Pengelolaan Hutan Saat Ini

27

2.2.3. Pengelolaan Hutan Saat Ini

Kerusakan hutan kebanyakan disebabkan akibat dari kegitan pencurian kayu, atau bahkan penjarahan suatu petak siap tebang oleh kelompok illegal yang semuanya menurunkan kualitas dan kondisi hutan. Demikian runyamnya kerusakan itu, bahwa banyak pendapat yang menyatakan bahwa sebelum hutan alam benar-benar habis, pembinaan dan pengelolaan hutan tidak akan dapat terlaksana. Sifat hutan yang sangat khas dan berbeda dengan sumberdaya lainnya adalah kemampuannya untuk memperbarui diri secara alami, atau karena campur tangan manusia maka manusia mampu memperbaharuinya bahkan dengan perlakuaan intensifikasi. Dengan demikian kelestarian sumberdaya secara alami akan terlaksana dengan sendirinya, ataupun akan terlaksana lebih cepat sepanjang manusia mengusahakannya, dan akan terhenti bila manusia memusnahkannya. Dari sumber daya hutan tersebut selain prinsip kelestarian hasil sustained yield principle juga diharapkan mampu secara maksimal memberikan manfaat kepada manusia maximum yield principle atau bila prinsip tersebut digabungkan akan menjadikan suatu harapan ideal hutan yaitu pelaksanaan prinsip The progressive maximum sustained yield prinsip hasil maksimal yang bekembang lestari. Proses degradasi sumberdaya hutan ini telah menimbulkan dampak yang cukup luas, yang menyentuh aspek lingkungan, ekonomi, kelembagaan, dan juga sosial-politik. Kerusakan telah terjadi di semua kawasan hutan sebagai akibat dari lemahnya penegakan hukum, pembukaan hutan untuk keperluan pembangunan lain pertambangan, dan industri, perambahan, kebakaran hutan, lemahnya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 28 kesadaran dan perhatian terhadap kelestarian ekosistem DAS, serta kurangnya upaya reboisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan pengguna hutan lainnya. Selain penyebab perusakan tersebut, tidak hanya dari masyarakat sekitar kawasan hutan, namun lebih karena kelemahan kebijaksanaan pemerintah, seperti: 1. Kegagalan menurunkan pertumbuhan penduduk, khususnya masyarakat sekitar kawasan hutan; 2. Kegagalan menjamin kepastian hukum kawasan; 3. Kegagalan reformasi di bidang agraria dan pembaharuan sosial pada lahan- lahan produktif; 4. Kegagalan menciptakan lapangan kerja alternatif dalam industri dan agroindustri yang jauh dari kawasan hutan; 5. Kendala kelembagaan pemerintah yang turut bertanggung jawab terhadap pengelolaan kawasan konservasi, seperti : a. Prioritas bagi upaya konservasi alam biasanya rendah karena sistem sosial terbiasa dengan pemanfaaatan sumberdaya alam secara bebas. b. Sistem komando dalam struktur organisasi pemerintah kaku, dan lemahnya dukungan dari lembaga-lembaga lain dalam menghadapi konflik; c. Kondisi politik, ekonomi, dan sosial saat ini yang melemahkan dukungan finansial dan kemampuan birokrasi untuk menangani tindakan konservasi dan perlindungan. d. Adanya tantangan politik lokal, tekanan organisasi kemanusiaan internasional dibidang HAM, dan perkembangan pemberdayaan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 29 otoritas daerah, di mana pihak berwenang tidak mendahulukan aspek konservasi dalam kasus-kasus yang terkait dengan eksploitasi sumberdaya alam. Kerugian atau dampak kerusakan hutan sangat memprihatinkan, terutama yang disebabkan oleh illegal logging dan perdagangan kayu haram, di antaranya adalah: 1. Degradasi sumberdaya hutan, antara lain berupa : a. Penggundulan hutan dan meningkatnya lahan kritis; b. Menurunnya kualitas ekosistem; serta c. Berkurangnya kuantitas dan kualitas biodiversity. 2. Economic Loss, antara lain berupa : a. Menurunnya kualitas ekosistem; serta b. Hilangnya pendapatan negara; c. Nilaiharga kayu di pasar yang tidak wajar atau rendah akibat suplai yang berlebihan; d. Rendahnya efisiensi pembalakan limbahnya besar; serta e. Pendapatan masyarakat yang tidak nyata dan hanya berjangka pendek. 3. Degradasi moral, baik moral aparat, pengusaha, maupun masyarakat. Hal ini mudah dirasakan, sebagai contoh adalah para pelaku pelanggaran sudah tidak merasa salahberdosa apabila berbuat penebangan dan peredaran kayu haramillegal. 4. Degradasi sosial kemasyarakatan, antara lain berupa : a. Masyarakat yang humanis berubah menjadi masyarakat yang individual; Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 30 b. Kesederhanaan yang tenteram berubah menjadi ketidakcukupan yang mengedepankan hukum rimba; c. Pola kecenderungan menjadikan masyarakat bodoh, miskin, dan sengsara dalam jangka panjang; d. Terwujudnya kesenjangan sosial dalam masyarakat humanis; e. Terbentuknya masyarakat yang tidakkurang memiliki sikap taat hukum, tidak mau berusaha, dan tidak bekerja secara wajar. 5. Degradasi budaya kemasyarakatan, antara lain berupa : a. Rasa cinta alam dan lingkungan tidak berkembang ke generasi berikutnya; b. Terbangunnya masyarakat munafik, tidak bertanggung jawab, dan apriori; serta c. Terbangunnya masyarakat malas, tidak beretos kerja, dan pesimistis.

2.2.4 Konsep Hutan Tanaman Tumpangsari Tanaman Pangan