C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif kesibukan guru, frekuensi mengakses internet, dan pangan golongan guru
terhadap implementasi
standar proses
pembelajaran berdasarkan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Berdasarkan pada hasil penelitian diatas, maka
dilakukan pembahasan sebagai berikut:
1. Pengaruh
kesibukan guru
di sekolah
terhadap kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013
Variabel kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum
2013 menunjukkan bahwa dari 133 responden terdapat 60 45,1 guru memiliki kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22
tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan kategori sangat baik, terdapat 65 48,9 guru memiliki
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan
ketegori baik, tedapat 8 6,00 guru memiliki kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan ketegori cukup,
dan tidak
ada guru
yang memiliki
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan ketegori tidak baik maupun sangat tidak baik.
Variabel kesibukan guru di sekolah menunjukkan bahwa dari 133 responden terdapat 2 1,5 guru memiliki kesibukan dengan kategori
sangat tinggi, ada 13 9,8 guru memiliki kesibukan dengan kategori tinggi, ada 26 19,5 guru memiliki kesibukan dengan kategori sedang,
ada 58 43,6 guru memiliki kesibukan dengan kategori rendah, dan ada 34 25,6 guru yang memiliki kesibukan dengan kategori sangat rendah.
Pada hasil pengujian hipotesis pertama, diketahui hasil Chi-Square x
2
hitung sebesar 12,801 df = 3 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05 sehingga Ha1 diterima, yang artinya ada pengaruh
positif dan signifikan kesibukan guru di sekolah terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Karena terdapat pengaruh yang positif kesibukan guru di sekolah terhadap kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013, maka dalam hal ini
kesibukan guru di sekolah dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kemampuannya dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 dalam kurikulum 2013. Di lihat dari penjelasan di atas, Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kesibukan guru di
sekolah akan
semakin tinggi
pula kemampuannya
dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 dalam
kurikulum 2013. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kesibukan guru di sekolah
akan semakin
rendah kemampuannya
dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang
Standar Prose Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif
kesibukan guru di sekolah terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 20116 tentang standar proses
pembelajaran dalam kurikulum 2013 edisi revisi. Derajat asosiasi menunjukkan rasio 0,418 dengan interpretasi sedang. Maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kesibukan guru di sekolah terhadap kemampuannya dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 tentang standar proseses pembelajaran dapat diinterpretasikan sedang. Di duga kesibukan guru di sekolah bukanlah satu-satunya faktor
yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentan Standar Proses Pembelajaran
dalam kurikulum 2013. Ada faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016
tentang standar proses pembelajaran dalam kurikulum 2013.
Implikasi dari penelitia ini yaitu selain meningkatkan kesibukan guru di sekolah sebaiknya guru juga dapat meningkatkan kesibukannya di
luar sekolah. Karena dengan demikian guru akan memiliki banyak pengetahuan dan wawasan untuk menunjang kemampuannya dalam
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Saran dari peneliti adalah sebaiknya guru lebih meningkatkan kemampuan diri untuk
mengembangkan potensinya yang berhubungan dengan profesinya. Setelah itu, guru tersebut dapat membagikan ilmu dan pengetahuannya
kepada guru-guru yang lain.
2. Pengaruh
frekuensi mengakses
internet terhadap
kemampuan mengimplementasikan
Permendikbud tentang
Standar Proses
Pembelajaran Nomor 22 Tahun 2016 dalam kurikulum 2013 Variabel kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor
22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 edisi revisis menunjukkan bahwa dari 133 responden terdapat 60
45,1 guru memiliki kemampuan mengimplementasikan Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum
2013 dengan kategori sangat baik, terdapat 65 48,9 guru memiliki kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016
tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan ketegori baik, terdapat 8 6,00 guru memiliki kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan ketegori
cukup, dan
tidak ada
guru yang
memiliki kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
standar proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan ketegori tidak baik maupun sangat tidak baik.
Variabel frekuensi mengakses internet menunjukkan bahwa dari dari 133 responden terdapat 4 3,0 guru memiliki frekuensi mengakses
internet dengan kategori sangat sering, ada 4 3,0 guru memiliki frekuensi mengakses internet dengan kategori sering, ada 6 4,5 guru
memiliki frekuensi mengakses internet dengan kategori cukup, ada 11 8,3 guru memiliki frekuensi mengakses internet dengan kategori
jarang, dan ada 108 81,2 guru yang memiliki frekuensi mengakses internet dengan kategori sangat jarang.
Pada hasil pengujian hipotesis kedua, diketahui hasil Chi-Square x
2
hitung sebesar 0,915 df = 1 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,339 lebih besar dari 0,05 sehingga Ha1 ditolak, yang artinya tidak ada pengaruh
frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Peneliti berpendapat bahwa masih ada faktor lain yang diduga dapat bepengaruh terhadap kemampuan
mengimplementasikan permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 dalam kurikulum 2013. Karena tidak terdapat pengaruh frekuensi mengakses
internet terhadap implementasi standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 pada kurikulum 2013, maka dalam
hal ini frekuensi mengakses internet tidak dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan dalam mengimplementasikan Permendikbud
Nomor 22 Tahun 2016 pada kurikulum 2013. Semakin tinggi frekuensi guru mengakses internet tidak menjadikan semakin tinggi kemampuannya
dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. pada kurikulum 2013. Sebaliknya, semakin rendah frekuensi guru mengakses
internet tidak akan menjadikan semakin rendah kemampuannya dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 .
Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi atau rendahnya frekuensi
guru mengakses internet tetap dapat mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam
kurikulum 2013. Berdasarkan penjelasan dan kesimpulan di atas implikasi dari
penelitian ini
adalah dalam
meningkatkan kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013, sebaiknya guru lebih
meningkatkan pengetahuan dan wawasannya bukan hanya melalui internet melainkan dengan menggunakan sumber lain seperti sumber belajar yang
sudah disediakan oleh sekolah maupun yang di peroleh di luar sekolah. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh
frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pembelajaran dalam kurikulum 2013, peneliti tetap memiliki keyakinan bahwa frekuensi mengakses internet dapat berpengaruh dalam
meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum
2013. oleh karena itu peneliti memberikan saran bahwa guru tetap dapat memaksimalkan wawasan informasinya menggunakan internet asalkan
sesuai dengan kebutuhannya dalam proses pembelajaran, dan guru juga dapat menambah wawasan dan pengetahuaanya bukan hanya melalui
internet saja tetapi juga melalui sumber informasi lain yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran sehingga pada akhirnya
dapat lebih mempermudah guru dalam mengimplementasikan standar proses pembelajaran.
3. Pengaruh
pangkat golongan
guru terhadap
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 Variabel kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor
22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 menunjukkan bahwa dari 133 responden terdapat 60 45,1 guru
memiliki kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013
dengan kategori sangat baik, terdapat 65 48,9 guru memiliki kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016
tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan ketegori
baik, ada
8 6,00
guru memiliki
kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan ketegori
cukup, dan
tidak ada
guru yang
memiliki kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan ketegori tidak
baik maupun sangat tidak baik. Variabel pangkat golongan menunjukkan bahwa dari 133 responden
terdapat 12 9,0 guru memiliki pangkat golongan IIIa, ada 24 18,0 guru memiliki pangkat golongan IIIb, ada 17 12,8 guru memiliki
pangkat golongan IIIc, ada 5 3,8 guru memiliki pangkat golongan IIId, dan ada 69 51,9 guru yang memiliki pangkat golongan IVa, dan ada 6
4,5 guru yang memiliki pangkat golongan IVb. Pada hasil pengujian hipotesis ketiga, diketahui hasil Chi-Square x
2
hitung sebesar 6,472 df = 3 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,091 lebih besar dari 0,05 sehingga Ha1 ditolak, yang artinya tidak ada pengaruh
pangkat golongan
terhadap kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Peneliti berpendapat bahwa masih ada faktor lain yang diduga dapat bepengaruh terhadap kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 dalam kurikulum 2013. Karena tidak terdapat pengaruh pada pangkat golongan
guru terhadap implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013, maka dalam hal ini
pangkat golongan guru tidak dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 tentang standar proses pembelajaran dalam kurikulum 2013. Dari uraian di atas dapat disimpulkan semakin tinggi pangkat golongan guru
tidak menjadikan
semakin tinggi
kemampuannya dalam
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah pangkat golongan guru tidak akan menjadikan semakin
rendah kemampuan
guru dalam
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pembelajaran dalam kurikulum 2013 Berdasarkan penjelasan di atas implikasi dari penelitian ini adalah
dalam meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam
kurikulum 2013, sebaiknya guru tidak hanya meningkatkan pangkat golongannya saja melainkan melainkan tetap dapat memaksimalkan
potensi dan kemampuannya untuk melakukan pengimplementasian standar proses berdasarkan pengalaman yang dimiliki, baik itu dalam hal
pengalaman mengajar, pengalaman mengikuti diklat atau pengalaman dalam hal lain yang terkait. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada pengaruh pangkat golongan guru terhadap kemampuan mengimplementasikan
standar proses
pembelajaran berdasarkan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pembelajaran dalam kurikulum 2013 peneliti tetap memiliki keyakinan bahwa pangkat golongan guru dapat berpengaruh dalam meningkatkan
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran pada kurikulum 2013. Oleh karena
itu, saran yang diberikan peneliti yaitu guru yang memiliki pangkat golongan rendah tidak berkecil hati, tetapi bisa lebih meningkatkan
wawasan dan pengetahuannya untuk dapat mempertinggi pangkat golongannya,
selain itu
juga guru
tersebut tetap
dapat mengimplementasikan standar proses pembelajaran dengan belajar pada
guru yang sudah mampu mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Roses Pembelajaran dalam kurikulum 2013.
117
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN