Kota-kota Utama Hijaz: Taif, Mekah, dan Madinah

Tradisi Islam menyebutkan bahwa Ka,bah awalnya dibangun oleh Adam yang meniru bentuk aslinya di Surga, dan setelah banjir besar, Ka‟bah dibangun kembali oleh Ibrahim dan Ismail. Ketika sedang melakukan renovasi, Ismail diberi batu hitam oleh Jibril, yang kini masih ditempatkan disudut sebelah tenggara Ka‟bah, dan termasuk dalam rangkaian ibadah-ibadah haji. Setelah masa keduanya, pemeliharaan Ka‟bah tetap berada di tangan keturunan Ismail hingga akhirnya Banu Khuza‟ah, yang memperkenalkan penyembahan berhala, mulai menguasainya. Lalu datang suku Quraisy, yang melanjutkan jalur keturunan Ismail. Salah satu konsep keagamaan penting yang dikenal di kawasan Hijaz adalah konsep tentang Tuhan. Bagi masyarakat Hijaz, Allah Allah, al-ilah, Tuhan adalah yang paling utama, meskipun bukan satu-satunya. Besarnya penghormatan orang Makkah pra-islam kepada Allah sebagai pencipta dan pemberi nikmat, dan wujud yang diseru saat tertimpa musibah, misalnya digambarkan dalam beberapa ayat Al- Qur‟an. Namun, senyatanya allah yang dikenal saat itu adalah dewa suku Quraisy. Karena orang-orang badui sering datang ke kota Hijaz untuk melakukan barter, terutama selama masa gencatan senjata, ya itu pada “empat bulan yang disucikan”, akhirnya mereka terbiasa dengan kepercayaan orang-orang perkotaan yang lebih maju, kemudian mereka mulai melakukan ritual di sekitar Ka‟bah dan menyembelih kurban. Unta dan domba merupakan hewan persembahan utama di kota Makkah, dan keduanya disembelih di atas batu-batu yang dianggap sebagai berhala atau altar persembahan. Praktek ziarah ke beberapa tempat suci masyarakat perkotaan Arab menjadi praktik ibadah yang paling penting bagi masyarakat nomad. “Gencatan senjata di bulan suci” mencakup bulan kesebelas, keduabelas, pertama, dan keempat Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab. Tiga bulan pertama dikhususkan untuk pelaksanaan ritual agama, dan bulan keempat untuk melakukan aktivitas dagang.

b. Kota-kota Utama Hijaz: Taif, Mekah, dan Madinah

Hijaz, sebuah dataran tandus yang berfungsi seperti penghambat antara dataran tinggi Nejed dan daerah pesisir yang rendah, yaitu Tihamah dataran rendah, hanya memiliki tiga kota: Taif, dan dua kota yang bertetengga, Makkah dan Madinah. Kota Taif terletak di sekitar wilayah yang ditumbuhi pepohonan lebat dengan ketinggian sekitar 6.000 kaki di atas permukaan laut dan digambarkan sebagai “sepotong tanah Suriah,” merupakan penginapan musim panas bagi kalangan aristokrat Makkah sejak dulu hingga kini. Diceritakan, bahwa kota ini pada tahun 1814 sebagai wilayah yang paling memberikan ispirasi dan mengegumkan. Buminya yang subur menghasilkan sejumlah komoditas seperti, semangka, pisang, ara, anggur, kenari, persik, delima, dan juga madu. Bunga mawar yang dibudidayakan di kota ini dijadikan parfum yang terkenal di makkah. Dari semua tempat di Semenanjung Arab, Taif adalah tempat yang paling mendekati gambaran al- Qura‟an tentang surga. Kota berikutnya adalah Makkah. Nama Makkah, disebut Macaroba oleh Ptolemius, diambil dari bahasa Saba, Makuraba, yang berarti tempat suci. Kata itu menunjukkan bahwa kota ini didirikan oleh suatu kelompok keagamaan, sehingga bisa dikatakan bahwa sejak dulu, jauh sebelum kelahiran Muhammad saw, Makkah telah menjadi pusat keagamaan. Makkah terletak di Tihamah, sebelah selatan Hijaz, sekitar 48 mil dari Laut Merah, di sebuah lembah gersang dan berbukit, yang digambarkan al- Qur‟an sebagai tanah yang tidak bisa ditanami. Jauh berbeda dengan Taif, panasnya suhu udara di Makkah hampir tak tertahankan. Jauh sebelum kota Makkah dilintasi “jalur rempah-rempah” dari selatan ke utara, Makkah sejak lama telah menjadi tempat persinggahan dalam perjalanan antara Ma‟rib dan Gazza. Orang-orang Makkah yang progresif dan memiliki naluri dagang telah berhasil mengubah kota ini menjadi pusat kemakmuran. Kemakmuran kota ini bisa digambarkan dari sebuah kafilah dagang Makkah yang terlibat dalam Perang Badr. Saat kafilah itu kembali dari Gazza, rombongnnya terdiri atas seribu ekor unta dan membawa barang dagangan senilai 50.000 dinar. Di bawah kepemimpinan orang-orang Quraisy, pemelihara tempat suci, posisi Makkah berhasil dipertahankan. Kota penting ketiga di Hijaz adalah Madinah. Kota yang dulu dikenal Yatsrib ini terletak sekitar 510 km sebelah utara Makkah, dan secara geografis jauh lebih baik dari kota tetangganya di sebelah selatan. Di samping terletak di jalur rempah-rempah, yang menghubungkan Yaman dengan Suriah, kota ini merupakan sebuah oasis subur dalam arti yang sebenarnya. Tanah di wilayah ini sangat cocok untuk ditanami pohok kurma. Di tangan penduduk Yahudi, tempat Banu Nadhir dan Banu Quraidzah, kota itu menjadi pusat pertanian yang terkemuka. Dilihat dari namanya dan kosakata Aramaik yang digunakan dalam aktivitas pertanian mereka, orang-orang Yahudi ini tak pelak lagi kebanyakan merupakan suku Arab keturunan Aramaik yang telah menganut agama Yahudi, meskipun pada awalnya adalah orang-orang Israel yang lari dari Palestina saat ditaklukkan Romawi pada abad pertama masehi. Sementara itu, dua suku utama non-Yahudi di kota itu adalah Aws dan Khazraj yang berasal dari Yaman.

E. Masyarakat Arab Selatan