Pengetahuan Hukum Pengetahuan Hukum

mengenai peraturan merupakan bagian dari adanya kesadaran hukum. Mengenai pengetahuan terhadap peraturan, Soekanto mengemukakan bahwa taraf yang rendah dari pengetahuan terhadap peraturan tidak berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kesadaran hukum, akan tetapi taraf pengetahuan yang tinggi tentang peraturan akan lebih menyempurnakan taraf kesadaran hukum. Soekanto, 1982:224. Selanjutnya Soekanto menambahkan bahwa pengetahuan tentang isi peraturan menyebabkan terjadinya kepatuhan terhadap peraturan tersebut, hal mana juga harus ditunjang oleh teladan pejabat hukum dan taraf kesempurnaan mekanisme pengawasan pelaksanaan peraturan Soekanto, 1982: 255. Berdasarkan beberapa pendapat diatas bahwa pengetahuan hukum merupakan bagian dari kesadaran hukum, pengetahuan tentang peraturan tertentu tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan pada peraturan tersebut. Pengetahuan tentang isi peraturan akan menyebabkan kepatuhan terhadap peraturan tersebut. Selanjutnya pengetahuan hukum juga bisa diperoleh melalui proses pendidikan maupun proses sosialisasi dan interaksi didalam masyarakat. Riyanto 2010: 53 menyatakan bahwa: proses pendidikan formal, nonformal, dan informal serta proses komunikasi persona, kelompok, serta massa dan nonmassa dapat membentuk kesadaran hukum legal awarenesslegal consciousness masyarakat yang meliputi unsur pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sikap hukum, dan perilaku hukum. Pengetahuan hukum merupakan salah satu unsur dari kesadaran hukum dimana seseorang mengenal, hafal, ingat, tahu hukum atau peraturan. Unsur pengetahuan hukum ini merupakan unsur terendah dari lingkup dan tahapan unsur-unsur kesadaran hukum masyarakat. Pada tahapan ini bisa dikatakan masih pada tingkat hukum dalam buku law in books atau hukum dalam teori law in theories. Sesuai dengan pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa juga dapat memperoleh pengetahuan hukum, salah satunya melalui pendidikan formal. Pengetahuan hukum tersebut merupakan salah satu unsur dari kesadaran hukum.

2. Kepatuhan Siswa

McKendry yang sebagaimana dikutip Krisnatuti dkk, 2011 menjelaskan bahwa kepatuhan merupakan kecenderungan dan kerelaan seseorang untuk memenuhi dan menerima permintaan, baik yang berasal dari seseorang pemimpin atau yang bersifat mutlak sebagai sebuah tata tertib atau perintah. Kepatuhan obedience didefinisikan sebagai perubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain Feldman yang sebagaimana dikutip Kusumadewi dkk 2012. Neufelt yang sebagaimana dikutip Kusumadewi dkk, 2012 menjelaskan arti kepatuhan sebagai kemauan mematuhi sesuatu dengan takluk tunduk. Kepatuhan terhadap peraturan memiliki dimensi-dimensi yang mengacu pada dimensi kepatuhan yang diungkapkan oleh Blass yang sebagaimana dikutip Kusumadewi dkk,2012, yaitu mempercayai belief, menerima accept, dan melakukan act. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah sikap dan tingkah laku seseorang untuk mempercayai, menerima, dan melakukan suatu perintah atau permintaan dengan kerelaan dan tunduk. Kepatuhan siswa adalah sikap dan tingkah laku yang ditunjukan dengan menjalankan tugasnya sebagai siswa dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang ada pada peraturan yang berlaku dilingkungannya. Selanjutnya kepatuhan siswa dalam melaksanakan peraturan sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Douglas Graham yang sebagaimana dikutip Sanjaya, 2006: 274-275 mengemukakan ada empat faktor yang merupakan dasar kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu: a. Normativist, biasanya kepatuhan terhadap norma-norma hukum. Selanjutnya dikatakan bahwa kepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk yaitu: 1 Kepatuhan terhadap nilai atau norma itu sendiri 2 Kepatuhan pada proses tanpa mempedulikan normanya sendiri 3 Kepatuhan pada hasilnya atau tujuan yang diharapkannya dari peraturan itu b. Integralist, yaitu kepatuhan yang berdasarkan pada kesadaran dengan pertimbangan-pertimbangan yang rasional. c. Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekedar basa basi. d. Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan kepentingan diri sendiri.

3. Tata Tertib

a. Pengertian Tata Tertib

Peraturan dan Tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa. Namun, Tata Tertib sedikit berbeda

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kredit Poin Pelanggaran Tata Tertib Dengan Kedisiplinan Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatibarang

2 17 156

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN SISWA DALAM MELAKSANAKAN TATA TERTIB SEKOLAH KELAS V Pengaruh Kondisi Lingkungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Siswa Dalam Melaksanakan Tata Tertib Sekolah Kelas V SD N Blorong 1 Jumantono Karangany

0 2 16

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN SISWA DALAM MELAKSANAKAN TATA TERTIB SEKOLAH KELAS V Pengaruh Kondisi Lingkungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Siswa Dalam Melaksanakan Tata Tertib Sekolah Kelas V SD N Blorong 1 Jumantono Karanganya

0 1 8

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN UMUM DENGAN KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Pasien Hipertensi di RS PKU Aisyiyah Boyolali.

0 1 11

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN UMUM DENGAN KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Pasien Hipertensi di RS PKU Aisyiyah Boyolali.

1 8 12

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

0 0 8

PERBEDAAN SIKAP MORAL SISWA YANG TERLIBAT PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN YANG TIDAK TERLIBAT PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH (Studi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta).

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA.

14 87 161

HUBUNGAN SELF CONTROL DENGAN KEPATUHAN TATA TERTIB PADA SISWA MADRASAH ALIYAH.

10 23 94

Tata Tertib Siswa Sekolah Langsung Cetak - Administrasi Sekolah TATA TERTIB SISWA

0 0 1