkan ada tugas tambahan yang harus mereka kerjakan. Tugas tambahan yang telah diuraikan diatas menjadikan kesibukan guru
bertambah. Guru yang terlalu sibuk dengan tugas tambahan di sekolah akan meningkatkan pengalaman dan kemahiran dalam menjalankan
tugas pokoknya yang juga telah diuraikan diatas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesibukkan guru di sekolah dapat
memperkaya pengalaman dan kemahiran guru dalam memahami perubahan kurikulum. Maka peneliti menduga semakin banyak
kesibukan guru
di sekolah,
semakin mampu
guru dalam
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Sebaliknya
semakin sedikit kesibukkan guru di sekolah, semakin rendah kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor
22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013.
3. Frekuensi Mengakses Internet
Frekuensi menurut KBBI 1990:245 diartikan sebagai kekerapan. Selain itu, frekuensi juga berarti jumlah munculnya suatu kata atau bahasa
dalam suatu teks. Masih banyak arti frekuensi yang diungkapkan oleh KBBI, namun secara umumnya frekuensi dipahami sebagai kekerapan
munculnya suatu hal dalam batasan tertentu. Mengakses berasal dari kata akses, yang diberi imbuhan me- dalam
kamus besar bahasa Indonesia, kata akses memiliki dua arti : a.
Akses berarti pencapaian berkas pada disket untuk penulisan untuk atau
pembacaan data.
b. Akses berarti jalan masuk terusan
Jadi, mengakses adalah jalan untuk mencapai atau memasuki suatu berkas. Informasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti penerangan,
keterangan, pemberitahuan, kabar dan berita tentang sesuatu. Kata akses merupakan kosakata dalam Bahasa Indonesia yang diserap dari Bahasa
Inggris yaitu
access
yang berarti jalan masuk. Akses berarti jalan atau izin masuk dari suatu tempatwilayah baik yang dapat dilihat dengan mata
ataupun tidak dimana kita dapat berhubungan dengan sumber daya yang ada di wilayah tersebut sesuai dengan izin yang dimiliki.
Menurut Khoe 1997:4 internet adalah jaringan komputer dalam perusahaan yang menggunakan komunikasi data standar seperti dalam
internet. Artinya, kita dapat menggunakan semua fasilitas internet untuk kebutuhan dalam perusahaan Khoe,1997:4. Jadi, frekuensi mengakses
internet yaitu seringnya seseorang melakukan kegaiatan untuk mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet yang dalam hal ini
adalah guru. Di sekolah guru mengakses internet untuk mendapatkan informasi
mengenai perkembangan pendidikan, untuk mencari bahan ajar, dan untuk melakukan pembelajaran online. Semakin sering guru dalam mengakses
internet maka semakin banyak informasi yang diperoleh, terutama informasi mengenai implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin sering guru dalam mengakses internet
maka semakin banyak wawasan yang dimiliki yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kemampuan guru
dalam mengimplementasikan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Dari penjelasan tersebut, maka peneliti menduga
bahwa semakin sering guru dalam mengakses internet, maka semakin tinggi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Sebaliknya, semakin jarang guru dalam mngakses internet maka semakin
rendah kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam
kurikulum 2013. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Pangkat Golongan Guru
Menurut KBBI 1990:644 pangkat adalah tingkatan dijabatan kepegawaian, sedangkan golongan dalam KBBI 1990:281 adalah
kelompok orang. Jadi pangkat golongan guru adalah kelompok seorang pendidik yang memiliki berbagai tugas pada tingkat jabatan
kepegawaiannya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 38 Tahun 2010 tentang penyesuaian jabatan fungsional guru menjelaskan
bahwa jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan
kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pedidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri
Sipil.
Tabel 2.3 Golongan, Jenjang Pangkat dan Jenjang Jabatan.
No Golongan
Jenjang Pangkat Jenjang Jabatan
1. IIIa
Penata Muda Guru Pertama
2. IIIb
Penata Muda TK I Guru Pertama 3.
IIIc Penata
Guru Muda 4.
IIId Penata TK I
Guru Muda 5.
IVa Pembina
Guru Madya 6.
IVb Pembina TK I
Guru Madya 7.
IVc Pembina Utama
Guru Madya 8.
IVd Pembina Utama
Madya Guru Utama
9. IVe
Pembina Utama Guru Utama
Berdasarkan tabel 2.3 di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pangkat golongan seorang guru, maka semakin baik guru dalam
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Maka peneliti
menduga semakin tinggi pangkat golongan guru semakin tinggi kemampuan untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Sebaliknya semakin rendah pangkat golongan guru semakin rendah kemampuan guru
untuk
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013
.
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan