Pengujian Hipotesis Hasil Penelitian

30 sesudah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 90. c. Perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 15.0, maka didapatkan hasil uji t sampel independen Independent Samples t Test seperti yang diuraikan pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Uji t Sampel Independen Variabel Motivasi Belajar Kelas Rata- rata Selisih t hitung t tabel Keterangan Kontrol 70,87 -1,94 -3,319 -2,000 Signifikan Eksperimen 72,81 Berdasarkan Tabel 9, dengan membandingkan nilai t hitung sebesar -3,319 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 91. d. Perbedaan prestasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan konvensional. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 15.0, maka didapatkan hasil uji t sampel independen Independent Samples t Test seperti yang diuraikan pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Uji t Sampel Independen Variabel Prestasi Belajar Kelas Rata- rata Selisih t hitung t tabel Keterangan Kontrol 67,87 -6,58 -2,082 -2,000 Signifikan Eksperimen 74,45 Berdasarkan Tabel 10, dengan membandingkan nilai t hitung sebesar -2,082 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar kimia 31 antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 91.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, waktu yang digunakan dalam pebelajaran adalah 4 kali pertemuan 8 jam pelajaran. Berdasarkan analisis data awal dalam penentuan sampel diketahui bahwa nilai UAS kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistrubusi normal, homogen dan memiliki kesamaan rata-rata. Jadi secara umum kedua kelas berangkat dari kondisi yang sama. Setelah mengetahui kondisi awal, selanjutnya kedua kelompok diberi perlakuan, kelas X-B sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan pendekatan pembelajaran pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas X-A sebagai kelas kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional. Pelaksanaan pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen diawali dengan pembagian siswa oleh guru menjadi beberapa kelompok yang terdiri 3-4 atau 5-6 siswa. Dari LKS yang diberikan guru, secara berkelompok siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis LKS tersebut. Format belajar mengajar yang dilakukan dalam kelompok banyak mendorong guru untuk mengurangi komunikasi satu arah seperti yang nampak jelas pada metode ceramah dan itu memberikan peluang besar bagi guru untuk lebih memperhatikan siswa. Belajar dalam kelompok mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi, interaksi edukatif dua arah dan banyak arah sehingga diperkirakan siswa yang belajar tersebut secara mental emosional lebih terlihat dibandingkan dengan format ceramah, guru cenderung untuk menjadi pusat proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran pada metode ini menghabiskan waktu yang cukup lama sehingga proses pembelajaran menggunakan sedikit waktu pada jam pelajaran materi lain. Selanjutnya, siswa diberi tugas kelas mengerjakan 1 sampai 2 soal untuk dikerjakan dengan kurun waktu yang telah ditentukan oleh guru saat itu. Sebelum memberikan PR, guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah disampaikan. Setelah memberikan tugas kelas, guru memberikan soal yang akan dikerjakan siswa di rumah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pekerjaan rumah 32 PR merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang menuntut siswa untuk menjawab soal-soal yang diberikan guru dan dikerjakan di tempat tinggal siswa masing-masing. Langkah-langkah kegiatan tersebut memberi kesempatan kepada siswa kelas eksperimen untuk memahami konsep reaksi redoks secara maksimal. Dari hal tersebut setidaknya siswa mampu menyatakan berfikir dalam menemukan suatu konsep reaksi redoks dengan menyenangkan. Namun hal ini tidak terjadi pada pertemuan pertama saat penelitian. Siswa merasa bingung dan sering mengeluhkan pusing dengan metode pembelajaran yang diterapkan peneliti, namun itu sudah tidak terjadi pada pertemuan ke dua dan ketiga. Bagi beberapa siswa yang berkamampuan cukup tinggi di kelas lebih cepat memahami konsep yang disajikan dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing namun bagi sebagian besar siswa berkemampuan sedang lebih membutuhkan waktu dan penyesuaian cukup lama untuk menanamkan konsep yang disajikan melalui pendekatan tersebut. Pada pertemuan kedua dan ketiga pembelajaran pada kelas ekperimen berjalan dengan lancar dan cukup baik, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan dan siswa berinteraksi dengan baik antar siswa maupun siswa dengan guru. Pada kelas kontrol, guru merasa kesulitan menghadapi siswa yang belum paham dengan materi, karena guru menggunakan metode ceramah. Sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendampingi mereka. Berbeda dengan kelas eksperimen, guru sedikit lebih banyak dapat meluangkan waktu untuk mendampingi siswasiswi yang belum paham dalam belajar karena pada kelas eksperimen menggunakan metode inkuiri terbimbing sehingga guru bisa sedikit meluangkan waktunya untuk mendampingi mereka. Dalam menghadapi siswasiswi yang belum paham baik pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen guru sedikit kesulitan dalam menjelaskan konsep reaksi redoks. Pada awal penelitian siswa kelas eksperimen merasa kebingungan dengan adanya suatu pendekatan pembelajaran yang tidak biasa mereka dapatkan, hal tersebut terlihat dari respon siswa pada saat pembelajaran pertemuan pertama. Adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan penyesuaian terhadap pendekatan dan pendekatan pembelajaran baru tersebut, namun dengan bimbingan guru, siswa mulai dapat memahami dan dapat menyesuaikan diri mengikuti pembelajaran menerapkan pendekatan inkuiri 33 terbimbing. Keterangan tersebut sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Seluruh rangkaian pelaksanaan pendekatan pembelajaran di kelas mengikuti RPP yang telah dibuat sebelumnya, dan pelaksanaannya dicek dengan lembar observasi yang dilakukan oleh observer. Dari beberapa aspek yang diamati secara keseluruhan proses pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan prosedur, mulai dari kegiatan pendahuluan sampai penutupan pembelajaran. Namun waktu yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen sering tidak sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang membahas tentang kelemahan inkuiri terbimbing yang mengatakan bahwa metode penemuan terbimbing menggunakan waktu yang cukup lama. Berdasarkan uraian pada analisis data diatas, setelah diterapkan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen kelas X-B dan pendekatan konvensional pada kelompok kontrol kelas X-A, terlihat bahwa hasil prestasi dan motivasi belajar kimia kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Berdasarkan hasil dari analisis statistik variabel motivasi belajar pada data tes akhir, dengan menggunakan uji t sampel independen Independent Samples t Test dengan tingkat kepercayaan 95 diperoleh hitung sebesar -2,082 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Pada variabel prestasi belajar pada data tes akhir, antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan uji t sampel independen Independent Samples t Test dengan tingkat kepercayaan 95 diperoleh nilai t hitung sebesar - 2,082 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan motivasi dan prestasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Jadi, dapat disimpulkan untuk penelitian prestasi siswa bahwa rata-rata nilai tes akhir siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah berbeda, dimana nilai kelas eksperimen 75,45 dan kelas kontrol 67,87. Artinya rata-rata nilai akhir siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai akhir siswa kelas kontrol. Sedangkan untuk motivasi siswa, rata-rata nilai selisih akhir siswa

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP

0 20 52

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP

12 48 54

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar materi ekosistem siswa kelas X A SMA Negeri 1 Menyuke Kalimantan Barat dengan metode observasi.

1 2 87

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar materi ekosistem siswa kelas X A SMA Negeri 1 Menyuke Kalimantan Barat dengan metode observasi

0 0 85

PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 2 NGABANG TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 1

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SISTEMIK DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER 2 SMA N 1 BUMIAYU TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 1

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SISTEMIK DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER 2 SMA N 1 BUMIAYU TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 1

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SISTEMIK DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 1

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SISTEMIK DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 1

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

0 0 13