Kerangka Pikir KAJIAN TEORI

57 berakibat pada kesulitan bersosialisasi. Orang yang tidak dapat memandang diri positif biasanya memandang dirinya tidak realistik, dia beranggapan berharap bahwa lingkungannya sama dengan apa yang dia inginkan wants, tetapi pada kenyataanya lingkungannya menolak karena wants keinginan terlalu banyak dan tidak realistik. Menurut Hurlock 1999 : 434 bahwa “Penerimaan diri merupakan tingkat dimana individu benar-benar mempertimbangkan karakteristik pribadinya dan mau hidup dengan karakteristik tersebut”. Hal ini menunjukan bahwa penerimaan diri sangatlah diperlukan siswa dalam bersosialisasi dengan orang lain yang diantaranya yaitu untuk memperoleh prestasi dan hasil belajar yang baik di sekolah. Corey 2007:263 mengatakan “inti dari konseling realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental.” Konseling realitas didasarkan pada pencegahan terhadap konseli yang mengasumsikan tanggung jawab pribadi bagi kesuksesan dirinya sendiri. Tugas Guru Bimbingan dan Konselingadalah membantu siswa dalam mengoptimalkan perkembangan diri siswa, salah satunya di bidang pribadi yang berkaitan dengan penerimaan diri siswa. Menangani masalah yang berkaitan dengan penerimaan diri menjadi salah satu tugas penting Guru Bimbingan dan Konselingdalam membantu siswa agar mampu mengembangkan diri secara optimal. Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang dipandang tepat dalam membantu siswa untuk meningkatkan penerimaan dirinya yaitu memalui layanan konseling individual yang dalam ini menggunakan pendekatan realitas. Hal ini disesuaikan dengan 58 permasalahan tentang penerimaan diri siswa yang permasalahannya dihadapi secara individu sehingga melalui konseling individual, siswa dapat diarahkan untuk mengatasi masalah yang sedang dialami, mengembangkan individu dan memelihara segala potensi yang dilikinya. Melalui kegiatan konseling realitas yang menggunakan prinsip dasar 3R yaitu right, responsibility dan reality serta adanya konsep WDEP yang merepresentasikan sebuah keterampilan dan teknik untuk membantu konseli membuat pilihan-pilihan yang lebih baik dalam hidupnya. Dengan konsep WDEP konselor akan mengeksplorasi dan memperjelas apa yang sebenarnya keinginan dan kebutuhan konseli, kemudian konselor membantu konseli untuk arah dan tindakan, pikiran, perasaan dan fisiologis konseli yang awalnya dari umum ke yang spesifik lagi arah dan tindakannya, sehingga konseli dapat mendeskripsikan yang susungguhnya yang terjadi dan kesadaran yang lebih besar bagi konseli mengenai perilakunya sendiri secara menyeluruh. Setelah itu konselor diminta melakukan evaluasi mendalam mengenai perilaku spesifiknya sendiri, konseli juga diminta mengevaluasi secara luas ketepatan dan kemampuan dalam mencapai keinginan-keinginannya seperti persepsinya, tingkat komitmennya, arah perilakunya, pikirannya, keefektifan rencana- rencananya. Kemudian konselor membantu konseli untuk membuat planningrencana tindakan, fokusnya lebih ke tindakan karena tindakanlah komponen perilaku total tindakan, pikiran, perasaan dan fisiologis yang bisa kita kontrol. 59 Mendukung kegiatan konseling maka dimungkinkan akan dapat membantu masalah siswa yang berkaitan dengan penerimaan diri yang rendah. Dari penjelasan mengenai penerapan konseling realitas, diharapkan penggunaan konseling realitas mampu meningkatkan penerimaan diri siswa. Karena melalui konseling realitas siswa diharapkan bisa dan mampu membuat pilihan-piihan yang realistis dalam hidupnya, menghargai segala kekuatan dalam diri baik itu kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, dapat bersosialisasi dengan baik dan menunjukkan rasa tanggung jawab dalam semua perilaku. Individu yang menerima dirinya sendiri adalah yakin akan standar- standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya serta tidak melihat dirinya sendiri secara tidak realistik.” Individu yang menerima dirinya menyadari aset diri yang dimilikinya dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya, serta menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri. Sehingga dalam penelitian ini peneliti akan mengujicobakan konseling realitas untuk meningkatkan penerimaan diri pada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Tempel. Gambar dapat dilihat pada halaman 61. 60 Tabel 1. Kerangka Pikir Siswa bermasalah penerimaan diri rendah: 1. Siswa berfikir tidak realistis. 2. Siswa memiliki gambaran yang negatif dengan dirinya. 3. Siswa malu dengan keadaan ekonomi orang tuanya. 4. Siswa tidak dapat menerima segala kekurangan yang ada di dalam dirinya. 5. Siswa tidak mampu terbuka tentang dirinya terhadap orang lain. ↓ Konseling realitas: 1. Keinginan dan kebutuhan Wants and need. 2. Melakukan dan arah Doing and direction. 3. Evaluasi Evaluation. 4. Rencana Plans. ↓ Penerimaan diri self acceptance: 1. Memiliki gambaran yang positif tentang dirinya. 2. Dapat mengatur dan bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya. 3. Dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi mereka apabila orang lain menyampaikan kritik. 4. Dapat mengatur keadaan emosi mereka. 61

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “konseling realitas efektif untuk meningkatkan penerimaan diri siswa kelas IX SMP Negeri 1 Tempel” 62

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif kerena data-data yang terkumpul berupa angka-angka yang kemudian dianalisis menggunakan analisis statistika. Hal tersebut berlandaskan anggapan Suharsimi Arikunto 2010: 10 yang menyatakan bahwa semua gejala yang diamati dapat diukur dan diubah dalam bentuk angka yang memungkinkan digunakan teknik analisis statistik. Sementara menurut Saifudin Azwar 2008: 5 pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada angka diolah secara statistika. Sedangkan menurut Sugiyono 2012: 13 pendekatan ini dapat dikatakan kuantitatif jika data penelitian berupa angka- angka dan analisis menggunakan statistik. 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Menurut Latipun 2006: 8 “penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan memanipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu.” Sementara menurut Saifudin Azwar 2008: 5 pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada angka diolah secara statistika. Menurut Sugiyono 2012: 109 penelitian eksperimen ialah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan treatment tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkendali.