93
dilihat dari perolehan performance test kemampuan membaca ritme musik siswa pada kondisi awal dibandingkan dengan siklus I. Pada
kondisi awal terdapat 1 siswa yang mampu menunjukkan kemampuan membaca ritme secara tepat, sedangkan pada siklus I terdapat 15
siswa yang mampu memainkan ritme dengan tepat atau jika dipersentasekan sebesar 51,72.
d. Refleksi Siklus I
Setelah melakukan pembelajaran di kelas IV pada siklus I, peneliti dan kolabolator mengadakan diskusi guna mengevaluasi
proses pembelajaran yang yang telah berlangsung sebelumnya. Hasil refleksi atas tindakan yang telah dilakukan pada siklus I sebagai
berikut. 1
Metode Takadimi-Orff yang digunakan mampu membantu siswa dalam memahami ritme secara konkret. Siswa dengan mudah dan
semangat melafalkan dan mempraktikkan melalui kegiatan membaca ritme yang telah disediakan
2 Siswa sudah mulai memahami mengenai ritme dan istilah ritme.
serta notasi dalam ritme 3
Siswa sudah bisa membaca notasi ritme dengan bantuan suku kata. Pada umumnya siswa dapat mengikuti pembelajaran
membaca ritme sesuai dengan rancangan tindakan yang telah disusun, namun masih dijumpai beberapa kendala sehingga penerapan metode
94
Takadimi Orff pada Siklus I masih belum optimal. Adapun beberapa kendala pada Siklus I yang dijumpai sebagai berikut.
1 Pada tahap imitasi, media Papan Takadimi masih belum menarik
ketertarikan siswa sampai akhir pembelajaran. Papan Takadimi hanya mampu memancing perhatian dan kefokusan siswa hingga
pertengahan pelajaran. Kurangnya kefokusan dan perhatian pada pelajaran menyebabkan siswa tersebut belum bisa menyerap materi
Takadimi dan mempraktikannya secara optimal. Selain itu, siswa juga merasa bosan saat proses pembelajaran karena para siswa
hanya bertepuktangan. 2
Kondisi kelas mulai kurang kondusif saat pembentukan kelompok. 3
Pola ritme tertentu masih dirasa sulit oleh siswa. Sebagian besar siswa kesulitan mempraktikkan ritme musik dalam bentuk TA KA
0 MI dan TA 0 DI MI. Sering dijumpai beberapa siswa sempat berhenti sebentar dalam mempraktikkan pulsa yang mengandung
unsur suku kata tersebut. Adapun solusi yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya
sebagai berikut. 1
Guru memperbaiki media pembelajaran yang lebih menarik agar siswa tidak bosan. Jika pada siklus I siswa menggunakan tepuk
tangan pada tahap imitasi dan media botol bekas pada tahap eksplorasi, pada siklus II siswa akan menampilkan ritme dengan
media botol bekas pada tahap imitasi dan eksplorasi. Selain itu,
95
guru akan
menggunakan media
LCD-Powerpoint dalam
menyampaikan materi agar siswa tertarik fokus dengan pembelajaran.
2 Kegaduhan saat pembentukan kelompok diperbaiki dengan
mempertahankan kelompok yang sudah terbentuk pada siklus I. Kelompok yang sudah terbentuk dipertahankan hingga pertemuan
seterusnya. Dengan demikian tidak dijumpai kegaduhan saat pembentukan kelompok.
3 Pola ritme juga perlu diperbaiki. Pada siklus I, guru mencoba
menghindari pola suku ka ta yang mengandung pola “TA00MI”
karena pola suku kata ini dapat dikuasi di kelas V-VI. Namun secara umum siswa juga kesulitan dengan ritme TA 0 DI MI, TA
KA 0 MI. Dengan demikian, untuk tindakan berikutnya, yang membedakan dengan siklus satu yaitu siswa diminta guru untuk
mempraktikkan pola ritme yang menurut para siswa mudah bagi mereka karena siswa sendiri baru pertama kali mengenal
pembelajaran mengenai ritme musik. Selain itu, jika pada siklus I siswa menyusun komposisi ritme musik hanya dalam bentuk suku
kata, namun pada siklus II siswa menyusun komposisi dengan notasi seperenambelas yang di bawahnya dicantumkan suku kata
sesuai bentuk notnya. Beberapa hal masih dipertahankan dalam kegiatan
pembelajaran, contohnya pemberian Lembar Kerja Siswa karena
96
siswa menjadi bersemangat dalam mengerjakan LKS secara berkelompok. Selain itu, video lagu yang familiar tetap
dipertahankan karena para siswa senang bernyanyi dan bergerak. Pada pertemuan dua video mampu memancing siswa yang
sebelumnya tidak fokus menjadi fokus kembali. Berdasarkan hal tersebut penelitian dilanjutkan pada siklus II. Kekurangan dan
kelebihan yang terjadi pada siklus I digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan siklus II. Adapun hasil
refleksi siklus I dapat dilihat dalam tabel 7.
97
Tabel 7. Hasil Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Indikator Keberhasilan
Hasil Analisis Hasil Evaluasi
Rencana Tindak Lanjut Hasil Analisis
Kuantitatif Hasil Analisis
Kualitatif
1 Sekurang-
kurangnya 75
siswa mendapatkan nilai
hasil performance test 70 dari nilai
minimal
dan nilai
maksimal 100.
2 Rerata kelas hasil
performace test 75 Baik.
Nilai tertinggi: 80 1 Penerapan metode
Takadimi-Orff belum berjalan optimal
2 Jumlah siswa yang
mampu membaca ritme secara tepat
meningkat
3 Persentase ketuntasan
belajar siswa belum mencapai
keberhasilan 1
Pada tahap imitasi, media Papan
Takadimi masih
belum menarik ketertarikan siswa
sampai akhir
pembelajaran. Selain
itu, siswa juga merasa bosan saat
proses pembelajaran karena para
siswa hanya
bertepuktangan. 2
Kondisi kelas mulai kurang kondusif saat pembentukan
kelompok. 3
Selain bentuk pola ritme TA 0 0 MI, siswa kesulitan
dengan ritme dengan bentuk TA KA 0 MI dan TA 0 DI
MI 1
Media yang akan digunakan adalah LCD-
Powerpoint dan video pada siklus II. Selain itu,
siswa akan mempraktikkan ritme
dengan botol bekas.
2 Pembentukan kelompok
akan didasarkan pada kedekatan dan keseuaian
siswa.
3 Pola ritme yang akan
disusun dengan menghindari ketiga
bentuk ritme yang dirasa sulit bagi siswa.
Nilai Terendah: 44 Nilai Rata-rata:
63,17 Persentase siswa
yang telah tuntas belajar: 51,72
98
3. Sajian Hasil Penelitian Siklus II