Konsep Konseling Realitas KAJIAN TEORI

27 Perilaku manusia merupakan perilaku total Total Behavior, terdiri dari Doing, Thinking, Feeling Dan Psysiology. Oleh karena perilaku yang dimunculkan mempunyai tujuan dan dipilih sendiri, maka Glasser menyebutnya dengan teori kontrol. a. Teori Kontrol Pemahaman terhadap realitas, menurut Glasser harus tercermin dalam perilaku total Total Behavior yang mengandung empat komponen, yaitu: berbuat Doing, berpikir Thinking, merasakan Feeling, dan menunjukkan respon-respon fisiologis Physiology. Konsep perilaku total membandingkan bagaimana individu berfungsi sebagai mobil berjalan, demikian halnya keempat komponen dari total behavior tersebut menetapkan arah hidup individu Colledge, 2002 dalam Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih, 2011: 240. Menurut Corey dalam Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih, 2011: 240 menjelaskan bahwa secara langsung mengubah cara kita merasakan terpisah dari apa yang kita lakukan dan pikirkan, merupakan hal yang sangat sulit dilakukan. Meskipun demikian, kita memiliki kemampuan untuk mengubah apa yang kita lakukan. Sehingga kita memiliki kemampuan untuk mengubah apa yang kita lakukan dan pikirkan apapun yang nanti mungkin bisa kita rasakan. Oleh karena itu, kunci untuk mengubah suatu perilaku total terletak pada pemilihan untuk mengubah apa yang kita lakukan dan pikirkan. Sementara itu, reaksi emosi dan respon fisiologis termasuk dalam proses tersebut. 28 Bagaimana individu bertindak dan berpikir dianalogikan sebagai fungsi roda depan, sedangkan perasaan dan fisiologis mewakili fungsi roda belakang. Mesin kendaraan diibaratkan sebagai kebutuhan-kebutuhan individu, dan setir yang dikendalikan merupakan gambaran keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Sebagaimana keadaan roda empat, jelas kontrol utama berada di bagian roda depan, sehingga tindakan dan pikiranlah yang berperan dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan individu . Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terikat pada konsep 3R, yaitu keadaan di mana individu dapat menerima kondiri yang dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan sesuatu Doing , berpikir Thingking, merasakan Feeling, dan menunjukkan respons fisiologis Physiology secara bertanggung jawab Responsibility, sesuai realitas Reality, dan benar Right. b. Konsep 3R Konsep ini dikemukakan oleh Glasser Bassin, 1976 dalam Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih, 2011: 241 sebagai berikut: 1. Responsibility tanggung jawab adalah kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang lain. 2. Reality kenyataan adalah kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, di mana mereka harus memenuhi 29 kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realitas yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya. 3. Right kebenaran adalah merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut dan ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum. Realitas merupakan rancangan yang tergolong dalam perspektif tindakan. Berpatokan pada ide sentral bahwa individu adalah bertanggung jawab atas tingkah laku mereka. Ide ini mendasari teori konseling yang ditemukan oleh William Glasser dalam Andi Mappiare AT, 2010:159. c. Lima prinsip utama teori pilihan Menurut Palmer 2011: 528 terdapat lima prinsip utama dalam teori pilihan sebagai berikut: 1. Kebutuhan-kebutuhan dasar kita Semua motivasi dan perilaku manusia dirancang untuk memenuhi satu atau lebih dari lima kebutuhan dasar yang dibangun di dalam susunan genetis kita, yaitu: Kelangsungan hidup, kesehatan, dan reproduksi: termasuk semua fungsi fisiologi yang digunakan oleh tubuh dalam upaya menjaga kesehatan dan homeostasis keseimbangan kesehatan 30 kita. Termasuk juga dorongan seksual yang pada gilirannya, tentu saja, memampukan spesies manusia untuk bertahan hidup. a Kelangsungan hidup, kesehatan dan reproduksi termasuk semua fungsi fisiologi yang dilakukan oleh tubuh dalam upaya menjaga kesehatan dan homeostasis keseimbangan kesehatan kita. Termasuk juga dorongan seksual yang pada gilirannya, tentunya memampukan spesies manusia untuk bertahan hidup. b Cinta dan kepemilikan merupakan kebutuhan penting yang kita punyai untuk cinta dan persahabatan, untuk berbagi dan bekerja sama. c Kekuatanharga diri arti kata lain dari kompetisi, martabat, pemberdayaan atau kemampuan. d Kebebasan sebagai kemampuan untuk membuat pilihan-pilihan untuk berubah menjadi mandiri, bebas dan tak dibatasi termasuk memiliki ruang fisik yang cukup. e Kesenangan dan kegembiraan merupakan kebutuhan yang dapat mengekspresikan bentuknya dihampir semua keinginan manusia. Termasuk minat dan permainan yang menurut Glasser penting untuk dipelajari. Penting untuk ditunjukkan bahwa kebutuhan-kebutuhan di atas tidak dalam sebuah hierarki, meskipun, tentu saja seringkali kita akan memilih untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup kita lebih dulu. Meskipun demikian, sejarah dipenuhi berbagai contoh orang- 31 orang yang telah mengorbankan hidup mereka demi kebebasan atau demi cinta untuk orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa tingginya persentase orang-orang yang melakukan atau berusaha bunuh diri menunjukkan berbagai alasan, yaitu kesepian yang menunjukkan betapa kuatnya kebutuhan atas cinta dan kepemilikan bagi orang-orang tersebut pada saat itu. Glasser menyatakan bahwa kebutuhan kita akan cinta dan kepemilikan, akan kepedulian dan relasi dan keterhubungan dengan orang lain merupakan kebutuhan yang jauh menonjol dan mencakup bahwa semua problem jangka panjang manusia pada intinya adalah problem relasi. Untuk alasan tersebut, dalam praktik konseling realitas, konselor membantu konseli dalam mengeksplorasi relasi-relasi yang signifikan atau mungkin tiadanya relasi yang signifikan dalam kehidupannya mendorongnya untuk mengevaluasi semua yang sedang dilakukannya berdasarkan aksiom teori pilihan: apakah yang sedang saya lakukan membuat saya lebih dekat dengan orang-orang yang saya butuhkan? Jika pilihan perilaku tidak membuat dekat, maka konselor bekerja untuk membantu konseli mencari perilaku baru yang menuntun mereka ke hubungan yang lebih baik. 2. Dunia berkualitas kita. Walaupun kita semua memiliki kebutuhan- kebutuhan tersebut, kita mencoba memenuhinya dengan cara-cara yang spesifik. Kita mengembangkan sebuah “album foto” batin atau yang dimaksud Glasser “dunia berkualitas” kita yang berisi keinginan- keinginan atau hasrat-hasrat spesifik dan unik mengenai bagaimana 32 kita sangat ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. Dunia berkualitas kita berisi gambaran-gambaran atau simbol-simbol orang, tempat, benda, keyakinan, nilai dan ide yang penting atau spesial dan memiliki kualitas bagi kita. 3. Frustasi merupakan pikiran antara yang diinginkan seseorang dan oleh karena itu disebut kebutuhan dan yang dirasakannya didapatkan dari lingkungannya menghasilkan perilaku-perilaku yang spesifik. Perilaku dilihat sebagai fisiologi, pikiran, tindakan yang total atau Holistic yang tak terpisahkan. Maka, perilaku ini memiliki tujuan yaitu, perilaku yang dimaksudkan untuk menutup celah antara yang diinginkan seseorang dengan yang dirasakannya diperoleh. Seringkali perilaku itu mengalmai kesuksesan dan terkadang gagal. Keduanya merupakan usaha terbaik seseorang untuk mencoba memenuhi keinginan untuk kebutuhannya. 4. Perilaku total disini seperti yang ditunjukkan di atas, perbuatan, pikiran, perasaan dan bahkan fisiologis, dipandang sebagai komponen- komponen yang tak terpisahkan dari perilaku total dan dihasilkan atau dipilih dari dalam; semua itu berasal dari keinginankebutuhan yang tidak dipenuhi atau dilanggar, dan bukan dari rangsangan eksternal. Maka, kebanyakan dari hal-hal yang disebutkan di atas merupakan pilihan. Glasser menggunakan analogi ‘mobil perilaku’ untuk menjelaskan lebih lanjut nilai praktis dari perilaku total dalam 33 konseling. Idenya disini adalah bahwa setiap 4 komponen perilaku total mewaliki 4 roda pada mobil. Dua roda di depan mewakili tindakan pikiran, dan 2 roda di belakang mewakili perasaan dan fisiologi. Kkita menyetir mobil perilaku kita melewati jalan kehidupan, kita hanya menyetir mobil perilaku kita melewati jalan kehidupan, kita hanya memiliki control langsung pada 2 ban di depan tindakan dan pikiran, tetapi saat kita menyetir roda-roda depan, 2 roda di belelakang perasaan dan fisiologi selalu mengikuti. Dengan demikian juga di dunia nyata, walaupun sangat sulit dan kemungkinan mustahil untuk mengubah perasaan kita secara langsung dan bahkan juga fisiologi kita secara murni dengan keinginan sendiri. Akan tetapi, kita memiliki kemampuan yang hamper lengkap untuk mengubah tindakan kita yang kita lakukan, dan sejumlah kemampuan untuk mengubah yang kita pikirkan, tidak peduli bagaimana yang kita rasakan saat itu. Dan saat kita mengubah tindakan dan pikiran kita, perasaan-perasaan dan fisiologi kita juga berubah. Hal tersebut memiliki nilai praktis bagi konseling realitas yang dari pada berbicara tanpa akhir dengan konseli mengenai perasaan kecewa konseli biasa berupa depresi, kemarahan, kecemasan, atau apapun pada sesuatu yang tak bisa dikendalikan konseli. Dengan demikian secara realitas konseling akan secara perlahan-lahan dan dengan sikap tegar membantu konseli untuk berfokus pada yang biasa dikendalikannya dua roda depan ‘tindakan dan pikiran’ dan lebih 34 jauh, membantunya mengembangkan rencana untuk dilakukan ; melakukan sesuatu yang berbeda dengan yang telah mereka lakukan agar merasa lebih baik dan sekaligus memenuhi keinginan dan kebutuhan dengan lebih efektif. 5. Persepsi dan realitas terkini. Bagaimana orang-orang mempersepsikan dunia di sekitar mereka, maupun bagaimana mereka mempersepsikan diri, tentu saja membentuk realitas mengenai dunia mereka dan dunia mereka pada titik tersebut. Inilah realitas terkini seseorang. Memahami persepsi konseli mengenai realitas terkini dan membantunya mengevaluasi dan mengevaluasi kembali persepsi tersebut dipahami oleh konseling realitas sebagai aspek yang sangat penting dalam proses konseling. Contoh pertanyaan mengenai persepsi semacam itu yang mungkin dinyatakan konseling realitas pada seorang konseli yang menjalani konseling untuk problem relasi, biasa seperti ini: bagaimana anda melihat relasi anda saat ini?menurut anda bagaimana pandangan pasangan anda? Seperti apa sebuah relasi yang dekat dan penuh kasih itu seharusnya? Perilaku siapa yang dapat anda kendalikan saat mencoba memperbaiki relasi ini? Dapatkah anda mengendalikan perilaku orang lain selain diri anda? Dan seterusnya. Ringkasnya, teori pilihan beranggapan bahwa sumber dari semua perilaku ada di sini dan saat ini realitas terkini. Apa pun yang dilakukan, dipikirkan dan dirasakan manusia itu memiliki tujuan mencoba memenuhi keinginan dan juga kebutuhan saat ini. Dengan 35 demikian teori pilihan menentang teori-teori Deterministic sifat dasar manusia yang menunjukkan bahwa perilaku disebabkan oleh rangsangan eksternal, dan teori pilihan berbeda dengan teori-teori lainnya yang menekankan pada pengaruh masa lalu atau konflik- konflik bawah sadar pada perilaku terkini. Meskipun demikian, hal tersebut sama sekali tidak menunjukkan dalam konseling konseling realitas, pengalaman masa lalu konseli terkait dengan kebutuhannya yang dilarang atau tidak terpenuhi di masa lalu di pandang tidak berhubungan atau bahwa masa lalu itu seharusnya diabaikan atau dilupakan. Memiliki informasi mengenai riwayat konseli memampukan konseling realitas mengetahui jangka waktu atau luasnya problem yang sedang dihadapi, serta waktu ketika konseli mungkin lebih sukses, atau lebih bahagia atau lebih efektif dimasa lalu ; situasi-situasi yang bisa dipelajari konseli dan dijadikan dasar. Konseli mungkin memiliki riwayat yang luas mengenai kebutuhan-kebutuhan di masa lalu yang tidak terpenuhi atau disalahgunakan, atau problem yang mungkin disebabkan oleh beberapa pelanggaran berkepanjangan terhadap kebutuhan-kebutuhan dimasa lalu, tetapi konseling realitas mengerti bahwa problem atau konflik signifikan konseli adalah kebutuhan- kebutuhan yang tetap belum terpenuhi di masa sekarang. Dan oleh sebab itu, konseling realitas akan seperti perlahan dan dengan sikap tegar membawa fokus konseling untuk membantu konseli 36 mengidentifikasi dan memilih perilaku yang lebih membangun kekuatan dan lebih memuaskan kebutuhan sekarang dan di masa depan. Yang kadang-kadang ditemukan adalah bahwa ketika seseorang mempelajari bagaimana meraih kebutuhannya secara efektif di masa sekarang, dampak atau pengaruh yang mungkin timbul dari memori- memori di masa lalu mulai memudar dan ia dapat berpindah dari kekuatan yang satu ke kekuatan yang lain, pada umumnya, perubahan seperti itu hanya bisa diperoleh melalui tekad dan kerja keras konseli dan dengan dukungan yang penuh kasih dan empatik dari konselor Glasser dalam Palmer, 2011: 528-533. 2. Ciri-ciri Konseling Realitas Setiap pendekatan konseling memiliki karakteristik yang berbeda- beda, baik dalam hal peran konselor dan dan konseli maupun dalam hal proses pelaksanaan konseling itu sendiri. Seperti dalam pendekatan konseling realitas, yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan pendekatan yang lainnya. Menurut Corey 2007: 265 ciri-ciri konseling realitas adalah sebagai berikut: a. Konseling realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidakbertanggungjawaban. Pendekatan ini tidak berurusan dengan diagnosis-diagnosis psikologi. Ia mempersamakan gangguan mental dengan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab 37 dan mempersamakan kesehatan mental dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. b. Konseling realitas berfokus pada tingkah laku sekarang pada perasaan- perasaan dan sikap-sikap. Meskipun tidak menganggap perasaan- perasaan dan sikap-sikap itu tidak penting, konseling realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Konseling realitas juga tidak bertanggung jawab pada pemahaman untuk mengubah sikap-sikap, konseling menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku. c. Konseling realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau. Karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak dapat dirubah, maka yang dapat dirubah hanyalah saat sekarang dan masa lampau selalu dikaitkan dengan tingkah laku konseli sekarang. Konseling mengeksplorasi segenap aspek dari kehidupan konseli sekarang, mencakup harapan-harapan, kekuatan-kekuatan, dan nilai- nilainya. Konseling menekankan kekuatan-kekuatan, potensi-potensi, keberhasilan-keberhasilan, dan kualitas-kualitas yang positif dari konseli dan hannya memperhatikan kemalangan dan gejala-gejalanya. d. Konseling realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Konseling realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran konseli dalam kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang membantu kegagalan yang dialaminya. Konseling ini beranggapan bahwa perubahan mustahil terjadi tanpa melihat pada 38 tingkah laku dan membuat beberapa ketentuan mengenai sifat-sifat konstruktif dan destruktifnya. Jika para konseli menjadi sadar bahwa mereka tidak akan memperoleh apa yang mereka inginkan dan bahwa tingkah laku mereka merusak diri, maka ada kemungkinan yang nyata untuk terjadinya perubahan positif, semata-mata karena mereka menetapkan bahwa alternatif-alternatif bisa lebih baik dari pada gaya mereka sekarang yang tidak realistis. e. Konseling realitas tidak menekankan transferensi. Ia tidak memandang konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Ia memandang transferensi sebagai suatu cara bagi konseling untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi. Konseling realitas menghimbau agar para konseling menempuh cara beradanya yang sejati, yakni bahwa mereka menjadi diri sendiri, tidak memainkan peran sebagai ayah atau ibu konseli. Konseling bisa menjadi orang yang membantu para konseli dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sekarang dengan membangun suatu hubungan yang personal dan tulus. f. Konseling realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek- aspek ketaksadaran. Konseling realitas menekankan kekeliruan yang dilakukan oleh konseli, bagaimana tingkah laku konseli sekarang hingga dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, dan bagaimana dia bisa terlibat dalam suatu rencana bagi tingkah laku yang berhasil yang berlandaskan tingkah laku yang bertanggung jawab dan realistis. Konseling realitas memeriksa kehidupan konseli sekarang secara rinci 39 dan berpegang pada asumsi bahwa konseli akan menemukan tingkah laku sadar yang tidak mengarahkannya pada perubahan bahwa menekankan ketaksadaran berarti mengelak dari pokok masalah yang menyangkut ketidakbertanggungjawaban konseli dan memaafkan konseli atas tindakannya menghindari kenyataan. Sementara pemahaman boleh jadi menarik, konseling realitas tidak melihat pemahaman sebagai suatu yang esensial untuk menghasilkan perubahan. g. Konseling realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa pemberian hukuman guna tingkah laku tidak efektif dan bahwa hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan pada konseli dan perusakan hubungan terapeutik. Ia menentang penggunaan pertanyaan- pertanyaan yang mencela karena pernyataan seperti itu merupakan hukuman, Glasser menganjurkan untuk membiaran konseli mengalami konsekuensi-konsekuensi yang wajar dari tingkah lakunya. h. Konseling realitas menekankan tanggung jawab. Yang oleh Glasser didefinisikan sebagai “ kemampuan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka”. Belajar tanggung jawab adalah proses seumur hidup. Meskipun kita semua memiliki kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk memiliki rasa berguna, kita tidak memiliki 40 kemampuan bawaan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Untuk memperbaiki tingkah laku kita apabila berada di bawah standar, kita perlu mengevaluasi tingkah laku kita. Oleh karenanya, bagian yang esensial dari konseling realitas mencakup moral, standar-standar, pertimbangan-pertimbangan nilai, serta benar dan selahnya tingkah laku karena semuanya itu berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan akan rasa berguna. Menurut Glasser, orang yang bertanggung jawab melakukan apa-apa yang memberikan kepada dirinya perasaan diri berguna dan perasaan bahwa dirinya berguna bagi orang lain. Berikut adalah beberapa karakteristik yang mendasari konseling realitas menurut pendapat Corey 2013: 338-340 ciri-ciri konseling realitas adalah sebagai berikut: a. Menekankan pilihan dan tanggung jawab Jika kita memilih semua yang kita lakukan, kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita pilih. ini tidak berarti kita harus disalahkan atau dihukum, kecuali kita melanggar hukum, tetapi tidak berarti konseling seharusnya tidak pernah melupakan fakta bahwa konseli bertanggung jawab untuk apa yang mereka lakukan. Teori pilihan mengubah fokus dari tanggung jawab untuk pilihan dan memilih. Konseling realitas berurusan dengan orang-orang seolah-olah mereka memiliki pilihan. Konseling fokus pada bidang-bidang di mana 41 konseli memiliki pilihan, untuk melakukannya membuat mereka lebih dekat dengan orang-orang yang mereka butuhkan. misalnya, terlibat dalam kegiatan yang berarti, seperti pekerjaan, adalah cara yang baik untuk kembali rasa hormat dari orang lain, dan bekerja dapat membantu konseli memenuhi kebutuhan mereka untuk kekuasaan. sangat sulit bagi orang dewasa untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri jika mereka tidak terlibat dalam beberapa bentuk kegiatan yang berarti. Sebagai konseli mulai merasa baik tentang diri mereka sendiri, seperti kerja kurang perlu bagi mereka untuk terus memilih perilaku destruktif yang tidak efektif dan mandiri. b. Menolak pemindahan Konseling realitas berusaha untuk menjadi diri mereka sendiri dalam pekerjaan profesional mereka. Dengan menjadi diri sendiri, konseling dapat menggunakan hubungan untuk mengajarkan konseli cara berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan mereka. Glasser berpendapat bahwa transferensi adalah cara yang baik untuk konseling dan konseli menghindari menjadi siapa mereka dan apa yang mereka lakukan sekarang. Itu tidak realistis untuk konseling untuk pergi bersama dengan ide bahwa siapa pun itu kecuali diri mereka sendiri. menganggap klaim konseli, saya melihat Anda sebagai ayah atau ibu saya dan ini adalah mengapa aku bertingkah seperti saya. dalam situasi seperti konseling realitas cenderung mengatakan dengan jelas 42 dan tegas, saya bukan ibumu, ayah, atau siapa pun kecuali diriku sendiri. c. Konseling berfokus di masa sekarang Beberapa konseli datang ke konseling yakin bahwa mereka harus kembali masa lalu jika mereka harus dibantu. banyak model konseling mengajarkan bahwa untuk berfungsi dengan baik pada orang-orang yang hadir harus memahami dan kembali masa lalu mereka. Glasser 2001 tidak setuju dengan anggapan ini dan menyatakan bahwa kesalahan apapun yang dibuat di masa lalu tidak relevan sekarang. Aksioma teori pilihan adalah bahwa masa lalu mungkin telah berkontribusi untuk masalah saat ini tapi itu masa lalu tidak pernah masalah. Untuk berfungsi secara efektif, orang harus hidup dan rencana di masa sekarang dan mengambil langkah-langkah untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Kita hanya bisa memenuhi kebutuhan kita di masa sekarang. Konseling realitas tidak benar-benar menolak masa lalu. Jika konseli ingin berbicaratentang keberhasilan masa lalu atau hubungan yang baik di masa lalu, konseling akan mendengarkankarena ini dapat diulang di masa sekarang. Konseling realitas akan mencurahkan hanyacukup waktu untuk kegagalan masa lalu untuk meyakinkan konseli bahwa mereka tidak menolak diri mereka. Sesegera mungkin, konseling memberitahu konseli, Apa yang sudah terjadi; tidak bisaberubah. Semakin banyak waktu yang kita habiskan melihat ke 43 belakang, semakin kita menghindari melihat ke depan. Meskipun masa lalu telah mendorong kami untuk saat ini, konseling realitas bersaingbahwa itu tidak harus menentukan masa depan kita. Kita bebas untuk membuat pilihan, bahkanmeskipun dunia luar kita membatasi pilihan kita Wubbolding, 2011b dalam Corey, 2013: 339. d. Menghindari berfokus pada gejala Dalam konseling tradisional banyakwaktu dihabiskan berfokus pada gejala dengan meminta konseli bagaimana mereka merasa dan mengapa mereka terobsesi. Berfokus pada masa lalu melindungi konseli dari menghadapi kenyataan tidak memuaskanhubungan ini, dan fokus pada gejala melakukan hal yang sama.Glasser,2003 dalam Corey, 2013:339 berpendapat bahwa orang-orang yang memiliki gejala percaya bahwa jika mereka bisahanya menjadi bebas gejala mereka akan menemukan kebahagiaan. Apakah orang-orang yang menyedihkanatau menyakitkan, mereka cenderung berpikir bahwa apa yang mereka alami terjadike mereka. Mereka enggan menerima kenyataan bahwa penderitaan mereka adalah karenaperilaku yang mereka pilih. Gejala mereka dapat dilihat sebagai cara tubuh dari memperingatkan mereka bahwa perilaku mereka yang memilih tidak memuaskan dasar kebutuhan mereka. Konseling realitas menghabiskan waktu sesedikit ia dapat pada gejalakarena mereka akan bertahan hanya selama mereka dibutuhkan untuk menangani dengan memuaskanhubungan atau frustrasi kebutuhan dasar. 44 Menurut Glasser, jika konseli percaya bahwa konseling ingin mendengar tentanggejala mereka atau menghabiskan waktu berbicara tentang masa lalu, mereka bersediauntuk memenuhi. Terlibat dalam perjalanan panjang ke masa lalu atau menjelajahi hasil gejaladalam konseling yang panjang. Glasser 2005 menyatakan bahwa hampir semua gejala yang disebabkanoleh hubungan bahagia yang hadir. Dengan berfokus pada masalah ini, terutamakekhawatiran interpersonal, konseling umumnya dapat dipersingkat. e. Menantang pandangan tradisional penyakit mental Teori Penghargaan menolak gagasan tradisional bahwa orang- orang dengan masalah fisik dan psikologis gejala sakit mental. Glasser 2003 telah memperingatkan orang-orang untuk berhati-hati psikiatri, yang bisa berbahaya untuk kesehatan fisik dan mental baik seseorang. Dia mengkritik pembentukan tradisional psikiatri untuk mengandalkan berat pada DSM-IV-TR American Psychiatric Association, 2000 untuk kedua diagnosis dan pengobatan. Glasser 2003 menantang pandangan tradisional diterima dari penyakit mentaldan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan, terutama penggunaan luas obat kejiwaan yang sering mengakibatkan efek samping negatif baik secara fisik dan psikologis.Wubbolding komunikasi pribadi, 7 September, 2010 menekankan bahwa konseling realitas adalah sistem kesehatan mental dari pada sistem remediating. Dia menggabungkan prinsip Ericksonian bahwa orang tidak memiliki masalah, mereka memiliki 45 solusi yang belum bekerja. Dengan reframing diagnostik kategori dan perilaku negatif, konselor membantu konseli untuk memahaminya perilaku dalam cahaya yang sangat berbeda, yang memfasilitasi pencarian solusi yang lebih efektif dan pilihan-pilihan. 3. Prosedur dalam Konseling Realitas Menurut Glasser dalam Palmer 2011: 533-537 Seperti pada teori lainnya, konseling realitas melihat terjalinnya relasi yang hangat, saling menerima dan mempercayai sebagai hal yang sangat penting untuk berlangsungnya konseling yang efektif. Konseli harus merasa aman untuk membicarakan dunia batinnya, pikiran, perasaan dan tindakannya tanpa rasa takut, kecaman, atau tuduhan. Konselor realitas berusaha menyampaikan bahwa gaya konselingnya akan sangat interaktif; bahwa ia akan mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan problem secara bergantian; dan bahwa ia terus berpegang pada keyakinan bahwa konseli bisa membuat pilihan dengan lebih baik dan lebih efektif sekarang agar bisa hidup lebih bahagia, lebih memuaskan dan terpenuhi segala kebutuhan. Konseling realitas paling banyak mengemukakan metode pertanyaan di banandingkan pendekatan lainnya dan oleh karenanya dalam pelatihan, konseling belajar mengembangkan keterampilan bertanyanya. Sistem WDEP memberikan kerangka pertanyaan yang di ajukan secara luwes dan tidak dimaksudkan hanya sebagai rangkaian langkah sederhana. 46 Tiap huruf dalam WDEP melambangkan sekelompok gagasan. Huruf- huruf tersebut dirangkum menjadi: a. W = Wants Keinginan menanyai konseli terkait keinginan, kebutuhan, persepsi dan tingkat komitmennya. Kebanyakan konseli akan dengan mudah membicarakan hal yang tak diinginkannya; namun dengan membantu konseli memperjelas dan mengartikulasikan hal yang sebenarnya diinginkan konseli, biasanya konseli belajar secara saksama tentang aspek-aspek dunia batinnya yang sebelumnya hanya didasari secara samar-samar. Konseli diberi kesempatan untuk mengeksplorasi setiap segi kehidupannya, termasuk yang diinginkannya dari bidang khusus yang relevan seperti teman, pasangan, anak, pekerjaan, karier, kehidupan spiritual, manajer, bawahan, dan terutama hal yang diinginkan dari dirinya dan dari konseling. Menanyai konseli hal yang diinginkan dari dirinya akan membantunya memutuskan tingkat komitmen yang ingin diterapkan untuk memenuhi keinginannya. b. D = Doing and Direction melakukan dan arah ‘Apa yang anda lakukan?’ dan ‘kearah mana perilaku anda membawa anda?’ ‘melakukan’ di sini mencakup eksplorasi terhadap seluruh 4 komponen perilaku total: tindakan, pikiran, perasaan, dan fisiologi. Dalam melakukan hal tersebut, konseling realitas yang terampil berusaha untuk berpindah dari umum ke yang spesifik; yaitu dari hal yang umumnya dilakukan konseli ke hal yang secara spesifik dilakukan, 47 dipikirkan, dan dirasakan dan bahkan bagaimana keadaan konseli secara fisik misalnya gejala-gejala yang dialami seperti sakit kepala, keterangan, kelelahan, dan sebagainya. Seiring berjalannya konseling, konseling realitas akan menerima konseli untuk mendeksripsikan yang sesungguhnya terjadi atau bahkan mendeskripsikan secara rinci perilaku konseli dan peristiwa-peristiwa pada hari-hari tertentu. Informasi yang spesifik, teliti dan unik seperti itu memberi tingkat pemahaman yang lebih mendalam bagi konseling dan terutama kesadaran yang lebih besar bagi konseli mengenai perilakunya sendiri secara menyeluruh. Berdasarkan penegakan kesadaran semacam itu, komponen berikutnya dan merupakan komponen yang paling penting dari sistem WDEP dapat diterapkan lebih efektif. c. E = Evaluation Evaluasi menolong konseli mengevaluasi diri sendiri. Evaluasi diri sendiri oleh konseli tak diragukan lagi merupakan inti konseling realitas dan pada umumnya mendapatkan inti konseling realitas dan pada umumnya mendapat penekanan tersebar dalam proses konseling. Konseli diminta melakukan evaluasi mendalam mengenai perilaku spesifiknya sendiri, seperti: ‘Apakah yang anda lakukan bisa membantu atau justru menyulitkan anda dalam mendapatkan yang anda katakana, anda inginkan?’ konseli juga diminta mengevaluasi secara luas ketepatan dan kemampuan mencapai keinginan-keinginannya; persepsinya; tingkat komitmennya; arah perilakunya; pikirannya atau ‘pembicaraan dengan diri 48 sendiri’; tempat kesadaran yang diprediksinya apakah ia melihatnya di dalam diri atau di luar dirinya; keefektifan rencana-rencananya; dan banyak hal lainnya. Konseling realitas akan kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:’apakah yang anda lakukan membuat anda semakin dekat dengan orang-orang yang anda butuhkan?’ ; ‘apakah yang anda inginkan realistis atau dapat dicapai?’ ; dan lain-lain. Pertanyaan-pertanyaan di atas dan ratusan pertanyaan evaluasi diri tertulis lainnya merupakan batu pertama sistem WDEP dan sebagaimana aspek-aspek lain dalam proses konseling semua itu perlu ditanyakan dengan empati, kepedulian, dan perhatian positif pada konseli. d. P = Planning rencana membantu konseli membuat rencana tindakan. Proses sistem WDEP mencapai puncaknya saat membantu konseli membuat rencana tindakan. Fokusnya lebih pada tindakan karena tindakanlah komponen perilaku total tindakan, pikiran, perasaan dan fisiologi yang bisa kita control. Moto Alcoholic Anonymous, ‘anda bisa bertindak dengan cara berpikir bari dengan lebih mudah ketimbang memikirkan jalan untuk bertindak dengan cara baru’, sangat sesuai dengan konseling realitas. Selain itu, konseling realitas dalam memahami teori pilihan senyadari bahwa keempat komponen perilaku total tidak dapat dipisahkan; jadi ketika seseorang mengubah perbuatannya, pikiran, perasaan dan fisiologinya juga berubah. Sebaliknya banyak yang tetap terjebak atau 49 membiarkan hidup mereka menunda, menunggu sampai mereka lebih baik sebelum mereka siap melakukan sesuatu, beberapa orang akan menunggu selamanya. Rencana yang efektif: dirumuskan oleh konseli; dapat dicapai atau realistis; ditindaklanjuti sesegera mungkin; berada sepenuhnya dalam control konseli dan tidak bergantung pada orang lain. Kesimpulannya, harus ditekankan kembali bahwa Sistem WDEP bukanlah serangkaian langkah-langkah untuk diikuti secara mekanis satu demi satu, tetapi merupakan system fleksibel; setiap bagiannya dapat diterapkan kapan pun, perlu diterapkan dalam konseling dengan empati dan perhatian serta keterampilan. Proses konseling dalam pendekatan realitas berpadoman pada dua unsur utama, yaitu penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif dan beberapa prosedur yang menjadi pedoman untuk mendorong terjadinya perubahan pada konseli. Secara praktis, Thompson, et.al.,2004 dalam Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih, 2011: 244-252 mengemukakan delapan tahap dalam konseling realitas. 1. Tahap 1: konselor menunjukkan keterlibatan dengan konseli Be Friend Pada tahap ini, konselor mengawali pertemuan dengan bersikap otentik, hangat, dan menaruh perhatian pada hubungan yang sedang dibangun. Konselor harus dapat melibatkan diri pada hubungan yang sedang dibangun. Konselor harus dapat melibatkan diri kepada konseli 50 dengan memperlihatkan sikap hangat dan ramah. Hubungan yang terbangun antara konselor dan konseli sangat penting sebab konseli akan terbuka dan bersedia menjalani proses konseling jika dia merasa bahwa konselornya terlibat, bersahabat, dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, penerimaan yang positif adalah sangat esendial agar proses konseling berjalan efektif. 2. Tahap 2: fokus pada perilaku sekarang Setelah konseli dapat melibatkan diri kepada konselor, maka konselor menyayangkan kepada konseli apa yang akan dilakukannya sekarang. Tahap kedua ini merupakan eksplorasi diri bagi konseli. Konseli mengungkapkan ketidaknyamanan yang dia rasakan dalam menghadapi permasalahannya. Lalu konselor meminta konseli mendesskripsikan hal- hal apa saja yang telah dilakukan dalam menghadapi kondisi tersebut. 3. Tahap 3: mengeksplorasi total behavior konseli Menanyakan apa yang dilakukan konseli doing yaitu: konselor menanyakan secara spesifik apa saja yang dilakukan konseli; cara pandang konseling realitas, akar permasalahan konseli bersumber pada perilakunya, bukan pada perasaannya. 4. Tahap 4: konseli menilai diri sendiri atau melakukan evaluasi Konselor menanyakan kepada konseli apakah pilihan perilakunya itu ddasari oleh keyakinan bahwa itu baik baginya. Fungsi konselor tidak untuk menilai benar atau salah perilaku konseli, tetapi membimbing 51 konseli untuk menilai perilakunya saat ini. Kesempatan kepada konseli untuk mengevaluasi, apakah ia cukup terbantu dengan pilihannya tersebut. 5. Tahap 5: merencanakan tindakan yang bertanggungjawab Ketika konseli mulai menyadari bahwa perilakunya tidak menyelesaikan masalah dan tidak cukup menolong keadaan dirinya, dilanjutkan dengan membuat perencanaan tindakan yang lebih bertanggung jawab. Rencana yang disusun sifatnya spesifik dan konkret. Hal-hal apa yang akan dilakukan konseli untuk keluar dari permasalahan yang sedang dihadapinya. 6. Tahap 6: membuat komitmen Konselor mendoronng konseli untuk merealisasikan rencana yang telah disusunnya bersama konselor sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. 7. Tahap 7: tidak menerima permintaan maaf atau alasan konseli Konseli akan bertemu kembali dengan konselor pada batas waktu yang telah disepakati bersama. Pada tahap ini konselor menanyakan perkembangan perubahan perilaku konseli. Apabila konseli tidak atau belum berhasil melakukan apa yang telah direncanakannya, permintaan maaf konseli atas kegagalannya tidak untuk dipenuhi konselor. Sebaliknya konselor mengajak konseli untuk melihat kembali rencana tersebut dan mengevaluasinya mengapa konseli tidak berhasil. Konselor selanjutnya membantu konseli merencanakan kembali hal-hal yang belum berhasil ia lakukan 52 8. Tahap 8: tindak lanjut Menggunakan tahap terakhir dalam konseling. Konseli dan konselor mengevaluasi perkembangan yang dicapai, konseling dapat berakhir atau dilanjutkan jika tujuan yang telah ditetapkan belum tercapai. Menurut Andi Mappiare AT 2010:159 prosedur konseling dan keaktifan konselor tergambarkan dalam tahapan: menciptakan hubungan, memfokus pada tingkah laku sekarang, mendorong konseli mengevaluasi tingkah lakunya, membantu konseli mengembangkan rencana tindakan, mendapatkan komitmen, menghindari pemberian maaf atau penundaan perilaku terencana dengan alasan, menghindari pemberian pertolongan langsung, dan dalam peluang-peluang itu konselor sangat aktif mengajar konseli. 4. Fungsi dan Peranan Konselor Fungsi konselor dalam pendekatan realitas adalah melibatkan diri dengan konseli, bersikap direktif dan didaktik, yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli maupun menghadapi kenyataan. Di sini, konseling sebagai fasilitator yang membantu konseli agar bias menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis dalam Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih 2011: 253. Menurut Glasser dalam Corey, 2007:269 konseling realitas menekankan fungsi konseling sebagai pengajar. Sejalan dengan pendapat Corey 2013: 341 yang mengatakan bahwa konseling sering dianggap sebagai proses mentoring di mana konseling adalahguru dan konseli 53 adalah siswa. Konseling mengajari konseli cara-cara yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan mengeksplorasi keistimewaan-keistimewaan dari kehidupan sehari-harinya dan kemudian membuat pernyataan-pernyataan direktif dan saran-saran mengenai cara- cara memecahkan masalah yang lebih efektif. Konseling menjadi suatu pendidikan khusus di mana rencana-rencana yang dibuat serta alat-alat yang realistis dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan pribadi diuji. Tugas dasar konseling adalah melibatkan diri dengan konseli dan kemudian membuatnya menghadapi kenyataan. Selain itu tugas konseling adalah bertindak sebagai pembimbing yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis. Konseling diharapkan memberikan pujian apabila konseli bertindak dengan cara yang bertanggung jawab dan menunjukkan ketidak setujuan apabila mereka tidak bertindak demikian. Fungsi penting lainnya dari konseling realitas adalah memasang batas-batas, mencakup batas-batas dalam situasi terapeutik dan batas-batas yang ditetapkan oleh kehidupan pada seseorang. Peran konseling realitas tidak membuat evaluasi untuk konseli tetapi untukmenantang konseli untuk memeriksa apa yang mereka lakukan. konseling realitas membantu konselidalam mengevaluasi arah perilaku mereka sendiri, tindakan spesifik, keinginan, persepsi,tingkat komitmen, kemungkinan arah baru, dan rencana aksi. Konselikemudian memutuskan apa yang harus berubah dan merumuskan rencana untuk memfasilitasi 54 perubahan yang diinginkan. Hasilnya adalah hubungan yang lebih baik, kebahagiaan meningkat, dan rasa batin kendali atas kehidupan mereka Wubbolding, 2011b dalam Corey, 2013:341. Ini adalah tugas dari konseling untuk menyampaikan gagasan bahwa tidak peduli bagaimana hal-hal buruk dan harapan. Jika konseling mampu menanamkan pengertian ini harapan, konseli merasa bahwamereka tidak lagi sendirian dan bahwa perubahan itu mungkin. Konseling berfungsi sebagaiadvokat, atau seseorang yang di sisi konseli. Bersama-sama mereka bisa kreatifmengatasi berbagai masalah dan pilihan. 5. Tujuan Konseling Realitas Menurut Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih 2011: 252 Layanan konseling ini bertujuan membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah- langkah apa yang akan ia lakukan di masa yanga akan dating dengan segala konsekuensinya. Bersama-sama konselor, konseli diharapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menghadapi realitas. Menurut Andi Mappiare AT 2010:159 tujuan konseling realitas adalah membantu konseli belajar dengan perilaku yang realistis dan dengan demikian mencapai kesuksesan. Teknik pokok yang diterapkan tampak dalam perilaku konselor unjuk kepedulian dengan proses melibat; menantang evaluasi tingkah laku sekarang; pembuatan rencana dan komitmen, tidak menerima maaf atau alasan, dan menghindari hukuman. 55 Pemakaian tes dan alat asesmen secara terbatas, hanya jika diperlukan. Tinjauan masa lalu masa kanak-kanak adalah tidak dipandang perlu; dihindari berbicara masa lalu, perbincangan masa lalu dalam konseling dianggap bertentangan dalam proses. Diagnosis dan prognosis dipandang perlu dalam kajian halangan dan hambatan realistis. Ikhwal komunitas konseli, konselitil, adalah serentang luas konseli dan masalah, termasuk intervensi krisis. Dalam Corey 2013: 340 memjelaskan bahwa tujuan utama dari konseling realitas untuk membantu konseli terhubungatau menjalin hubungan kembali dengan orang-orang yang mereka telah memilih untuk dimasukkan ke dalam dunia kualitas mereka. Kebutuhan akan cinta dan memiliki, tujuan dasar konseling realitas adalah untuk membantu konseli belajar cara-cara yang lebih baik dari memenuhi semua kebutuhan mereka, termasuk prestasi, kekuasaan atau kendali batin, kebebasan atau kemerdekaan, dan menyenangkan. Kebutuhan dasar manusia berfungsi untuk fokus perencanaan pengobatan dan pengaturan baik jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Konseling realitas membantu konseli dalam membuat lebih efektif dan pilihan yang bertanggung jawab terkait dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Dalam banyak kasus, konseli datang secara sukarela untuk konseling, dan konseli-konseli ini adalahtermudah untuk membantu. Namun, tujuan lain memerlukan bekerja dengan peningkatan jumlah konseli sukarela yang mungkin aktif menolak konseling dan proses konseling. Orang-orang ini sering terlibat dalam 56 perilaku kekerasan, kecanduan, dan jenis lain dari perilaku anti sosial. Sangat penting bagi konselor untuk melakukan apapun yang mereka bisa untuk dapat menjalin hubungan dengan konseli secara sukarela. Jika konselor tidak dapat menjalin hubungan, ada kemungkinan tidak akan dapat membantu. Jika konselor dapat membuat menjalin hubungan yang baik, keberhasilan dari sebuah pengajaran adalah ketika konseli merasa puas dengan perasaannya atau dia dapat mengatasinya sendiri.

C. Kerangka Pikir

Rendahnya penerimaan diri merupakan suatu hal yang bisa dialami oleh semua orang dalam waktu tertentu dalam kehidupannya. Banyak orang lebih mudah memandang dan menerima kelebihan dalam dirinya dibandingkan dengan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Sehingga mereka merasakan suatu ketidaknyamanan yang luar biasa yang biasanya ditandai dengan gejala menarik diri dari pergaulan karena malu minder karena keadaan atau kekurangan yang dimilikinya. Konseling individual merupakan salah satu layanan yang dapat membantu siswa dalam mengarahkan dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dan permasalahan yang muncul dalam kehidupannya dan yang sering muncul dalam kegiatan belajarnya yaitu siswa yang kurang memiliki penerimaan diri. Kurangnya penerimaan diri menunjukan adanya masalah yang ditunjukkan antara lain, siswa tidak mempunyai planning, dia melakukan aktivitas yang menjauhkannya dari lingkungan sekitar yang 57 berakibat pada kesulitan bersosialisasi. Orang yang tidak dapat memandang diri positif biasanya memandang dirinya tidak realistik, dia beranggapan berharap bahwa lingkungannya sama dengan apa yang dia inginkan wants, tetapi pada kenyataanya lingkungannya menolak karena wants keinginan terlalu banyak dan tidak realistik. Menurut Hurlock 1999 : 434 bahwa “Penerimaan diri merupakan tingkat dimana individu benar-benar mempertimbangkan karakteristik pribadinya dan mau hidup dengan karakteristik tersebut”. Hal ini menunjukan bahwa penerimaan diri sangatlah diperlukan siswa dalam bersosialisasi dengan orang lain yang diantaranya yaitu untuk memperoleh prestasi dan hasil belajar yang baik di sekolah. Corey 2007:263 mengatakan “inti dari konseling realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental.” Konseling realitas didasarkan pada pencegahan terhadap konseli yang mengasumsikan tanggung jawab pribadi bagi kesuksesan dirinya sendiri. Tugas Guru Bimbingan dan Konselingadalah membantu siswa dalam mengoptimalkan perkembangan diri siswa, salah satunya di bidang pribadi yang berkaitan dengan penerimaan diri siswa. Menangani masalah yang berkaitan dengan penerimaan diri menjadi salah satu tugas penting Guru Bimbingan dan Konselingdalam membantu siswa agar mampu mengembangkan diri secara optimal. Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang dipandang tepat dalam membantu siswa untuk meningkatkan penerimaan dirinya yaitu memalui layanan konseling individual yang dalam ini menggunakan pendekatan realitas. Hal ini disesuaikan dengan