PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MENYUKE KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT.

(1)

i

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI

BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MENYUKE KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: IVANA DORA SONI

NIM. 09303249026

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ivana Dora Soni

NIM : 09303249026

Program Studi : Pendidikan Kimia Fakultas : MIPA UNY

Judul : Perbandingan Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing dan Konvensional terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tat penulisan karya ilmiah yang lazim.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang menyatakan,


(5)

MOTTO

1 Peter 5:6

„Humble yourselves,therefore,under the mighty hand of God so that at

the proper time he may exalt you,”

Romans 8:28

“We know that in everything God works for the good of those who

love him. These are the people God chose,because that was his plan.”

Jeremiah 17:7

“But those who trust in the LORD will be blessed. They know that

the LORD will do what he says.”

Isaiah 43:4a

“You are precius to me, and I have given you a special place of honor,I

love you.”


(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus skripsi ini dapat

terselesaikan, semua ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua, ayah Nurani gading dan ibu Sumarni Dina,

Abang dan kakak Reckhy Soni, Emi soni, Clara soni, Margorentus,

Iska Caya, Agus Lo, Eci Tangkepadang.

Keponakan Kenzie, Neisha, Metta licca, Ica, Fia

PEMDA LANDAK

Pemerintah Daerah Land Of Dayak

Almamater ku

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta


(8)

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul Perbandingan Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing dan Konvensional terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat”. Penulisan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama persiapan, penyusunan, hingga terselesainya skripsi ini, tidak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan berbagai pihak untuk memperlancar skripsi ini. Untuk itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Kimia merangkap Koordinator Tugas Akhir Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ibu Rr. Lis Permana Sari, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan pendampingan dan bimbingan pada penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Ibu Marfuatun, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu dalam membimbing penulisan skripsi ini.

5. Segenap staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat yang telah memberi ijin dan kemudahan bagi penulis dalam melakukan penelitian.


(10)

7. Guru Kimia dan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penelitian dan menjadi subjek penelitian.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi pembaca untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta berguna untuk penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, Agustus 2016 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Deskripsi Teori ... 9

1. Pembelajaran Kimia ... 9

2. Pendekatan Inkuiri ... 10

3. Pendekatan Inkuiri Terbimbing ... 12

4. Pendekatan Konvensional ... 13

5. Motivasi Belajar ... 14


(12)

7. Reaksi Redoks ... 17

B. Penelitian yang Relevan ... 17

C. Kerangka Berpikir ... 18

D. Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 21

B. Variabel Penelitian ... 22

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

D. Instrumen Penelitian ... 23

1. Angket Motivasi Belajar ... 23

2. Instrumen Soal/Tes Prestasi Belajar Kimia ... 23

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 24

4. Lembar Observasi ... 24

E. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 25

1. Validitas Soal ... 25

2. Reliabilitas Soal ... 26

F. Teknik Analisis Data ... 26

1. Uji Prasyarat Analisis ... 26

2. Uji Hipotesis ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

1. Deskripsi Data Penelitian ... 30

2. Pengujian Hipotesis ... 32

B. Pembahasan ... 36

BAB V PENUTUP ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Kimia ... 23 Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Prestasi Belajar Kimia Sebelum dan

Sesudah Validasi ... 24 Tabel 3. Ringkasan Uji Normalitas Data ... 27 Tabel 4. Ringkasan Uji Homogenitas Variansi ... 24


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Desain Penelitian ... 21


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 44

Lampiran 2. Angket Motivasi Belajar Kimia ... 61

Lampiran 3. Soal Prestasi Belajar Sebelum Divalidasi ... 63

Lampiran 4. Kunci Jawaban Prestasi Belajar Sebelum Divalidasi ... 75

Lampiran 5. Hasil Validasi Soal Prestasi Belajar ... 76

Lampiran 6. Soal Prestasi Belajar Sesudah Divalidasi ... 83

Lampiran 7. Kunci Jawaban Prestasi Belajar Sesudah Divalidasi ... 89

Lampiran 8. Rekapitulasi Data Penelitian ... 90

Lampiran 9. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 91

Lampiran 10. Hasil Uji Hipotesis ... 96


(16)

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI

BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MENYUKE KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

Oleh Ivana Dora Soni NIM. 09303249026 Pembimbing: Marfuatun, M.Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi dan belajar prestasi kimia sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke tahun ajaran 2015/2016 untuk materi pembelajaran reaksi redoks.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah two groups pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X di SMA Negeri 2 Menyuke, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat dengan jumlah siswa yang digunakan dalam penelitian sebanyak 95 siswa yang terbagi dalam 3 kelas (XA, XB dan XC). Sampel penelitian adalah kelas XA (pendekatan inkuiri terbimbing) dan kelas XB (pendekatan konvensional). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah uji t sampel berpasangan (Paired Sample t Test) dan uji t sampel independen (Independent Samples t Test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara motivasi dan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing maupun pendekatan konvensional. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa ada perbedaan yang signifikan antara motivasi dan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional.


(17)

THE COMPARISON OF THE APPLICATION OF GUIDED INQUIRY AND CONVENTIONAL APPROACH ON THE MOTIVATION AND

CHEMISTRY LEARNING ACHIEVEMENT OF THE TENTH GRADE STUDENTS IN SMA NEGERI 2 MENYUKE

LANDAK REGENCY WEST KALIMANTAN

By Ivana Dora Soni NIM. 09303249026 Supervisor: Marfuatun, M.Si

ABSTRACT

This research was purposed to find out the difference of the motivation and chemistry learning achievement between before and after the application of guided inquiry and conventional approach among the tenth grade students of SMA Negeri 2 Menyuke Landak Regency, West Kalimantan in the learning subject of redox reactions.

This research was categorized as the quasi-experiment research. The design used in this research was two groups pretest-posttest design. The population of the research was the entire tenth grade students of SMA Negeri 2 Menyuke Landak Regency, West Kalimantan which consisted of 95 students from class XA, XB and XC. For this research, two classes were selected as the samples, they were class XA (guided inquiry approach) and class XB (conventional approach). The data analysis techniques utilized in this research were paired sample t test and independent samples t test.

The result of the research showed that there were significant difference of the motivation and chemistry learning achievement of the tenth grade students of SMA Negeri 2 Menyuke between before and after the application of guided inquiry and conventional approach. The result of the research also showed that there were significant difference the motivation and chemistry learning achievement of the tenth grade students of SMA Negeri 2 Menyuke after the application of guided inquiry and conventional approach.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berperan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, sudah menjadi kepentingan dan kebutuhan di setiap negara untuk terus berusaha meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan. Menyadari hal tersebut, pemerintah memberikan perhatian yang besar pada pembangunan di bidang pendidikan sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Namun, amanat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ternyata belum sepenuhnya dapat terwujud. Hal ini terlihat dari masih rendahnya mutu pendidikan, khususnya penguasaan sains.

Indonesia masih sangat tertinggal dalam hal penguasaan sains dibandingkan dengan negara maju, bahkan di antara sesama negara berkembang sekalipun. BBC mengabarkan bahwa hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan penguasaan sains di Indonesia yang diukur dari tingkat literasi sains (scientific literacy) masih sangat rendah, dimana pada tahun 2015 Indonesia menduduki posisi nomor 69 dari 76 negara. Tidak ada kenaikan yang signifikan pada capaian literasi sains antara tanun 2003 hingga 2015. Dalam mengejar ketertinggalan ini, pemerintah terus melakukan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (BBC, 2016).

Salah satu usaha yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional adalah dengan menyesuaikan pola pendidikan di Indonesia melalui pembaharuan terhadap kurikulum. Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum beberapa kali. Selain adanya perubahan kurikulum, juga perlu diterapkan strategi, model, teknik, pendekatan, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang diajarkan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi, keberhasilan sebuah kurikulum yang berlaku pada suatu tingkat lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sebuah kurikulum dikatakan berhasil jika tujuan pendidikan dapat tercapai.


(19)

Tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri sangat ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah.

Berkaitan dengan masalah pendidikan, hal yang menjadi sorotan dalam penelitian ini adalah rendahnya mutu pendidikan SMA lebih spesifik pada pelajaran kimia. Mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran (Depdiknas, 2003). Sebagai bagian dari sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit. Banyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu terbatas menjadikan ilmu kimia merupakan materi yang sulit bagi kebanyakan siswa, sehingga banyak siswa yang kurang berminat untuk belajar kimia (Wagiani, dkk., 2012). Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan daripada secara aktif membangun pemahaman mereka sendiri mengenai konsep kimia. Hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk mempelajari ilmu tersebut lebih dalam.

Motivasi yang rendah menyebabkan siswa sulit menguasai dan memahami konsep-konsep yang ada pada setiap materi kimia serta keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya kebanyakan proses belajar mengajar kimia di sekolah pada berbagai tingkat pendidikan, guru masih menggunakan pendekatan konvensional yang kurang variatif, salah satu cirinya dominan menggunakan metode ceramah. Metode ceramah cenderung berpusat pada guru (teacher centered), mengandalkan keaktifan guru dan kemampuan guru. Guru harus aktif menginformasikan sejumlah materi pelajaran, konsep-konsep, prinsip-prinsip yang harus dikuasai para siswa. Pembelajaran konvensional dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas (Wina Sanjaya, 2011: 184). Namun, pendekatan seperti ini akan membuat siswa merasa jenuh dan bosan dengan pelajaran. Ketika para siswa sudah merasakan kebosanan dengan pelajaran yang disampaikan oleh guru maka mereka akan menjadi tidak termotivasi untuk belajar sehingga hasil belajar tidak maksimal.

Belajar bukan hanya serangkaian proses menghafal saja namun sebagai sebuah proses yang dapat ditandai dengan perubahan sikap yang muncul dalam bentuk perilaku yang lebih baik dalam lingkungan. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat terlibat secara aktif. Salah satu cara agar peserta didik


(20)

dapat terlibat secara aktif adalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Menurut Martin et al., (2005: 184-185) yang dikutip oleh Widowati (2013: 167), inkuiri adalah penggunaan proses-proses sains, pengetahuan ilmiah, dan sikap-sikap ilmiah untuk menganalisa suatu permasalahan dan berpikir kritis.

Pendekatan inkuiri terbimbing merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang ada dalam proses pembelajaran. Menurut Brown (2010: 1) pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing dirancang secara cermat untuk memfasilitasi siswa mengeksplorasi media pembelajaran yang digunakan, disertai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dimaksudkan agar siswa dapat mengikuti siklus pembelajaran yang meliputi tiga fase, yaitu siswa mengeksplorasi secara logis, menemukan konsep dan mengaplikasikannya.

Menurut Ambarwati (2011:4), pada pelaksanaannya para siswa tidak dibiarkan begitu saja menganalisis hasil eksperimen namun mereka tetap mendapatkan arahan sehingga hasilnya sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran. Pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan prinsip metode ilmiah dalam tahapannya seperti: perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengumpulan data, analisis data dan pembuatan simpulan. Dalam pendekatan inkuiri terbimbing, siswa dituntut untuk aktif berpikir secara mandiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator. Sehingga siswa tidak dijadikan sebagai obyek belajar lagi, tetapi juga sebagai subyek dalam menerima pelajaran. Ketika siswa mulai memiliki sikap aktif dan kritis sebagai hasil dari pendekatan inkuiri ini maka hal tersebut akan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan prestasi belajar pelajaran kimia.

Permasalahan rendahnya hasil belajar kimia juga terjadi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Berdasarkan fakta di lapangan, diketahui bahwa ternyata masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran kimia khususnya pada materi Reaksi Redoks. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada materi Reaksi Redoks tahun ajaran 2013/2014 berada di bawah nilai KKM, dengan nilai KKM pelajaran kimia 65. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut menunjukkan rendahnya pemahaman siswa terhadap pelajaran kimia.


(21)

Pokok bahasan Reaksi Redoks pada mata pelajaran kimia kelas X SMA merupakan pokok bahasan dengan materi yang sulit karena bersifat abstrak, memerlukan pemahaman konsep secara benar terutama pada sub pokok macam-macam konsep Reaksi Redoks. Bagi siswa, materi ini penting untuk dipelajari karena berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Peristiwa Redoks banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti, perkaratan besi, reaksi-reaksi pembakaran, oksidasi makanan dalam sel, fotosintesis, dan peleburan bijih logam. Aki, baterai dan berbagai proses elektrolisis seperti penyepuhan, juga berjalan berdasarkan reaksi redoks. Dengan penggunaan materi ini diharapkan peserta didik mampu memahami lebih dalam karena mereka diajak langsung untuk belajar secara lebih aktif dan kritis tentang materi pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Mengingat besarnya pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap perolehan konsep dan keterampilan siswa dalam memahami ilmu kimia, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk membandingkan pendekatan dalam penyampaian materi yang memotivasi dan memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep kimia. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka judul penelitian ini adalah “Perbandingan Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing dan Konvensional Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Ilmu kimia diperoleh dari penemuan sehingga hendaknya pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung kepada siswa.

2. Proses pembelajaran kimia di SMA Negeri 2 Menyuke kurang bervariasi. 3. Siswa di SMA Negeri 2 Menyuke kurang diberi kesempatan untuk

mengembangkan kreativitas dan belum terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.

4. Diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa berlaku aktif selama proses pembelajaran (student centered) sehingga


(22)

menumbuhkan motivasi belajar kimia, sehingga akan meningkatkan prestasi belajar kimia siswa.

5. Masih adanya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke pada materi reaksi redoks. Kesulitan belajar tersebut diharapkan dapat diatasi dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri.

6. Proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga perlu dibandingkan efektifitasnya dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka permasalahan yang akan dikaji perlu dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Perbandingan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional dilakukan pada motivasi dan belajar prestasi kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran.

2. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional dinyatakan efektif apabila motivasi dan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional mengalami peningkatan yang signifikan.

3. Materi pembelajaran dalam penelitian ini yaitu “Reaksi Redoks” untuk kelas X semester II SMA Negeri 2 Menyuke.

4. Prestasi belajar kimia siswa dilihat dari aspek kognitif yaitu berupa nilai hasil mengerjakan soal prestasi belajar materi reaksi redoks.

5. Motivasi siswa dilihat dari skor angket motivasi yang diberikan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing?


(23)

2. Adakah perbedaan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke antara sebelum dan sesudah yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing?

3. Adakah perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional?

4. Adakah perbedaan prestasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing.

2. Mengetahui perbedaan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing.

3. Mengetahui perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional.

4. Mengetahui perbedaan prestasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional.

F. Manfaat Penelitian 1. Siswa

Bagi siswa dapat meningkatkan motivasi belajar kimia melalui aktivitas kelas dan laboratorium sehingga siswa lebih aktif mengajukan pendapat, bertanya, menyanggah pendapat, dan menjawab pertanyaan selama pembelajaran


(24)

berlangsung serta mendalami konsep yang sedang dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Guru

Memberikan alternatif bagi guru tentang pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dan membantu guru menciptakan kegiatan belajar yag menarik. Sebagai sumbangan bagi pengembangan dan perbaikan pendidikan pada umumnya.

3. Sekolah

Sebagai masukan kepada sekolah tempat penelitian perlunya penelitian eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Menyuke.

4. Peneliti

Bagi peneliti digunakan untuk menambah pengetahuan dalam membekali diri sebagai calon guru kimia yang memperoleh pengalaman penelitian secara ilmiah agar kelak dapat dijadikan modal sebagai guru dalam pembelajaran.


(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kimia

Para ahli mendefinisikan makna belajar berbeda-beda. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2004: 29). Pada interaksi ini, terjadi pengalaman-pengalaman belajar. Belajar diartikan juga sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 2).

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan informasi dan menghafal fakta tetapi proses perubahan tingkah laku dari pengalaman dan latihan. Seseorang dikatakan belajar bila mengalami perubahan yang bersifat positif dari kondisi semula. Perubahan tersebut dapat berupa tambahan kualitas dan kuantitas ilmu, keterampilan maupun sikap atau nilai. Mengajar merupakan sesuatu yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Secara deskriptif, mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru pada siswa. Namun, pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Mengajar bukan hanya sekedar memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) yang dimiliki guru kepada siswanya, tetapi lebih merupakan upaya bagaimana membelajarkan siswa. Guru berperan dalam mendidik, mengajar, dan melatih siswa. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai- nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa (Wina Sanjaya, 2011: 76).

Kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar sering diistilahkan dengan pembelajaran (Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2005: 4). Dengan demikian, pembelajaran merupakan perpaduan dua konsep (belajar dan mengajar) yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi


(26)

pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar.

Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, perubahan, dinamika dan energetika . Dalam kedudukannya sebagai ilmu pengetahuan, kimia bukan hanya dibangun oleh kumpulan pengetahuan tetapi juga merupakan proses, konsep, dan prinsip. Dengan kata lain, penguasaan materi kimia yang dipelajari siswa terbatas pada produk dan konsep atau teori saja belum cukup. Hal tersebut diartikan hanya mengajarkan salah satu komponen kimia saja. Keterampilan proses atau yang lebih dikenal sebagai metode ilmiah dan sikap ilmiah juga merupakan bagian bidang studi kimia. Oleh karena itu, pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap (Mulyasa, 2003: 134).

2. Pendekatan Inkuiri

Inkuri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan, menganalisis data dan menarik kesimpulan (Oemar Hamalik, 2011: 2009). Pendekatan pembelajaran inkuiri melibatkan siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk bisa bersikap ilmiah, yaitu teliti, tekun, objektif, kreatif dan menghormati pendapat orang lain. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan anlisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Beberapa ciri utama pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2011: 196-197).

a. Inkuiri menekankan pada aktivitas secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.

b. Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menimbulkan sikap percaya diri (self belief). Guru ditempatkan sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai sumber belajar.


(27)

c. Tujuan dari strategi pembelajaran inkuiri adalah mengmebangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis serta mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses.

Dengan demikian dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pembelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Siswa yang hanya menguasai materi pembelajaran belum tentu mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal, namun sebaliknya siswa yang mampu mengembangkan kemampuan berfikirnya, maka siswa tersebut bisa menguasai materi pelajaran dengan baik. Pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered approach). Pendekatan inkuiri dapat diloaksanakan dengan metode tanya jawab, diskusi, problem solving, studi kasus. Inkuiri akan membangkitkan keinginan siswa, memberikan motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawabannya. Selain itu, pendekatan ini dapat mengajarkan ketrampilan memecakan masalah tanpa pertolongan orang lain dan meminta siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima ssaja (Ratna Wilis Dahar, 2011: 80).

Terdapat beberapa macam pendekatan pembelajaran inkuiri. Mulyasa (2005: 109) mengemukakan tiga macam pendekatan inkuiri sebagai berikut: a. Inkuiri terbimbing (guide inquiry); peserta didik memperoleh pedoman sesuai

dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pelaksanaan pengajaran dimulai dari sebuah pertanyaan inti (Seperti mengapa air yang mendidih mengeluarkan gelembung udara?). Dari jawaban yang dikemukakan siswa, guru mengajukan berbagai pertanyaan melacak, dengan tujuan mengarahkan siswa kesuatu titik kesimpulan yang diharapkan.

b. Inkuiri bebas (free inquiry); pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.

c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry); pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.


(28)

Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah penggunaan proses-proses sains, pengetahuan ilmiah, dan sikap-sikap ilmiah untuk menganalisa suatu permasalahan dan berpikir kritis (Martin et al., dalam Widowati (2013: 167). Maksudnya melalui pendekatan inkuiri pembelajaran berupaya untuk menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah, berpikir secara kritis dan analitis pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

3. Pendekatan Inkuiri Terbimbing

Pendekatan inkuiri terbimbing adalah pendekatan pembelajaran inkuiri yang sebagian besar perencanaan pembelajarannya disusun oleh guru termasuk perumusan masalah. Pendekatan inkuiri (guide inquiry) dilakukan dengan cara siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut disusun untuk membimbing siswa mendapatkan konsep (Sund dan Trowbidge, 1996: 212). Menurut Sudirman, pendekatan inkuiri terbimbing sebagian besar perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru dan juga guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas mengenai bagaimana menyusun prosedur eksperimen dan mencatat data hasil eksperimen pada siswa (Sudirman, 1979: 173).

Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran (Mausul, 2008: 28).

Aplikasi pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing, misalnya dalam materi redoks, yaitu dengan menyetarakan jumlah kenaikan bilangan oksidasi dari reduktor (zat yang teroksidasi) sama dengan jumlah penurunan bilangan reduksi dari oksidator (zat yang tereduksi). Pada pembelajaran ini, guru


(29)

membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan membagi lembar kerja. Guru menyiapkan lembar kerja yang disusun sesuai dengan cara inkuiri. Siswa melakukan penyetaraan reaksi dengan beberapa langkah kerja yang sudah dijelaskan dalam lembar kerja. Siswa mendiskusikan proses penyetaraan bersama temannya dan guru memantau jalannya diskusi. Setalah diskusi selesai, guru melakukan diskusi besar bersama siswa-siswa yang lain dan menyimpulkan materinya.

4. Pendekatan Konvensional

Pendekatan konvensional atau ekspositori adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Pendekatan konvensional lebih dominan menggunakan metode ceramah (Syah, 1995: 203).

Pada umumnya guru lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan metode tanya jawab. Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan (Hasibuan dan Moedjiono, 2000: 13). Keunggulan pendekatan konvensional lebih efektif dan efisien untuk menyampaikan informasi dan pengertian. Metode ceramah juga merupakan metode mengajar yang menggunakan penjelasan verbal (Margono, 1989: 30). Komunikasi bersifat satu arah dan sering dilengkapi dengan alat bantu audio visual, demonstrasi, tanya jawab, diskusi singkat dan sebagainya.

5. Motivasi Belajar

Motivasi adalah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan (need), keinginan (wish), dorongan (desire) atau impuls. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berprilaku (Husaini Usman, 2006: 223).


(30)

Salah satu kegunaan konsep motivasi adalah menggambarkan kecenderungan umum seseorang dalam usahanya mencapai tujuan tertentu. Motivasi sering dilihat sebagai sifat-sifat kepribadian seseorang yang relatif stabil. Beberapa orang dimotivasi untuk berprestasi, beberapa orang dimotivasi untuk bekerjasama dengan orang lain dan mereka mengekspresikan motivasi-motivasi ini dalam banyak cara yang berbeda-beda (Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2002: 350).

a. Peranan motivasi dalam belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perlakuan individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar Menurut Hamzah B. Uno (2006: 57), ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam:

1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar 2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

3) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar 4) Menentukan ketekunan belajar.

b. Bentuk-bentuk motivasi di kelas

Dengan motivasi belajar siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Diantara teknik yang dapat digunakan guru untuk memotivasi siswa adalah (Abdur Rohim, 2009: 20)

1) Pernyataan penghargaan secara verbal

2) Menggunakan nilai ujian sebagai pemacu keberhasilan 3) Menimbulkan rasa ingin tahu

4) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh 5) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah

6) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan 7) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

8) Membuat suasana persaingan yang sehat diantara siswa

Kean dan Middlecamp (1985: 9) menyatakan bahwa agar berhasil dalam belajar kimia atau mempunyai prestasi belajar kimia yang baik, siswa harus mempunyai gambaran tentang ciri siswa yang berhasil. Siswa yang berhasil memiliki ciri-ciri:


(31)

2) Mempunyai rasa percaya pada diri sendiri untuk berusaha keras belajar tentang kimia

3) Berusaha untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan bernalar tentang kimia

4) Terdorong untuk mengerjakan tugas meskipun tidak ada imbalan 5) Mencari cara untuk meningkatkan efisiensi belajar kimia. 6. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Jadi prestasi belajar adalah tingkat kemampuan penguasaan oleh siswa terhadap sesuatu setelah mengalami proses belajar dinyatakan dengan nilai tes. Siswa dapat dikatakan mempunyai prestasi tinggi apabila hasil yang didapat dari evaluasi tinggi. Begitu juga sebaliknya siswa dapat dikatakan memiliki potensi rendah apabila hasil yang didapat dari evaluasi rendah. Jadi prestasi siswa dapat diketahui dari skor hasil evaluasi yang diadakan (Oemar Hamalik, 2004: 18).

Pada proses belajar-mengajar prestasi belajar yang diperoleh tiap-tiap siswa berbeda-beda. Penyebab perbedaan prestasi belajar tersebut terdapat dalam diri siswa dengan berbagai latar belakangnya. Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, baik yang berasal dari luar siswa sehingga tidak jarang ditemui siswa dalam suatu kelas dengan guru yang sama, lingkungan yang sama, dan fasilitas yang sama namun hasil yang dicapai masing-masing siswa berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan sebagai berikut (Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2005: 10):

a. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti:

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya panca indra yang tidak berfungsi semestinya seperti mengalami sakit kulit, cacat tubuh, perkembangan tidak sempurna.

2) Faktor psikologis terdiri atas

a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat seperti faktor kecepatan nyata, yaitu prestasi.

b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.


(32)

b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa misalnya: faktor sosial (lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, kelompok), faktor budaya (adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian), faktor lingkungan fisik (fasilitas rumah, fasilitas belajar), faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

7. Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang di dalamnya terdapat serah terima elektron antar zat. Reaksi redoks sederhana dapat disetarakan dengan mudah tanpa metode khusus, akan tetapi untuk reaksi yang cukup kompleks, ada dua metode yang dapat digunakan untuk menyetarakannya, yaitu:

a. Metode bilangan oksidasi, yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung tanpa atau dalam air, dan memiliki persamaan reaksi lengkap (bukan ionik). b. Metode setengah reaksi (metode ion elektron), yang digunakan untuk reaksi

yang berlangsung dalam air dan memiliki persamaan ionik.

Prinsip dasar metode ini adalah jumlah kenaikan bilangan oksidasi dari reduktor (zat yang teroksidasi) sama dengan jumlah penurunan bilangan reduksi dari oksidator (zat yang tereduksi). Untuk menyetarakan persamaan redoks dengan metode ini, harus ditempuh langkah langkah sebagai berikut:

a. Tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.

b. Setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas kanan dengan menambah koefisien yang tepat.

c. Tentukan jumlah berkurang dan bertambahnya bilangan oksidasi.

d. Setarakan jumlah perubahan jumlah bertambah dan berkurangnya bilangan oksidasi tersebut dengan memberi koefisien yang sesuai

e. Setarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation, anion, hidrogen, dan terakhir oksigen (KAHO).

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti diantaranya adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Samhasari Desthi Muslimah (2012) menemukan adanya perbedaan yang signifikan antara motivasi dan prestasi belajar kimia siswa SMA Negeri 1 depok yang mengikuti pembelajaran


(33)

mengunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri bebas termodifikasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2008) menemukan bahwa pendekatan inkuiri dapat mengurangi miskonsepsi geometri siswa tentang kesebangunan dan kekongruenan yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan penguasaan konsep siswa sebesar 22, 29%, dan Penurunan tingkat kesalahan siswa dalam mengerjakan soal sebesar 2,18% dari siklus I ke siklus II.

C. Kerangka Berpikir

Perkembangan sains dan teknologi yang semakin maju menuntut kualitas manusia yang semakin meningkat. Upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia dapat ditempuh melalui jalur pendidikan. Pendidikan di Indonesia senantiasa mengalami pembaharuan, terutama perbaikan kurikulum. Kurikulum yang diterapkan saat ini berlandaskan pada standar kompetensi. Sehingga siswa dituntut untuk kompeten di bidangnya. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaran, dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang inovatif, sehingga menjadikan belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan

Pada pembelajaran kimia, khususnya materi reaksi redoks, pendekatan pembelajaran yang sering digunakan adalah pendekatan konvensional. Hal ini disebabkan karena materi reaksi redoks sebagian besar beisi perhitungan. Namun, pendekatan ini kurang mengokomodasi kemampuan siswa. Oleh karena itu diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa Berdasarkan hasil pengamatan peneliti SMA Negeri 2 Menyuke, Kalimantan Barat proses pembelajaran masih menggunakan pendekatan konvensional yaitu banyak menggunakan metode ceramah, sehingga siswa menjadi terlihat bosan dalam belajar.. Sepertinya siswa membutuhkan suatu pembelajaran baru yang lebih menarik dan yang bisa memacu lebih baik semangat siswa dalam belajar, sehingga pendekatan inkuiri dirasa tepat untuk mengatasi permasalahan ini.

Pendekatan inkuiri dipilih karena pendekatan ini menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang ada dalam proses pemebelajaran. Dalam pelaksanaannya para siswa tidak dibiarkan begitu saja menganalisis hasil eksperimen namun


(34)

mereka tetap mendapatkan arahan sehingga hasilnya sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran. Pada penelitian ini akan dilakukan studi perbandingan antara pembelajaran dengan pendekatan konvensional dan pendekatan inkuiri dengan tujuan untuk bisa mengetahui pendekatan yang tepat diterapkan di sekolah tersebut jika dilihat dari motivasi belajar dan prestasi belajarnya.

Motivasi belajar tinggi adalah dorongan atau keinginan kuat dalam diri siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang optimal. Sedangkan motivasi belajar rendah adalah kurangnya keinginan siswa dalam memperoleh prestasi yang optimal. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan cenderung lebih giat belajar dalam memahami pelajaran kimia, siswa dalam kriteria ini akan lebih meluangkan banyak waktu untuk belajar. Hal ini akan berbeda dengan siswa yang masuk ke dalam kriteria motivasinya rendah. Penggunaan pendekatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap motivasi siswa. Salah satunya adalah pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing yang menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian penerapan pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dapat mempertahankan motivasi dan prestasi siswa yang tinggi sekaligus dapat meningkatkan siswa yang memiliki motivasi dan prestasi rendah, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai sepenuhnya.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Ada perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang signifikan antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Ada perbedaan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang signifikan antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing.

3. Ada perbedaan motivasi belajar kimia yang signifikan antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran pendekatan pembelajaran konvensional.


(35)

4. Ada perbedaan prestasi belajar kimia yang signifikan antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran pendekatan pembelajaran konvensional.


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Adapun yang dengan dimaksud eksperimen adalah penelitian dengan metode percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap variabel yang lain. Digunakan metode eksperimen semu dalam penelitian ini karena peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi subyek yang digunakan dalam penelitian.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Two Groups Pretest-Posttest Design”, yaitu desain penelitian yang terdapat tes awal sebelum perlakuan dan tes akhir setelah perlakuan. Penelitian ini melibatkan dua kelompok, semua kelompok diseleksi dengan metode penarikan sampel random. Kelompok pertama diberi perlakuan dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan kelompok kedua diberi perlakuan dengan pendekatan konvesional. Masing-masing kelompok ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar. Adapun desian penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Kelompok Pretest (Awal) Perlakuan Posttest (Akhir)

Konvensional T1 X1 T3

Inkuiri Terbimbing T2 X2 T4

Gambar 1. Desain Penelitian Keterangan:

T1: Tes sebelum diberikan pembelajaran konvensional T2: Tes sebelum diberikan pembelajaran inkuiri terbimbing X1: Perlakuan dengan pendekatan pembelajaran konvensional. X2: Perlakuan dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing T3: Tes setelah diberikan pembelajaran konvensional

T4: Tes setelah diberikan pembelajaran inkuiri terbimbing B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi, kemudian diambil kesimpulannya


(37)

(Sugiyono, 2010: 60). Menurut hubungan antara satu variabel dengan yang lain variabel pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

1. Variabel bebas (Variabel Independent)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2010: 61). Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional.

2. Variabel terikat (Variabel Dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 61). Variabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi dan prestasi belajar.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X di SMA Negeri 2 Menyuke, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat dengan jumlah siswa yang digunakan dalam penelitian sebanyak 95 siswa, dengan rincian kelas XA sebanyak 32 siswa, kelas XB sebanyak 32 siswa dan kelas XC sebanyak 33 siswa.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling artinya pengambilan sampel ditentukan sepenuhnya oleh peneliti dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Hal ini dilakukan, mengingat kelas-kelas yang ada biasanya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Peneliti memilih dua kelas yang karakteritiknya mirip, yaitu kelas yang mempunyai rata-rata nilai prestasi (UAS) yang sepadan untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional. Sampel penelitian adalah kelas XA dan XB. Kelas XA sebagai sampel yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas XB sebagai sampel yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen pengumpul data yang digunakan adalah sebagai berikut

1. Angket Motivasi Belajar

Pada penelitian ini angket motivasi belajar yang digunakan diadaptasi dan direduksi dari angket motivasi yang telah digunakan pada penelitian Samhasari Desthi Muslimah (2008); Angket tersebut terdiri dari 20 pernyataan dari total 36


(38)

pernyataan. Pengurangan jumlah butir pernyataan dilakukan karena ada beberapa kesamaan karakteristik antara butir pernyataan satu dengan yang lain. Adapun kisi-kisi dalam angket motivasi belajar kimia yang direduksi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Kimia

No. Ciri-ciri Motivasi Nomor Butir Jumlah

1. Minat 5, 17, 18 3

2. Ketekunan dalam belajar 3, 4, 7 3

3. Partisipasi aktif dalam belajar 8, 11, 19 3

4. Usaha untuk belajar 2, 12, 13, 10 4

5. Besar perhatian dalam belajar 1, 6, 9, 15, 20 5

6. Penyelesaian tugas 14, 16 2

Jumlah 20 2. Instrumen Soal/Tes Prestasi Belajar Kimia

Instrumen prestasi belajar kimia yang digunakan untuk mengambil data pengetahuan kognitif pada pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi, berbentuk soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dan masing-masing soal hanya ada satu jawaban yang benar. Materi pokok yang digunakan adalah reaksi redoks meliputi aspek kognitif C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Pada penelitian ini menggunakan tes prestasi belajar kimia yang diberikan pada akhir pembelajaran. Tes ini diberikan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh treatment yang diberikan pada penelitian. Soal yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa sebelum digunakan untuk mengambil data harus diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal-soal tersebut. Adapun kisi-kisi soal prestasi belajar kimia sebelum dan sesudah validasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Prestasi Belajar Kimia Sebelum dan Sesudah Validasi

No. Materi

Aspek kognitif Jumlah Soal C1 C2 C3 C4, C5, C6 Awal Akhir 1 Konsep oksidasi

dan reduksi 7, 16*, 26, 29, 21*, 22*, 30*, 54, 58 24*, 42

28 12 7

2 Biloks unsur dalam senyawa/ion, oksidator, reduktor, hasil 1*, 2*, 3, 4, 11*, 12 31*, 35*, 50, 5*, 23, 32*, 33, 44*, 51*, 52*, 53, 6*, 27, 34, 41*

20, 25, 43*, 45


(39)

oksidasi dan hasil reduksi

55, 56, 59,

60* 3 Tata nama

menurut IUPAC

36, 37, 38*

39*,48 40*,4 7*,

57

- 8 4

4 Aplikasi redoks dalam kehidupan sehari-hari

18*,19 13, 17* 14* 8, 9*, 10*,15, 46*, 49*

11 4

Jumlah soal awal 21 18 10 11 60 -

Jumlah soal valid (akhir) 8 11 6 5 - 30

Keterangan = * butir soal gugur

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dibuat untuk digunakan di kelas dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas dengan pendekatan konvensional. Perbedaan RPP di kelas kontrol dan eksperimen adalah RPP kelas control menggunakan pendekatan konvensional dan RPP kelas eksperimen menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing.

4. Lembar Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlaku besar. Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang keterlaksanaan pembelajaran kimia pada kelas sampel penelitian yang dilakukan oleh guru dan aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, untuk memperkuat data hasil penelitian.

E. Teknik Analisis Instrumen Penelitian 1. Validitas Soal

Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2008: 31). Validitas pertama menyangkut soal secara keseluruhan dan validitas yang kedua menyangkut butir soal atau item (Suharsimi Arikunto, 2007: 64). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium dalam arti memiliki kesejajaran antara tes tersebut dengan kriterium. Validitas butir soal objektif diuji dengan menggunakan rumus korelasi point biserial (rpbis), (Burhan Nurgiyantoro, 2009:145).


(40)

̅ ̅ √ Keterangan:

rpbis : Koefisien korelasi point biserial

̅ : Rerata skor total siswa yang menjawab benar. ̅ : Rerata skor total siswa yang menjawab salah.

: Simpangan baku dari skor total

p : Proporsi siswa yang menjawab benar butir (skor 1)

Rpbis dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5%. Apabila harga rpbis > rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan. Validitas soal dilakukan dengan mengujikan 60 soal tes prestasi pada 1 kelas (XC). Dari hasil soal prestasi diperoleh 30 soal yang valid. Dengan rincian C1 berjumlah 8 soal, C2 berjumlah 11, C3 berjumlah 6 soal, C4, C5, dan C6 berjumlah 5 soal (hasil dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 76-77). Soal yang dipergunakan untuk tes prestasi belajar adalah 30 soal yang mewakili indikator pada materi reaksi redoks.

2. Reliabilitas Soal

Reliabilitas dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen evaluasi, dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2008: 43). Untuk mencari reliabilitas soal objektif dalam penelitian ini digunakan rumus KR-20, sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2007: 109):

               

20 2

) 1 ( 1 1 t i i KR s p p k k r Keterangan:

rKR-20 = reliabilitas instrumen

k = jumlah item

st = Simpangan baku total

pi = banyaknya subyek yang menjawab pada item i

Berdasarkan hasil uji reliabilitas terhadap soal prestasi belajar kimia, maka diperoleh harga ri = 0,628 yang berarti soal-soal tersebut mempunyai reliabilitas


(41)

yang tinggi (Suharsimi Arikunto, 2006: 188). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal prestasi belajar kimia memenuhi syarat untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Hasil perhitungan uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 77.

F. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis

Syarat sebelum dilaksanakannya analisis data adalah harus dipenuhinya persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis tersebut berupa uji normalitas dan uji homogenitas variansi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS. Pada penelitian ini untuk menguji normalitas data peneliti menggunakan uji

Kolmogorov-Smornov. Adapun langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

2) Menentukan α, dalam penelitian ini α = 0.05

3) Menentukan kriteria penerimaan hipotesis H0. Proses pengambilan keputusan menggunakan nilai sig. Apabila nilai Sig (2-tailed) > 0.05 maka H0 diterima. Artinya kelompok yang dianalisis berdistribusi normal.

4) Melakukan analisis dan menentukan kesimpulan

Berikut ini disajikan perhitungan uji normalitas menggunakan program SPSS

(output dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 86 dan 87). Ringkasan hasil uji normalitas tersebut disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Ringkasan Uji Normalitas Data

Kelas Tes Prestasi Belajar Motivasi

Nilai Sig. Keterangan Nilai Sig. Keterangan Kontrol

(X-A)

Awal 0,951 Normal 0,549 Normal

Akhir 0,992 Normal 0,355 Normal

Eksperimen (X-B)

Awal 0,928 Normal 0,123 Normal


(42)

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa signifikansi Kolmogorov-Smirnov untuk nilai awal maupun posttest pada variabel prestasi belajar dan motivasi lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima. Artinya, seluruh data penelitian yang digunakan berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi digunakan untuk mengetahui apakah beberapa kelompok data memiliki karakteristik yang sama atau tidak sehingga dapat digunakan sebagai prasyarat uji parametrik.

Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan Levene’s Test dengan tingkat kepercayaan 95% dan proses perhitungannya menggunakan program SPSS. Langkah-langkah uji homogenitas variansi sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis:

H0: Variansi antara kelas dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas dengan pendekatan konvensional adalah sama.

H1: Variansiantara kelas dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas dengan pendekatan konvensional adalah berbeda.

2) Menentukan α, pada penelitian ini α = 0.05

3) Menentukan kriteria penerimaan hipotesis. Proses pengambilan keputusan menggunakan nilai sig. Apabila nilai Sig > 0.05 maka H0 diterima. Artinya, kelompok yang dianalisis mempunyai variansi yang sama.

4) Melakukan analisis dan menentukan kesimpulan

Berikut ini disajikan perhitungan uji homogenitas variansi menggunakan program SPSS (output dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 88). Ringkasan hasil uji homogenitas variansi tersebut disajikan pada Tabel 4

Tabel 4. Ringkasan Uji Homogenitas Variansi Variabel Tes Nilai Sig. Keterangan Prestasi

Belajar

Awal 0,598 Variansi homogen

Posttest 0,822 Variansi homogen

Motivasi Awal 0,707 Variansi homogen

Posttest 0,814 Variansi homogen

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa signifikansi uji homogenitas menggunakan Levene’s Test untuk variabel prestasi belajar dan motivasi pada nilai awalmaupun posttest lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima. Artinya,


(43)

variansi data antara kelas dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas dengan pendekatan konvensional adalah homogen.

2. Uji Hipotesis

Analisis data yang dilakukan selanjutnya adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi dan prestasi belajar kelas dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional. Analisis ini menggunakan uji-t dan prasyarat untuk bisa melakukan uji-t juga harus terpenuhi terlebih dahulu, yaitu data harus normal dan homogen. Setelah semua asumsi terpenuhi dilanjutkan uji-t dengan menggunakan SPSS dengan tingkat kepercayaan 95%. Langkah-langkah uji adalah sebagai berikut.

a. Menentukan hipotesis

H0: Tidak ada perbedaan motivasi dan prestasi belajar antara kelas dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas dengan pendekatan konvensional. H1: Ada perbedaan motivasi dan prestasi belajar antara kelas dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas dengan pendekatan konvensional. b. Menentukan α, pada penelitian ini α = 0,05

c. Menentukan kriteria penerimaan H0. Proses pengambilan keputusan menggunakan nilai sig. Apabila nilai Sig (2-tailed) < 0.05 maka H0 ditolak. d. Melakukan analisis dan menentukan kesimpulan.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Subbab ini akan menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan, meliputi deskripsi data penelitian dan pengujian hipotesis penelitian.

1. Deskripsi Data Penelitian

Pembahasan berikut ini akan menyajikan deskripsi data yang telah diperoleh dalam penelitian ini, yaitu data motivasi belajar dan prestasi belajar. Deskripsi data yang akan disajikan diantaranya mengenai skor rata-rata (mean), skor tertinggi dan skor terendah dari data hasil penelitian. Adapun untuk mengetahui secara lengkap mengenai deskripsi data dalam penelitian ini, dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

a. Data Motivasi Belajar

Data motivasi belajar terdiri dari nilai awal yang didapat sebelum perlakuan sedangkan untuk nilai akhir didapat sesudah perlakuan. Deskripsi data motivasi belajar awal dan akhir dari kelas kontrol dan eksperimen ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Deskripsi Data Motivasi Belajar Kelas Tes Skor

Minimum

Skor

Maksimum Rata-rata

Kontrol Awal 60,0 70,0 66,06

Akhir 65,0 76,0 70,87

Eksperimen Awal 64,0 71,0 66,77

Akhir 69,0 77,0 72,81

Berdasarkan Tabel 5, skor minimum atau terendah dari nilai awal kelas kontrol adalah 60 dan nilai maksimum atau tertingginya adalah 70, sedangkan pada kelas eksperimen nilai terendahnya adalah 64 dan nilai tertingginya adalah 71. Rata-rata motivasi belajar awal kelas eksperimen sebesar 66,77 relatif sama jika dibandingkan dengan rata-rata motivasi belajar awal kelas kontrol, yaitu sebesar 66,06. Setelah mengalami proses pembelajaran dan khusus untuk kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran, diperoleh nilai motivasi belajar akhir kelas eksperimen sebesar 72,81 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol


(45)

(metode konvensional), sebesar 70,87. Nilai terendah motivasi belajar akhirkelas dari kontrol adalah 65 dan nilai tertingginya adalah 76, sedangkan pada kelas eksperimen nilai terendahnya adalah 69 dan nilai tertingginya adalah 77. Adapun rekapitulasi data motivasi belajar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 85.

b. Data Prestasi belajar

Data prestasi belajar terdiri dari nilai awal yang didapat sebelum perlakuan sedangkan untuk nilai akhir didapat sesudah perlakuan. Deskripsi data motivasi belajar awal dan akhir dari kelas kontrol dan eksperimen ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kelas Tes Skor

Minimum

Skor

Maksimum Rata-rata

Kontrol Awal 43,0 88,0 65,23

Akhir 45,0 91,0 67,87

Eksperimen Awal 46,0 89,0 66,87

Akhir 50,0 95,0 74,45

Berdasarkan Tabel 6, skor minimum atau terendah dari nilai awal kelas kontrol adalah 43 dan nilai maksimum atau tertingginya adalah 88, sedangkan pada kelas eksperimen nilai terendahnya adalah 46 dan nilai tertingginya adalah 89. Rata-rata prestasi belajar akhir kelas eksperimen sebesar 65,23 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata prestasi belajar awalkelas kontrol, akan tetapi tidak terpaut jauh yaitu sebesar 66,87. Setelah mengalami proses pembelajaran dan khusus untuk kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran, diperoleh nilai prestasi belajar akhir dari kelas eksperimen sebesar 74,45 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol (metode konvensional), sebesar 66,87. Nilai terendah prestasi belajar akhirdari kelas kontrol adalah 45 dan nilai tertingginya adalah 91, sedangkan pada kelas eksperimen nilai terendahnya adalah 50 dan nilai tertingginya adalah 95. Adapun rekapitulasi data prestasi belajar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 85.

2. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji persyaratan analisis pada bab sebelumnya, telah diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian hipotesis dapat dilaksanakan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan dan uji t


(46)

sampel berpasangan (Paired Sample t Test) dan uji t sampel independen (Independent Samples t Test). Uji t dilakukan digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho), sehingga diketahui Ho diterima atau tidak. Pengujian hipotesis penelitian diuraikanan sebagai berikut.

a. Perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 15.0, maka didapatkan hasil uji t sampel berpasangan (Paired Sample t Test) seperti yang diuraikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji t Sampel Berpasangan Variabel Motivasi Belajar Motivasi

Belajar

Rata-rata

Selisih t hitung t tabel Keterangan Awal 66,77

-6,03 -17,623 -2,042 Signifikan Akhir 72,81

Berdasarkan Tabel 7, dengan membandingkan nilai t hitung sebesar -17,623 dan t tabel sebesar -2,042 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang signifikan antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 89.

b. Perbedaan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 15.0, maka didapatkan hasil uji t sampel berpasangan (Paired Sample t Test) seperti yang diuraikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji t Sampel Berpasangan Variabel Prestasi Belajar Prestasi

belajar

Rata-rata

Selisih t hitung t tabel Keterangan Awal 66,87

-7,58 -10,343 -2,042 Signifikan Akhir 74,45

Berdasarkan Tabel 8, dengan membandingkan nilai t hitung sebesar -10,343 dan t tabel sebesar -2,042 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang signifikan antara sebelum dan


(47)

sesudah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 90.

c. Perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 15.0, maka didapatkan hasil uji t sampel independen (Independent Samples t Test) seperti yang diuraikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji t Sampel Independen Variabel Motivasi Belajar Kelas Rata-

rata Selisih t hitung t tabel Keterangan Kontrol 70,87

-1,94 -3,319 -2,000 Signifikan Eksperimen 72,81

Berdasarkan Tabel 9, dengan membandingkan nilai t hitung sebesar -3,319 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 91.

d. Perbedaan prestasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan konvensional. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 15.0, maka didapatkan hasil uji t sampel independen (Independent Samples t Test) seperti yang diuraikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji t Sampel Independen Variabel Prestasi Belajar Kelas Rata-

rata Selisih t hitung t tabel Keterangan Kontrol 67,87

-6,58 -2,082 -2,000 Signifikan Eksperimen 74,45

Berdasarkan Tabel 10, dengan membandingkan nilai t hitung sebesar -2,082 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar kimia


(48)

antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 91.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, waktu yang digunakan dalam pebelajaran adalah 4 kali pertemuan (8 jam pelajaran). Berdasarkan analisis data awal dalam penentuan sampel diketahui bahwa nilai UAS kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistrubusi normal, homogen dan memiliki kesamaan rata-rata. Jadi secara umum kedua kelas berangkat dari kondisi yang sama. Setelah mengetahui kondisi awal, selanjutnya kedua kelompok diberi perlakuan, kelas X-B sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan pendekatan pembelajaran pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas X-A sebagai kelas kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional.

Pelaksanaan pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen diawali dengan pembagian siswa oleh guru menjadi beberapa kelompok yang terdiri 3-4 atau 5-6 siswa. Dari LKS yang diberikan guru, secara berkelompok siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis LKS tersebut. Format belajar mengajar yang dilakukan dalam kelompok banyak mendorong guru untuk mengurangi komunikasi satu arah seperti yang nampak jelas pada metode ceramah dan itu memberikan peluang besar bagi guru untuk lebih memperhatikan siswa. Belajar dalam kelompok mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi, interaksi edukatif dua arah dan banyak arah sehingga diperkirakan siswa yang belajar tersebut secara mental emosional lebih terlihat dibandingkan dengan format ceramah, guru cenderung untuk menjadi pusat proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran pada metode ini menghabiskan waktu yang cukup lama sehingga proses pembelajaran menggunakan sedikit waktu pada jam pelajaran materi lain.

Selanjutnya, siswa diberi tugas kelas mengerjakan 1 sampai 2 soal untuk dikerjakan dengan kurun waktu yang telah ditentukan oleh guru saat itu. Sebelum memberikan PR, guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah disampaikan. Setelah memberikan tugas kelas, guru memberikan soal yang akan dikerjakan siswa di rumah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pekerjaan rumah


(49)

(PR) merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang menuntut siswa untuk menjawab soal-soal yang diberikan guru dan dikerjakan di tempat tinggal siswa masing-masing.

Langkah-langkah kegiatan tersebut memberi kesempatan kepada siswa kelas eksperimen untuk memahami konsep reaksi redoks secara maksimal. Dari hal tersebut setidaknya siswa mampu menyatakan berfikir dalam menemukan suatu konsep reaksi redoks dengan menyenangkan. Namun hal ini tidak terjadi pada pertemuan pertama saat penelitian. Siswa merasa bingung dan sering mengeluhkan pusing dengan metode pembelajaran yang diterapkan peneliti, namun itu sudah tidak terjadi pada pertemuan ke dua dan ketiga. Bagi beberapa siswa yang berkamampuan cukup tinggi di kelas lebih cepat memahami konsep yang disajikan dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing namun bagi sebagian besar siswa berkemampuan sedang lebih membutuhkan waktu dan penyesuaian cukup lama untuk menanamkan konsep yang disajikan melalui pendekatan tersebut. Pada pertemuan kedua dan ketiga pembelajaran pada kelas ekperimen berjalan dengan lancar dan cukup baik, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan dan siswa berinteraksi dengan baik antar siswa maupun siswa dengan guru.

Pada kelas kontrol, guru merasa kesulitan menghadapi siswa yang belum paham dengan materi, karena guru menggunakan metode ceramah. Sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendampingi mereka. Berbeda dengan kelas eksperimen, guru sedikit lebih banyak dapat meluangkan waktu untuk mendampingi siswa/siswi yang belum paham dalam belajar karena pada kelas eksperimen menggunakan metode inkuiri terbimbing sehingga guru bisa sedikit meluangkan waktunya untuk mendampingi mereka. Dalam menghadapi siswa/siswi yang belum paham baik pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen guru sedikit kesulitan dalam menjelaskan konsep reaksi redoks.

Pada awal penelitian siswa kelas eksperimen merasa kebingungan dengan adanya suatu pendekatan pembelajaran yang tidak biasa mereka dapatkan, hal tersebut terlihat dari respon siswa pada saat pembelajaran pertemuan pertama. Adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan penyesuaian terhadap pendekatan dan pendekatan pembelajaran baru tersebut, namun dengan bimbingan guru, siswa mulai dapat memahami dan dapat menyesuaikan diri mengikuti pembelajaran menerapkan pendekatan inkuiri


(50)

terbimbing. Keterangan tersebut sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.

Seluruh rangkaian pelaksanaan pendekatan pembelajaran di kelas mengikuti RPP yang telah dibuat sebelumnya, dan pelaksanaannya dicek dengan lembar observasi yang dilakukan oleh observer. Dari beberapa aspek yang diamati secara keseluruhan proses pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan prosedur, mulai dari kegiatan pendahuluan sampai penutupan pembelajaran. Namun waktu yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen sering tidak sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang membahas tentang kelemahan inkuiri terbimbing yang mengatakan bahwa metode penemuan terbimbing menggunakan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan uraian pada analisis data diatas, setelah diterapkan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen (kelas X-B) dan pendekatan konvensional pada kelompok kontrol (kelas X-A), terlihat bahwa hasil prestasi dan motivasi belajar kimia kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Berdasarkan hasil dari analisis statistik variabel motivasi belajar pada data tes akhir, dengan menggunakan uji t sampel independen (Independent Samples t Test) dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh hitung sebesar -2,082 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Pada variabel prestasi belajarpada data tes akhir, antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan uji t sampel independen (Independent Samples t Test) dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai t hitung sebesar -2,082 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan motivasi dan prestasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional.

Jadi, dapat disimpulkan untuk penelitian prestasi siswa bahwa rata-rata nilai tes akhir siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah berbeda, dimana nilai kelas eksperimen 75,45 dan kelas kontrol 67,87. Artinya rata-rata nilai akhir siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai akhir siswa kelas kontrol. Sedangkan untuk motivasi siswa, rata-rata nilai selisih akhir siswa


(51)

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah berbeda, dimana untuk kelas eksperimen sebesar 72,81 dan kelas kontrol sebesar 70,87. Artinya rata-rata nilai selisih awal dan akhir siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai akhir siswa kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia dibandingkan dengan pembelajaran yang menerapkan pendekatan konvensional pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke Landak Kalimantan Barat tahun ajaran 2014/2015.

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kelas eksperimen lebih meningkatkan prestasi daripada kelas kontrol antara lain pada kelas eksperimen siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. Pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru. Materi yang dipelajari melalui pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. Selain itu, dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing guru memiliki waktu yang cukup untuk mendampingi siswa sehingga tidak ada siswa yang merasa terabaikan. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional siswa merasa mengantuk pada saat menerima materi karena proses pembelajaran yang monoton.


(1)

Uji Homogenitas Variansi

Explore

Kelas

Case Processing Summary

31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%

31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%

31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%

31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%

31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%

31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%

31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%

31 100,0% 0 ,0% 31 100,0%

Kelas Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Prestasi_pre Prestasi_post Motivasi_pre Motivasi_post

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Test of Homogeneity of Variance

,281 1 60 ,598

,285 1 60 ,596

,285 1 59,997 ,596

,283 1 60 ,597

,051 1 60 ,822

,060 1 60 ,807

,060 1 59,953 ,807

,053 1 60 ,819

,143 1 60 ,707

,000 1 60 1,000

,000 1 58,371 1,000

,108 1 60 ,743

,056 1 60 ,814

,032 1 60 ,860

,032 1 58,611 ,860

,032 1 60 ,858

Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df

Based on trimmed mean Based on Mean

Based on Median Based on Median and with adjusted df

Based on trimmed mean Based on Mean

Based on Median Based on Median and with adjusted df

Based on trimmed mean Based on Mean

Based on Median Based on Median and with adjusted df

Based on trimmed mean Prestasi_pre

Prestasi_post

Motivasi_pre

Motivasi_post

Levene


(2)

Lampiran 10. Hasil Uji Hipotesis

Uji t Sampel Berpasangan Variabel Motivasi

T-Test

Paired Samples Statistics

66,77 31 2,305 ,414

72,81 31 2,197 ,395

Eksperimen_Pretest Eksperimen_Posttest Pair

1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

31 ,643 ,000

Eksperimen_Pretest & Eksperimen_Posttest Pair

1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-6,032 1,906 ,342 -6,731 -5,333 -17,623 30 ,000

Eksperimen_Pretest -Eksperimen_Posttest Pair

1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)


(3)

Uji t Sampel Berpasangan Variabel Prestasi

T-Test

Uji t Sampel Independen

T-Test

Paired Samples Statistics

66,87 31 12,513 2,247

74,45 31 12,759 2,292

Eksperimen_Pretest Eksperimen_Posttest Pair

1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

31 ,948 ,000

Eksperimen_Pretest & Eksperimen_Posttest Pair

1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-7,581 4,081 ,733 -9,077 -6,084 -10,343 30 ,000

Eksperimen_Pretest -Eksperimen_Posttest Pair

1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)


(4)

Group Statistics

31 65,23 11,670 2,096

31 66,87 12,513 2,247

31 67,87 12,126 2,178

31 74,45 12,759 2,292

31 66,06 2,279 ,409

31 66,77 2,305 ,414

31 70,87 2,391 ,429

31 72,81 2,197 ,395

Kelas Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Prestasi_pre Prestasi_post Motivasi_pre Motivasi_post

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

91

Independent Samples Test

,281 ,598 -,535 60 ,594 -1,645 3,073 -7,792 4,502

-,535 59,710 ,594 -1,645 3,073 -7,793 4,503

,051 ,822 -2,082 60 ,042 -6,581 3,161 -12,904 -,257

-2,082 59,846 ,042 -6,581 3,161 -12,905 -,256

,143 ,707 -1,219 60 ,228 -,710 ,582 -1,874 ,455

-1,219 59,992 ,228 -,710 ,582 -1,874 ,455

,056 ,814 -3,319 60 ,002 -1,935 ,583 -3,102 -,769

Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances Prestasi_pre Prestasi_post Motivasi_pre Motivasi_post F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(5)

Lampiran 11. Foto-foto Penelitian


(6)

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP

0 20 52

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP

12 48 54

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar materi ekosistem siswa kelas X A SMA Negeri 1 Menyuke Kalimantan Barat dengan metode observasi.

1 2 87

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar materi ekosistem siswa kelas X A SMA Negeri 1 Menyuke Kalimantan Barat dengan metode observasi

0 0 85

PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 2 NGABANG TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 1

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SISTEMIK DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER 2 SMA N 1 BUMIAYU TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 1

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SISTEMIK DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER 2 SMA N 1 BUMIAYU TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 1

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SISTEMIK DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 1

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SISTEMIK DAN KONVENSIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 1

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

0 0 13