10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Anak Retardasi Mental
Anak dengan tingkat intelektual di bawah rata-rata anak normal seringkali mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas yang diberikan tergolong lebih lama dari anak normal lainnya. Guru perlu menyampaikan
informasi secara berulang-ulang hingga anak mengerti tugas yang diberikan kepadanya. Anak dengan tingkat kemampuan intelektual di
bawah rata-rata sering disebut anak retardasi mental.
1. Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental adalah tingkat fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes
intelegensi yang dilaksanakan secara individual Yustinus Semiun, 2006: 265. Sebutan lain yang lebih dikenal di Indonesia untuk anak
dengan tingkat kemampuan intelektual di bawah rata-rata, yaitu tunagrahita. Menurut Nunung Apriyanto 2012: 28, tunagrahita
merupakan kata lain dari Retardasi Mental mental retardation. Tuna berarti merugi. Grahita berarti pikiran. Retardasi Mental Mental
Retardation atau Mentally Retarded berarti terbelakang mental.
American Association on Mental Retardation AAMR menyebutkan Mental retardation is a disability characterized by
significant limitations, both in intellectual functioning and in adaptive
11 behavior as expressed in conceptual, social, and practical adaptive
skills Bob Algozzine dan Jim Ysseldyke, 2006: 6. Hal tersebut dapat diartikan bahwa retardasi mental adalah ketidakmampuan yang
ditandai dengan keterbatasan pada hal-hal penting, yaitu keterbatasan dalam fungsi intelektual dan penyesuaian konsepsi tingkah laku yang
hubungannya dengan konsepsi, sosial, dan penyesuaian kemampuan
praktis.
Anak berkelainan mental dalam arti kurang atau tunagrahita, yaitu anak yang diidentifikasikan memiliki tingkat kecerdasan yang
sedemikian rendahnya di bawah normal sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus,
termasuk di dalamnya kebutuhan program pendidikan dan
bimbingannya Mohammad Efendi, 2006: 9.
DSM III R Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi III mengemukakan tiga kriteria yang harus dipenuhi
dalam mendiagnosis seorang individu yang menderita retardasi mental: 1 individu harus memiliki “fungsi intelektual umum yang secara
signifikan berada di bawah rata- rata.” Secara teknis, fungsi intelektual
dari individu tersebut berada pada IQ 70 atau lebih rendah dari 70; 2 individu tersebut harus mnegalami kekurangan atau kerusakan dalam
tingkah laku adaptif yang disebabkan oleh atau ada hubungannya dengan intelegensi yang rendah. Kerusakan dalam tingkah laku adaptif
didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menerima tanggung
12 jawab sosial dan mengurus diri sendiri misalnya mengenal atau
mnegatakan tentang waktu, menangani uang, berbelanja, atau bepergian; dan 3 Gangguan itu harus terjadi sebelum usia 18 tahun
dan bila sesudah usia tersebut fungsi mental individu menurun, maka ia didiagnosis sebagai orang yang menderita dementia dan bukan
retardasi mental Yustinus Semiun, 2006: 265-266.
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas dapat diuraikan bahwa anak retardasi mental adalah anak dengan tingkat fungsi intelegensi
rendah berada di bawah rata-rata anak normal, sehingga mengalami kesulitan dalam meniti tugas perkembangannya dan memerlukan bantuan
orang lain serta layanan khusus. 2.
Karakteristik Anak Retardasi Mental
Anak retardasi mental memiliki karakteristik yang berbeda dari anak normal lainnya. Menurut Nunung Apriyanto 2012: 35 mengacu
pada fungsi intelektual yang secara jelas berada di bawah rata-rata atau normal, sehingga menyebabkan perkembangan kecerdasan dimiliki banyak
hambatan, untuk itu diperlukan layanan khusus guna membantu mengoptimalkan kemampuan dan potensinya, hal ini terutama yang
berkaitan dengan perawatan diri. Sehingga pada kehidupannya kelak dapat
mandiri dan tidak selalu tergantung pada orang lain.
Anak retardasi mental mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Selain itu mereka membutuhkan waktu yang
lebih lama dari anak normal pada umumnya. Kemampuannya berada di
13 bawah rata-rata anak seusia dengannya. Seperti pendapat dari Bob
Algozzine dan Jim Ysseldyke 2006: 9, children with mental retardation may take a longer to learn to speak, walk, and take care of personal needs
such as dressing or eating. In terms of schoolwork, they are able to learn, but they may take longer to master specific skills. Most people with
mental retardation learn to do many, many things. It just take them more time and effort than others. Hal tersebut dapat berarti bahwa anak-anank
retardasi mental membutuhkan waktu yang lama untuk belajar bicara, berjalan, dan mengurus urusan pribadi seperti memakai pakaian atau
makan. Terkait dengan tugas sekolah, mereka dapat belajar, tetapi mereka butuh waktu yang lebih lama untuk menguasai kemampuan spesifik.
Banyak orang dengan retardasi mental belajar untuk melakukan banyak hal. Hanya perlu memberikan waktu yang lebih lama dan usaha yang lebih
dibanding orang lain. Ketunagrahitaan
merupakan suatu
kondisi yang
dalam perkembangan kecerdasannya memiliki banyak hambatan, sehingga
mereka sulit dalam mencapai tahap-tahap perkembangan yang optimal, ada beberapa karakteristik yang dapat kita pelajari, menurut Astati dalam
Nunung Apriyanto 2012: 34-35 sebagai berikut: a.
Kecerdasan Kapasitas anak terbelakang sangat terbatas. Terlebih lagi
kapasitas mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo rote learning daripada dengan pengertian. Dari hari
14 ke hari dibuatnya kesalahan-kesalahan yang sama. Perkembangan
mentalnya mencapai puncak pada usia masih muda. b.
Sosial Dalam pergaulan, mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan
memimpin dirinya sendiri. Waktu masih muda harus senantiasa dibantu, setelah dewasa kepentingan ekonominya bergantung pada orang lain.
Mereka mudah terperosok ke dalam tingkh laku yang tidak baik. c.
Fungsi-fungsi mental lain Mereka mengalami kesukaran memusatkan perhatian. Minatnya
sedikit dan cepat beralih perhatian, pelupa, sukar membuat asosiasi- asosiai, sukar membuat kreasi baru. Mereka cenderung menghindar dari
berpikir. d.
Dorongan dan emosi Anak
yang sangat
terbelakang hampir-hampir
tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan dirinya. Kehidupan dan
penghayatannya terbatas. e.
Kepribadian Anak tunagrahita jarang mempunyai kepribadian yang dinamis,
menawan, berwibawa, dan berpandangan luas. Kepribadian mereka pada umumnya mudah goyah.
15 f.
Organisme Baik struktur tubuh maupun fungsi organismenya, anak tunagrahita
pada umumnya kurang dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang sigap. Mereka juga kurang mampu melihat persamaan dan perbedaan.
Dalam hal kecepatan belajar learning rate, anak tunagrahita jauh ketinggalan oleh anak normal. Untuk mencapai kriteria-kriteria yang dicapai
oleh anak normal, anak tunagrahita lebih banyak memerlukan ulangan tentang bahan tersebut. Dalam kaitannya dengan makna pelajaran, ternyata
anak tunagrahita dapat mencapai prestasi lebih baik dalam tugas-tugas diskriminasi misalnya mengumpulkan bentuk-bentuk yang berbeda,
memisahkan pola-pola yang berbeda, dsb jika mereka melakukannya dengan pengertian. Sutjihati Somantri 2012: 111
Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat diuraikan bahwa anak retardasi mental memiliki karakteristik, yaitu fungsi kognitif rendah dengan
kemampuan intelektual di bawah rata-rata, membutuhkan waktu yang lama dalam belajar, pemahaman yang rendah serta sulit berpikir secara abstrak,
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, lambat melakukan gerakan fisik, perilaku sosial belum matang, dan memiliki kesulitan untuk
mengekspresikan diri serta bermasalah dalam kemampuan berbahasa.
16
3. Klasifikasi Anak Retardasi Mental