Pelaksanaan Agri-Silvikultur yang dilakukan oleh Pesanggem di Perum

70

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Pelaksanaan Agri-Silvikultur yang dilakukan oleh Pesanggem di Perum

Perhutani di Kabupaten Ngawi Hutan yang berada diwilayah Kabupaten Ngawi merupakan hutan produksi yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Perum Perhutani, sedang jenis Tanaman yang dikelola adalah tanaman Jati, Mahoni dan Pinus. Berdasarkan Undang-undang No. 41 tahun 1999, pasal 68 masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan oleh hutan, selain itu masyarakat juga berhak : a memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, b mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hutan dan informasi hutan, c melakukan pengawasan baik langsung maupun tidak langsung. Pada pasal 69, masyarakat berkewajiban untuk ikut memelihara dan menjaga hutan dari gangguan perusakan hutan. Berdasarkan hal tersebut maka masyarakat yang ada disekitar hutan yaitu pesanggem juga ikut memanfaatkan lahan hutan untuk menambah pendapatan keluarganya. Simon 2001, menyatakan bahwa penyebab timbulnya gangguan kerusakan hutan disebabkan oleh tingkat penggangguran yang tinggi dilingkungan masyarakat sekitar hutan yaitu pesanggem dikarenakan : pemilikan lahan pertanian perkepala keluarga KK yang kecil dengan kebutuhan minimum yang diperlukan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 71 Kegiatan Agri-Silvikultur yang dilakukan oleh Perum Perhutani bekerjasama dengan Pesanggem sebagai petani penggarap di dalam kawasan hutan produksi di Kabupaten Ngawi dengan menanam kedelai, jagung dan ketela pohon dibawah tegakan atau disela-sela tanaman pokok. Sebuah pendekatan untuk memampukan masyarakat sekitar hutan agar memahami dan menyusun rencana aksi terkait rehabilitasi lahan kritis dan reforestasi, serta konservasi sumberdaya alam menggunakan pengetahuan ekologi air sebagai pintu masuk. Pola pendekatan dengan pesanggem melalui Pembinaan di lapangan yang ditujukan pada pesanggem juga berisikan tentang : aTujuan pengelolaan hutan, b Penjelasan tentang sumberdaya hutan yang akan dikelola, batasan-batasan lingkungan, status tata guna lahan dan kepemilikan, kondisi sosial ekonomi dan profil lahan- lahan didekatnya, c penjelasan tentang sistem silvikultur atau pengelolaan berdasar pada ekologi hutan yang bersangkutan dan informasi yang dikumpulkan melalui inventarisasi sumberdaya, d perlindungan lingkungan hidup berdasar pada penilaian lingkungan hidup, e peta yang menggambarkan dasar sumberdaya hutan yang meliputi kawasan lindung, aktifitas pengelolaan yang direncanakan dan kepemilikan lahan. Pada kegiatan tanaman, sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan kegiatan persiapan lapangan guna mendukung keberhasilan tanaman. Realisasi kegiatan persiapan tanaman berupa babat, gebrus, dan pembuatan lobang. Kegiatan persiapan lapangan dimulai dari keluarnya Surat Perintah Tanam dilanjutkan dengan pemeriksaan lapangan, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 72 pemancangan patok tanda batas, pembuatan rintisan as jalan pemeriksaan, perjanjian kontrak dan pembagian andil tumpangsari, pembersihan lapangan, pengolahan tanah gebrus, pembuatan jalan pemeriksaan, pembuatan selokan, pembuatan larikan tanaman hutan, pemasangan acir. Kegiatan pemeliharaan merupakan kegiatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas tegakan sehingga pada saat akhir daur diharapkan akan mendapatkan tegakan yang berkualitas tinggi. Beberapa elemen kegiatan dalam pemeliharaan tanaman antara lain babad rayud gulmasemak, dangir penggemburan tanah di sekeliling tanaman, penyulaman, wiwil pemangkasan tunas kakicabang, pangkas tanaman sela, pemeliharaan anggelanselokan serta pengawasan terhadap kerusakan, kebakaran, dan gangguan ternakpenggembalaan Kegiatan perawatan hutan juga merupakan upaya mendapatkan tegakan yang bermutu tinggi di akhir daur. Realisasi perawatan hutan dari tahun ketahun sangat terkait dengan kebijakan jatah produksi tebangan JPT karena produksi kayu dari tebang habis sudah mencukupi target maka tebang dengan hasil penjarangan dihentikan. Selain itu di beberapa tempat secara teknis kegiatan perawatan hutan tersebut tidak dapat dilaksanakan karena adanya perubahan kelas hutan lindung. Kegiatan di bidang hukum yang dilaksanakan oleh Perhutani pada kawasan hutan yang berada di Kabupaten Ngawi antara lain berupa penataran dan penelaahan produk-produk hukum, penyuluhan hukum melalui berbagai media antara lain pertemuan rutin dengan tujuan untuk Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 73 meningkatkan kesadaran hukum para pesanggem sehingga diharapkan timbul kesadaran hukum dari pesanggem bahwa menduduki kawasan hutan tanpa izin melanggar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Serta menjadikan pesanggem sebagai salah satu pengamanan hutan melalui pembentukan kelompok-kelompok pesanggem dalam KKP Kelompok Kerja Prayawana dan terbentuk menjadi LMDH Lembaga Masyarakat Desa Hutan yang perduli lingkungan.

5.2. Tingkat Keberhasilan Agri-Silvikultur di wilayah Kesatuan Pemangku