ancaman tersebut. Alexander bukanlah orang pertama yang berusaha memerangi kaum nomad ini. Cyrus II, pendiri kerajaan Achaeminiyah, telah menghabiskan
sebagian hidupnya untuk meyerang mereka, demikian juga dengan Darius I. Darius I mencoba menyerang mereka melalui bagian selatan Rusia, tetapi mengalami
kegagalan ketika menyerang orang-orang Scythia di pantai Laut Hitam. Apabila orang-orang nomad dan bangsawan Iran di wilayah selatan
merupakan dua faktor utama penyebab kehancuran kerajaan Seleucid, dan apabila kedua hal tersebut telah menguras dan bahkan menjadi sebab utama kehancuran
kerajaan, maka hal yang sama pula yang telah memainkan peran signifikan dalam kehancuran kekuasaan Parthia.
Parthia dirusak oleh suatu aristokrasi yang berasal kalangan militer. Mereka menolak mengakomodasi keinginan pihak istana dan tidak melibatkan mereka dalam
kebijakan-kebijakan politik negara. Dalam pada itu kesulitan kerajaan untuk mengendalikan tetangga namodiknya ke utara dan timur laut, telah melemahkan
kerajaan Parthia, belum lagi adanya intrik-intrik dalam kerajaan.
2. Seleucid
Setelah kematian Alexander, Seleucus I berhasil menguasai seluruh wilayah bagian selatan kerajaan Alexander. Belum lagi ia mengkonsolidasikan kekuasaannya
atas wilayah ini, provinsi-provinsi bagian timur yang berada di perbatasan India mulai melakukan pemberontakan. Sejak tahun 304 SM, Seleucus I dipaksa untuk
melepaskan wilayah ini kepada Candra Gupta I, pendiri kerajaan Maurya di India. Lepasnya wilayah ini bagi Seleucid merupakan kehilangan yang serius, karena tidak
semata hilangnya wilayah India yang telah ditaklukan oleh Alexander, melainkan juga lepasnya distik-distrik yang berada di bagian barat Sungai Indus.
Sebagai balas jasa, Seleucus I menerima 500 ekor gajah. Sejak wakktu itu, hanya wilayah barat yang didominasi oleh politk Seleucid, sebagai pengganti
kerugian mereka atas kepemilikan wilayah timur. Akan tetapi, ketidakberpihakan pemerintahan Seleucid atas wilayah-wilayah timur jauh, berarti telah mengasingkan
orang-orang Yunani yang tinggal di sana, jauh dari tanah air mereka. Padahal apabila
berpikir ke belakang, kemerdekaan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari diri mereka.
Segera setelah itu, kira-kira antara tahun 290-280 SM, dua provinsi timur yaitu Margiana dan Aria mengalami kerusakkan karena adanya invasi dari suku-suku
nomad. Tetapi invasi tersebut berhasil dipukul mundur, dan suku-suku nomad kembai ke Jaxartes. Demodama, seorang jenderal pada dua raja Seleucid pertama, berhasil
menyeberang sungai dan bahkan dapat mencapai altar Apollo, nenek moyang dinasti tersebut. Alexandir di Margiana dan Heraclea di Aria, yang didirikan oleh Alexander,
dibangun kembali oleh Antiochus I dengan nama Antioch dan Achaea. Suatu benteng yang berjarak kurang lebih 100 mil 160 km dibangun untuk melindungi oasis Mery
dari serangan orang-orang nomad. Selanjutnya, Patrocles menerima pesan untuk meneliti Laut Kaspian.
Seleucus I dan pengganti-penggantinya berharap helenisasi yang terjadi di Asia akan melahirkan peradaban yang superior. Suatu jaringan kota-kota dan koloni
militer dibangun untuk menjamin stabilitas negara yang berpenduduk orang-orang Asia. Bahasa Yunani menjadi semakin banyak dipakai, terutama di kalangan
keluarga-keluarga Yunani yang menikahi wanita lokal dan di lingkungan para pelaku usaha komersial. Tetapi setelah dua abad berlalu dan semakin melemahnya imigrasi
orang-orang Yunani-Macedonia, bahasa Yunani semakin kehilangan kekuatannya dan bahasa lokal menjadi kembali dominan.
Penduduk Iran, terutama yang berasal dari kelas atas, tidak lagi menggunakan kebudyaan hellenis kecuali bagian luarnya saja. Bahkan orang-orang Iran yang
tinggal di kota-kota seperti Seleucia dan Susa tidak kelihatan lagi kalau mereka telah dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Yunani.
3. Pergerakan Penduduk Iran