Prinsip Pemecahan Masalah Prinsip Pembelajaran bagi Siswa Retardasi Mental

117 kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, guru selalu melibatkan SYB secara penuh sesuai kemampuan yang dimiliki.

h. Prinsip Pemecahan Masalah

1 Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan 4 orang guru yakni, guru kelas, guru Pendidikan Agama Islam, guru Bahasa Jawa, dan guru PJOK. Wawancara terkait melaksanakan pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Saat peneliti bertanya, sudahkah melaksanakan pembelajaran berbasis pemecahan masalah bagi SYB terbangun, jawabannya berikut ini. Guru PJOK : Kalau untuk berbasis pemecahan masalah seperti pelajaran IPA tidak dilakukan, cenderung sering melatih kerjasama dan kepemimpinan melalui permainan dalam olahraga. Guru Kelas : Saya akan memberikan pertanyaan dan siswa membentuk kelompok untuk berdiskusi menyelesaikan masalah berupa pertanyaan yang Saya ajukan. Dengan memilihkan rekan satu kelompok yang dapat mendukung dan membantu SYB, setidaknya dia bisa terlatih berdiskusi untuk menjawab pertanyaan. Guru PAI : Kegiatannya dengan berdiskusi kelompok dan individu. Selain itu juga menggunakan metode tanya jawab, demostrasi, dan praktek langsung. Kegiatan pemecahan masalah diawali dengan pemberian pertanyaan kepada siswa dan SYB juga terlibat sesuai kemampuannya. Guru Bahasa Jawa : Belum dilaksanakan pembelajaran Bahasa Jawa berbasis pemecahan masalah karena jarang saya berikan tugas secara berkelompok. Berdasarkan wawancara kepada guru-guru yang mengampu pembelajaran di kelas IV, dapat diketahui bahwa hanya guru kelas dan guru PAI menggunakan pembelajaran berbasis pemecahan 118 masalah dengan diskusi kelompok. Guru PJOK tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah melainkan melatih kerjasama dan kepemimpinan melalui permainan olahraga. Selanjutnya, guru Bahasa Jawa belum menggunakan pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Selain wawancara, dari hasil observasi diketahui bahwa memberikan quiz berisi 15 soal yang dibacakan secara lagsung kemudian siswa menuliskan jawabannya di buku Observasi Senin, 040402016, dan diberikan pertanyaan tentang globalisasi untuk didiskusikan dalam kelompok Observasi Rabu, 20042016. Diketahui dari hasil observasi bahwa guru memberikan quiz dan memberikan pertanyaan untuk didiskusikan dalam kelompok. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil wawancara dan observasi bahwa pembelajaran berbasis masalah belum dilakukan secara optimal karena belum semua mata pelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah yang sesuai dengan kebutuhan SYB. 2 Memberikan Bantuan Pada Siswa Retardasi Mental Selama Pembelajaran Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan 4 orang guru yakni, guru kelas, guru Pendidikan Agama Islam, guru Bahasa Jawa, dan guru PJOK. Wawancara terkait memberikan bantuan pada siswa retardasi mental selama pembelajaran. Saat 119 peneliti bertanya, bagaimana guru memberikan bantuan pada SYB selama pembelajaran, jawabannya berikut ini. Guru PJOK : Melatih koordinasi tangan dan melakukan pemanasan sebelum olahraga inti dilakukan dan berusaha mengeluarkan bakat yang SYB miliki supaya bisa diasah. Sepakbola olahraga yang dia suka sehingga bantuan saya berupa pemberian alokasi waktu bermain sepakbola saat pembelajaran PJOK. Guru Kelas : Bantuan yang Saya berikan diantaranya selalu memotivasi selama pembelajaran berlangsung, meminjamkan pianika karena SYB tidak punya, dan memberikan hadiah buku gambar A3 untuk lomba menggambar internal kelas 4. Wujud perhatian Saya dengan memberi suatu benda pada SYB, misalnya buku gambar A3. Mengajari SYB mengaji juz amma. Untuk pembelajaran bimbingan atau bantuan yang diberikan pada SYB dengan cara mendekatinya saat dia terlihat kesulitan atau belum paham maka langsung saat itu juga Saya akan mengajarinya. Keinginan Saya juga memberi bimbingan belajar secara khusus di luar jam pelajaran, namun karena keterbatasan dan kesibukan yang tidak memungkinkan untuk terlaksana. Sehingga sebisa mungkin Saya berusaha memberikan bimbingan belajar secara langsung di dalam kelas saat dia kesulitan. Guru PAI : Bantuan yang diberikan dengan selalu mengingatkan SYB supaya membawa buku yang lengkap pada pembelajaran agama, buku yang harus dibawa meliputi buku paket Pendidikan Agama Islam, Juz amma, buku tajwid dan tuntunan solat. Kadang-kadang saya melakukan bimbingan belajar. Selain itu memberi semangat kepada SYB dan membimbing membaca surat-surat pendek dan amalan harian. Menanyakan tentang amalan harian yang dilakukan SYB supaya dapat mengontrolnya selalu untuk mengerjakan amalan harian. Guru Bahasa Jawa : Bantuan yang saya berikan pada SYB cenderung pada penguatan secara moral, tidak saya tekan untuk selalu paham, tidak pernah saya marahi, dan sering saya ajak untuk tetap ikut mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. 120 Berdasarkan wawancara kepada guru-guru yang mengampu pembelajaran di kelas IV, dapat diketahui bahwa guru memberi bantuan kepada SYB. Wujud bantuan berupa melatih koordinasi tangan, memberi perhatian, bimbingan belajar selama pelajaran, mendekati saat SYB kesulitan, memotivasi, mengajari mengaji dan penguatan secara moral. Selain wawancara, dari hasil observasi diketahui bahwa guru memberi nasehat supaya suara SYB lebih keras. Guru mnegoreksi tulisan SYB dalam membuat teks percakapan telepon. Guru meyakinkan bahwa SYB mampu dan bisa. Guru terlebih dahulu memberi contoh teks percakapan telepon yang harus dibuat. Observasi Kamis, 14042016, guru memberi pancingan pertanyaan saat SYB bercerita di depan dari hasil cerita yang dia buat. Guru juga mengingatkan supaya suara SYB bisa lebih keras. Observasi Senin, 25042016, lagu tentang bilangan romawi. Guru memberi motivasi supaya SYB aktif maju ke depan untuk menuliskan jawaban miliknya serta guru meyakinkan agar SYB tidak ragu dan malu. Observasi Kamis, 14042016, meminta Arda untuk membantu SYB dalam mencocokkan jawaban quiz, menunggu sampai SYB selesai baru melajutkan ke nomor soal berikutnya, memberikan waktu tambahan untuk SYB bisa menyelesaikan menjawab soal. Skor benar SYB 20, mendapat pujian dari Gu ru “Ya bagus San, besok tingkatkan ya” Observasi 121 Senin, 040402016, dikelompokkan dengan Arda karena Guru dapat mempercayakan SYB pada Arda supaya memahami tugas yang diberikan serta diberikan bantuan cara mengerjakan Observasi Rabu, 20042016, bantuan berupa pemberian semangat supaya bersuara keras dalam menyanyi, Guru mengelompokkan SYB bersama Nafa supaya dapat dibantu berlatih menyanyi dan Guru menyuruhnya duduk bersama Arda supaya mendapat pinjaman pianika Arda dan diajarinya Observasi Selasa, 19042016, guru mengajari mengaji secara individu saat giliran SYB maju kedepan untuk membaca surat pendek yang ada di Juz Amma Observasi Sabtu, 04042016, guru membantu SYB saat maju ke depan kelas untuk mempraktekkan speaking kosakata Bahasa Inggris tema tentang body. SYB dituntun oleh guru dalam pengucapan kata-kata dalam Bahasa Inggris. Observasi Kamis, 07042016, dan pemberian kesempatan untuk bermain sepakbola dan melatih koordinasi tangan Observasi Selasa, 22032016. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa guru selalu memberikan bantuan kepada SYB selama pembelajaran dengan cara bertanya saat SYB mengerjakan soal latihan atau tugas yang sedang diberikan, guru mendekati bila SYB terlihat kesulitan, memberikan bimbingan berupa penjelasan ulang secara individu saat pembelajaran, memberikan semangat dan 122 meyakinkan kemampuan SYB, dan memberikan porsi waktu untuk melakukan sepakbola sebagai olahraga yang disukai.

D. Pembahasan

Layanan bimbingan belajar bagi anak retardasi mental meliputi tiga tahapan, yaitu pengenalan anak berkebutuhan khusus yang mengalami maslaah belajar, mengetahui sebab-sebab timbulnya masalah belajar, dan pemberian bantuan dalam mengatasi masalah belajar. Masing-masing tahapan dikembangkan lagi menjadi aspek pengamatan untuk mengetahui secara detail layanan bimbingan belajar yang diberikan kepada SYB. Tiga tahapan layanan bimbingan belajar dilakukan oleh guru kelas IV, guru PJOK, guru PAI, dan guru Bahasa Jawa. Secara keseluruhan guru kelas dan guru PJOK melaksanakan semua aspek yang dikembangkan dari tahapan layanan bimbingan belajar. Sedangkan guru PAI dan guru Bahasa Jawa tidak melakukan tahap pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar yaitu memeriksa karya siswa dikarenakan dalam pembelajaran tidak membuat suatu karya. Diketahui bahwa masalah belajar yang dialami SYB berdasarkan tes psikologi karena taraf intelektualnya berada di bawah rata-rata, yaitu 65-70. Menurut Nunung Apriyanto 2012: 35 mengacu pada fungsi intelektual yang secara jelas berada di bawah rata-rata atau normal, sehingga menyebabkan perkembangan kecerdasan dimiliki banyak hambatan, untuk itu diperlukan layanan khusus guna membantu mengoptimalkan kemampuannya.