Cambyses Achaeminiyah Abad VI-V SM

Nobonidus, yang ketika itu sedang bertahta di Babilonia, bukanlah raja yang populer. Ia tidak begitu peduli dengan persoalan-persoalan pemerintahannya dan menjauhkan diri dari pendeta-pendeta pribumi Babilonia. Penulis Deutero-Isaiah, yang berbicara atas nama para tawanan Yahudi di Babilon, menggambarkan harapan dari rakyat Nobonidus bahwa Cyrus II adalah sang pembebas. Dengan tahapan- tahapan yang telah disusunnya, penyerangan militer ke Babilonia hampir mencapai antiklimaknya. Kejatuhan kota terbesar di Timur Tengah itu tinggal menunggu waktu. Cyrus II mengerahkan pasukannya ke kota tersebut pada akhir musim semi di tahun 539 SM. Dengan menggenggam patung dewa Marduk di tangannya, menggambarkan bahwa ia ingin memerintah negeri tersebut sebagai orang Babilonia, bukan sebagai seorang penakluk. Ia pun dielu-elukan dan disambut dengan penuh suka cita oleh penduduk sebagai pengganti yang sah untuk menduduki tahta kerajaan. Satu langkah yang dilakukan Cyrus II selanjutnya adalah membawa Persia mencapai perbatasan Mesir. Sedikit yang dikenal dari pemerintahan Cyrus II. Tindakan cepat yang dilakukan anaknya sekaligus penggantinya, Cambyses II, dengan melakukan penyerangan yang berhasil ke Mesir, menegaskan bahwa keberhasilan tersebut tidak lepas dari persiapan yang telah dilakukan dengan baik pada masa Cyrus II. Tetapi pendiri kekuasaan Persia itu segera kembali ke timur untuk mempertahankan pemerintahannya dari serangan suku-suku yang suka memberontak yang berasal dari orang-orang Iran sendiri. Salah satu persoalan pokok yang senantiasa berulang dalam sejarah Iran adalah ancaman yang datang dari timur. Seberapa jauh penaklukkan Cyrus II ke wilayah timur tidak begitu jelas. Apa yang diketahui adalah bahwa ia meninggal pada tahun 529 SM, ketika berperang di suatu tempat di wilayah Oxus Amu Daya dan Sungai Jaxartes Syr Darya.

D. Achaeminiyah Abad VI-V SM

1. Cambyses

Pada saat kematian Cyrus II the Great, kerajaan dilimpahkan kepada anaknya, Cambyses II memerintah tahun 529-522 SM. Telah terjadi beberapa kerusuhan dalam pemerintahan pada saat kematian Cyrus II. Cambyes II secara diam-diam telah membunuh saudaranya, Bardiya Smerdis, untuk mempertahankan kedudukannya, sementara ia sedang memimpin penyerangan ke Mesir pada tahun 525 SM. Parao Ahmose II dari dinasti ke-26 berusaha menopang pertahanannya dengan menyewa tentara bayaran dari Yunani tetapi dikhianati. Cambyses II berhasil menyeberangi kerasnya Gurun Sinai, yang secara tradisional merupakan garis pertahanan Mesir pertama dan paling kuat. Pasukan Mesir berada di bawah komando Psamtik III, anak dan pengganti Ahmose II, untuk melakukan pertempuran di Pelusium. Tiga operasi penyerangan telah dilakukan oleh Cambyses II, tetapi semuanya dilaporkan mengalami kegagalan: satu pasukan menyerang Carthage, para pelaut Phoenicia, yang merupakan tulang punggung angkatan laut Persia, menolak untuk berlayar melawan koloni mereka sendiri; satu pasukan menyerang oasis Amon padang pasir di sebelah barat Sungai Nil, yang menurut Herodotus, telah dikalahkan oleh badai pasir yang dahsyat; dan satu pasukan dipimpin oleh Cambyses II sendiri menyerang Nubia. Usaha yang terakhir ini memperoleh keberhasilan, tetapi pasukan tersebut telah mengalami penderitaan karena kurangnya persediaan. Setelah peristiwa itu, Mesir menempatkan pasukannya di tiga tempat yang strategis: Daphnane di bagian timur delta, Memphis, dan Elephantin. Di tempat-tempat tersebut tentara bayaran yang berasal dari orang-orang Yahudi menjadi pasukan inti. Pada tahun 522 SM, Cambyses memperoleh berita tentang pemberontakan di Iran yang dipimpin oleh Bardiya, saudara laki-lakinya. Beberapa provinsi dari kerajaan tersebut mengakui keberadaan penguasa baru. Bardiya telah menjanjikan kepada mereka yang mengakui kedudukannya dengan pembebasan pajak selama tiga tahun. Cambyes meninggal --kemungkinan disebabkan infeksi menyusul kecelakaan berupa goresan pedang yang menimpa dirinya-- karena ingin cepat-cepat kembali ke istanya di Persia untuk membenahi pemerintahannya. Darius, seorang jenderal dalam pasukan Cambyses dan salah seorang pangeran dari keluarga Achaeminiyah, telah sampai di Persia, ia pun dengan pasukannya segera menumpas para pemberontak, yang kemudian membawa keberuntungan pada dirinya. Dalam sumber-sumber yang ada, keadaan Cambyses kurang menguntungkan, sebagian berasal dari para informan Mesir kepada Herodotus dan sebagian lagi karena motif-motif para propaganda Darius I. Cambyses dilaporkan telah memerintah Mesir dengan kasar dan telah menodai upacara dan tempat suci mereka. Penyerangan