33
Kenyataan, menunjukkan bahwa usahatani itu akan ditujukan mencari pendapatan secara ekonomis, melainkan juga pendapatan non ekonomis seperti
terjaminnya kebutuhan hidup petani pesanggem beserta keluarganya meskipun kadang-kadang dianggap menguntungkan secara ekonomis. Bagi setiap petani,
besarnya tujuan usahatani sangat bervariasi karena pengaruh lingkungan alamnya atau kemampuan petani. Ada petani yang berusahatani untuk kebutuhan
keluarganya dan ada pula yang bertujuan untuk mencari pendapatan yang sebesar- besarnya.
Usahatani yang ditujukan untuk kebutuhan keluarga yakni semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, baik yang melalui peredaran uang
atau tidak, maka usahatani demikian disebut usahatani pencukup kebutuhan keluarga Subsistence Farm. Apabila tujuan usaha taninya untuk mencari
pendapatan yang sebesar-besarnya, maka usaha tani yang demikian disebut usahatani komersial Commercial Farm.
2.2.6. Pendapatan Pesanggem
Menurut Hakim 2004, bahwa salah satu penyebab kegagalan pembangunan di negara-negara berkembang berpendapatan rendah adalah adanya
suatu lingkaran setan kemiskinan yang sukar ditembus. Analisis lingkaran setan kemiskinan menyatakan bahwa kemiskinan di suatu negara berkembang
disebabkan oleh kemiskinan negara tersebut jika suatu negara adalah miskin, berarti pendapatannya rendah. Pendapatan yang rendah menyebabkan tabungan
dan selanjutnya investasi yang rendah pula.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
34
Sebagai tolok ukur kesejahteraan petani, jumlah pendapatan petani pesanggem dihitung dari gabungan pendapatan yang diperoleh dari hasil usahatani
dan hasil di luar usahatani dibagi jumlah anggota keluarga yang ada dalam tanggungannya. Untuk mendapatkan gambaran tingkat pendapatan per kapita
dalam perhitungan ini diuraikan pengertian-pengertian sebagai berikut : a.
Pendapatan Usahatani Pendapatan pesanggem terdiri dari sebagian pendapatan kotor yang karena
tenaga keluarga dan kehidupannya memimpin dan sebagian bunga dari keluarga yang dipergunakan di dalam usahatani menjadi hak dari keluarga.
Pendapatan pesanggem
dapat diperhitungkan dengan
mengurangi pendapatan kotor dengan harga alat-alat luar dan bunga modal dari luar.
Yang dimaksud dengan pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dari sumber di dalam usahatani selama satu
tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, penukaran atau penafsiran kembali.
Biaya alat-alat luar semua pengorbanan yang diberikan oleh usaha tani untuk memperoleh pendapatan kotor.
b. Pendapatan Luar Usahatani
Pendapatan luar
usahatani dimaksudkan
adalah tambahan
penghasilanpendapatan dari usahatani yang diluar usahatani mereka. Pendapatan dari luar usahatani didapat dari hasil sampingan ataupun
pemberian dari pihak lain yang sifatnya tidak tetap atau pendapatan tidak terduga.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
35
c. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita dihitung dengan menjumlahkan pendapatan usahatani per tahun, pendapatan sampingan per tahun dan pendapatan tak terduga
dalam satu keluarga per tahun dibagi jumlah anggota keluarga yang ada dalam tanggungannya.
Pendapatan petani dipergunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan petani. Dengan demikian dapat dijadikan pedomandasar pemberian bantuan
kepada petani setempat, apakah diberikan dalam bentuk bantuan penuh, subsidi atau cukup pemberian kredit.
Usahatani adalah pengorganisasian dari sumber daya alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan di
bidang pertanian. Menurut Mosher 1993, usahatani adalah merupakan turut campur tangannya manusia didalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan
supaya lebih bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Didalam perkembangan usahatani selalu mengalami perubahan atau perbaikan hasil
produksinya. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Dalam menyelenggarakan
usahatani setiap petani berusaha agar hasil panennya banyak. Usahatani yang bagus adalah usahatani yang produktif dan efesien. Usahatani yang produktif
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
36
berarti usahatani itu produktifitasnya tinggi. Produktifitas yang dimaksud adalah merupakan penggabungan antara konsepsi efesiensi usaha fisik dengan kapasitas
tanah Mubyarto, 1992. Kegiatan usahatani yang komersil terutama yang berorientasi pada
agribisnis maka sebelum memulai usaha terlebih dahulu harus menganalisa usahatani tersebut sekaligus melihat prospek pasar dari komoditas yang
diusahakan. Semakin menguntungkan usaha komoditas tersebut tentunya semakin diminati untuk diusahakan. Namun, hasil analisis usaha dan prospek pasar saja
masih belum cukup sebagai bahan pertimbangan untuk mengusahakan komoditas tersebut. Sebab tidak semua jenis komoditas cocok dan menguntungkan untuk
diusahakan dalam kondisi lingkungan tertentu Hernanto, 1994. Analisis usaha diperlukan untuk mengetahui gambaran perhitungan biaya
diperlukan dalam memulai suatu usaha. Selain itu, dapat pula memperhitungkan gambaran keuntungan yang akan diperoleh, berapa lama modal kembali serta
keuntungan yang akan diraih dalam jangka waktu tertentu. Dalam perhitungan usahatani perlu dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya variabel
adalah biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan tingkat produksi yang dihasilkan sedangkan biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak
tergantung dari besar kecilnya produksi Mubyarto, 1992. Biaya tetap pada pengertian jangka pendek, menurut Soeharjo dan Patong
1987, adalah biaya yang tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah atau tidak berpengaruh oleh besar kecilnya produksi, yang termasuk biaya tetap dalam
usahatani padi antara lain : sewa lahan, iuran pengairan dan pajak.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
37
Sedangkan biaya variabel disebut pula biaya operasi artinya manajer selalu mengatur, mengeluarkan sepanjang waktu produksi. Biaya ini selalu berubah
tergantung kepada besar kecilnya produksi. Termasuk biaya ini adalah pembelian benih, pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja.
Kedua jenis biaya tersebut tergolong biaya produksi. Semua modal harus digunakan atau dikeluarkan dalam biaya produksi usahatani sehingga budidaya
tersebut menghasilkan dan biaya pasca panen dimasukkan dalam biaya produksi yang dirumuskan sebagai berikut :
TC = FC + VC
Dimana : TC = Total biaya keseluruhan Total Cost RpHa
FC = Biaya tetap Fixed Cost RpHa VC = Biaya tidak tetap Variable Cost RpHa
Biaya tetap antara lain pajak dan alat-alat pertanian. Sedangkan yang termasuk biaya tidak tetap antara lain adalah biaya untuk pembelian pupuk, bibit
serta upah tenaga kerja. Dengan adanya biaya produksi, diharapkan suatu penerimaan diperoleh dari penjualan hasil panen, Nilai yang diperoleh dari hasil
penjualan adalah penghasilan kotor yang dirumuskan dengan :
TR = Pq x Q
Dimana : TR
= Total penerimaan Total Revenue RpHa
Pq =
Harga produksi per satuan Rpton Q
= Jumlah produksi ton
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
38
Total revenue adalah merupakan jumlah penerimaan usahatani. Penerimaan dihasilkan dari produksi yang sudah mengalami proses produksi.
Dalam kegiatan usahatani total penerimaan adalah jumlah yang diterima petani dari hasil penjualan sebelum dikurangi oleh biaya-biaya produksi mulai tanam
sampai biaya pengangkutan. Total biaya produksi dalam kegiatan usahatani adalah total biaya dari sewa tanah, pembelian bibit, pengolahan tanah, pengairan,
pemupukan, obat-obatan, dan tenaga kerja. Menurut Soeharjo dan Patong 1987, pendapatan adalah selisih antara
penerimaan yang diperoleh dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
p = TR – TC
Keterangan : p
: Pendapatan pesanggemRpHa TR
: Total revenue atau penerimaan RpHa TC
: Total cost atau total biaya RpHa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
39
Tabel 1. Mapping Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Tahun
Fokus Penelitian Posisi
1 Ichwandi
2004 Kegagalan sistem
tenurial dan konflik sumberdaya hutan:
tantangan kebijakan kehutanan masa
depan Mengidentifikasi kegagalan sistem
tenurial sumberdaya hutan Indonesia mulai dari “pro-kontra” atas hak
property rights sumberdaya hutan sampai kegagalan sistem Hak
Pemangku Hutan HPH, menyusun pengelolaan yang baik terhadap
sumberdaya hutan maupun masyarakat khususnya masyarakat sekitar hutan
2 Hasan
2000 Pengelolaan Hutan
Berbasis Masyarakat di Das Brantas
Pengelolaan berbasis masyarakat merupakan salah satu pendekatan
dalam upaya pengelolaan sumberdaya ekosistem hutan produksi, yang harus
ditunjang dengan kemampuan sumberdaya manusia dan dukungan
sarana prasarana berupa insentif bagi pengelola atau masyarakat yang
terlibat.
3 Hadijah
2006 Kelembagaan dan
Kebijakan Pengelolaan Hutan
dalam Otonomi Daerah di Kabupaten
Tana Toraja Kelembagaan yang berperan dalam
pengelolaan hutan rakyat tongkonan di Lembang Turunan adalah kelembagaan
adat yang ada di daerah tersebut. Sedangkan dampak ada dua yaitu
positif dan negative yaitu: dampak positif : terciptanya lapangan kerja bagi
masyarakat, peningkatan kesejahteraan sebagian masyarakat, peningkatan
Pendapatan Asli Daerah, adanya tambahan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang hutan dan lingkungan, sedangkan dampak negatif
: terjadinya pembalakan liar illegal logging, terjadinya kerusakan hutan
dan lingkungan, bertambahnya lahan kritis, terjadinya konflik penggunaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
40
lahan dan sumberdaya air dalam masyarakat
4 Zuhud,
Aliadi, dan Kaswinto
2006 Pelestarian
Pemanfaatan Sumber Daya Tumbuhan
Obat Melalui Pendekatan
Kemitraan di Taman Nasional Meru Betiri
Kemitraan merupakan salah satu bagian dari sistem pengelolaan
kawasan konservasi, khususnya Taman Nasional yang tidak bisa ditinggalkan
karena perkembangan permasalahan yang terjadi di dalam pengelolaan
kawasan menuntut adanya kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk
dengan masyarakat lokal dan 2 Kemitraan harus dibangun bersama
melalui proses tukar informasi, pengalaman, dan belajar bersama di
antara para pihak yang terlibat stakeholders di dalam lembaga
kemitraan.
5 Wibowo
Agung 2006
Pengelolaan Taman Nasional Lore Lindu
Secara Partisipatif Partisipasi antara para pihak terkait
perlu dirumuskan dalam suatu langkah- langkah strategis untuk saling
mendukung dan meningkatkan kemampuan para pihak dalam
melaksanakan upaya konservasi dan 3 dikembangkan pola insentif kepada
para pihak yang telah mau melakukan upaya perlindungan dan pelestarian
hutan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
41
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS