Pengertian matematika realistik Kajian Tentang Pembelajaran Matematika Realistik

26 siswa. Guru hanya memfasilitasi siswa agar dapat menngkonstruksikan sendiri pengetahuannya. 4. Interaktivitas Negoisasi secara eksplisit, intervensi, kooperasi dan evaluasi sesama murid dan guru adalah factor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal murid digunakan sebagai jantung untuk mencapai yang formal. Dalam proses pembelajaran guru harus banyak memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi siswa untuk mengekspresikan jalan pikirannya, menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan menggunakan idenya, dapat mengkomunikasikan idenya kepada orang lain, dan akhirnya siswa dapat belajar atau mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. 5. Terintegrasi dengan topik lainnya Dalam matematika realistik pengintegrasian dari unit–unit matematika adalah esensial. Jika dalam pembelajaran mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Pendekatan realistik menunjukan bahwa unit–unit belajar tidak akan dapat dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan harus dieksploitasi dalam pemecahan masalah.

3. Contoh pembelajaran matematika realistik

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, untuk kelas VI semester ganjil terdapat materi tentang “Debit”. Disebutkan tentang standar kompetensi “Menggunakan pengukuran volume per waktu dalam 27 pemecahan masalah” dengan kompetensi dasar “Mengenal satuan debit dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit”. Berikut ini contoh pembelajaran matematika realistik tentang satuan debit di SDN Antasan Bajarmasin yang ditulis oleh Taufik Rahman dalam majalah PMRI 2008: 54-55 . Melalui kegiatan ini, diharapkan siswa memperoleh pemahaman tentang statistik sederhana, mengolah, dan menganalisis data. Data yang akan dikumpulkan berkaitan dengan kegiatan yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya mengisi air dalam bak mandi dan ember. Melalui kegiatan ini siswa belajar bagaimana pentingnya menghitung volume air dalam tempat tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Untuk kegiatan ini diperlukan alat dan bahan sebagai berikut: 1. Satu buah gayung dan ember plastik, 2. Gelas ukur 250 ml, 3. Gelas air mineral berukuran 240 ml, 4. Botol air mineral berukuran 350 ml, 5. Botol air mineral berukuran 600 ml, 6. Stopwatch Hp. Proses pembelajaran dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: Guru membuka pelajaran dengan menjelaskan kepada seluruh siswa kegiatan yang akan mereka lakukan. Setiap kelompok bekerja dengan gelas dan beberapa botol air mineral untuk mengetahui volume air dalam ember selama satu menit. Untuk mempermudah siswa, guru meminta 28 siswa mengamati keterangan yang tertera pada botol mengenai volume air dalam gelas dan air mineral. Ukuran itu digunakan untuk mengetahui ukuran alat ukur yang mereka gunakan untuk mengisi air dalam ember selama 1 menit. Untuk mengetahui berapa volume air dalam ember selama 1 menit, setiap kelompok mengisi air dalam ember menggunakan kran air, dan memasukkan air tersebut ke dalam gelas dan botol ukur yang telah disediakan. Masing-masing kelompok menyelesaikan pekerjaan dengan membuat statistik dari data yang telah dikumpulkan. Masing-masing kelompok mendiskusikan data yang mereka peroleh. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Pada akhir pembelajaran, siswa diminta melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan kegiatan ini, ternyata pemahan siswa meningkat secara nyata terhadap materi tentang debit. Pengalaman belajar siswa dengan menemukan sendiri konsep dan prinsip suatu materi pelajaran menyebabkan materi pelajaran tersebut akan tersimpan pada memori permanen dalam otak. Sebaliknya, jika siswa mendapatkan pengalaman hanya dari mendengarkan guru menjelaskan materi menyebabkan siswa cepat melupakan materi tersebut karena hanya tersimpan dalam memori sementara atau paling tinggi pada memori kerja.