Operasionalisasi Pengukuran Biaya Analisis SWOT

64

5. Profitability Ratio PV’K.

Indeks ini membedakan antara biaya modal Kt dengan biaya rutin Ct Dalam bentuk persamaan dapat dibuat rumus sebagai berikut Angka perbandingan ini dianggap mengukur rentabilitas suatu investasi di atas tingkat discount rate-nya. Oleh karena itu criteria Profitability Ratio PV’K.sama dengan Net BC ratio.

4.6.3. Operasionalisasi Pengukuran Biaya

Pembiayaan usahatani Agri-Silvikultur mencakup mencakup biaya pokok yaitu, biaya investasi tanah, dan peralatan dan biaya produksi termasuk di dalamnya biaya bibit, mulsa plastik,pupuk, pestisida, tenaga kerja , gaji pengelola, transportasi dan sewa alat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian selanjutnya . Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 65 Asumsi Pembiayaan yang dipakai dalam usahatani Agri-Silvikultur ini adalah sebagai berikut: 1. Harga-harga di anggap konstan, namun diperhitungkan pula jika terjadi fluktuasi antara 5 - 10 2. Masa produksi per periode tanam 3. Periode tanam produksi per tahun 4. Petani memperoleh upah dalam pengelolaan usahanya. 5. Kegagalan panen 5-25 per periode tanam. Tabel 2 Rekapitulasi Kriteria Investasi Agribisnis Agri-Silvikultur Kriteria Indeks Kesimpulan Keterangan NPV Rp Untung Go IRR Discount rate Untung Go Net BC 1 Untung Go Gross BC 1 Untung Go Profitability Ratio 1 Catatan : Biaya Investasi diperlukan bagi pengadaan peralatan pertanian seperti hand sprayer, pompa air, cangkul, bangunan penunjang untuk saprodi dan peralatan, kebun, pagar dan lain-lain. Diasumsikan bahwa investasi untuk lahan pertanian tidak dilakukan. Lahan diperoleh dengan sistem hibahbagi hasilsharing. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 66

4.6.4. Analisis SWOT

Untuk menyusun strategi pengembangan kegiatan Agri-Silvikultur yang dilakukan oleh Perum Perhutani diwilayah KPH Ngawi, KPH Saradan dan KPH Lawu dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dipakai sebagai alat analisis untuk dalam memformulasi strategi pengembangan agri-silvikultur. Analisis ini merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Dari hasil analisis lingkungan makro dan lingkungan mikro kemudian dijabarkan kedalam analisis eksternal sehingga menghasilkan perumusan peluang dan ancaman yang akan dihadapi di masa mendatang. Disamping itu, hasil analisis lingkungan makro dan mikro digunakan untuk melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan organisasi. Analisis ini kemudian disebut analisis SWOT Strength, Weakeness, Opportunity dan Treat. Analisis ini didasarkan atas logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Strength dan peluang Opportunity, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weakness dan ancaman Threat. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman meupakan faktor-faktor strategi yang perlu dianalisis dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut pula analisis situasi dengan model analisis SWOT. Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal, kemudian harus membuat prakiraan arah dan besarnya kekuatan pendorong dan mengubahnya menjadi peluang dan acaman. Peluang harus secara jelas dirumuskan. Harus ditetapkan pula dasar baru yang harus dimasuki, teknologi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 67 yang akan menyempurnakan produk atau proses dan yang akan mengurungi biaya, serta kebutuhan costomer yang akan dipenuhi. Prakiraan mencakup pula besar dan kecepatan tingkat pertumbuhan peluang. Peluang dan ancaman harus disusun peringkatnya dari yang sangat penting sampai dengan yang kurang penting dampaknya terhadap keberhasilan organisasi. Cara melakukan analisis SWOT kemudian dilakukan identifikasi faktor- faktor internal dan eksternal. Setelah faktor-faktor tersebut teridentifikasi maka dilakukan pembobotan serta rangking rating. Bobot dikalikan rating dari setiap factor mendapatkan skor untuk faktor-faktor tersebut. Bobot dihitung 0,0 tidak penting sampai 1,0 sangat penting jumlah bobot untuk peluang dan ancaman adalah 1,00, demikian pula jumlah bobot kekuatan dan kelemahan juga satu. Rating peluang mulai dari angka 1 dibawah rata-rata, 2 rata-rata, 3 diatas rata-rata dan 4 sangat baik berdasarkan pengaruh factor tersebut terhadap kondisi organisasi yang bersangkutan. Nilai rating peluang dan ancaman selalu bertolak belakang, misalnya apabila faktor ancamannya lebih besar, diberi nilai -4. Begitu pula pemberian nilai kekuatan dan kelemahan. Dalam analisis SWOT, berdasarkan score yang didapat apakah ada peluang nilai positif atau ancaman negatif, dan apakah faktor kekuatan mengungguli + kelemahan - maka didapat 4 kwadran rekomendasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 68 Gambar 3. Diagram SWOT Kwadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan, Organisasi tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategis yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif growth oriented strategi. Kwadran 2 : Situasi menghadapi ancaman, tetapi organisasi masih memiliki kekuatan internal. Strategi yang diterapkan menggunakan kekuatan perusahaan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi diversifikasi produk. Pasar. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 69 Kwadran 3 : Situasi yang sangat tidak menguntungkan yaitu menghadapi ancaman dan mempunyai banyak kelemahan, strategi yang cocok adalah defensif atau penciutan. Kwadran 4 : Organisasi menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak ia menhadapi kendalakelemahan internal. Strategi yang tepat adalah peninjauan kembali strategi yang digunakan. Misalnya apple menggunakan strategi peninjauan kembali tehnologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produ- produk baru dalam industri micro computer. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 70

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Pelaksanaan Agri-Silvikultur yang dilakukan oleh Pesanggem di Perum

Perhutani di Kabupaten Ngawi Hutan yang berada diwilayah Kabupaten Ngawi merupakan hutan produksi yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Perum Perhutani, sedang jenis Tanaman yang dikelola adalah tanaman Jati, Mahoni dan Pinus. Berdasarkan Undang-undang No. 41 tahun 1999, pasal 68 masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan oleh hutan, selain itu masyarakat juga berhak : a memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, b mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hutan dan informasi hutan, c melakukan pengawasan baik langsung maupun tidak langsung. Pada pasal 69, masyarakat berkewajiban untuk ikut memelihara dan menjaga hutan dari gangguan perusakan hutan. Berdasarkan hal tersebut maka masyarakat yang ada disekitar hutan yaitu pesanggem juga ikut memanfaatkan lahan hutan untuk menambah pendapatan keluarganya. Simon 2001, menyatakan bahwa penyebab timbulnya gangguan kerusakan hutan disebabkan oleh tingkat penggangguran yang tinggi dilingkungan masyarakat sekitar hutan yaitu pesanggem dikarenakan : pemilikan lahan pertanian perkepala keluarga KK yang kecil dengan kebutuhan minimum yang diperlukan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber