90
dalam pelaksanaan pengembangan Agri-Silvikultur di Kabupaten Ngawi.
f. Rendahnya moral pesanggem
Rendahnya moral pesanggem akan mampu memberikan dampak terhadap kegagalan sistem Agri-Silvikultur akibat pesanggem hanya
mempunyai keinginan untuk menguntungkan dirinya sendiri sehingga sistem pengelolaannya lebih tertuju pada sistem pemeliharaan tanaman
semusim sedangkan pada tanaman tegakan kurang diperhatikan sehingga sistem kerjasama yang telah disepakati sebelumnya.
Rendahnya moral pesanggem merupakan ancaman dalam pelaksanaan pengembangan Agri-Silvikultur di Kabupaten Ngawi.
5.3.1. Matrik Pembobotan IFAS dan EFAS
Dalam melakukan analisis SWOT, pertama-tama perlu memperhatikan matrik pembobotan Internal Faktor Analisis Strategy IFAS dan External Factor
Analisis Strategy EFAS dari pengembangan sistem Agri-Silvikultur di Kabupaten Ngawi. Hasil pengamatan dan wawancara atau kuesioner terhadap
para responden, setelah dilakukan perhitungan dalam menentukan bobot dan ratingnya maka didapatkan hasil perhitungan bobot, rating dan skor Internal
Factor Analisis Strategy IFAS seperti Tabel 6.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
91
Tabel 6. Matrik Pembobotan, Rating dan Skor Untuk Faktor Internal Pengembangan Sistem Agri-Silvikultur di Kabupaten Ngawi
No. Faktor Internal
Bobot Rating
Skor A.
KEKUATAN
1 Jumlah pesanggem cukup banyak
0,106 3
0,317 2
Hutan produksi cukup luas 0,102
3 0,307
3 Biaya produksi pengolahan relatif rendah
0,096 2
0,191 4
Pengelolaan Bersama Masyarakat 0,096
2 0,191
5 Modal pengelolaan cukup tersedia
0,106 3
0,317 6
Kemudahan penerapan teknologi Agri- Silvikultur
0,102 3
0,307
Jumlah 1,630 B.
KELEMAHAN
1 Kondisi hutan kurang baik
0,066 3
0,198 2
Rendahnya produktivitas tumbuh tanaman
0,063 2
0,125 3
Lokasi jauh dari pemukiman 0,059
2 0,119
4 Belum terbentuknya kelembagaan usaha
yang kuat 0,076
3 0,228
5 Tingkat pendidikan pesanggem rendah
0,063 2
0,125 6
Rendahnya kemauan pesanggem untuk maju
0,066 3
0,198
Jumlah 0,993
Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat kekuatan tertinggi dalam pengembangan sistem Agri-Silvikultur di Kabupaten Ngawi adalah jumlah
pesanggem cukup banyak, modal pengelolaan cukup tersedia, hutan produksi cukup luas dan kemudahan penerapan teknologi Agri-Silvikultur. Sedangkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
92
kelemahannya dalam pengembangan sistem Agri-Silvikultur di Kabupaten Ngawi adalah belum terbentuknya kelembagaan usaha yang kuat, kondisi hutan kurang
baik dan rendahnya kemauan petani untuk maju Setelah diadakan penilaian terhadap kondisi internal pada pengembangan
sistem Agri-Silvikultur di Kabupaten Ngawi maka diperoleh total nilai faktor kekuatan sebesar 1,630 dan nilai faktor kelemahan 0,993. Jadi selisihnya 0,637
berarti Perum Perhutani mempunyai kekuatan dalam pengembangan sistem Agri- Silvikultur di Kabupaten Ngawi.
Sedangkan hasil perhitungan bobot, rating dan skor Eksternal Factor Analisis Strategy IFAS seperti Tabel 2 berikut ini :
Tabel 7. Matrik Pembobotan, Rating dan Skor untuk Faktor Eksternal Pengembangan Sistem Agri-Silvikultur di Kabupaten Ngawi
No. Faktor Eksternal
Bobot Rating
Skor A.
PELUANG
1 Globalisasi perdagangan
0,106 3
0,319 2
Areal pengembangan masih cukup luas 0,106
3 0,319
3 Pengelolaan menghasilkan 2 komoditas
sekaligus 0,116
3 0,349
4 Kondisi lingkungan sangat mendukung
0,103 3
0,309 5
Dukungan pemerintah thd pembangunan kehutanan
0,096 2
0,193 6
Berkembangnya permintaan kayu 0,110
3 0,329
Jumlah 1,817 B.
ANCAMAN
1 Persaingan penggunaan tenaga kerja ke
industri 0,060
2 0,120
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
93
2 Ilegal logging
0,070 3
0,209 3
Produksi kayu memakan waktu yang cukup lama
0,053 2
0,106 4
Munculnya ketergantungan masyarakat secara berlanjut
0,063 2
0,126 5
Pengawasan yang kurang akibat luasnya lahan
0,056 2
0,113 6
Rendahnya moral petani 0,060
2 0,120
Jumlah 0,794
Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat peluang yang terbesar dalam pengembangan sistem Agri-Silvikultur di Kabupaten Ngawi adalah pengelolaan
menghasilkan 2 komoditas sekaligus dan berkembangnya permintaan kayu. Sedangkan yang merupakan ancaman dalam pengembangan sistem Agri-
Silvikultur di Kabupaten Ngawi adalah Ilegal logging. Setelah diadakan penilaian terhadap kondisi eksternal pengembangan
sistem Agri-Silvikultur di Kabupaten Ngawi, maka diperoleh total nilai faktor peluang sebesar 1,817 dan nilai faktor ancaman 0,794. Jadi selisihnya 1,023,
berarti Perum Perhutani mempunyai peluang dalam pengembangan sistem Agri- Silvikultur di Kabupaten Ngawi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
94
5.3.2. Perumusan Alternatif Strategi