Penetapan UMP di Sumatera Utara Tahun 2013

89 Jony Sitanggang APINDO Sumut Selain sebagai seorang pengusaha, narasumber adalah salah seorang pengurus organisasi pengusaha yang bernama Asosiasi Pengusaha Indonesia sumatera utara APINDO Sumut. Dalam kepengurusan APINDO beliau menjabat sebagai ketua bagian hubungan industrial. Pada tahun 2012 bapak Jony Sitanggang adalah salah satu dari 8 delapan perwakilan APINDO sumut di dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara. Ririn Bidasari SH, M Hum DisnakerTrans Sumatera Utara Narasumber adalahseorang pegawai negri sipil di dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi Provinsi sumatera utara bagian hubungan industrial, selain itu narasumber juga adalah dosen fakultas hukum di universitas medan area khususnya hukum perburuhan, pada 15 maret 2012 beliau tergabung dalam dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara dan menjabat sebagai anggota sekretariat dewan pengupahan provinsi sumatera utara periode 2012-2015.

3.1 Penetapan UMP di Sumatera Utara Tahun 2013

Menurut KSPSI, UMP sumatera utara tahun 2013 adalah belum mencapai KHL, UMP adalah hasil survey ditambahkan dengan prediksi inflasi dan pertumbuhan ekonomi, pada penghujung 2012 inflasi indonesia mencapai 8,4 maka dari itu prediksi BI tentang inflasi di 2013 yaitu 4+1, penghitung KHL 2013 dapat dikatakan salah dikarenakan kenaikan harga BBM, TDL yang memicu inflasi yang lebih dari 5 . Menurut SBSI 1992 Sumatera Utara, Sistem pengupahan sekarang terlalu semu, sistem pengupahan harus di rubah menjadi sitem leveling sektoral yaitu dengan menentikan tingkatan kemampuan perusahaan dalam membayar upah super kuat, kuat, menengah dan lemah dapat digunakan tolak ukur besarnya modal, teknologi yang digunakan atau banyaknya tenaga kerja yang digunakan. Setelah dilakukan leveling maka di bagi kedalam sektoralnya seperti industri makanan dan minuman, industry logam, industry Universitas Sumatera Utara 90 perhotelan dll. Dalam hal ini pemerintah harus tegas dalam penentuan level perusahaan, agar pengusaha tidak dapat memeras tenaga buruhnya, pengusaha terus mengaku merugi dan buruh disarankan untuk mengalah, dan pemerintah seperti sengaja mempermainkan buruh, kondisi perburuhan ini sudah puluhan tahun dan pemerintah terus melakukan pembiaran dalam mempertahankan kondisi politik upah murah. Politik upah murah di Indonesia di wujudkan dalam keterangan item survey yang tidak jelas, misalkan beras yang tidak jelas menerangkan kualitas item beras yang menjadi konsumsi buruh, ukuran sedang juga terlalu relative, seharusnya ukuran kualitas item dipertegas tolak ukurnya kemudian dilakukan penambahan untuk buruh yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, cara penghitungannya adalah : - Buruh yang sudah berkeluarga dan tidak memiliki anak : UMP + 50 nilai UMP - Buruh yang sudah berkeluarga dan memiliki anak 1 : UMP + 40 nilai UMP - Buruh yang sudah berkeluarga dan memiliki anak 2 : UMP + 30 nilai UMP Pekerja buruh melawan tidak asal menuntut kepada pemerintah, berdasarkan permen no 13 tahun 2012 SBSI 1992 melakukan survey di 23 kabupatenkota yang memiliki serikat buruh sbsi 1992, kami menyurvey dengan barang yang kualitasnya standart bahkan di bawah standart, dari situ kami dapatkan nilai rata-rata 2 juta rupiah dan di tambahkan 10untuk prediksi inflasi di tahun 2013. Tetapi pemerintah provinsi dan dewan pengupahan sumatera utara tidak memberikan jawaban, pemerintah tidak berani melakukan pembandingan hasil survey sbsi 1992 dan hasil survey dewan pengupahan daerah.Dalam mengambil solusi pemerintah dan pengusaha tentu dapat di ambil solusi nilai tengah antara hasil survey dewan pengupahan dan hasil survey serikat buruh Universitas Sumatera Utara 91 Kenaikan UMP yang signifikan di DKI jakarta menjadi spirit baru buat gerakan buruh di sumatera utara untuk mengimbangi hal tersebut, karena selama ini jakarta dan sumut tidak pernah jauh beda kenaikannya akan tetapi pada tahun 2012 kenaikan upah mencapai Rp 600.000 selisihnya. Ditambah lagi peluang politis yang dekat dengan pilkada sumut dimana tiap calon mencoba mencari perhatian kepada buruh, dilain pihak buruh mencoba mencuru momentum dan pengusaha bersikeras agar nominal upah tidak ditambah lagi karena gerakan buruh yang luar biasa. Hal ini erat kaitannya dengan PILKADA Sumut tahun 2012, setiap sektor rakyat sebenarnya memberikan ruang bagi buruh sehingga gerakan buruh dapat menutup seluruh fasilitas publik, dan tiap sektor rakyat telah paham dengan hal tersebut dimana kemenangan buruh di jakarta dalam memperjuangkan UMP ruh gerakannya dapat dirasakan hingga sumatera utara. Wajar buruh di sumatera utara marah dalam penetapan UMP hal ini terbukti berhasil dari penetapan UMP sumatera utara tahun 2012 yang mengalami kenaikan akan tetapi hasilnya yang belum maksimal. Menurut DPD APINDO Sumatera Utara penetapan UMP di sumatera utara sudah cukup baik, kinerja depeda provinsi sumatera utara adalah yang terbaik kedua setelah provinsi DKI Jakarta, depeda provinsi sumatera utara cukup disiplin dalam menjalankan peraturan pengupahan sesuai permenakertrans no 13 tahun 2012, musyawarah mufakat sangat dikedepankan dalam mengambil keputusan, koordinasi antara serikat buruh, pengusaha dan pemerintah sangat baik, seluruh proses rapat koordinasi hingga survey dilakukan sesuai jadwal dan cukup mencapai targetan yang diharapkan. Menurut APINDO proses survey KHL di sumatera utara sudah cukup tepat, depeda terdiri dari 8 tim yang terdiri dari 2 pihak pemerintah, 1 dari serikat buruh dan 1 dari serikat pengusaha team di bagi tugasnya untuk mensurvey 33 kabupatenkota di sumatera utara guna mendapatkan KHL terendah di kabupatenkota, tim dibekali tugas dan targetan kerja juga prosedur survey mulai dari tempat survey, waktu survey, pemilihan Universitas Sumatera Utara 92 responden, dan penghitungan nilai rata-rata dan semuanya sesuai dengan permenakertrans no 13 tahun 2012. Nilai Rp 1.290.000 yang direkomendasikan depeda adalah nilai yang diperoleh melalui proses survey yang sesuai peraturan, proses yang di jalani dalam pencapaian nilai tersebut cukup panjang dan rumit, seharusnya dalam menjaga stabilitas ekonomi dan tidak memicu inflasi, nilai tersebut sebenarnya sudah cukup layak, upah bukan jaminan dalam kesejahteraan buruh tetapi perlu juga diperhatikan harga-harga barang dan jasa, jumblah uang yang berputar di masyarakat juga dapat memicu inflasi, jika upah sangat tinggi maka uang yang ada pada masyarakat jadi sangat banyak sementara produktifitas tidak meningkat, maka harga-harga juga akan naik, perlu juga menjadi bahan pertimbangan buat pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pasar untuk menjaga stabilitas pasar bahkan mengundang investor yang lebih besar untuk berinvestasi di Indonesia. Menurut Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Prov. Sumatera Utara, Pemerintah menetapkan upah berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Namun Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan penetapan Upah sesuai denganPelaksanaan UU No. 13 tahun 2003dan sesuaidengan Permenaker no 13 tahun 2012 tentang ketenagakerjaan, yang menetapkan Upah Minimum Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak. Disnaker dalam penenetapan UMP berperan sebagai pelaksana kebijakan UMP dan masuk kedalam dewan pengupahan daerah dan sebagai wakil pemerintah dalam melakukan rangkaian proses penetapan UMP adalah sebagai penyeimbang kepentingan buruh dan pengusaha. Dalam penetapan UMP sering sekali di temukan ketidak sepahaman antara pengusaha dan serikat buruh maka dengan hadirnya pemerintah kedalam dewan pengupahan dapat menjadi penengah Universitas Sumatera Utara 93 diantara keduanya kemudian Disnakertrans juga bertugas untuk memastikan peraturan perundangan yang di tetapkan sebagai rangkaian proses penetapan UMP dijalankan dengan benar sesuai dengan aturan permentrakertrans no 13 tahun 2013 guna membantu gubernur dalam mengambil kebijakan UMP. Penetapan UMP Sumatera Utara tahun 2013 Pasal 6 angka 3 Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 menyatakan bahwa : “Dalam penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Gubernur memperhatikan saran dan pertimbangan Dewan Pengupahan Provinsi dan rekomendasi BupatiWalikota”. Kronologis Penetapan UMP oleh Gubernur Sumatra utara tahun 2012 1. Pada 15 maret 2012, gubernur sumatera utara menentukan dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara dengan menerbitkan SK nomor : 18844177KPTS2012, yang menjelaskan susunan dewan pengupahan provinsi sumatera utara periode 2012-2015 dan tugas dan fungsi dewan pengupahan provinsi sumatera utara. 2. Pada tanggal 04 Oktober 2012, Dewan Pengupahan Provinsi Sumatera Utara menyepakati Usulan UMP Sumatera Utara Tahun 2013 sebesar Rp. 1.294.500,-Satu juta Dua ratus sembilan puluhempat ribu Lima ratus rupiah, dengan pertimbangan 7,03 tujuh koma nol tiga persen di atas KHLterendah tahun 2012 di Provinsi Sumatera Utara dan 7,88 tujuh koma delapan puluh delapan persen di atas nilai UMP Sumatera Utara Tahun 2012. 3. Selanjutnya pada tanggal 08 Oktober 2012, Dewan Pengupahan Provinsi Sumatera Utara melakukan Audensi dengan Gubernur untuk membahas usulan tersebut. Dimana pada Audensi tersebut, Gubernur meminta untuk Universitas Sumatera Utara 94 besaran UMP Tahun 2013 dinaikkan, yang kemudian disepakati Dewan Pengupahan Provinsi Sumatera Utara untuk dinaikkan menjadi Rp. 1.305.000,-Satu juta Tiga ratus lima riburupiah, dengan pertimbangan7,90 tujuh koma sembilan puluh persen di atas KHL terendahtahun 2012 di Provinsi Sumatera Utara dan 8,75 delapan koma tujuh puluh lima persen di atas nilai UMP Sumatera Utara Tahun 2012 4. Selanjutnya pada tanggal 18 Oktober 2012, Gubernur Sumatera Utara menetapkan Upah Minimum Provinsi UMP Sumatera Utara Tahun 2013 sebesar Rp. 1.305.000,- melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 188.44647KPTS2012 tanggal 18 Oktober 2012 tentang Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. 5. Terhadap SK Gubernur tersebut, terjadi unjuk rasa pekerjaburuh yang bergabung dalam Majelis Pekerja Buruh Indonesia MPBI pada tanggal 13 November 2012 , Pukul. 13.30 Wib. Unjuk rasa diterima oleh Asisten I dan II, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara dan Kasatpol PP Sumatera Utara, dengan tuntutan unjuk rasa untuk menaikkan UMP Sumatera Utara Tahun 2013 pada kisaran Rp. 2.200.000,- sd Rp. 2.500.000,-. 6. Sehubungan dengan unjuk rasa dan tuntutan tersebut, pada tanggal 16 November 2012 , Gubernur Sumatera Utara mengundang Forum Koordinasi Pimpinan Daerah FKPD Sumatera Utara dan Pengurus Serikat PekerjaSerikat Buruh yang ada di Sumatera Utara untuk berkomunikasi dan berkonsultasi secara langsung. Tetapi hasilnya deadlock, para pengurus Universitas Sumatera Utara 95 SPSB tetap bersikeras agar SK UMP Sumatera Utara Tahun 2013 dirubah dan disesuaikan dengan kisaran angka Rp. 2.200.000,- sd Rp. 2.500.000,-. 7. Selanjutnya Pada tanggal 19 November 2012, Pukul. 15.00 Wib, pekerjaburuh yang tergabung dalam Forum Lintas Buruh FLB berunjuk rasa ke kantor Gubernur Sumatera Utara menuntut UMP Sumatera Utara Tahun 2013 sebesar Rp. 2.400.000,-. Penyampaian aspirasi tersebut diterima oleh Bapak Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara, Asisten II, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara, dan Kasatpol PP. 8. Selanjutnya Pada tanggal 21 November 2012, Pukul. 13.30 Wib, gabungan SPSB dari Serikat Buruh Sematera Utara SBSU, Dewan Buruh Sumatera Utara DBSU dan Majelis Pekerja Buruh Indonesia MPBI berunjuk rasa dengan tuntutan yang sama di Lapangan Garuda Tanjung Morawa, dan penyampaian aspirasi diterima oleh Bapak Gubernur Sumatera Utara, Wakil Ketua DPRDSU, DPD RI, Kakanwil I PT. Jamsostek Sumbagut, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara, Kasatpol PP. 9. Berkenaan dengan banyaknya unjuk rasa yang terjadi, pada tanggal 26 November 2012 Gubernur melakukan komunikasi dan konsultasi dengan Dewan Pengupahan Provinsi Sumatera Utara dan FKPD Sumatera Utara di Ruang Melati Kantor Gubernur Sumatera Utara membahas mengenai Usul kenaikan nilai UMP Sumatera Utara Tahun 2013, dan dari hasil pertemuan tersebut Dewan Pengupahan Provinsi Sumatera Utara sepakat untuk menyerahkan sepenuhnya perubahan nilai UMP Sumatera Utara Tahun 2013 kepada Gubernur Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 96 10. Selanjutnya pada tanggal 29 November 2012, Gubernur Sumatera Utara memutuskan untuk mencabut Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 188.44647KPTS2012 tanggal 18 Oktober 2012 tentang Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 dan menggantinya dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 188.44711KPTS2012 tanggal 29 November 2012 tentang Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013, dengan menetapkan nilai UMP Sumatera Utara Tahun 2013 sebesar Rp. 1.375.000,-Satu juta tiga ratus tujuh puluh lima riburupiah. 11. Terhadap SK tersebut, pada tanggal 03 Desember 2012, pekerjaburuh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Buruh Melawan SPBM melaksanakan unjuk rasa ke kantor Gubernur Sumatera Utara, yang diterima oleh Gubernur Sumatera Utara beserta DPRD Sumut, Pangdam IBB, Kapolda Sumatera Utara, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara, dan Kesbangpolinmas, dengan tuntunan kenaikan UMP Sumatera Utara Tahun 2013 sebesar Rp. 2.200.000,-. Menanggapi tuntutan unjuk rasa tersebut Gubernur Sumatera Utara tetap pada keputusannya besaran UMP Sumatera Utara Tahun 2013 sebesar Rp. 1.375.000,- Satu juta tiga ratus tuuh puluh lima ribu rupiah. 12. Selanjutnya pada tanggal 05 Desember 2012, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara mengundang Kepala Instansi yang membidangi Ketenagakerjaan KabupatenKota untuk berkoordinasi terkait pengusulan UMK Tahun 2013 berdasarkan SK Gubernur tanggal 29 November 2012. Dan pada pertemuan tersebut, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Langkat dan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Universitas Sumatera Utara 97 Kerja Kota Pematang Siantar secara lisan menyampaikan keberatan untuk mempedomani besaran UMP Sumatera Utara Tahun 2013 sebesar Rp. 1.375.000,-, karena dianggap membebani dunia usaha di wilayah mereka. 13. Terhadap nilai yang ditetapkan Gubernur tersebut, pada tanggal 11 November 2012 kembali terjadi unjuk rasa oleh SBSI 1992, SPMI, SBSU, dan SPN, dengan tuntutan untuk menaikkan nilai UMP Sumatera Utara Tahun 2013 sesuai dengan tuntutan awal mereka. 14. Pada tanggal 12 November 2012, unjuk rasa dilakukan oleh KSBSI yang dipimpin oleh Sdr. Edward Pakpahan yang dalam tuntutan tertulisnya menyatakan meminta agar Gubernur segera menetapkan Upah Minimum KabupatenKota UMK tanpa terpengaruh dari tekanan berbagai pihak dan menolak segala bentuk politisasi terhadap gerakan buruh di Sumatera Utara Proses Penetapan UMP Prov Sumatera Utara 2013

3.2 Pelaksanaan Permenakertrans RI no 13 tahun 2012