64
diuntungkan oleh sistem initidakberpikir demikian, karena wajah sistem ekonomi yangselama ini terkesan mengagumkan ternyata juga menyimpan sisi lain
yangmengerikan yang kemudian tampakadalahmanusia-manusia yang saling bersaingdanberusaha mengeksploitasi manusia lainnya untuk kemakmuran dirinya
sendiri.
2.2 Buruh
Pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karenaadanyapekerjaanyangharusdilakukandimanaadaunsurperintah,upah
danwaktu.
2.2.1 Sejarah Lahirnya Buruh dan Gerakan Buruh di Indonesia Sejarah Lahirnya Buruh
Perburuhan ditengarai muncul pertama kali di Eropa sebagai reaksi atas perubahan-perubahan yang dimunculkan Revolusi Industri. Penemuan mesin
tenaga uap di Inggris sekitar 1750, membuka peluang untuk memproduksi barangjasa dalam skala besar
39
Revolusi Prancis 1795 menjadi simbol tuntutan dari kelompok baru masyarakat modern yang mulai muncul: diproklamirkan keniscayaan persamaan
derajat bagi setiap warga Negara dan kebebasan berdagang bergiat dalam lalu lintas perdagangan. Hukum pada tataran Negara-bangsa dikodifikasikan ke dalam
. Sebelum itu, secara tradisional, pekerjaan di bidang agrikultur diselenggarakan mengikuti sistem feodalistik, pekerja atau
buruh tani mengerjakan tanah milik tuan tanah dan menghidupi diri mereka dari hasil olahan ladang yang mereka kerjakan sendiri. Sejak abad pertengahan, di
perkotaan, kerja terlokasir di pusat-pusat kerja kecil dan diselenggarakan oleh kelompok-kelompok pekerja dengan keahlian tertentu gilda yang memonopoli
dan mengatur ragam bidang-bidang pekerjaan tertentu. Sekalipun demikian, kelas wirausaha entrepreneur baru yang bermunculan menuntut kebebasan dalam
rangka memperluas cakupan dan jangkauan aktivits mereka.
39
Agusmidah, Bab-bab tentang hukum perburuhan Indonesia–Denpasar: Pustaka Larasan; Jakarta: Universitas Indonesia; Universitas Leiden, Universitas Groningen, 2012
Universitas Sumatera Utara
65
kitab undang-undang yang dilandaskan pada prinsip-prinsip baru seperti kebebasan berkontrak dan kemutlakan hak milik atas kebendaan. Perserikatan
kerja yang dianggap merupakan peninggalan asosiasi pekerja ke dalam gilda-gilda dihapuskan.
Napoleon menyebarkan ide baru tentang sistem demikian ke seluruh benua Eropa. Meskipun demikian, selama kurun abad ke-19 tampaknya kebebasan-
kebebasan baru tersebut di atas hanya dapat dinikmati sekelompok kecil masyarakat elite yang kemudian muncul. Mayoritas masyarakat pekerjaburuh
kasar tidak lagi dapat menikmati cara hidup tradisional mereka yang dahulu berbasis agrikultur dan terpaksa mencari penghidupan sebagai buruh pabrik.
Kebebasan-kebebasan di atas berkenaan dengan kebebasan berkontrak dan hak milik absolut secara dramatis memaksakan gaya hidup yang sama sekali berbeda
pada mayoritas masyarakat pencari kerja usia produktif. Mereka terpaksa menerima kondisi kerja yang ditetapkan secara sepihak oleh kelompok kecil
majikan penyedia kerja. Kemiskinan memaksa mereka, termasuk keluarga dan anak-anak kecil, bekerja dengan waktu kerja yang sangat panjang. Kondisi kerja
yang ada juga mengancam kesehatan mereka semua. Gerakan sosialis yang kemudian muncul, namun juga kritikan dari pemerintah, gereja dan militer,
kemudian berhasil mendorong diterimanya legislasi perburuhan yang pertama. Di banyak Negara Eropa, buruh anak dihapuskan. Tidak berapa lama berselang
penghapusan ini diikuti oleh kebijakan-kebijakan lain berkenaan dengan jam kerja buruh perempuan di bidang industri. Baru kemudian aturan yang sama muncul
untuk buruh laki-laki. Sekitar tahun 1900-an, beberapa Negara Eropa memodernisasi sitem
perburuhan mereka perihal kontrak atau perjanjian kerja, yang sebelumnya dilandaskan pada konsep-konsep dari Hukum Romawi. Satu prinsip baru
diperkenalkan, yaitu bahwa buruh atau pekerja adalah pihak yang lebih lemah dan sebab itu memerlukan perlindungan. Buruh mulai mengorganisir diri mereka
sendiri dalam serikat-serikat pekerja trade unions. Secara kolektif mereka dapat
Universitas Sumatera Utara
66
bernegosiasi dengan majikan dalam kedudukan kurang lebih setara dan dengan demikian juga untuk pertama kalinya diperkenalkan konsep
perjanjiankesepakatan kerja bersama collective agreement. Hugo Sinzheimer, guru besar hukum dari Jerman adalah yang pertama kali mengembangkan konsep
kesepakatan kerja bersama dan mendorong legalisasinya. Konsep yang ia kembangkan di Jerman pada era Weimar dicakupkan ke dalam perundang-
undangan dan langkah ini menginspirasi banyak Negara lain untuk mengadopsi konsep yang sama.
Di Jerman pula diperkenalkan pertama kali konsep dewan kerja works council yang juga menyebar ke banyak Negara di Eropa pada abad ke-20.
Asuransijaminan sosial sudah berkembang di Jerman pada akhir abad ke-19 dan menyebar ke seluruh Eropa sejak awal abad ke-20. Pada tataran berbeda, juga
dikembangkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang dibuat dengan tujuan mencegah persaingan antar negara dengan dampak buruk penurunan standard
perlindungan buruh; race to the bottom. Pada akhir Perang Dunia Pertama, revolusi sosial di Russia dan Jerman menyadarkan banyak pemerintah bahwa
diperlukan pengembangan kebijakan sosial yang bersifat khusus. Dalam perjanjian perdamaian pengakhiran perang dunia pertama; the Peace Treaty of
Versailles pada 1919 dibentuklah the International Labour Organisation ILO. Pendirian Organisasi Perburuhan Internasional ini dilandaskan
kepercayaan bahwa perdamaian yang lebih langgeng harus dibangun berdasarkan keadilan sosial. Berkembangnya legislasi bidang perburuhan di banyak negara
juga terdorong oleh krisis ekonomi malaise, 1930-an dan pengabaian hukum secara massif oleh pemerintahan Nazi-Jerman. Presiden Amerika Serikat,
Roosevelt, pada akhir Perang Dunia ke-2 mendeklarasikan four freedoms empat kebebasan yang terkenal, dalam hal mana kebebasan ke-empat, freedom from
want kebebasan dari kemiskinan merujuk pada keadilan sosial. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia
Universal Declaration of Human Rights; 1948 dengan tegas menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
67
hak-hak sosial adalah bagian dari hak asasi manusia. Negara-negara Eropa mengembangkan Negara kesejahteraan di mana warga-negara dilindungi oleh
pemerintah dari sejak lahir sampai mati from the cradle to the grave. ILO terus menambah jumlah konvensi dan mengembangkan satu
International Labour Code yang mencakup semua persoalan yang terkait dengan perburuhan. Sekalipun demikian, selama dan pasca krisis minyak bumi di 1970-
an, hukum perburuhan dan jaminan sosial tampaknya telah mencapai puncak perkembangannya. Pada masa itu pula ditengarai adanya sisi lain dari
perkembangan sistem perburuhan : perlindungan yang terlalu ketat kiranya menyebabkan berkurangnya daya saing industri dan kelesuan pekerja.
Pada 1990-an, kejatuhan dan kehancuran sosialis di Negara-negara Eropa Timur mendorong gerakan liberalisasi. Dalam konteks menanggapi tuntutan
globalisasi dikembangkanlah Undang-undang Perburuhan Eropa. ILO memperbaharui konvensi-konvensi yang ada dan menekankan pentingnya
sejumlah hak-hak buruh yang terpenting core labour rights. Sekalipun undang- undang perburuhan Eropa merupakan satu contoh nyata yang mencerahkan bagi
banyak Negara berkembang, ihtiar perbaikan atau pemajuan standard sosial di Negara-negara tersebut masih berjalan sangat lambat. Sejak 1970-an, Bank Dunia
maupun PBB lebih memperhatikan pemajuan hak-hak sosial dan ILO mendorong dan mendukung perkembangan sosial di Negara-negara berkembang.
Sejarah Gerakan Buruh Di Indonesia
Zaman Kolonial Belanda Abad ke 19 merupakan abad paling revolusioner dan penuh sejarah di
negeri kepulauan yang dikenal Indonesia. Di awal abad itu Konsep negara dipersiapkan oleh Herman Willem Daendels 1808-1811. Pada abad ini pula pola
sistem sosial kapitalistik terbentuk di Indonesia. lembaga keuangan seperti NHM dan Javasche Bank didirikan dalam upaya menghancurkan hegemoni komersil
Inggris. Pada zaman ini tampil pengusaha-pengusaha Eropa mengelola SDA
Universitas Sumatera Utara
68
Industri perkebunan dan pabrik, dimana kaum bumiputera disiapkan jadi buruh, ini lah pertamakalinya kemunculan buruh di Indonesia.
Sejarah gerakan buruh di Indonesia dimulai sejak zaman kolonial hindia belanda moment pentingnya adalah 1830-1870 dimana produk hukum kolonial
belanda dikecetuskan cultuurstelsel. Sementara tahun 1870 dirancangnyaAgrarische wet. Sementara pada zaman liberalisme sampai ke
zaman Reformasi adalah periode yang sangat panjang, tiap-tiap masanya mempunyai perbedaan walau pada esensinya buruh selalu mengalami
ketertindasan, namun hal inilah yang membuat betapa pentingnya untuk mengkaji ulang bagaimana sejarah gerakan di Indonesia
40
Pada masa ini telah ada industrial kapitalistik hubungan modal antara buruh dengan pengusaha untuk memproduksi barang secara masal sejak tahun
1830 .
41
40
Edi Cahyono dan Soegiri. Gerakan Serikat Buruh. Hasta Mitra. 2003.
41
ibid, hlm 106
. Pada tahun 1842 terjadi rotasi penanaman tebu di kabupaten Batang keresidenan Pekalongan dan menjalankan politik perluasan penanaman tebu.
Sehingga pada saat itu memerlukan tenaga kerja yang banyak. Sejumlah masyarakat desa tersebut melakukan kerja. Tetapi tenaga kerja yang membuka
dan mengelola lahan itu tidak dibayar dengan alasan karena belum cukup melunasi pajak natura tebu yang ada dalam kontrak kerja. Oleh karena itu planter
penanam tebu tidak mau melunasi dan bahkan para planter melakukan tuntutan untuk kenaikan upah. Sementara di Yogjakarta pada tahun 1882 terjadi mogok
buruh yang berturut-turut. Pertama tahun bulan juli 1882 sasaran 4 pabrik, kedua agustus 1882 5 pabrik dan perkebunan ketiga oktober 1882, melanda 21
perkebunan. Isi tuntutan buruh tersebut adalah kenaikan Upah, kerja yang berat, kerja jaga tiap hari 1 hari dalam 7 hari, upah tanam yang tidak sering dibayar,
harga bambu dari petani terlalu murah serta pegawas belanda memukuli buruh. Pada abad ke 19 cenderung tulisan-tulisan ilmiah mengangkat persoalan proses
petani.
Universitas Sumatera Utara
69
Sementara petani hindia belanda adalah petani yang dikategorikan buruh tani atau miskin. Konsep tentang kepemilikan tanah akan mempengaruhi
perkembangan buruh di hindiaIndonesia. Van des bosch adalah pranata pribumi. Dalam mengelolah tanah digunakan ikatan adat. Artinya tuan-tuan tanah di desa-
desa dijadikan alat untuk melanggengkan perampasan tanah rakyat. Penghidupan rakyat semakin sengsara akibat dari sistem tanam paksa yang diterapkan Van Des
Bosch, ia memadukan antara perkebunan dan pertanian. Tetapi perlu diingat bahwa STP tidaklah mempunyai keinginan membangun industri nasional. Mereka
hanya membangun komoditi-komoditi yang dibawa dari luar untuk dikelola pribumi secara paksa.
Kenyataannya jauh lebih menindas daripada hukumnya sendiri yang mengesahkan penindasan tersebut. Tanah yang diserahkan oleh petani pada
kenyataannya tidaklah 15 melainkan 23 bahkan terkadang seluruhnya; bekerja wajib tidak 66 hari melainkan paling minimal tiga bulan dan tanpa dibayar.
Mereka hanya diberi makan dan tempat tinggal diatas perkebunan yang menyerupai kandang kambing, sehingga banyak yang mati karena menderita
kelaparan dan terjangkit berbagai jenis penyakit. Sementara di sektor perkebunan, dikeluarkan apa yang disebut Poenale Sanctie, sebuah peraturan yang sangat
menindas para buruh yaitu keharusan bagi pekerja untuk tidak meninggalkan pekerjaan sebelum habis kontrak. Mobilisasi tenaga kerja besar-besaran dengan
cara paksa ini telah melahirkan golongan baru dalam masyarakat Indonesia yaitu klas buruh yang lahir dari pembukaan perkebunan besar dan pabrik-pabrik
manufaktur yang ada di jawa-sumatera-kalimantan-sulawesi. Dari hari ke hari klas buruh bertambah jumlah dan kualitasnya seiring dengan semakin banyaknya
petani kehilangan tanah, kerja paksa dan rendahnya pendapatan dari hasil pertanian. Demikian pula dengan pembangunan tranportasi modern seperti kereta
api telah melahirkan buruh kereta api. Berdirinya bengkel mesin telah melahirkan buruh bengkel, bertambahnya
buruh-buruh pelabuhan, buruh angkut dan lain sebagainya. Hal ini sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
70
telah berlangsung sejak zaman Daendels dan Raffles. Inilah yang dinamakan dengan proletarisasi besar-besaran untuk kepentingan kolonial Belanda. Bedanya
proletar yang tercipta, bukan dari hubungan produksi kapitalisme, tapi feodalisme Indonesia yang dimanfaatkan oleh kolonialisme Belanda. Ini ditandai dengan
adanya penggunaan tuan tanah lokal dalam pelaksnaaan Sistem Tanam Paksa.
Setelah 1870 perkembangan industri semakin pesat. Zaman dikenal sebagai zaman liberal ini mendorong swasta eropa untuk datang ke Indonesia.
Sebagian perdagangan swasta mengambil ahli peran yang selama ini dilakukan Oleh NHM. Dalam hal ini investasi tidak hanya di jawa tetapi telah meluas ke
sumatera. Hal ini berbeda dengan di jawa. Dimana di jawa ada proses mentranformasikan stuktur feodalkerajaan ke stuktur birokrasi kolonial.
Sementara di sumatera tidak perlu. Hal ini dikarenakan di daerah deli oleh jacobus nienhuys mendatangkan buruh dari semenanjung melayu. Tetapi pada
perkembangannya, karena buruh melayu mahal maka buruh didatangkan dari Jawa. Serikat-serikat buruh orang-orang eropa di hindia belanda berdiri sejak abd
ke-19. Berturut-turut lahir seperti nedelandsch-indish onderwijzers genotschap NIOG tahun 1897, SS bond di jawa, suikerbond 1960, Cultuurbond,
Vereeninging voor spooren tramweg personel in Ned-idie di semarang 1908. Suikerbond tahun 1909 di surabaya, Duanebond tahun 1911, postbond tahun
1912, pandhuisbond 1913. Faktor utama berdirinya pertumbuhan organisasi buruh adalah dimana di nederland sedang mengalami pertumbuhan gerakan buruh. Ciri-
ciri organisasi buruh pada masa itu adalah tidak diperbolehkan mendirikan
organisasi buruh di luar ijin dari kolonial belanda pasal 111 regeling reglement.
Memasuki pada tahun 1900, kolonial belanda menerapkan sistem politik etis di Indonesia. Politik ini seolah-olah dilahirkan sebagai balas budi terhadap
pribumi. Tetapi berdasarkan praktiknya, politik etis dibuat untuk mendukung kegiatan-kegiatan belanda di hindia belanda. Politik etis ini mempengaruhi
dinamika gerakan buruh di Indonesia dimana politik ini turut melahirkan kalangan
Universitas Sumatera Utara
71
baru di Indonesia, yaitu kaum intelektual. Damapaknya banyak organisasi buruh yang dibentuk oleh bumipoetra. PBP 1911, PGB 1912,PGIB 1912, PPPB
1914, ORB dan VIPBOUW 1916 serta PFB 1917. Sementara pada kalangan tinghoa dibentuknya Tiong Hoa Sie Gie yang kemudian mengalami pergantian
nama menjadi Kaum Boeroeh Bond FPB tahun 1917.
Perhimpoenan Kaoem Tani Boeroeh PKBT didirikan pada tanggal 1917 di lingkungan industri gula.organisasi ini dikembangkan oleh Porojitno yang
dibentuk oleh SI dan ISDV Surabaya tahun 1916. Kemudia PKBT dipecah menjadi PKT dan PKBO. PKBO kemudian melebur PFB yang dibentuk oleh
Soerjopranoto. Pada tahapan berikutnya, VSTP 14 Nov 1908 di semarang oleh 63 ribu buruh imfor dari eropa yang bekerja pad 3 jalur kereta api. Sedangkan
terobosan baru serikat buruh dipelopori agar bersatu pada sebuah Organisasi. Pada tahun 1919 Persatoean Pergerakan Kaoem Boereo PPKB digagas
oleh Sosrokardono yang kemudian Semaoen terpilih menjadi ketua dan Soejopranto sebagai wakil ketua. Jelaslah bahwa lahirnya PPKB di tengah-tengah
masyarkat, bagi gerakan buruh bangsa Indonesia Umumnya, berarti setingkat kemajuan dalam usaha pedoman-pedoman yang terpimpin. PPKB ini merupakan
induk pertama dari Orgnisasi buruh di Indonesia. Maksud dan tujuan dari didirikannya PPKB jelas dalam anggaran dasarnya pasal 2 yang berbunyi : Ia
bermaksud mengajak dan mengadakan persatuan antara sederajat kaum buruh supaya dapat suatu kekuasaan. Kekuasaan itu akan dipergunakan umumnya buat
memperhatian keperluannya kaum buruh dalam pekaranya lahir dan batin, yang pertama keperluannya yang sudah bersatu dalam PPKB. Dalam rencana
perjuangan yang disusun, menggambarkan sesuatu yang diinginkan buruh untuk menjamin kesejahteraan. Sementara program yang lain seperti jam kerja 8 jam
untuk siang, malam 6 jam untuk malam serta selama 14 hari libur setahu dengan mendapat bayaran. Disamping dari itu kecuali ketentuan-ketentuan jaminan sosial
seperti upah,pensiun,perawatan harus menjadi tanggung jawab pengusaha, yang
Universitas Sumatera Utara
72
terpenting adalah dalam politik. Dalam Pasal a gerakan Umum PPKB antar lain meliputi Sandra, 2007, hlm 16
42
1. Majelis rakyat yang anggota dipilih oleh rakyat
:
2. Kemerdekaan dalam dalam bersura dan mengutarakan pendapat.
3. Dikuasainya bank-bank, transportasi, pabrik oleh negara.
Pergeseran pandangan politik antara SI dengan ISDV sudah mulai menunjukkan pertentangan. Pokok persoalannya adalah selisih yang terletak pada
paham politik dimana SI beraliran keislaman sementara ISDV beraliran Komunis. Di dalam kongres SI yang ke V dan VI mengambil keputusan bahwasannya
membersihkan aliran politik di luar islam dari keanggotaan SI, disebit partij discipline. Perselisihan-perselisihan di tubuh pimpinan PPKB mempengaruhi
perkembangan organisasi.perbedaan pandangan politik akan melahirkan 2 aliran yang saling berkotradiksi. Saat kongres I di Semarang telah terjadi bibit
perpecahaan di tubuh PPKB, tinggal menunggu saatnya. Pertentangan yang semakin mendalam puncaknyaketika di Yokjakarta Juni 1921 koferensi dari
segala organisasi-organisasi yang berkesudahan pecahnya PPKB. Dengan terjadinya perpecahan di Internal PPKB, maka pihak yang
mengundurkan diri menyusun suatu kesatuan diantara mereka yang disebut Revolutation Vakcentral
43
Masa revolusi 1945 sampai ke “demokrasi terpimpin” pergerakan buruh banyak perkembangannya, dimana organisasi buruh banyak berafiliasi dengan
partai, Partai Buruh Indonesia PBI yang kemudian melakukan fusi dengan partai rakyat sosialisnya Sutan Sjahrir dan berubah menjadi Partai Sosialis. Melihat
. Sebagai ketuannya Semaoen, pengurus dari VSTP. VSTP menjadi keanggotaan yang paling banyak. Sementara anggota yang lain
terdiri dari perserikatakan-perserikatan kecil di Semarang.
42
Sandra. Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia.TURC. 2007
43
ibid. Hlm 18
Universitas Sumatera Utara
73
situasi demikian, Moeso beranggapan bahwa kedudukan PKI sebagai partai klas buruh dapelopor revolusi telah mengecil. Ada tiga Partai Klas Buruh yaitu PKI
oleh Joesoef, PBI dan Partai Sosialis, yang mengakui Marxisme-Leninisme dan tergabung dalam Front Demokrasi Rakjat FDR dibentuk 28 juni 1948
44
44
Edi Cahyono dan Soegiri, 2003 Op cit hlm 134
. Serikat Buruh dianggap sebagai sekolah untuk komunisme. Seiring dengan perkembangan
dinamika organisasi buruh yang tidak terlepas dari dinamika kepartaian aliran kiri, sehingga jalan yang dipilih adalah mengadakan hanya 1 kepartaian yang legal dari
klas buruh. PKI yang didirikan oleh Moeso digantikan dengan PKI baru. Itu dibangun oleh Moeso, Pamudji, Sukajat, Abdul Azis, Abdul Rachim, Amir
Sjarifuddiin dkk. FDRPKI melakukan Proklamasi madiun pada 18 september 1948 yang
berakibat pembataian terhadap organisasi ini oleh pemerintahan RI. Pun demikian angota-anggota yang selamat dari pembantian di awal 1950 menjalankan lagi
tugasnya kembali PKI di bawah pimpinan D.N aidit. Pada tanggal 15 september 1945, Barisan Buruh Indonesia BBI di dirikan di jakarta. Dalam pidato
pendiriannya mengatakan bahwa perlunya persatuan barisan kaum buruh supaya nantinya mempermudah pekerjaan-pekerjaan serikat buruh dan Partai buruh. BBI
kongres di Solo pada tanggal 7 november 1945. Resolusi kongres adalah peleburan BBI ke Partai Buruh Indonesia PBI dengan kedudukan di Surabaya.
Tetapi berdasarkan rapat selanjutnya BBI dihidupkan. Melihat perkembangan organisasi buruh dan partai buruh semakin pesat, tentara Inggris dan Belanda
membentuk Buruh Indonesia sebagai tandingan Buruh progesif yang berflat kuning. Pada tahun 1946 BBI diganti dengan Gabungan Serikat Buruh Indonesia
GASBI. Sebagaian dari PBI memisahkan diri dan mendirikan Partai Buruh Merdeka PBM. Sewaktu ketika PBI bergabung dengan PKI. Kemudian PBM
berubah nama menjadi Partai Murba.
Universitas Sumatera Utara
74
Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia SOBSI dibentuk pada tanggal 29 november 1946 merupakan gabungan dari organisasi buruh GASBI
dan GSBV. Dalam perkembangannya, SOBSI Organisasi Buruh yang Paling besar yang beranggotakan 2,5 juta 1950-an. Pasca dari perjanjian linggar jati
SOBSI mengalami perpecahan. Sehingga membentuk Gabungan Serikat Buruh revolusioner Indonesia GASBRI. Organisasi keislaman juga ikut serta di dalam
pembentukan Organisasi Buruh yaitu Serikat Buruh Islam Indonesia SBII yang dibentuk oleh masjumi. Prinsip perjuangannya bahwa perjuangan buruh berbeda
dengan perjuangan politik. Organisasi ini menegakkan Agar buruh dan Majikan berkompromi walau kehidupan buruh masih sekarat. Pada intinya Serikat ini
Menginginkan kontrol dan menghancurkan Serikat yang berpolitik. Kebijakan Perburuhan Di Zaman Kolonial Belanda
Dari bernagai macam literatur yang ada dijelaskan bahwa sistem perburuhan Indonesia dimulai dengan zaman perbudakan, rodi dan poenale sactie.
Pada zaman perbudakan orang yang melakukan pekerjaan pada orang lain, yaitu budak tidak memiliki hak apapun. Para budak hanya mempunyai kewajiban untuk
melakukan segala pekerjaan dan melakukan segala perintah tanpa sekalipun boleh menentangnya, sedangkan sang majikan sebagai pihak yang berkuasa betul-betul
mempunyai hak penuh, bukan saja terhadap perekonomiannya namun juga terhadap hidup matinya para budak itu sendiri
45
1. Pasal 114 berisi larangan jual beli budak dari luar Indonesia Hindia
Belanda . Melihat kondisi tersebut diatas
terdapat suatu usaha penghapusan perbudakan yang dilakukan oleh Raffles. Usaha ini membuahhkan lahirnya S.1817 Nomor : 42 yang bersisi larangan untuk
memasukan budak-budak ke pulau jawa. Kemudian Tahun 1818 ditetapkan pula undang-Undang Dasar Hindia Belanda yaitu RR Regeling Reglement 1818 yang
beberapa pasalnya menyatakan sebagai berikut :
45
Zainal Asikin dkk, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : Rajawali Pers, hal. 10
Universitas Sumatera Utara
75
2. Pasal 115 berisi perintah untuk mengadakan peraturan-peraturan mengenai
perlakukan terhadap keluarga budak. Pelaksanaan peraturan tersebut diatas diatur dalam beberapa peraturan
pelaksana, salah satunya adalah S.1825 Nomor 44. Selanjutanya pengaturan tersebut diubah yaitu pada Tahun 1836 dengan dikeluarkannya RR 1836
selanjutnya RR 1854 yang didalam pasal 115-117 tegas-tegas menghendaki agar perbudakan segera dihapuskan paling lambat 1 januari 1860
46
Zaman rodi kerja paksa sendiri mulai terjadi bersamaan dengan zaman perbudakan, dan resminya berakhir untuk jawa dan Madura tangaal 1 Februari
1938 .
Selain dari budak pada zaman ini dikenal juga peluruhan dan perhambaan. Peluruhan adalah ketidakbebasan sesorang karena terikatnya pada suatu kebun
tertentu. Orang-orang ini bersama dengan orang-orang cina dan para budak diharuskan menanam pala yang harus dijual kepada VOC, dengan harga yang
telah ditentukan. Sedangkan perhambaan adaalah bekerjanya sesorang pada orang lain tanpa upah karena orang lain itu pernah meminjam uang kepada orang lain
tersebut dan tidak mampu membayarnya maka ia bekerja kepada orang tersebut sebagai usaha mengansur pengembalian utangnya.
Pada tahun 1616 VOC melakukan pelarangan mengenai perhambaan ini, pada tahun 1808 Daendels mempartegas, larangan ini berlanjut dengan adanya RR
1818, samapi akhirnya pada tahun 1822 lahir Staatsblaad Nomor 10. Yang kemudian staatsblaad ini diperteguh pada tahun 1854 di daerah jawa dan Madura
dengan adanya pasal 118 RR 1854 yang kemudian menjadi pasal 172 Indische Staatsregeling 1926.
47
46
Ibid., hal 13
47
Imana Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja Perlindungan Buruh, Cet.V, Jakarta : Pradya Paramita, 1983., hal.15
. Kerja rodi ini dimasudkan untuk kepentingan penguasa dimana penguasa memaksa rakyat untuk bekerja tanpa mengenal prikemanusiaan. Kerja rodi ini
Universitas Sumatera Utara
76
dijalankan di bidang perkebunan, bangunan-bangunan untuk kepentingan penguasa, pembuatan pabrik-pabrik, pengangkutan benda-benda berat untuk
kepentingaan militer dan lain-lain. Pada zaman penjajahan ini terdapat juga Poenale Sanctie. Yaitu suatu
peraturan perburuhan yang didalamnya mengatur adanya ancaman pidana. Ponale Sanctie ini diatur dalam Algemene Politie Strafreglement 1872 Nomor 111, yang
menentukan : seorang tiada alasan yang dapat diterima meninggalkan atau menolak melaksanakan pekerjaannya dapat dipidana dengan denda antara 16
sampai 25 rupiah atau denda rodi 7-12 hari. Peraturan ini lahir untuk menjaga kepentingan pengusaaha dimana ketika itu perusahaan-perusahaan perkebunan
mengalami kesulitan mendapatkan buruh karena adanya rodi, kemudian atas izin penguasa pada saat itu pegusaha dapat melakukan perjanjian kerja dengan
penguasa sebagai contoh dengan kepala desa. Akan tetapi perjanjian ini malahan berkembang dan dijadikan alat penguasa untuk melakukan pemerasaan,
pemaksaan dan perbuatan-perbuatan lain yang tidak layak bagi kemanusiaan sampai akhirnya menyebabkan banyaknya buruh-buruh yang melariikan diri dari
tempat kerjanya untuk itulah Poenale Sanctie lahir. Zaman Kolonial Jepang
Segera setelah kedatangan mereka di Indonesia, para pembesar militer jepang membubarkan semua jenis organisasi rakyat Indonesia, hanya organisasi-
oraganisasi untuk mendukung usaha perang jepang yang diperkenankan dan didorong
48
Banyak pemimpin serikat buruh yang yakin bahwa pada akhirnya sekutu akan memenangkan perang tentara jepang akan meninggalkan negeri ini dan
. Partai-partai politik dan serikat-serikat buruh sepenuhnya bertentangan dengan kebijakan jepang,demikianlah selama seluruh periode jepang
gerakan serikat buruh di tindas.
48
Tedjasukmana Iskandar, Watak Politik Gerakan serikat Buruh Indonesia, TURC, Jakarta; 2008 hal 28
Universitas Sumatera Utara
77
Indonesia akan merdeka, mulai menyusun rencana untuk masa depan. Banyak dari mereka bergabung pada gerakan di bawah tanah yang dipimpin oleh kaum
sosialis, komunis dan sekelompok nasionalis. Orang-orang indonesia ini menolak bekerjasama dengan jepang. Sebaliknya mereka terlibat dalam suatu kampanye
propaganda ilegal, memberitahukan kepada rakyat bahwa usaha perang jepang adalah sesuatu yang tiada berpengharapan dan bahwa demokrasi pasti menang
dalam jangka panjang. Tokoh serikat buruh lainnya berpartisipasi dengan kaum nasionalis di dalam persiapan-persiapan untuk pendirian suatu Indonesia merdeka
menurut pola jepang, tetapi yang disusun oleh Dr soekarno dan Dr moh hatta dengan cara mereka sendiri.
Zaman Orde Lama Semangat kemerdekaan untuk melakukan perlindungan kepada rakyat
khususnya kepada buruh tertuang dalam Undang-Undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan” selanjutnya juga tertuang dalam Pasal 28 “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang”. Semangat mempertahankan kemerdekaan juga dikongkritkan oleh
pemerintah dengan memperhatikan nasib para buruh yaitu dengan dikeluaarkannya Undang-undang Kerja No.12 Tahun 1948 yang diperkuat dengan
Undang-Undnang No.1 Tahun 1951 dinyatakan berlaku untuk seluruh Indonesia, Undang-Undang No.23 Tahun 1948 tentang Pengawasan Perburuhan yang juga
diperkuat dengan Undang-Undang No.21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara serikat buruh dengan pengusaha, Undang-Undang No.12 tahun
1954 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta, Undang-Undang No.14 Ttahun 1969 mengenai ketentuan pokok tenaga kerja, undang-Undang
No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja. Selanjutanya semangat untuk melakukan perlindungan kepada rakyat pemerintah juga mengeluarkan peraturan-
Universitas Sumatera Utara
78
peraturan pelaksana undang-undang tersebut, diantaranya adalah Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1948 untuk Undang-Undang Kerja Tahun 1948,
Peraturan Pemerintah Noo.13 Tahun 1950 tentang Waktu Kerja dan Istirahat, Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 1954 tentang Istirahat Tahunan bagi Buruh,
Peraturan Pemerintah no.41 Tahun 1953 tentan kewajiaban melaporkan perusahaan dan Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 1988 untuk Undang-undang
Kecelakaan No.33 Tahun 1947, Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang pertanggungan sakit, hamil, bersalin dan menginggal dunia, serta Peraturan
Pemerintah No.33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial tenaga Kerja. Usaha-usaha melakukan perlidungan terhadap buruh ini tidak terhenti
sampai disitu, pemerintah selanjutnya meratifikasi hasil-hasil konferensi ILO, antara lain konvensi No.98 Tahun 1949 mengenai dasar-dasar hak untuk
berorganisasi dan untuk berunding bersama Lembaran Negara RI No.42 Tahun 1956. Konvensi No.100 Tahun 1951 tentang pengubahan yang sama bagi buruh
laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama Lembaran Negara RI No.171 Tahun 1957 Konvensi No.106 Tahun 1957 tentang istirahat, mingguan dalam
perdagangan dan kantor-kantor Lembaran Negara RI No.14 Tahun 1961. Konvensi No.1120 Tahun 1964 tentang hygine dalam perniagaan dan kantor-
kantor Lembaran Negara RI No.14 Tahun 1961
49
Substansi semua undang-undang ini lahir dikarenakan pada saat itu posisi gerakan buruh cukup dominan secara politis. Selama Orde Lama, banyak
pemimpin serikat buruh duduk di parlemen. Bahkan hingga tahun 1956 terdapat Fraksi Buruh khusus di Parlemen yang anggotanya terdiri dari para pemimpin
SOBSI. Tercatat Fraksi di DPRS menurut catatan tahun 1954: Masjumi 43 orang; PNI 42 orang; PIR-Hazairin 19 orang 22 orang; PIR-Wongso 3 orang ; PKI
17 orang; PSI 15 orang; PRN 13 orang; Persatuan Progresif 10 orang; Demokrat 9 orang; Partai Katolik 9 orang; NU 8 orang; Parindra 7 orang; Partai Buruh 6
.
49
Zainal Asikin dkk, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : Rajawali Pers, Hal 28-29
Universitas Sumatera Utara
79
orang; Parkindo 5 orang; Partai Murba 4 orang; PSII 4 orang; SKI 4 orang; SOBSI 2 orang; BTI 1 orang; GPI 1 orang; Perti 1 orang; Tidak berpartai 11
orang, total 235 orang
50
Pasca tahun 1965, dimana rezim pemerintahan dimpimpin oleh Soeharto sistem perburuhan mengalami kemunduran. Kemunduran-kemunduran ini
disebabkan oleh posisi buruh yang terus melemah dan lebih rendah daripada yang pernah terjadi dalam sejarah sebelumnya. Pada saat itu keterlibatan buruh dalam
lembaga parlemen dihapuskan salah satunya dengan cara membekukan sementara 62 orang anggota DPR-GR eks PKI dan ormas-ormasnya pada tahun 1965-1966
sampai dengan pada tahun 1977 rezim pemerintahan Soeharto membatasi partai .
Dengan komposisi tersebut diatas kepentingan kelas pekerja dapat tersampaikan dan di akomodir lewat kelahiran-kelahiran produk kebijakan yang
pro buruh akan tetapi, model akomodasi seperti ini tidak sempat menunjukkan hasil maksimalnya karena secara politis Orde Lama telah ditumbangkan oleh
rejim Soeharto dan karena tak tersedianya birokrasi pendukung yang memadai. Dan aspek lain yang dapat menjelaskan kegagalan model akomodasi pada zaman
ini adalah karena masalah perburuhan hubungan industrial sangat dipolitisasi, dipandang pertama-tama sebagai soal memenangkan kekuasaan di Parlemen.
Dengan pandangan seperti itu, target serikat buruh waktu itu juga bersifat politis dalam arti berkolaborasi dengan partai politik dan menguasai proses pembuatan
perundang-undangan di parlemen. Ini terbukti dengan keberhasilan buruh membentuk Fraksi Buruh di Parlemen. Kelemahan utama asumsi seperti ini
adalah kenyakinan bahwa undang-undang akan menyelesaian hubungan buruh dan majikan yang pada dasarnya atau terutama berkarakter ekonomis.
Zaman Orde Baru
50
http:www.parlemen.netinddpr_sejarah.php
Universitas Sumatera Utara
80
yang dapat mengikuti pemilu hanyalah Partai Golongan Karya Golkar, Parta Persatuan Pembangunan PPP dan Partai demokrasi Indonesia PDI
51
Orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto ini berorientasi menggerakan kembali roda ekonomi yang bertumpu pada pasar, sehingga lebih melindungi para
investor ketimbang buruh. Rezim pemerintahan Soeharto menerapkan strategi modernisasi sifensif defensive modernisatiton dimana penguasa berusaha
mengatur segalanya dan mengontrol oeganisasi buruh untuk mengejar pertumbuhan ekonnomi
52
1. Undang-Undang No.3 Tahun 1969 menyatakan berlakunya konvensi ILO
No.120 tentang Hygine dalam perniagaan dan kantor-kantor . Agenda utama rejim Orde Baru adalah mencegah
kebangkitan kembali gerakan berbasis massa seperti gerakan buruh yang terlihat selama Orde Lama pada saat kemerdekaan dan pasca kemerdekan 1945. Motif
utama Orde Baru sejak awal adalah melakukann kontrol terhadap semua jenis organisasi yang berbasis massa, entah partai politik maupun serikat buruh, kontrol
politik penguasa terhadap buruh terutama dimaksudkan untuk menghapuskan pengaruh aliran kiri dari gerakan buruh dan arena politik secara luas.
Ciri utama akomodasi buruh-majikan-negara selama Orde Baru adalah kontrol negara yang sangat kuat atas organisasi buruh dan pengingkaran terus-
menerus kelas buruh sebagai kekuatan sosial. Dengan orientasi pemerintahan rezim Soeharto tersebut diatas maka produk-produk hukum yang dilahirkan
adalah sebagai berikut :
2. UU No.5 Tahun 1969 yang menentapkan Peraturan Presiden No.7 Tahun
1963 tentang Pencegahan pemogokan dan atau Penutupan Perusahaan Lock Out di perusahaan-perusahaan jawatan-jawatan dan badan-badan
yang vital 3.
Undang-Undang No.14 Tahun 1969 Tentang Tenaga Kerja
51
http:www.parlemen.netsiteldetails.php?docid=dpr
52
Marsen. S. Naga, Hukum Sebagai Perangkap Gerakan Buruh, Sedane, Jurnal Kajian Perburuhan, Vol 1 No.1, Desember, 2002., hal. 19
Universitas Sumatera Utara
81
4. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
5. Undang-Undang No.8 Tahun 1974 mengenai Pokok-Pokok Kepegawaian
6. Undang-Undangf No.7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketengakerjaan
7. Undang-Undang No.5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
8. Undang-Undang No.11 Tahun 1992 mengenai Dana Pensiun
9. Undang-Udang No. 3 Tahun 1993 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
10. Undang-Undang No.25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan
11. Undang-Undang No.11 Tahun 1998 mengenai Perubahan berlakukanya
Undang-Undang No.25 Tahun 1997 12.
Dalam UU No.51 Tahun 1969 tersebut diatas diatur mengenai larangan mogok atau penutupan perusahaan jawatan, pengaturan ini disertai suatu
sangsi yang cukup berat yaitu denda kurungan selama-lamanya satu tahun, serta setinggi-tinginya denda lima puluh juta rupiah.
Selain dari peraturan perundang-udangan tersebut diatas masih terdapat 13 Surat Keputusan Menteri yang isinya campur tangan dalam rangka
menghegemoni buruh, membatasi, melarang, dan menekan buruh, diantaranya adalah Kepmen No.645Men1985 tentang Pelaksaan Hubungan Industrial
Pancasila. HIP yang berasal dari Hubungan Perburuhan Pancasila HPP hakekatnya adalah melemahkan gerakan buruh maupun serikat buruh. Dengan
menentang konflik dimana dalam praktek juga menolak hak untuk melakukan aksi mogok karena dianggap tidak selaras dengan prinsip kekeluargaan yang
melandasi Pancasila. Sedangkan ketentuan lainnya yaitu Kepmen 4Men1986 secara tegas menekan dan membatasi hak mogok dan kebebasan membentuk
seikat buruh, Kepmen 342Men1986 melegalkan campur tangan aparat keamanan dalam menangani perselisihan perburuhan Korem, Kodim, Kores.
Memang secara sekilas terdapat beberapa peraturan yang dilahirkan dalam rangka perlindungan terhadap buruh, akan tetapi apabila kita telaah lebih dalam
berbagai peraturan tersebut justru mengurangi hak-hak buruh. Salah satu bukti kongkritnya adalah Permenakertrans 6Men1985 tentang Pekerja Harian Lepas
Universitas Sumatera Utara
82
dimana diatur tentang syarat yang menentukan pekerja harian lepas tidak boleh melebihi 3 bulan berturut-turut dan 20 hari kerja dalam setiap bulannya maka
dengan ini membuka peluang untuk mengeksploitasi buruh dan membuatnya tetap dalam posisi buruh harial lepas yaitu dengan cara dipekerjakan dengantidak
berturut-turut selama 3 bulan. Selanjutnya Pelemahan posisi buruh ini juga dilakukan dengan cara
mengeluarkan satu produk hukum perburuhan yang isinya hanya mengakui satu serikat buruh di Indonesia yaitu Serikat Pekerja Seluruh Indonesia SPSI yang
dulunya bernama Federasi Buruh Seluruh Indonesia tepatnya pada tahun 1973. Menurut Peraturan Menakertranskop No. 01Men1975 tentang
Pendaftaran Organisasi Buruh yang berlaku pada masa Orde Baru, Serikat Buruh baru diakui oleh Pemerintah jika Serikat Buruh tersebut berbentuk gabungan
Serikat Buruh yang sekurang-kurangnya memiliki satu pengurus di tingkat nasional, 20 pengurus di tingkat Daerah Propinsi, 15 Serikat Buruh Lapangan
Pekerjaan yang disusun secara vertikal dari Pusat sampai Unit Kerja Tingkat Perusahaan. Dengan demikian serikat buruh yang diakui pemerintah hanyalah
serikat buruh yang berbentuk federatif yaitu serikat buruh yang secara horizontal memiliki sedikit-dikitnya 15 serikat buruh lapangan pekerjaan di berbagai sektor.
Secara vertikal memiliki 20 pengurus tingkat daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dengan kata lain yang dapat memenuhi syarat ini hanyalah
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia yang merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah
53
Kontrol negara terhadap serikat buruh berlangsung terus-menerus dan hal ini juga dilakukan dengan dukungan militer seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya yaitu dengan Kepmen 342Men1986, sekali lagi walaupun beberapa hukum perburuhan yang dibuat pada masa Orde Lama sebagian masih
.
53
Aloysius Uwiyono, Dinamika Ketentuan Hukum Tentang Pesangon, http:www.anggreklawfirm.co.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=43Itemid=9
Universitas Sumatera Utara
83
diberlakukan akan tetapi karena aparat pemerintahan berikut sistem pemerintahannya sudah berganti maka dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
keinginan pengusaha. Ketika negara Indonesia mengalami krisis ekonomi maka pemerintah
Indonesia melakukan peminjaman dana talangan kepada lemabaga International Monetery Fund IMF. Sehingga pemerintah selanjutnya memiliki kewajiban
untuk melakukan sejumlah agenda ekonomi neoliberal melalui penandatanganan Letter Of Intent sebagai prasyarat pencairan dana talangan yang disediakan oleh
International Monetery Fund IMF. Peran aktif pemerintah yang cukup aktif seperti yang disebutka diatas diganti dengan peran yang minimalis serta non
intervensionis. Dengan asumsi liberalisasi pasar maka intervensi pemerintah ini yaitu perlindungan terhadap buruh dianggap akan menjadi hambatan, maka hal
tersebut haruslah diserahkan pada mekanisme pasar. Zaman Reformasi dan Pasca Reformasi
Zaman reformasi dan pasca reformasi banyak bermunculan serikat buruh baik yang mainset berfikirnya nasional ataupun lokal, tercatat ada 3 konfederasi
serikat pekerjaburuh yaitu : Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia KSPSI yang terdiri dari 16 federasi, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
KSPI yang terdiri dari 7 federasi, dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia KSBSI yang terdiri dari 11 federasi. Sementara ada juga konfederasi
yang belum mencatatkan organisasinya contohnya Konfederasi Serikat Buruh Indonesia KASBI dan Gabungan Serikat Buruh Indonesia GSBI. Reformasi
juga melahirkan 98 federasi di Indonesia yang berasl dari pecahan konfederasi ataupun federasi baru yang dibentuk contohnya SPSI Reformasi, SPLEM, SP
Kehutanan, SPSI Kalibata, SPSI yoris, dsb dan tercatat ada ribuan serikat buruh atau serikat pekerja local yang tidak berafiliasi ke federasi ataupun konfederasi
nasional.
Universitas Sumatera Utara
84
Sistem ekonomi dunia pada pertengahan tahun 1990-an mulai menekan negara-negara berkembang untuk membuka pasar seluas-luasnya. Di akhir tahun
1990-an negara-negara berkembang mengalami krisis ekonomi yang merupakan imbas dari negara-negara maju. Krisis ini berdampak bergantinya kekuasaan
pemerintahan di Indonesia. Reformasi ini dibangun diatas kerapuhan perekonomian orde baru dengan orientasi pembangunan sesuai pandangan umum
yaitu pembuatan utang, privatisasi, dan liberalisasi. Hal ini ditujukan untuk mencapai dua hal : pertama, untuk menutup kesenjangan antara tingkat tabungan
masyarakat dengan kebutuhan investasi saving investment gap. Kedua ; khusus untuk utang luar negeri, untuk memanfaatkan suku bungan murah yang
ditawarkan oleh berbagai paket pinjaman oleh sindikat negara-negara kreditur dan lembaga keuangan multilateral tersebut
54
Dalam mengejar pertumbuhan ekonomi maka pemerintah dibawah kepemimpinan Megawati melakukan pengaturan kebijakan ulang atau deregulasi,
untuk mendukung masuknya investasi ke Indonesia dengan mendorong terciptanya tenaga kerja yang flesibel. Memang beberapa peraturan perburuhan
awalnya dibuat untuk melindungi kepentingan buruh sebagai imbas dari eforia reformasi, salah satunya adalah Kepmen 150 tahun 2000 tentang PHK
diperusahaan swasta. Kemudian secara perlahan-lahan beberapa peraturan produk orde lama dan produk orde baru digantikan, yaitu dengan dilahirkannya paket
hukum perburuhan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang No.2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial, dan Undang-Undang No.21 Tahun 2000 Tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh beserta peraturan-peraturan pelaksananya.
.
Sampai saat ini dalam pemerintahan SBY keadaan umum buruh masih jauh dari harapan dan terus mengalami kemunduran. Jangankan sejahtera,
pelanggaran hak normatif dan kasus perburuhan yang dialami buruh, Ponijo dari
54
Revrisond Baswir, Utang dan Imprealisme, On Line Http:www.Ekonomirakyat.orgartikel.htm.
Universitas Sumatera Utara
85
SBSI Leomenic misalnya sudah mencatat diitahun 2012 hingga 2013 sudah ada 200 lebih kasus perburuhan di tangani SBSI Leomenic. Dan dapat kita rasakan
sendiri, bagaimana kondisi kaum buruh, mayoritas buruh masih bermasalah di seputaran upah yang masih rendah tanpa adanya tunjangan dan bonus, minimnya
jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, dirumahkan dan di PHK secara sepihak, jam kerja lebihlembur yang tidak dibayar dengan sesuai aturan,
pemberlakuan sistem kontrak yang melanggar aturan, pelecehan di tempat kerja, tidak diberi hak untuk cuti ketika sakit, haid, melahirkan dan menyusui, dan
tidak diperbolehkan membangun organisasi yang selalu disertai dengan ancaman dan intimidasi. Sementara, kaum buruh harus menghadapi kenaikan harga
sembako, listrik, BBM, kenaikan biaya sewa kontrakan rumahkosan, mahalnya biaya sekolah dan biaya kesehatan, dan biaya kebutuhan hidup lainnya yang
semakin meningkat. Keadaan kaum buruh ini sangat berbanding terbalik dengan kaum pengusaha yang mengambil banyak keuntungan dari perampasan nilai lebih.
Universitas Sumatera Utara
86
BAB III POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA
Pengupahan di Indonesia mengalami gejolak penolakan dari tahun ketahun di Indonesia oleh para serikat buruh. UU no 13 tahun 2003 dianggap belum
mampu menjawab kesejahteraan buruh. Perdebatan tentang KHL yang diatur dalam permenakertrans no 13 tahun 2012 juga semakin carut marut,untuk
mengakomodir kepentingan antara pengusaha dan buruh maka dibentuklah sebuah lembaga tripartid antara pengusaha, buruh dan pemerintah yang bernama dewan
pengupahan, dewan pengupahan sendiri bertugas untuk melakukan survey tentang kebutuhan rill buruh dan kemampuan rill pengusaha dalam membayar upah, pada
perjalanannya dewan pengupahan yang berusaha mendudukkan pengusaha, buruh dan pemerintah dalam satu lembaga juga belum mampu menjawab kebuntuan
persoalan pengupahan di Indonesia, masih ada tekanan lain dari buruh yang masih belum puas dengan kinerja dewan pengupahan tentunya buruh masih belum
merasa terwakilkan kepentingannya dalam lembaga tripartid ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata di atas 6 enam persen
masih belum dirasakan buruh. Setiap akhir tahun sudah menjadi rutinitas tahunan buat buruh turun ke jalanan dan melakukan kampanye tentang upah yang layak,
pengusaha juga di setiap akhir tahun juga melontarkan pernyataan-pernyataan sebagai bentuk pembelaan tentang kondisi perekonomian Indonesia dan
kemampuan pembayaran upah, sementara pemerintah disibukkan dengan mengakomodir kepentingan kedua belah pihak karena kebijakan UMP adalah
kebijakan yang populis dan mencakup kehidupan rakyat secara luas, kontradiksi antara buruh dan pengusaha semakin terlihat jelas ketika upaya untuk mencari
kesepakatan bersama tentang upah terus saja berujung kebuntuan dan mendapat penolakan baik dari buruh maupun pengusaha. Maka dari itu pendapat dari
pengusaha, buruh dan pemerintah adalah penting untuk mencari tahu bagaimana proses penetapan upah minimum provinsi di provinsi sumatera utara tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
87
dan sejauh mana peranan tiap elemen dewan pengupahan daerah pengusaha, serikat buruh dan pemerintah provinsi sumatera utara dalam penetapan upah
minimum provinsi di provinsi sumatera utara, pendapat diperoleh dengan metode wawancara langsung dengan narasumber dengan teknik snowball dari perwakilan
tripartid di dewan pengupahan pengusaha, buruh dan pemerintah juga ditambah pimpinan serikat buruh yang tidak tergabung dalam dewan pengupahan tetapi
turut juga berpartisipasi dalam mengkawal kebijakan UMP provinsi sumatra utra tahun 2012.
Penelitian ini pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh data atau informasi yang sangat berguna untuk mengetahui persoalan politik
pengupahan dan memecahkannya atau mengembangkan ilmu pengetahuan politik terutama untuk peroalan sosial perburuhan di bidang penuahan.Dalam penelitian
ini untuk mengkaji tentang masalah pengupahan maka data dan informasi terkait pengupahan diperoleh dengan melakukan wawancara dengan serikat buruh,
serikat pengusaha dan pemerintahan provinsi sumatera utara dinas tenaga kerja dan transmigrasi provinsi sumatera utara.
Nelson Manalu, SH DPD KSPSI Sumatera Utara
Narasumber adalah salah seorang pengurus Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia KSPSI, saat ini narasumber menjabat sebagai wakil ketua
DPD SPSI sumatera utara, KSPSI sendiri mengklaim memiliki jumblah anggota sebesar kurang lebih 500.000 orang yang tersebar di 33 tiga puluh tiga
kabupaten kota di sumatera utara, SPSI juga bergabung dalam dewan pengupahan dan memberikan perwakilan sebanyak 4 empat orang dari 8 delapan
perwakilan buruh dalam lembaga dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara dan narasumber adalah sebagai salah satu perwakilan KSPSI dalam dewan
pengupahan, narasumber sudah 12 tahun bergabung dalam KSPSI dan 3 kali menjabat di dewan pengupahan sebagai perwakilan buruh, maka dari itu
Universitas Sumatera Utara
88
narasumber dianggap berpengalam dalam soal pengupahan dan mampu memberikan jawaban atas persoalan pengupahan di Indonesia
Pahala napitupulu DPD SBSI 1992 Sumatera Utara
Narasumber adalah seorang aktivis buruh dari organisasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 SBSI 1992 dan menjabat sebagai ketua DPD sumatera
utara, narasumber sudah aktif di gerakan buruh sejak 1990-an, pada saat itu narasumber masih bergabung di Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia
KSBSI yang kemudian terpecah dan salah satunya adalah SBSI 1992, narasumber pernah tergabung dalam dewan pengupahan daerah provinsi sumatera
utara hingga tahun 2002, dan hingga 2012 baru SBSI 1992 dapat menempatkan satu anggotanya menjadi perwakilan buruh di dewan pengupahan daerah provinsi
sumatera utara. Pahala napitupulu juga adalah aktor dibalik terbentuknya dewan buruh sumatera utara DBSU yang aktif mengkritisi pemerintah dan pengusaha
soal pengupahan, namun kini DBSU sudah bertransformasi menjadi PekerjaBuruh Melawan PBM dan pahala napitupulu juga masih terlibat aktif
dan membangun gerakan buruh untuk mengkritisi kebijakan upah yang dianggap belum berpihak pada buruh.
Baginda Harahap DPP SBMI Sumut
Narasumber adalah seorang aktivis buruh dari organisasi Serikat Buruh Metal IndependenSumatera Utara SBMISumut dan menjabat sebagai ketua DPP
sumatera utara, narasumber sudah aktif di gerakan buruh sejak 1995, awalnya beliau adalah seorang buruh yang aktif bekerja di sebuah pabrik, dikarenakan rasa
simpatik yang tinggi terhadap kaum buruh dan dibantu organisasi non- pemerintahan NGO KPS maka didirikanlah sebuah organisasi buruh yang
independen yang bernama Serikat Buruh Metal Independen Sumatera Utara SBMI Sumut.Namun SBMI Sumutkini sudah terpecah menjadi 6 enam
organisasi yang berbeda dikarenakan persoalan internal organisasi.
Universitas Sumatera Utara
89
Jony Sitanggang APINDO Sumut
Selain sebagai seorang pengusaha, narasumber adalah salah seorang pengurus organisasi pengusaha yang bernama Asosiasi Pengusaha Indonesia
sumatera utara APINDO Sumut. Dalam kepengurusan APINDO beliau menjabat sebagai ketua bagian hubungan industrial. Pada tahun 2012 bapak Jony
Sitanggang adalah salah satu dari 8 delapan perwakilan APINDO sumut di dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara.
Ririn Bidasari SH, M Hum DisnakerTrans Sumatera Utara
Narasumber adalahseorang pegawai negri sipil di dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi Provinsi sumatera utara bagian hubungan industrial, selain itu
narasumber juga adalah dosen fakultas hukum di universitas medan area khususnya hukum perburuhan, pada 15 maret 2012 beliau tergabung dalam dewan
pengupahan daerah provinsi sumatera utara dan menjabat sebagai anggota sekretariat dewan pengupahan provinsi sumatera utara periode 2012-2015.
3.1 Penetapan UMP di Sumatera Utara Tahun 2013