Tingkat Keberhasilan Agri-Silvikultur di wilayah Kesatuan Pemangku

73 meningkatkan kesadaran hukum para pesanggem sehingga diharapkan timbul kesadaran hukum dari pesanggem bahwa menduduki kawasan hutan tanpa izin melanggar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Serta menjadikan pesanggem sebagai salah satu pengamanan hutan melalui pembentukan kelompok-kelompok pesanggem dalam KKP Kelompok Kerja Prayawana dan terbentuk menjadi LMDH Lembaga Masyarakat Desa Hutan yang perduli lingkungan.

5.2. Tingkat Keberhasilan Agri-Silvikultur di wilayah Kesatuan Pemangku

Hutan KPH Ngawi, Saradan dan Lawu Ds. Terhadap Peningkatan Pendapatan Keluarga Pesanggem Tingkat keberhasilan pesanggem dalam ber-usahatani di masing-masing wilayah diukur dengan memakai analisis kelayakan proyek. Adapun ukuran kelayakan usaha ditinjau lima investemen kriteria yaitu: 1 Net Present Value NPV, 2 Internal Rate of Return IRR, 3 Net Benefit Cost Ratio Net BC ratio, 4 Gross Benefit-Cost Ratio Gross BC, dan 5 Profitability Ratio PVK. Analisis dilakukan pada pesanggem di masing-masing wilayah dengan hasil analisis disajikan dalam tabel, sebagai berikut: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 74 Tabel 3. Rekapitulasi Kelayakan Agri-Silvikultur KPH Ngawi No Kriteria KPH NGAWI Kedelai Ketela Pohon Indeks Kesimpulan Ket. Indeks Kesimpulan Ket 1 NPV Rp 4.446.726.721,86 0 GO 20.682837,19 0 GO 2 IRR 34,17 18 GO 26,00 18 GO 3 Net BC 1,52 1 GO 1,30 1 GO 4 Gross BC 1,128180844 1 GO 1,04753123 1 GO 5 Profit ratio 1,28 1 GO 1,11 1 GO Dari hasil analisis di wilayah KPH Ngawi dapat di ketahui bahwa nilai NPV yang merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya, pada pesanggem yang mengusahakan komoditas kedelai sebesar 4.446.726.721,86 yang artinya usaha tersebut layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari satu, sama juga dengan pesanggem yang mengusahakan komoditas ketela pohon, juga layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV sebesar 20.682.837,19. Kriteria selajutnya adalah IRR Internal Rate of Return yang dalam pengertian praktisnya adalah tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek. Hasil analisis pada pesanggem kedelai menunjukkan nilai IRR sebesar 34,17 dan sebesar 26,00 pada pesanggem ketela pohon, yang kesemuanya lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 18, sehingga usahatani tersebut layak untuk dilaksanakan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 75 Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek yang merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit bersih itu bersifat positif. sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif. Hasil analisis menunjukkan nilai sebesar 1,52 pada komoditas kedelai dan sebesar 1,30 pada komoditas ketela pohon, yang kesemuanya menunjukkan nilai positif, sehingga berdasarkan perhitungan proyek tersebut layak dilaksanakan. Gross benefit cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya total suatu proyek, menghasilkan nilai pada kedua komoditi yang bernilai lebih dari satu, yaitu sebesar 1,128180844 untuk tanaman kedelai dan 1,04753123 untuk komoditas ketela pohon, dengan demikian usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Kriteria yang terakhir adalah analisa profitability ratio, hal ini untuk melihat seberapa besar penambahan aktiva akan mendatangkan manfaat. Nilai analisis menunjukkan angka 1,28 untuk tanaman kedelai, artinya setiap 1 satuan penambahan aktifa akan menghasilkan manfaat sebesar 1,28 satuan. Sedangkan pada tanaman ketela pohon menunjukkan angka 1,11. Dengan demikian berdasarkan 5 kriteria investasi usaha pesanggem dalam membudidayakan tanaman kedelai dan ketela pohon dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak dilaksanakan Go berdasarkan criteria NPV, IRR, Gross BC, profitability ratio, dan net BC. Berdasarkan hal tersebut kita dapat merekomendasikan bagi para pesangem untuk tetap melanjutkan usahataninya. Berikut disajikan tabel analisis kelayakan di wilayah KPH Saradan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 76 Tabel 4. Rekapitulasi Kelayakan Agri-Silvikultur KPH Saradan No Kriteria KPH Saradan Jagung Ketela Pohon Indeks Kesimpulan Ket. Indeks Kesimpulan Ket 1 NPV Rp 1.328.557.007,84 GO 9.797.917,30 GO 2 IRR 26,88 18 GO 16,48 18 GO 3 Net BC 1,57 1 GO 1,10 1 GO 4 Gross BC 1,081328195 1 GO 1,019335939 1 GO 5 Profit ratio 1,25 1 GO 1,05 1 GO Dari hasil analisis di wilayah KPH Saradan dapat di ketahui bahwa nilai NPV yang merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya, pada pesanggem yang mengusahakan komoditas jagung sebesar 1.328.557.007,84 yang artinya usaha tersebut layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari satu, sama juga dengan pesanggem yang mengusahakan komoditas ketela pohon, juga layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV sebesar 9.797.917,30. Kriteria selajutnya adalah IRR Internal Rate of Return yang dalam pengertian praktisnya adalah tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek. Hasil analisis pada pesanggem jagung menunjukkan nilai IRR sebesar 26,88 dan sebesar 16,48 pada pesanggem ketela pohon, yang kesemuanya lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 18, sehingga usahatani tersebut layak untuk dilaksanakan. Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek yang merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 77 bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif. Hasil analisis menunjukkan nilai sebesar 1,57 pada komoditas jagung dan sebesar 1,10 pada komoditas ketela pohon, yang kesemuanya menunjukkan nilai positif, sehingga berdasarkan perhitungan proyek tersebut layak dilaksanakan. Gross benefit cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya total suatu proyek, menghasilkan nilai pada kedua komoditi yang bernilai lebih dari satu, yaitu sebesar 1,081328195 untuk tanaman jagung dan 1,019335939 untuk komoditas ketela pohon, dengan demikian usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Kriteria yang terakhir adalah analisa profitability ratio, hal ini untuk melihat seberapa besar penambahan aktiva akan mendatangkan manfaat. Nilai analisis menunjukkan angka 1,25 untuk tanaman jagung, artinya setiap 1 satuan penambahan aktifa akan menghasilkan manfaat sebesar 1,25 satuan. Sedangkan pada tanaman ketela pohon menunjukkan angka 1,05. Dengan demikian berdasarkan 5 kriteria investasi usaha pesanggem dalam membudidayakan tanaman jagung dan ketela pohon dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak dilaksanakan Go berdasarkan criteria NPV, IRR, Gross BC, profitability ratio, dan net BC. Berdasarkan hal tersebut kita dapat merekomendasikan bagi para pesangem untuk tetap melanjutkan usahataninya. Berikut disajikan tabel analisis kelayakan di wilayah KPH Lawu. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 78 Tabel 5. Rekapitulasi Kelayakan Agri-Silvikultur KPH Lawu No Kriteria KPH Lawu Jagung Ketela Pohon Indeks Kesimpulan Ket. Indeks Kesimpulan Ket 1 NPV Rp 2.411.063.730,56 GO 56.417.818,25 GO 2 IRR 28,66 18 GO 23,94 18 GO 3 Net BC 1,71 1 GO 1,24 1 GO 4 Gross BC 1,124560294 1 GO 1,100094778 1 GO 5 Profit ratio 1,35 1 GO 1,15 1 GO Dari hasil analisis di wilayah KPH Lawu dapat di ketahui bahwa nilai NPV yang merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya, pada pesanggem yang mengusahakan komoditas jagung sebesar 2.411.063.730,56 yang artinya usaha tersebut layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari satu, sama juga dengan pesanggem yang mengusahakan komoditas ketela pohon, juga layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV sebesar 56.417.818,25. Kriteria selajutnya adalah IRR Internal Rate of Return yang dalam pengertian praktisnya adalah tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek. Hasil analisis pada pesanggem jagung menunjukkan nilai IRR sebesar 28,66 dan sebesar 23,94 pada pesanggem ketela pohon, yang kesemuanya lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 18, sehingga usahatani tersebut layak untuk dilaksanakan. Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek yang merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 79 bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif. Hasil analisis menunjukkan nilai sebesar 1,71 pada komoditas jagung dan sebesar 1,24 pada komoditas ketela pohon, yang kesemuanya menunjukkan nilai positif, sehingga berdasarkan perhitungan proyek tersebut layak dilaksanakan. Gross benefit cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya total suatu proyek, menghasilkan nilai pada kedua komoditi yang bernilai lebih dari satu, yaitu sebesar 1,124560294 untuk tanaman jagung dan 1,100094778 untuk komoditas ketela pohon, dengan demikian usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Kriteria yang terakhir adalah analisa profitability ratio, hal ini untuk melihat seberapa besar penambahan aktiva akan mendatangkan manfaat. Nilai analisis menunjukkan angka 1,35 untuk tanaman jagung, artinya setiap 1 satuan penambahan aktifa akan menghasilkan manfaat sebesar 1,35 satuan. Sedangkan pada tanaman ketela pohon menunjukkan angka 1,15. Dengan demikian berdasarkan 5 kriteria investasi usaha pesanggem dalam membudidayakan tanaman jagung dan ketela pohon dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak dilaksanakan Go berdasarkan criteria NPV, IRR, Gross BC, profitability ratio, dan net BC. Berdasarkan hal tersebut kita dapat merekomendasikan bagi para pesangem untuk tetap melanjutkan usahataninya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 80

5.3. Faktor Internal dan Eksternal Pengembangan Agri-Silvikultur di