Membaca Pemahaman Deskripsi Teori

3. Evaluasi Kemampuan Membaca Pemahaman

Tes kemampuan membaca pemahaman dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Tes kemampuan membaca pemahaman ini apabila dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca berbagai materi bacaan dengan tujuan yang telah ditentukan. Penyusunan tes pembelajaran membaca pemahaman pada penelitian ini disusun berdasarkan pada taksonomi Barret Zuchdi, 2012: 76. Taksonomi Barret merupakan taksonomi yang khusus diciptakan untuk tes pemahaman bacaan. Supriyono 2009: 1 menyatakan bahwa taksonomi Barret memiliki lima tingkatan komprehensi bacaan yaitu: 1 Pemahaman literal Pemahaman literal merupakan tingkat pemahaman paling rendah. Pada pemahaman literal, guru membimbing siswa agar dapat memahami pokok-pokok pikiran dan informasi yang tersurat dalam wacana. Pembaca siswa hanya menangkap makna secara eksplisit yang terdapat dalam wacana. 2 Reorganisasi Reorganisasi merupakan pemahaman yang menghendaki siswa untuk menganalisis, mensintesis dan menyusun informasi yang dinyatakan secara tersurat dalam wacana atau bacaan. Siswa dapat meringkas pernyataan pengarang untuk mengetahui tingkat kepahamannya. 3 Pemahaman inferensial Pemahaman inferensial mengharuskan siswa membuat kesimpulan terhadap bacaan secara tersirat. Siswa memperoleh pemahaman makna implisit dengan proses berpikir. 4 Evaluasi Evaluasi merupakan tahapan untuk membantu siswa agar mampu membuat penilaian dan pendapat tentang isi bacaan dengan melalukan perbandingan terhadap informasi pada bacaan dengan pengalaman, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dimiliki siswa. Penilaian diberlakukan pada benar tidaknya bahasa yang digunakan, kesimpulan penulis, dan informasi yang disampaikan disesuaikan dengan fakta. Selain itu, penilaiann juga diberlakukan pada lengkap tidaknya informasi yang diberikan oleh penulis. 5 Apresiasi Apresiasi merupakan tahapan untuk membantu siswa untuk melakukan apresiasi terhadap maksud penulis. Apresiasi menghendaki pembaca untuk peka pada suatu karya secara emosional dan estetis, serta memberikan reaksi tehadap nilai-nilai artistik yang ada dalam wacana. Strategi Jigsaw II menuntut siswa untuk memahami, menemukan dan menyimpulkan informasi. Pada kegiatan tersebut siswa didorong untuk dapat memahami, menemukan, dan menyimpulkan informasi dari teks bacaan. Hasil dari kegiatan tersebut sesuai jika dinilai dengan Taksonomi Barret yang memiliki tingkatan pemahaman literal, reorganisasi dan inferensial. Selain itu, kompetensi dasar yang dipilih untuk penelitian bertujuan agar siswa mampu menentukan bahan diskusi dari teks yang dibaca. Oleh karena itu, siswa diharuskan berpikir kritis untuk mengevaluasi dan menanggapi isi bacaan. Kegiatan tersebut sesuai dengan Taksonomi Barret tingkat evaluasi dan apresiasi.

4. Jigsaw II dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman

Strategi Jigsaw II merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran membaca. Strategi ini diperkenalkan dan dikembangkan oleh Slavin pada tahun 1986. Strategi Jigsaw II merupakan perkembangan dari strategi Jigsaw yang diperkenalkan oleh Aronson, Blaney, Sikes, Stephan, dan Snapp pada tahun 1978. Menurut Slavin via Shaaban, 2006: 379 strategi Jigsaw II merupakan strategi yang tepat dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan materi narasi atau ekspositoris. Kelebihan dari strategi Jigsaw II yaitu membantu siswa memecahkan masalah yang kompleks. Strategi Jigsaw II melibatkan seluruh siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, siswa diajarkan bekerjasama untuk mencapai sebuah kesuksesan kelompok. Adapun kekurangan strategi Jigsaw II yaitu membutuhkan waktu yang lama dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan pembelajaran menggunakan strategi Jigsaw II banyak menyita konsentrasi siswa dalam kegiatan belajar megajar karena siswa harus berganti-ganti kelompok, yaitu dari kelompok asal ke kelompok ahli kemudian kembali lagi ke kelompok asal. Hal inilah yang membuat suasana pembelajaran di kelas kurang kondusif. Jigsaw II dimulai dengan kegiatan siswa membaca seluruh materi bacaan sebelum fokus pada materi bacaan yang diperolehnya. Siswa dari masing-masing kelompok yang mempunyai kesamaan dalam materi bacaan bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut, dan kemudian kembali pada kelompok asal untuk memberikan informasi yang sudah di dapat kepada teman satu kelompoknya. Setiap anggota kelompok mendapatkan tes, dan skor tes individu digabungkan menjadi skor tes kelompok Slavin, 1980: 320-321. Pada Jigsaw II setiap siswa harus bekerja sama mencari informasi yang ada pada bacaan untuk mendapatkan garis besar dan mempelajari semua informasi karena akan dites secara individu. Coelho via Shaaban, 2006: 379 mengatakan bahwa strategi Jigsaw II menyediakan lingkungan belajar yang lebih baik untuk memperoleh bahasa melalui konten yang relevan, perkembangan skil akademik melalui membaca terstruktur dan kegiatan menulis, dan mengeksplorasi konten yang relevan melalui percakapan dengan maksud tertentu di kelas. Strategi Jigsaw II cocok dalam pengajaran yang menuntut siswa untuk memecahkan masalah yang kompleks. Penggunaan strategi Jigsaw II dalam pembelajaran membaca pemahaman ini ditujukan untuk membantu siswa agar dapat menemukan informasi untuk bahan diskusi. Peneliti merasa strategi tersebut tepat untuk diterapkan karena siswa diajarkan untuk berpikir kreatif menemukan jawaban atas sebuah topik. Kam-wing 2004: 93 memberikan pendapatnya tentang langkah-langkah strategi Jigsaw II. Jigsaw II dimulai dengan kegiatan membaca. Siswa membaca materi bacaan untuk mengidentifikasi materi yang relevan dengan topik yang ia peroleh.