143
ditunjukkan siswa telah mencapai pada tahapan yang diharapkan yaitu perolehan persentase 75 dengan jumlah perbandingan siswa pada
katagori “tinggi” lebih besar dari pada katagori “sedang” dan sudah tidak ada lagi siswa dengan katagori “rendah”.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh peningkatan kreativitas siswa dalam segi pemahaman saat diskusi pada mata pelajaran
IPS dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya metode diskusi kelompok silang. Jadi, karena menurut peneliti hasil yang dicapai
sudah mencapai pada tahapan yang diharapkan, maka sudah tidak memerlukan lagi tindakan siklus 3.
B. Pembahasan
1. Hasil Penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang
Penerapan metode disksusi kelompok silang di SMP N 06 Yogyakarta dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa yang didukung
dengan lima indikator kreativitas. Munandar, 1999: 20 pelaksanaan metode diskusi kelompok silang untuk meningkatkan kreativitas siswa
terdiri dari 2 jenis indikator kreativitas yaitu, berfikir kreatif yang terdiri dari siswa yang “berani melawan arus, dan menjadi pelopor. Sedangkan,
berfikir afektif terdiri dari “siswa yang percaya diri, berfikir diluar kotak dan menghargai
”. Jadi, jika digabungkan maka akan menjadi 5 indikator
yaitu percaya diri, berfikir diluar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, dan mengahrgai. Perilaku yang telah disebutkan, merupakan hal yang
diharapkan dapat muncul pada setiap diri siswa saat metode diskusi kelompok silang.
144
Berdasarkan hasil observasi, bahwa krativitas siswa mengalami peningkatan secara bertahap pada pertemuan di siklus 1 dan siklus 2 melalui
penerapan metode diskusi kelompok silang pada mata pelajaran IPS Di SMP Negeri 6 Yogyakarta. Pembelajaran IPS syarat akan nilai pada materi
yang dibahas adalah, kemampuan kreatif siswa dalam menelaah dan mengkaji masalah yang ada. Metode diskusi kelompok silang pada
penelitian ini sebagai penerapan dari kemampuan tersebut agar kreativitas siswa meningkat. Kreativitas siswa dapat meningkat dengan adanya
pembentukan kelompok belajar secara menyilang crossover, yang dimana siswa berada dalam kelompok dengan karakteristik dan kemampuan siswa
yang berbeda untuk mengkaji masalah yang diberikan, serta terdapat 2 ahli kelompok, yaitu kelompok ahli dan kelompok ahli
“crossover”. Siswa mempunyai tanggung jawab terhadap materi yang telah diberikan yang
kemudian didiskusikan dalam satu kelompok untuk mencapai kesepakatan bersama.
Siswa menunjukkan kreativitas yang lebih baik daripada sebelum dilakukan tindakan meskipun terdapat kendala di setiap pertemuan. Kendala
pada siklus 1 pada indikator berfikir diluar kotak dan menghargai. Kendala pada indikator berfikir diluar kotak masih ada 1 sampai 12 siswa yang
belum dapat berfikir diluar kotak sehingga karena masalah tersebut, siswa tidak dapat memikirkan pemecahan masalah dengan caranya sendiri yang
efeknya siswa seringkali tidak bisa memberikan solusi pada permasalahan yang diberikan. Sedangkan kendala pada indikator menghargai yaitu
145
terdapat 1 sampai 23 siswa belum bisa menghargai siswa yang lain. Menghargai bukan hanya sekedar menghargai secara pendapat tapi juga
menghargai secara keterbatasan kemampuan. Meskipun demikian, dari hasil kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan 1 sampai siklus 2 pertemuan 2
menunjukkan peningkatan kreativitas siswa yang cukup memuaskan. Hasil tindakan siklus 1 menunjukkan peningkatan kreativitas siswa
pada indikator percaya diri, berfikir diluar kotak, dan menjadi pelopor, serta sedikit pada berani melawan arus dan menghargai. Pada pertemuan pertama
Secara mekanisme, siswa sudah bisa membiasakan diri dengan pola penerapan metode diskusi kelompok silang. Selama diskusi, siswa masih
kurang bisa memberikan penjelasan tentang materi kepada teman satu kelompoknya. Beberapa siswa masih ada yang susah memahami materi
yang diberikan. Hampir keseluruhan siswa dalam kelompok, merasa masih malu saat ingin memberikan tanggapan. Sehingga, efek yang diterima siswa
adalah tidak memahami materi yang dibahas. Selanjutnya, pada pertemuan kedua siswa sudah mulai bisa
menyampaikan dan memberikan penjelasan tentang materi yang sedang dibahas meski dalam penyampaian masih susah. Pengajar memberikan
sedikit bantuan kepada siswa dalam hal penyajian kalimat pada materi yang dianggap kurang efektif disampaikan. Meskipun masih sedikit kesusahan
dalam mengucapkan kata, siswa telah menunjukkan bahwa pemahamannya telah meningkat dari sebelumnya. Lalu pada pertemuan kedua, sudah
terdapat beberapa siswa bukan hanya memahami materi yang diberikan, tapi
146
sudah mulai bisa saling memberikan sedikit tanggapan kepada teman kelompok yang bertanya. Beberapa siswa mengatakan, merasa begitu
menyenangkan belajar dengan metode ini meskipun masih sedikit malu ketika akan menyampaikan materi kepada teman kelompok.
Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa tidak segan untuk menjelaskan panjang lebar dan menuangkan ide yang ada dipikirannya
tentang materi yang sedang dibahas. Siswa semakin spontan dan berani memberikan tanggapan kepada kelompoknya yang memunculkan berbagai
pertanyaan, meskipun kalimat yang disampaikan masih kacau. Karena hal tersebut, pengajar harus turun tangan memperbaiki kalimat yang salah.
Peningkatan kreativitas lain yang telah siswa tunjukkan, namun masih sangat kurang, yaitu siswa mulai bisa menghargai. Meskipun terdapat siswa
yang salah dalam menanggapi materi saat disampaikan, teman kelompoknya tidak tertawa atau menyalahkan jawaban teman yang salah. Setelah
selesainya pembelajaran di pertemuan ketiga, siswa diberikan tes untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai. Hasilnya adalah, siswa
mengalami peningkatan, pada awalnya nilai siswa terendah adalah 40 kini nilai 40 sudah tidak ada, dan hampir sebagian besar mendapatkan nilai rata-
rata 80 dan 90. Pada tindakan siklus 2 di pertemuan 1, siswa semakin kritis untuk tahu
tentang apa yang dijelaskan oleh teman kelompoknya. Siswa tidak malu lagi saat bertanya tentang hal yang tidak diketahui. Siswa tidak ragu untuk
memberikan ide, usul ataupun masukan kepada siswa yang lain selama
147
diperbolehkan untuk melakukan tindakan tersebut. Meskipun ada siswa yang masih kesulitan untuk menyampaikan sesuatu karena kalimat yang
diucapkan masih kacau, siswa yang lain menghargai. Pada pertemuan 2, siswa semakin lebih baik, bahkan jumlah siswa
dengan katagori “tinggi” lebih dominan dari pada katagori “sedang” dan “rendah”. Berdasarkan perbedaan pengalaman yang dimiliki, siswa mampu
memecahan masalah yang berbeda dari orang lain. Perbedaan pola fikir yang dimiliki siswa saat pembelajaran berlangsung, membuat siswa justru
bisa memberikan penjelasan secara terperinci tentang gagasan atau masalah berdasarkan pemahamannya sendiri. Peningkatan kreativitas siswa
berdasarkan lima indikator kreativitas telah dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang sangat panjang.
Sebagaimana dijelaskan dalam kajian teori, terdapat indikator yang menjadi titik tekan dari penelitian penerapan metode diskusi kelompok
silang Di SMP N 6 Yogyakarta, yaitu berfikir kreatif yang terdiri dari siswa yang “berani melawan arus, dan menjadi pelopor sedangkan, berfikir afektif
terdiri dari siswa yang “percaya diri, berfikir diluar kotak dan menghargai” Munandar, 1999: 20. Berikut ini pembahasannya:
1. Percaya Diri
Pada hasil pengamatan, ketercapaian siswa pada indikator “percaya
diri” bagaimana siswa menjadi seseorang manusia yang mandiri dan percaya bahwa dirinya bisa. Meningkatnya kepercayaan diri siswa
selama diskusi membuat siswa miliki sesuatu rasa dan sikap untuk tidak
148
merasa terusik oleh apa dan siapapun. Selama pelakasanaan pembelajaran, siswa mulai tumbuh dan menunjukkan, bahwa, siswa
adalah seseorang yang kuat, bebas atau merdeka dalam artian yang sesungguhnya. Sehingga, siswa tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain,
dapat berdiri kokoh dan segala macam rintangan atau ujian akan dilaluinya dengan berani. Sehingga saat proses diskusi itulah, siswa dapat
mengenal perbedaan sikap dari tiap siswa. Demikian hasil pengamatan, dengan indikator
“percaya diri”. 2.
Berfikir Di Luar Kotak Pada hasil pengamatan,
ketercapaian siswa pada indikator “berfikir di
luar kotak” pada setiap pelaksanaan siklus, bahwa siswa telah menjalankan proses untuk menjadi seseorang yang dapat berfikir di luar
kotak. Artinya, siswa belajar bagaimana membuat sesuatu yang tak biasa, yang bukan lazimnya, dan di luar pemahaman orang lain. Selama
pertemuan siswa berusaha untuk mengambil jalan yang berbeda dan tak biasa orang lain jalani. Siswa setiap pertemuannya, mengalami
peningkatan pada indikator tersebut, karena saat memecahkan solusi siswa tidak terpaku pada satu hal saja, tapi berjalan ke segala arah dan
selalu saja menemukan sesuatu yang tak dipikirkan orang lain. Bahkan, untuk menjawab pertanyaan, setiap siswa menunjukkan jawaban yang
berbeda dengan siswa yang lainnya. Demikian hasil pengamatan, dengan indikator
“berfikir diluar kotak”.
149
3. Menjadi Pelopor
Pada hasil pengamatan, selama pelaksanaan pembelajaran siswa menunjukkan
indikator “menjadi pelopor” selalu megalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang selalu
berupaya untuk tidak selalu mengikuti orang lain. Selama pelaksanaan diskusi, siswa selalu menunjukkan bahwa dengan bahasa dan
pemahaman sendiri selalu dapat menjawab dan memecahkan masalah dengan caranya sendiri. Sehingga, siswa dapat mengenali siapa dirinya
dan apa kemampuan yang dimilikinya. Setiap pertemuan, pemikiran siswa selalu melesat ke depan. Meskipun siswa melakukan kesalahan,
siswa merasa senang karena dapat menjadi seorang pelopor untuk dirinya sendiri dan tidak menjadi seorang pengekor. Demikian hasil pengamatan
untuk indikator “menjadi pelopor”.
4. Berani Melawan Arus
Pada indikator ini, peningkatan kreativitas siswa sangat lambat, karena mungkin indikator “berani melawan arus” adalah sesuatu yang
bertentangan. Namun selama pertemuan, siswa terus mengalami peningkatan. Pada awalnya siswa merasa takut karena akan dianggap
kasar, dan melawan. Namun, hal tersebut bisa diatasi dengan berbagai tindakan bahwa pelaksanaan pembelajaran ini hanya sebuah proses
belajar dan tidak akan mempengaruhi apapun. Akhirnya, siswa bisa mengikuti dengan baik dan semua yang akan dilakukan telah
mendapatkan izin. Saat diskusi berlangsung, siswa menjadi seseorang
150
yang bebas ketika mengadu pemikiran dan menentang berbagai pendapat dari siswa lain. Siswa pada akhirnya sudah tidak merasa disebut sebagai
seorang pembrontak atau dianggap tak menghargai segala pendapat. Karena dengan melakukan hal teraebut, siswa dapat secara penuh
menuangkan segala apa yang dipikirkan. Demikian hasil pengamatan, dengan indikator
“berani melawan arus”. 5.
Menghargai Berdasarkan hasil pengamatan, sikap siswa yang mau menghargai
ditandai dengan keseriusan dalam memperhatikan siswa lain saat menyampaikan pendapatnya, walaupun sesekali ada yang menyanggah,
siswa tetap mau memperhatikan dengan serius. Menghargai bagi siswa bukan hanya sekedar menghargai pendapat, namun siswa menghargai
keterbatasan dari tiap siswa dikelompoknya. Demikian hasil pengamatan, dengan indikator
“menghargai”.
2. Hasil Belajar Setelah Penarapan Metode Diskusi Kelompok Silang
Hasil belajar yang diperoleh siswa selama pelaksanaan metode diskusi kelompok silang saat pelajaran IPS, telah memberikan peningkatan pada
hasil belajar dibandingkan sebelum penerapan metode diskusi kelompok silang. Peningkatan yang diperoleh bukan sebatas nilai yang lebih baik
dibandingkan data awal siswa sebelum penerapan metode diskusi kelompok silang, tapi siswa juga dapat memahami dan memecahkan setiap
permasalahan pada materi pelajaran IPS yang diberikan. Peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan pemahaman yang diperoleh, akan dijelaskan dari
setiap indikator materi pelajaran IPS:
151
1.
Analisis hubungan jumlah tenaga kerja
Pada indikator materi pelajaran IPS, analisis hubungan jumlah tenaga kerja ini, pada saat diskusi setiap siswa dikelompok mampu
mengemukakan setiap informasi yang diperoleh dengan kalimat sendiri, dan setiap siswa di kelompok dapat mengungkapkan dengan bahasa yang
ber beda. Hasil belajar yang diperoleh siswa untuk indikator “analisis
hubungan jumlah tenaga kerja” adalah yang tertinggi dari pada kelima indikator yang lain. Hampir semua siswa dapat menjawab pertanyaan
pada indikator ini dengan benar. 2.
Analisis hubungan jumlah pengangguran
Pada indikator ini, hampir semua siswa pada tiap kelompok dapat mengemukakan setiap informasi yang diperoleh dengan kalimat sendiri.
Bukan hanya itu, siswa dapat mengkaitkan informasi yang diperoleh dengan informasi yang telah ada sebelumnya. Hanya saja, indikator ini
sedikit rumit sehingga siswa merasa kebingungan dan hasil belajar yang diperoleh meskipun banyak siswa mendapat hasil yang baik, indikator
kedua ini merupakan indikator tertinggi keempat dari kelima indikator. 3.
Analisis hubungan kesempatan kerja
Pada indikator ini, berdasarkan hasil belajar yang diperoleh, indikator ini merupakan yang terendah. Jika dibandingkan dengan
pelaksanaan diskusi yang telah dilakukan, siswa dapat dengan bebas mengungkapkan dan mengkaitkan informasi yang diperoleh dengan
informasi yang telah ada sebelumnya, bahkan siswa dapat dengan mudah
152
memberikan contoh terhadap masalah terkait. Namun, hasil belajar pada indikator ini, diperoleh tidak sesuai dengan harapan. Sebenarnya bukan
kesalahan murni pada siswa, tapi soal yang dibuat sedikit diberi jebakan dan siswa tidak menyadarinya.
4. Analisis kebijakan pemerintah terhadap masalah tenaga kerja
Pada indikator ini, hasil belajar yang diperoleh siswa sangat baik dan hampir rata-rata siswa dapat menjawab soal tersebut. Saat diskusi,
semua siswa pada tiap kelompok sudah dapat mengungkapkan pendapat yang tidak hanya pada satu sumber saja, tapi siswa dapat menggunakan
beragam cara untuk mendapatkan jawaban yang lebih bervariasi. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada indikator ini, adalah yang tertinggi
ketiga dari kelima indikator lainnya. 5.
Analisis tentang peningkatan mutu tenaga kerja Ini merupakan indikator tertinggi kedua dari kelima indikator.
Hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan, bahwa siswa sudah sangat memahami materi yang diberikan. Selama diskusi, siswa telah
menunjukkan dengan
caranya sendiri
untuk memahami
dan mangungkapkan dengan bahasa sendiri. Bahkan, siswa dapat
memprediksi pertanyaan yang diberikan dari teman kelompoknya, sehingga siswa telah siap dengan pernyataan yang telah dibuat untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan.
153
3. Kendala Penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang
Terdapat kendala yang dialami dalam penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang di SMP N 6 Yogyakarta, Berikut pembahasannya:
1. Masalah dengan siswa yang penakut
Pada hasil pengamatan, terlihat dengan jelas pada pertemuan 1 siswa masih merasa takut. Banyak hal yang membuat siswa merasa takut
seperti takut salah. Siswa tidak mampu menahan rasa takut akan gagal. Rasa takut yang dialami siswa inilah yang membuat kemampuan dari
dalam diri tidak dapat keluar secara penuh. Siswa takut jika salah, baik saat menjawab pertanyaan atau menanggapi masalah yang dibahas,
teman yang lain akan memberikan sebuah jugjement, atau label bahwa siswa tersebut adalah orang yang dianggap lemah dan tidak mampu.
Untuk itu, kenapa siswa diawal pertemuan selalu menahan diri tidak mau mengeluarkan semua yang miliki.
2. Masalah dengan siswa yang pemalu
Masalah ini merupakan masalah yang wajar dan sering kali terjadi. Pada awal pertemuan 1, hampir tidak ada perbedaan antara siswa yang
pemalu dengan siswa yang penakut. Pada intinya, siswa tidak bisa secara penuh mengeluarkan kemampuannya. Siswa yang pemalu cenderung
suka melempar jawaban milikknya dan diberikan kepada orang teman kelompoknya untuk menjawab.
154
Berdasarkan observasi dan refleksi yang dilakukan peneliti dan pengajar, kendala yang sudah dijelaskan di atas bisa diatasi, berikut ini
pembahasannya: 1.
Masalah dengan siswa yang penakut Berdasarkan saran pengajar, peneliti diberi kesempatan untuk
membantu siswa yang memiliki karakter ini dengan cara, peneliti memberikan perhatian kepada siswa, khususnya untuk siswa yang laki-
laki, dan siswa yang perempuan ditangani dengan cara sama oleh pengajar. Peneliti dan pengajar berusaha memberikan “kebebasan” bukan
“batasan”, agar siswa yang memiliki rasa takut dapat berusaha untuk mengeluarkan semua yang dimiliki.
2. Masalah dengan siswa yang pemalu
Berdasarkan saran pengajar, peneliti diberi kesempatan untuk membantu siswa yang memiliki karakter ini dengan cara, peneliti
memberikan sebuah pujian atas usaha yang telah dia lakukan. Memberikan dorongan semangat dan sedikit motivasi yang diberikan
pengajar. “jangan menyerah dengan keadaan sesulit apa pun, kenali dirimu
maka kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan ”
Karena pada dasarnya siswa yang pemalu, selalu merasa tidak betah atau tidak nyaman. Jadi, peneliti berusaha menyuruh siswa
dikelompok untuk selalu memberikan banyak kesempatan kepada siswa yang pemalu.
155
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN