Darius I Achaeminiyah Abad VI-V SM

motif-motif para propaganda Darius I. Cambyses dilaporkan telah memerintah Mesir dengan kasar dan telah menodai upacara dan tempat suci mereka. Penyerangan militernya keluar Mesir dilaporkan mengalami kegagalan. Ia dituduh telah melakukan pembunuhan dalam menghadapi pemberontakan yang terjadi dalam lingkungan keluarganya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa dia telah gila.

2. Darius I

Darius I, dipanggil the Great, menceritakan secara rinci tentang penggulingan Bardiya palsu dan tahun-tahun pertama kekuasannya, dalam inskripsi kerajaannya yang terkenal, yang tertulis pada permukaan batu yang terdapat di kaki Bukit Bisotun, beberapa mil sebelah timur kota Kermanshah sekarang. Sejumlah ahli sejarah menilai bahwa cerita Darius lebih merupakan sebuah propaganda dan membantah bahwa Bardiya bukanlah seorang penipu. Menurut Darius I, enam pemimpin bangsawan Achaeminiyah telah membantu melakukan pembunuhan terhadap sang penipu dan secara bersama-sama mereka menyatakan Darius sebagai pewaris Cambyses yang sah. Darius adalah salah seorang dari anggota keluarga kerajaan Achaeminiyah. Buyutnya adalah Ariaramnes, anak Teispes, yang berkuasa di Persia bersama-sama dengan saudaranya Cyrus I. Anak Ariaramnes, Arsames, dan cucu laki-lakinya, Hystaspes ayah Darius I, tidak menjadi raja di Persia, karena kekuasaan kerajaan disatukan ditempatkan di tangan Cambyses I melalui Cyaxares. Akan tetapi Hystaspes merupakan seorang pangeran yang penting dan menjadi gubernur Persis. Darius sendiri mewarisi sifat-sifat Cyrus the Great, seorang penguasa yang memiliki kepribadian yang kuat dan dinamis. Antara tahun 522-521 SM telah dilakukan usaha yang sungguh-sungguh untuk memadamkan pemberontakan yang dikaitkan dengan klaim Bardiya bahwa dialah yang berhak naik taha dan menggantikan Darius. Hampir semua provinsi dalam kerajaan terlibat konflik, termasuk Persia, terutama sekali, Media. Kebijakan yang dikeluarkan ketika itu adalah memberikan pengampunan atau hukuman kepada setiap pemimpin pemberontak, disertai dengan dilakukannya koordinasi dan pembagian kekuasaan. Melalui kebijakan itu, terciptalah suasana yang damai dalam kerajaan, dan kekuasaan Darius I tidak dipersoalkan lagi. Selanjutnya, ia mencurahkan perhati- annya untuk mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan keturunannya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, bagaimanapun juga tidak menghalangi usaha Darius untuk menjalankan kebijakan ekspansionis. Penyerangan ke wilayah timur diteruskan lagi sehingga wilayahnya semakin bertambah sampai ke bagian utara anak benua India. Ekspansi ke wilayah barat dimulai pada tahun 516 SM dengan menyerang Hellepont, dan berhasil menguasai pantai barat dan utara Laut Hitam. Tujuan strategis dibalik penyerangan ini adalah untuk mengganggu dan apabila mungkin adalah untuk menghentkan perdagangan bangsa Yunani di wilayah Laut Hitam, yaitu mensuplai biji padi-padian ke Yunani. Darius I untuk pertama kali melakukan penyerangan ke Eropa dan berhasil mencapai wilayah bagian utara Sungai Danube. Ia kemudian mendirikan pangkalan yang dapat menyeberang ke Hellespont. Sebagai respon terhadap kemajuan tersebut atau tepatnya karena alasan-alasan internal, kota-kota Yunani Ionia di pantai barat Asia Kecil melakukan perlawanan terhadap penguasa Persia pada tahu 500 SM. Persia terkejut dengan respon tersebut, dan perlawanan pertama ini ternyata berhasil. Orang-orang Ionia mendapatkan bantuan dari orang-orang Athena dan pada tahun 498 mereka melakukan serangan ofensif yang lain. Di satu sisi Darius berusaha melakukan negosiasi, sementara di sisi yang lain ia telah melakukan persiapan untuk melakukan serangan balik. Akan tetapi, usaha- usaha yang dilakukan militer Persia hanya berhasil sebagian, dan orang-orang Ionia bisa beristirahat sementara antara tahun 496-495 SM. Serangan ofensif yang berhasil dilakukan militer Persi terjadi pada tahun 494 SM. Armada Yunani berhasil menghalau Miletus, dan pasukan Persia secara sistematis mulai berkurang karena terjadinya pemberontakan kota-kota. Kira-kira pada tahun 492 Mardonius, menantu laki-laki Darius, menjadi komisaris khusus untuk kota Ionia. Ia menekan para tiran lokal dan mengembalikan pemerintahan yang demokratis kepada beberapa kota. Pada masa itu luka-luka yang disebabkan karena pemberontakan telah dapat diperbaiki, dan sejak tahun 481 Xerxes dapat menarik pasukannya dari wilayah ini. Pada tahun 492 SM Mardonius juga berhasil menguasai Thrace dan Macedonia, keberhasilan pertama dalam penyerangan terhadap orang-orang Scythia dan wilayah-wilayah yang hilang selama pemberontakan orang-orang Ionia. Keberhasilan tersebut mengiringi invasi Persia ke Yunani yang telah menyebabkan kekalahan Darius dalam Peperangan Marathon pada akhir musim semi tahun 490 SM. Darius terpaksa mendur dan untuk menghadapi Yunani tampaknya diperlukan usaha- usaha yang lebih konsentrasi dan menyeluruh. Ia mulai melakukan usaha persiapan untuk menalukan invasi ke Yunani dalam skala yang besar dan terkoordinasi. Tetapi rencana tersebut terhenti pada tahun 486 SM disebabkan dua peristiwa, yaitu terjadinya pemberontakan di Mesir, dan kematian Darius.

3. Xerxes I