Sistem Sosial Kerajaan Sumeria

A. Kerajaan Sumeria

1. Sistem Sosial

Menurut catatan sejarah, bangsa pertama kali menempati Mesopotamia adalah bangsa Sumeria. Kemungkinan merekalah yang menciptakan kebudayaan irigasi pada masa Calcholithic Obeidian, yang dimulai tidak jauh setelah 4000 SM. Pendudukan tanah genting lembah sungai Tigris-Eufrat, yang merupakan prestasi kekuasaan kolektif manusia yang melahirkan peradaban ini, adalah karya orang-orang Sumeria. Pada awalnya, kekuasaan kolektif orang-orang Sumeria bukanlah sebuah negara politik ekumenis mewakili seluruh dunia yang menguasai seluruh domain tanah genting Tigris-Eufrat yang telah menjadi milik mereka sendiri. Langkah pembukaannya dilakukan oleh sejumlah komunitas Sumeria yang terpisah dan saling independen secara politik, yang berdatangan ke tanah genting itu dari titik-titik yang berbeda. Dikuasainya rawa belantara tersebut merupakan sebuah prestasi sosial yang jauh lebih tinggi daripada preatasi teknologi. Para pengolah tanah di oase-oase Asia Barat Daya mungkin telah menemukan cara untuk meningkatkan irigasi alam lokal secara artifisial. Untuk memanfaatkan tanah genting sungai kembar Tigris-Eufrat yang dianggap sebagai hadiah, manusia harus menggunakan teknik irigasi tiruannya dalam sekala yang membutuhkan kerja sama lebih banyak manusia. Dengan membuka dan mengolah tanah genting di lembah bawah Tigris dan Eufrat tersebut, berarti orang-orang Sumeria sedang menciptakan sebuah spesies baru masyarakat manusia yang paling awal, peradaban-peradaban regional. Selama lima atau enam abad pertama dalam sejarah peradaban Sumeria Sekitar 3100-2500 SM, negara-negara kota muncul berdampingan tanpa saling bersatu. Tidak diragukan lagi, tanah genting Tigris-Eufrat dibuka secara bertahap. Dalam jangka waktu yang panjang sawah-sawah yang diairi dan padang-padang rumput yang berair yang dibuat oleh para pendiri masing-masing kota menjadi oasis. Selama fase pertama dalam peradaban Sumeria, luas rawa perawan yang dimiliki setiap komunitas, di luar ujung teritori yang telah dibuka oleh setiap komunitas, tak terhingga. Lebih dari itu, setiap komunitas dapat menguasai air di dalam rawanya masing-masing tanpa perlu bersaing dengan komunitas lainnya yang menguasai petak-petak lain secara kontemporer. Namun, momentum politik penting terjadi ketika domain negara-negara kota lokal yang semakin meluas mengeliminasi zona-zona rawa yang mengisolasi dan menjadi saling bertetangga secara langsung. Kesempurnaan kemenangan teknologi manusia atas alam di Sumeria pada kenyatannya menimbulkan masalah politik dalam hubungan sesama manusia. Negara-negara kota terus bertahan, setelah menjadi saling bertetangga, masing-masing mempertahankan independensi kedaulatan lokalnya sendiri. Pada fase ini, produktifitas tanah genting Tigris Eufrat begitu luar biasa, sehingga sebagian hasilnya dapat menghidupi anggota perusahaan di sebuah negara kota Sumeria secara mewah. Pada fase selanjutnya, sekitar paro milinium ketiga SM, ciri yang menonjol bukanlah terpeliharanya status istimewa “perusahaan” di setiap negara kota, tetapi persetruan antar negara kota. Misalnya, relief dasar yang menggambarkan Raja Eannatum di Lagash sedang merayakan kemenangannya atas tetangganya, Umma, menunjukkan bahwa, sebelumnya, peperangan antar negara di Sumeria telah menjadi sangat terorganisir dan proporsional. Pasukan Raja Eannatum tidak hanya dilengkapi dengan helm-helm dari logam yang mahal dan tameng-tameng yang memadai, tetapi mereka juga dilatih secara baik untuk menyerang musuh dalam formasi ruas jari. Pangkal pertikaian antara Lagash dan Umma pada masa Eannatum adalah kepemilikan sebuah kanal di perbatasan antara dua negara tersebut, yang dapat menghasilkan tanah produktif di tengahnya yang bergantung pada irigssi dan drainase dari kanal yang diperebutkan tersebut. Negara kota bangsa Sumeria yang berkuasa setelah Umma adalah Urukagina. Urukagina mencaplok bukan hanya Lagash tetapi juga seluruh negara kota Sumeria. Selanjutnya ia meluaskan kerajannya melampaui batas-batas Sumeria hingga kerajaan ini membentang dari laut ke laut, yaitu dari ujung kepala teluk Persia sampai pantai Mediterrania di Syria bagian utara. Dalam proses sejarah selanjutnya, Raja Lugalzaggisi 2371-2347 SM menaklukkan kerajaan Urukagina. Prestasi Lugalzaggisi dalam menyatukan Sumeria adalah secara politik, dan kemudian meluaskan kerajaannya ke arah barat laut untuk menghasilkan kontrol tunggal atas air di Tigris dan Eufrat. Selanjutnya, penguasa Sumeria ini memiliki sumber kayu Sumeria di Gunung Amanus, dan kemungkinan juga sumber-sumber tembaga yang lebih jauh.

2. Sistem Mata Pencaharian dan Religi