Jenis-jenis Storytelling Proses Storytelling

33 a. Merangsang dan menumbuhkan imajinasi dan daya fantasi anak secara wajar. b. Mengembangkan daya penalaran sikap kritis serta kreatif. c. Mempunyai sikap kepedulian terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa. d. Dapat membedakan perbuatan yang baik dan perlu ditiru dengan yang buruk dan tidak perlu dicontoh. e. Punya rasa hormat dan mendorong terciptanya kepercayaan diri dan sikap terpuji pada anak-anak. Selain memiliki tujuan, dongeng juga memiliki banyak manfaat bagi anak- anak. Beberapa manfaat dongeng untuk anak-anak Latif 2012, 86-89 yaitu: a. Merangsang kekuatan berfikir b. Sebagai media efektif c. Mengasah kepekaan anak terhadap bunyi-bunyian d. Menumbuhkan minat baca e. Menumbuhkan rasa empati f. Menambah kecerdasan g. Menumbuhkan rasa humor yang sehat.

2.3.2 Jenis-jenis Storytelling

Dalam kegiatan storytelling ada berbagai jenis dongeng yang dapat dipilih oleh pustakawanpendongeng untuk diceritakan. Menurut Asfandiyar 2007, 85- 87 ada 6 enam jenis-jenis dongeng: a. Dongeng Tradisional Berkaitan dengan cerita rakyat yang disampaikan secara turun temurun. Dongeng ini disajikan sebagai pengisi waktu istirahatpenuh humor dan menarik. Misalnya, Malinkundang, Asal Mula Danau Toba, Sangkuriang, dan lain-lain. 21 Universitas Sumatera Utara 34 b. Dongeng Futuristik Modern Dongeng yang disajikan secara modern dan biasanya bercerita tentang masa depan. Misalnya, Jumanji, Star Trek, dan lain-lain. c. Dongeng Pendidikan Dongeng yang disampaikan dengan misi pendidikan. Misalnya, menggugah sikap hormat kepada orang tua. d. Fabel Dongeng yang bercerita tentang kehidupan binatang yang bisa bicara seperti manusia. Misalnya, dongeng kancil, kelinci dan kura-kura, dan lain-lain. e. Dongeng Sejarah Dongeng yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Misalnya, kisah para sahabat Rasulullah SAW, sejarah perjuangan Indonesia, dan lain-lain. f. Dongeng Terapi Dongeng yang diceritakan untuk anak-anak korban bencana atau anak-anak yang sakit. Dongeng ini bisa membuat rileks saraf otak dan membuat hati menjadi tenang.

2.3.3 Proses Storytelling

Storytelling atau mendongeng dilakukan dengan beberapa cara Priyono 2001, 16-17 yaitu a. Mendongeng tanpa alat peraga, seperti yang dilakukan ibu pada sore hari sambil bersantai atau sebelum anaknya tidur dan sambil mengusapmembelai rambut. 22 Universitas Sumatera Utara 35 b. Mendongeng dengan menggunakan alat peraga, yaitu mendongeng yang dilakukan dengan menggunakan boneka, buku gambar, dan lain-lain yang dapat membuat cerita menjadi lebih menarik lagi. Karena kegiatan storytelling ini sangat penting bagi anak, maka kegiatan tersebut dikemas sedemikian rupa agar menarik. Untuk itu dibutuhakan adanya tahapan-tahapan dalam storytelling, teknik yang digunakan dalam storytelling serta siapa saja pihak yang terlibat dalam kegiatan storytelling yang turut menentukan lancer tidaknya proses kegiatan ini. a. Tahapan Storytelling Bunanta 2008, 24 menyebutkan tahap-tahapan dalam storytelling, yaitu: 1 Persiapan sebelum Storytelling Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memilih judul buku yang menarik dan mudah diingat. Studi linguistik membutikan bahwa judul mempunyai kontribusi terhadap memori cerita. Melalui judul, anak-anak maupun pembaca akan memanfaatkan latar belakang pengetahuan untuk isi cerita isi cerita secara top down. Storytelling yang pernah didongengkan waktu kecil yang masih diingat dapat dipilih untuk mulai mendongeng kepada anak-anak, seperti Bawang Merah Bawang Putih, Si Kancil, maupun cerita legenda tanah air yang pernah didengar. Setelah memilih dan memahami cerita, selanjutnya yaitu mendalami karakter tokoh-tokoh dalam cerita yang akan disampaikan. Karena kekuatan sebuah cerita terletak pada bagaimana karakter tersebut dimunculkan. Semakin jelas pembawaan karakter tokoh, semakin mudah 23 Universitas Sumatera Utara 36 cerita tersebut dipahami. Agar dapat menampilkan karakter tokoh, pendongeng terlebih dahulu harus dapat menghayati sifat-sifat tokoh dan memahami relevansi antara nama dan sifat-sifat yang dimilikinya. Ketika memerankan tokoh-tokoh tersebut, pendongeng diharapkan mampu menghayati bagaimana perasaan, pikiran, dan emosi tokoh pada saat mendongeng. Dengan demikian ketika mendongengkannya tidak ragu- ragu lagi karena sudah mengenal ceritanya, sifat tokoh-tokohnya, tempat kejadiannya, serta pilihan kata yang digunakan dalam menyampaikan cerita dengan baik dan lancar. Tahapan terakhir persiapan storytelling yaitu latihan. Bagi pendongeng profesional yang sudah terbiasa mendongeng mungkin tahap ini sudah tidak diperlukan lagi. Namun bagi pustakawan, guru maupun pendongeng pemula tahap latihan ini cukup penting. Dengan latihan terlebih dahulu kita dapat mengevaluasi kekurangan-kekurangan pada saat mendongeng, memikirkan durasi yang dibutuhkan, mengingat kembali jalan cerita dan mempraktikannya sehingga pada saat storytelling nanti dapat tampil prima. Latihan ini juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri si pendongeng dan memperbaiki kualitas dalam storytelling. 2 Saat Storytelling Berlangsung Saat terpenting dalam proses storytelling adalah pada saat kegiatan berlangsung. Saat akan memasuki sesi acara storytelling, pendongeng harus menunggu kondisi hingga anak-anak siap untuk menyimak dongeng yang akan disampaikan. Jangan memulai storytelling jika suasana masih 24 Universitas Sumatera Utara 37 belum cukup tenang. Acara storytelling dapat dimulai dengan menyapa terlebih dahulu, ataupun membuat sesuatu yang dapat menarik perhatian. Awalan ini harus membuat anak tertarik karena awalan juga mementukan akhir dongeng yang akan diceritakan. Kemudian secara perlahan pendongeng dapat membawa anak-anak memasuki cerita dongeng. Pada saat mendongeng ada beberapa faktor yang dapat menunjang berlangsungnya proses storytelling agar menjadi menarik untuk disimak yaitu Kontak mata, Mimik wajah, Gerak tubuh, Suara, Kecepatan, Alat Peraga. Tata cara yang perlu diperhatikan saat mendongeng Priyono 2001, 19- 20 adalah sebagai berikut. 1 cerita dongeng harus diambil dari dunia anak sesuai dengan usia mereka. 2 mengandung unsur nilai-nilai pendidikan dan hiburan. 3 usahakan selalu tercipta suasana gembira saat mendongeng. 4 bahasa harus sederhana, sesuai dengan tingkat pengetahuan anak. 5 dalam mendongeng harus menghayati benar isi cerita yang dibawakan meresapi seluruh bagian dari cerita yang didongengkan. 6 susunlah gambar-gambar peraga sesuai dengan urutan ceritanya dan jangan sampai membingungkan 7 hapalkan nyanyian yang akan dibawakan dengan irama tertentu untuk menambah suasana. 8 senantiasa mengamati perkembangan rekasi emos pada diri anak-anak, seraya tetap mempertahankan kesan menyenangkan. 9 Saat mendongeng usahakan mengucapkan kata-kata dengan jelas dan jangan menggumam. 10 Ajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anak-anak secara tiba- tiba dan libatkan mereka dalam tokoh cerita yang didongengkan. 11 Usahakan selalu memelihara kerahasiaan jalan cerita sehingga perhatian anak-anak tetap terpusat pada tiap adegan 25 Universitas Sumatera Utara 38 yang dimainkan dan sesekali beri kejutan untuk merangsang pengekspresian emosi mereka secara wajar. 12 Lama waktu mendongeng dapat disesuaikan dengan situasi yang berkembang dan kondisi kemampuan anak-anak dalam mendengarkan dongeng tersebut. 3 Sesudah Kegiatan Storytelling Selesai setelah kegiatan mendongeng selesai maka pendongeng memberi anak waktu sejenak untuk beristirahat setelah mendengarkan cerita kemudian jelaskan apa maksud dan tujuan dari cerita yang sudah dsampaikan tadi agar anak-anak paham dan mengerti dengan maksud yang disampakan pendongeng. b. Teknik dalam Storytelling Berikut ini ada beberapa teknik yang menjadi pengetahuan dasar kita bercerita kepada anak-anak: 1 Banyak membaca dari buku-buku cerita atau dongeng yang benarbenar sesuai untuk anak-anak, serta banyak membaca dari pengalaman atau kejadian sehari-hari yang pantas diberikan kepada anak-anak. Banyak membaca akan memperkaya “bank” cerita kita, sehingga cerita yang kita bacakan lebih variatif dan tidak membuat anak bosan. 2 Biasakan untuk ngobrol dengan anak karena dengan mengobrol kita bisa mengetahui dan memahami gaya bahasa anak kita, istilah yang dia gunakan, serta sejauh mana pemahamannya akan sesuatu. Dengan menaggapai obrolannya, ceritanya, pembicaraannya, kita jadi lebih paham apa yang ia sukai dan ia tidak sukai, sehingga memudahkan kita bercerita 26 Universitas Sumatera Utara 39 kepadanya. Kemauan mendengar merupakan realisasi dari cinta dan kasih sayang kita kepadanya. 3 Berikan penekanan pada dialog atau kalimat tertentu dalam cerita yang kita bacakan atau kita tuturkan, kemudian lihat reaksi anak. Ini untuk mengetahui apakah cerita kita menarik hatinya atau tidak, sehingga kita bisa melanjutkannya atau menggantinya dengan cerita yang lain. 4 Ekspresikan ungkapan emosi dalam cerita, seperti marah, sakit, terkejut, bahagia, gembira atau sedih agar anak mengenal dan memahami bentuk- bentuk emosi. Bila perlu sertakan benda-benda tambahan seperti boneka, bunga atau benda lain yang tidak membahayakan. 5 Berceritalah pada waktu yang tepat, yaitu di waktu anak kita bisa mendengarkan dengan baik, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam cerita bisa diserap dengan baik. Storytelling dapat dijadikan sebagai media membentuk kepribadian dan moralitas anak usia dini. Sebab, dari kegiatan mendongeng terdapat manfaat yang dapat dipetik oleh pendongeng beserta para pendengar dalam hal ini adalah anak usia dini. Manfaat tersebut adalah, terjalinnya interaksi komunikasi harmonis antara pendongeng dengan anak, sehingga bisa menciptakan relasi yang akrab, terbuka, dan tanpa sekat. c. Pihak yang Terkait Saat Storytelling 1 PendongengPencerita Kriteria pendongeng yang baik: a Sang pendongeng harus mempunyai cerita yang bagus 27 Universitas Sumatera Utara 40 b Sang pendongeng harus menyukai dan menikmati cerita maupun proses penyampaiannya c Berkaitan dengan isi cerita dan cara bercerita d Ikatan batin dengan anak-anak e Memperhatikan kebutuhan dan keinginan audiencenya f Menjadikan diri sebagai bagian dari audience 2 AudiencePendengar Anak-anak Macam-macam gaya belajar menurut Gardner 2008, 2, seorang anak belajar dengan menggunakan tiga cara, yaitu: a Audio Anak yang memiliki gaya belajar audio, belajar dengan mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. b Visual Anak yang memiliki gaya belajar visual, belajar dengan menitikberatkan ketajaman penglihatan. c Kinestetik Anak yang memiliki gaya belajar kinestetik mengharuskan anak tersebut menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya.

2.3.4 Storytelling dan Minat Baca Anak