72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Penelitian Tindakan Siklus 1
Metode diskusi kelompok silang dilaksanakan mengikuti pokok bahasan pada pelajaran IPS yang telah dibuat dan disepakati oleh pengajar.
Metode Diskusi Kelompok Silang diterapkan dengan tujuan tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa, tapi juga meningkatkan kreativitas siswa.
Sehingga, siswa bukan hanya mendapatkan hasil belajar yang baik, namun siswa akan menjadi seseorang yang dapat memahami, bertindak,
bertanggung jawab dan bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri.
Pelaksanaan tindakan siklus 1 terdiri dari 3 kali pertemuan yang dilaksanakan dengan pokok bahasan ketenagakerjaan.
1. Rencana Tindakan
Persiapan dalam penelitian tindakan ini, peneliti membuat rancangan penelitian untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
siswa melalui metode diskusi kelompok silang. Perencanan penelitian terdiri dari 3 pertemuan, yaitu:
Pertemuan 1
Langkah pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1 pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan Rancangan Pertemuan Pembelajaran
73
Rancangan pertemuan pembelajaran dibuat oleh peneliti dan pengajar yang disesuaikan pada RPP dengan materi pembelajaran
tentang ketenagakerjaan.
Kegiatan yang
telah dilaksanakan
berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran, memuat: 1 Standar Kompetensi; 2 Kompetensi Dasar; 3 Indikator; 4 Tujuan
Pembelajaran; 5 Materi Pembelajaran; 6 Metode Pembelajaran; 7 Kegiatan Pembelajaran; 8 Penilaian.
Pada kegiatan
awal, pengajar
menyampaikan materi
pembelajaran tentang angkatan kerja. Selanjutnya, pengajar
menerangkan tujuan pembelajaran, yaitu menjelaskan konsep dalam ketenagakerjaan, mengindentifikasikan permasalahan dasar yang
berhubungan dengan tenaga kerja, mengidentifikasi peranan pemerintah dalam mengatasi masalah tenaga kerja di indonesia, serta
menjelaskan langkah penerapan metode diskusi kelompok silang. Setelah itu, pengajar membuat kelompok belajar dimana siswa
dibentuk menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok terdiri dari 8 orang. Pengajar memberikan materi yang disajikan kepada siswa dalam
bentuk powerpoint, dan siswa diminta untuk bertanggung jawab mempelajari materi yang sudah dipaparkan pada powerpoint tersebut.
Setelah itu, pengajar memilih siswa pada baris ke-8 dari tiap kelompok sebagai kelompok ahli yang diberikan tanggung jawab
untuk mempelajari sub materi berbeda. Selanjutnya, kelompok ahli disuruh berdiskusi untuk mengkaji materi yang telah diberikan dengan
74
kelompoknya. Setelah siswa selesai mengkaji materi yang diberikan oleh kelompok ahli, selanjutnya pengajar meminta kelompok ahli
melakukan crossover ke kelompok lain untuk mendiskusikan dan mengkaji mengenai materi yang sama.
Selama pelaksanaan diskusi kelompok silang, siswa diamati dan dinilai secara individu berdasarkan 5 indikator, yaitu: percaya diri,
berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai. Setelah selesai berdiskusi, pengajar menutup pertemuan
pertama ini dengan berdoa dan salam penutup. b.
Mempersiapkan lembar kerja siswa Lembar kerja siswa terdiri dari 2 jenis: 1 Lembar untuk
merangkum hasil yang telah didiskusikan dengan kelompok, 2 Lembar materi yang diberikan oleh pengajar kepada tiap kelompok
ahli. c.
Mempersiapkan lembar observasi kreativitas siswa Lembar observasi untuk pengamatan yang digunakan terdiri dari
lima indikator peningkatan kreativitas siswa percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai.
Pertemuan 2
Langkah pelaksanaan siklus 1 pertemuan 2 tidak berbeda dengan pertemuan pertama pada tindakan kelas, adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan rancangan pertemuan pembelajaran
75
Rancangan pertemuan pembelajaran pada pertemuan 2 sama dengan pertemuan 1, hanya materi yang diberikan berbeda, yaitu
tentang permasalahan tenaga kerja di indonesia. Jika pertemuan 1 pengajar memilih kelompok ahli dari baris ke-8, maka sekarang
baris ke-7 yang menjadi kelompok ahli. Kelompok ahli diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sub materi yang berbeda.
Selanjutnya, kelompok ahli disuruh berdiskusi untuk mengkaji materi yang telah diberikan dengan kelompoknya. Setelah siswa
selesai mengkaji materi yang diberikan oleh kelompok ahli, selanjutnya pengajar meminta para kelompok ahli crossover ke
kelompok lain untuk mendiskusikan dan mengkaji materi yang sama.
b. Mempersiapkan lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa terdiri dari 2 jenis: 1 Lembar untuk merangkum hasil yang telah didiskusikan dengan kelompok, 2
Lembar materi yang diberikan oleh pengajar kepada tiap kelompok ahli.
c. Mempersiapkan lembar observasi kreativitas siswa
Lembar observasi yang akan digunakan terdiri dari lima indikator peningkatan kreativitas siswa percaya diri, berfikir di
luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai. Dari kelima indikator di atas maka katagori penilaian adalah:
tinggi, sedang, rendah.
76
Pertemuan 3
Langkah pelaksanaan siklus 1 pertemuan 3 tidak berbeda dengan pertemuan 2 pada tindakan kelas, adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan rancangan pertemuan pembelajaran
Rancangan pertemuan pembelajaran pada pertemuan 3 sama dengan pertemuan kedua, hanya materi pembelajaran yang berbeda,
yaitu tentang peningkatan mutu tenaga kerja. Jika pertemuan kedua pengajar memilih siswa dari baris ke-7, sekarang memilih baris ke-6
dari tiap kelompok yang menjadi kelompok ahli. Setelah itu, kelompok ahli diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sub
materi yang berbeda. Selanjutnya, kelompok ahli disuruh berdiskusi untuk mengkaji materi yang telah diberikan dengan kelompoknya.
Setelah siswa selesai mengkaji materi yang diberikan oleh kelompok ahli, selanjutnya pengajar meminta kelompok ahli crossover ke
kelompok lain untuk berdiskusi dengan kelompok baru. b.
Mempersiapkan lembar kerja siswa Lembar kerja siswa terdiri dari 2 jenis: 1 Lembar untuk
merangkum hasil yang telah didiskusikan dengan kelompok, 2 Lembar materi yang diberikan oleh pengajar kepada tiap kelompok
ahli. c.
Mempersiapkan lembar observasi kreativitas siswa Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lima indikator
peningkatan kreativitas percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi
77
pelopor, berani melawan arus, menghargai. Dari kelima indikator diatas maka katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah.
d. Mempersiapkan soal
Peneliti membuat soal berdasarkan materi yang telah didiskusikan siswa selama pertemuan dengan arahan dari pengajar
mata pelajaran IPS di kelas VIII. Soal yang diberikan siswa untuk dikerjakan adalah soal pilihan ganda dengan jumlah soal 10 butir.
Hasil yang diperoleh akan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari observasi pra penelitian untuk melihat peningkatan hasil belajar
siswa sebelum dan setelah penerapan metode diskusi kelompok silang. 2.
Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan 1
Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok silang siklus 1 pada pertemuan 1 dilaksanakan dengan
jumlah siswa sebanyak 32 anak. Pengajar memulai kegiatan sesuai dengan langkah pembelajaran pada RPP yang sudah direncanakan oleh
pengajar dan peneliti sebelumnya. Pada awal pertemuan, pengajar membuka dengan salam pembukaan dilanjut d
engan berdo’a. Pengajar mengabsen dan menanyakan kondisi dan kesiapan siswa untuk mengikuti
pelajaran. Pengajar melakukan apersepsi tentang pengangguran menurut BPS pada tahun 2005 mencapai 10 juta jiwa, kemudian pengajar
membuat kelompok yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu 1 kelompok terdiri dari 8 orang. Kemudian, karena metode yang digunakan sama dan
78
hanya berbeda sedikit, pengajar menjelaskan langkah pembelajaran, meskipun berbeda tapi pada intinya sama.
Siswa mulai bergabung dengan kelompok dan pengajar memilih kelompok ahli dari tiap kelompok untuk diberikan materi. Siswa
diberikan waktu bekerja dalam kelompok selama 60 menit. 30 menit pertama mendiskusikan materi dari kelompok ahli, 30 menit berikutnya,
kelompok ahli yang telah crossover giliran untuk saling berdiskusi materi milik kelompok ahli yang di crossover.
Setelah pembelajaran selesai, peneliti dan pengajar berdiskusi membicarakan hasil dari proses pembelajaran dengan metode diskusi
kelompok silang. Pada perlakuan awal, siswa tidak kebingungan dengan mekanisme metode diskusi kelompok silang. Hal yang terjadi adalah
hampir semua kelompok pasif, dan pengajar harus memicu pembicaraan tentang masalah yang sedang didiskusikan. Ada beberapa siswa yang
malu untuk mengungkapkan pendapatnya, ada yang tertawa sendiri, dan ada yang berbincang ketika kelompok ahli sedang berbicara. hal tersebut
tidak bisa disalahkan karena kelompok ahli bicaranya susah dipahami oleh siswa yang lain.
Setelah mengetahui kekurangan pada perlakuan awal, peneliti dan pengajar merencanakan langkah pembelajaran untuk perlakuan
berikutnya. Pada perlakuan awal, kreativitas siswa masih rendah. Salah satu indikator seperti percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor,
berani melawan arus, menghargai, belum nampak.
79
Pertemuan 2
Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok silang siklus 1 pada pertemuan 2 dilaksanakan dengan
jumlah 32 siswa. Seperti pada siklus 1 pertemuan 1, Siswa mulai bergabung dengan kelompok dan pengajar memilih kelompok ahli dari
tiap kelompok untuk diberikan materi. Siswa diberikan waktu untuk bekerja dalam kelompok selama 60 menit.
Pada 30 menit pertama, peneliti bekerjasama untuk membantu siswa memulai diskusi di kelompok ahli sebelum kelompok ahli
crossover. Sedikit demi sedikit siswa mulai bisa mengikuti. Setelah selesai di kelompok ahli, pengajar mulai menyuruh kelompok ahli untuk
crossover ke kelompok lain. Saat diskusi dengan kelompok ahli crossover, siswa mulai memahami dan bertanya tentang materi yang
didiskusikan oleh kelompok ahli crossover. Berdasarkan pengamatan, pada perlakuan kedua, siswa sedikit mengalami peningkatan untuk
indikator menghargai. Seperti pada pertemuan pertama, setelah pembelajaran selesai
peneliti dan pengajar berdiskusi membicarakan hasil dari proses pembelajaran metode diskusi kelompok silang
untuk mengetahui kekurangan yang terjadi pada perlakuan kedua, pengajar dan peneliti
merencanakan langkah pembelajaran untuk perlakuan ketiga.
80
Pertemuan 3
Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok silang siklus 1 pada pertemuan 3 dilaksanakan dengan
jumlah siswa sebanyak 32 anak. Seperti pada pertemuan kedua, siswa mulai bergabung dengan kelompok dan pengajar memilih kelompok ahli
dari tiap kelompok untuk diberikan materi. Siswa diberikan waktu bekerja dalam kelompok selama 60 menit.
Pada pertemuan 3, siswa sudah mulai menunjukkan peningkatan pada kreativitasnya, dari siswa yang malu untuk bertanya, dan masih
tidak mengghargai teman yang berbicara seperti pada siklus sebelumnya. Pada pertemuan 3 siswa langsung bergerak cepat menuju ke
kelompoknya masing. Setelah pembelajaran selesai, pengajar dan peneliti memberikan
tes kemudian mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran dan mengidentifikasi kendala atau masalah yang kemudian dicari solusinya.
Data yang didapat selama pertemuan 1 sampai pertemuan 3 diolah sesuai dengan kelima indikator kreativitas siswa yang diamati.
3. Observasi
Observasi dilaksanakan selama kegiatan diskusi berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
Pengamatan dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan kreativitas siswa yang ditunjukkan selama diskusi, yaitu pada saat berada
81
dikelompok “ahli” dan dikelompok “ahli crossover”. Observasi dilakukan dengan dua orang, yaitu pengajar dan peneliti.
Lembar observasi peningkatan kreativitas siswa terdiri atas lima indikator percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani
melawan arus, menghargai. Dari kelima indikator di atas maka katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah.
Adapun rincian hasil pengamatan peneliti siklus 1 penerapan metode diskusi kelompok silang di SMP N 6 Yogyakarta pada siswa
dapat dijelaskan melalui ketujuh indikator kreativitas siswa yang diamati, yaitu:
Pertemuan 1
1. Percaya Diri
Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode diskusi kelompok silang berjalan sedikit kurang baik. Secara mekanisme,
siswa sudah bisa membiasakan diri dengan penerapan metode seperti pada diagram. Selama diskusi berlangsung, peneliti mengamati
tindakan yang siswa lakukan baik saat kajian materi dengan kelompok ahli maupun kelompok ahli crossover terkait dengan hal materi yang
disampaikan banyak meninggalkan kesan. Terdapat hal sangat lucu untuk diingat, kejadian ini tepat berada ditempat penelitian:
Saya : “enggak tanya?” Siswa:
“malu mas mau tanya-tanya, ntar disangka kepo?” Saya: “Yah, kepo mah bagus, gak kepo gak tambah maju loh?”
Siswa: “Bodo ah mas, namanya malu mau di apa”
82
Contoh kejadian yang telah jelaskan merupakan salah satu bukti, bahwa siswa tidak mau bertanya dengan alasan malu, takut, tidak tahu
apa yang ingin ditanyakan, dan hampir tiap siswa mengalami, bahkan karena hal semacam ini, diskusi seperti tidak diskusi. Sebenarnya,
siswa mempunyai potensi untuk bertanya, karena saat pengajar memberi penegasan bertanya, mereka tahu apa yang harus ditanyakan.
Hampir keseluruhan siswa, baik kelompok 1,2,3 dan 4 merasa kurang percaya diri, masih malu saat ingin bertanya ataupun menyampaikan
pendapat. Penilaian terhadap indikator selama penerapan metode di pertemuan 1 masih belum menunjukkan peningkatan. Percaya diri
yang kurang menunjukkan siswa hanya berani bertanya jika ada paksaan.
Dihitung dari banyaknya siswa dalam satu kelas, yang belum menunjukkan peningkatan pada indikator “percaya diri” adalah
sebagai berikut:
Tabel 4: Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
- 2
Sedang 15
3 Rendah
17
Jumlah 32
83
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa pada indikator “percaya diri”, pada katagori “sedang” sebanyak 15 siswa.
Pada katagori “rendah” sebanyak 17 siswa. Melihat perbandingan jumlah siswa,
peningkatan kreativitas pada katagori “rendah” lebih besar dari katagori
“sedang”, artinya siswa belum mengalami peningkatan.
2. Berfikir Diluar Kotak
Pada indikator ini, peneliti mengamati setiap kelompok diskusi baik kelompok 1,2,3 dan 4 dapat berfikir di luar kotak. Berdasarkan
pengamatan, siswa telah diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat atau usulan namun, pada pertemuan 1, siswa belum bisa
berfikir bebas, masih banyak siswa yang belum mengeluarkan logika, insting ataupun pengalaman yang bisa dijadikan sumber untuk
membahas materi yang didiskusikan. Namun, ada beberapa siswa dari kelompok 3 yang telah memberanikan diri untuk mencoba berfikir di
luar kotak, karena sikap kurang percaya diri membuat siswa tersebut sedikit terbata dalam menyampaikan.
Siswa: “sebenernya aku tuh punya pemikiran keren tapi susah mau disampaiin, karena mulutku ni loh, gak bisa diajak
kompromi, kalau dah ngomong pasti lupa semua ”.
Sebenarnya siswa dapat berfikir di luar kotak dan mampu mengajukan berbagai pertanyaan ataupun usulan atas masalah yang
sedang dibahas. Tapi, kemampuan siswa yang belum terbiasa mencoba melatih dirinya karena takut gagal. Hal semacam ini dapat berkembang
84
jika, seseorang memiliki jiwa besi atau kemampuan untuk tidak mudah menyerah dengan keadaan walau sesulit apapun.
Hasil peningkatan kreativitas siswa pada indikator “berfikir di
luar kotak” maka, penjelasannya adalah sebagai berikut:
Tabel 5: Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Di Luar Kotak”
No Ketagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
- 2
Sedang 10
3 Rendah
22
Jumlah 32
Hasil pada tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa untuk
indikator “berfikir di luar kotak”, pada katagori “sedang” sebanyak 10 siswa. Sedangkan, pada katagori “rendah” sebanyak 22
siswa. Pernyataan ini, jika melihat perbandingan kedua katagori maka, peningkatan kreativitas pada katagori “rendah” lebih besar dari
katagori “sedang”, artinya siswa masih belum mengalami peningkatan.
3. Menjadi Pelopor
Pada indikator ini, peneliti mengamati siswa masih belum bisa dianggap menjadi pelopor dalam tiap kelompok diskusinya, di
karenakan siswa yang belum fokus dengan materi yang diberikan atau mungkin, siswa tersebut yang memang merasa malu untuk
85
mengungkapkan pendapat di depan teman kelompoknya. Selain kelompok ahli, sebenarnya pertemuan 1 ini peneliti sudah melihat
usaha siswa dari kelompok 4 untuk bisa menjadi pelopor dan ingin menunjukkan bahwa siswa tersebut berbeda dari temannya, sehingga
siswa tersudut dan merasa bingung sendiri dengan pendapatnya. Hal tersebut memang sering terjadi, meskipun siswa mempunyai
keberanian untuk menjadi pelopor, terkadang hanya bisa ditunjukkan untuk siswa itu sendiri, dan ketika ditunjukkan kepada siswa lain,
mentalitas yang ada pada diri siswa menurun. Hal hebat apapun yang ada pada diri siswa, secara seketika menghilang. Jika melihat
peningkatan keseluruhan siswa tiap kelompok pada pertemuan ini, peneliti akan menjelaskan sebagai berikut:
Tabel 6: Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
- 2
Sedang 13
3 Rendah
19
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa untuk indikator “menjadi pelopor”, pada katagori “sedang” sebanyak 13
siswa. Sedangkan, pada katagori “rendah” sebanyak 19 siswa. Jika melihat perbandingan kedua katagori maka, peningkatan kreativitas
86
pada katagori “rendah” lebih besar dari katagori “sedang”, artinya siswa masih belum mengalami peningkatan.
4. Berani Melawan Arus
Pada indikator ini, peneliti mengamati bahwa, masih banyak siswa yang memiliki rasa takut salah untuk menjawab. Semua siswa
pada tiap kelompok mengalami hal yang sama, siswa takut untuk menjawab materi yang diberikan saat diskusi. Karena hal tersebut,
siswa tidak mau melakukan sesuatu yang beresiko ataupun yang dapat menyusahkan siswa itu sendiri. Pada pengamatan ini, masalah siswa
bukan hanya malu tapi juga takut. Pada indikator ini, hasil pemaparan jumlah siswa dari tiap
kelompok dengan indikator “berani melawan arus”, yang belum mengalami peningkatan, penjelasannya adalah sebagai berikut:
Tabel 7: Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
- 2
Sedang 14
3 Rendah
18
Jumlah
32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “berani melawan arus”, pada katagori “sedang” sebanyak 14
siswa. Sedangkan, pada katagori “rendah” sebanyak 18 siswa. Melihat
87
perbandingan jumlah siswa pada katagori tersebut, maka peningkatan kreativitas pada katagori “rendah” lebih besar dari katagori “sedang”,
artinya siswa masih belum mengalami peningkatan. 5.
Menghargai Pada indikator ini, peneliti mengamati siswa pada tiap kelompok
masih belum dapat menghargai, terutama pada siswa laki-laki di kelas tersebut. Ketika kelompok ahli sedang menjelaskan materi yang
diberikan, hanya beberapa siswa yang sudah mulai mendengarkan dengan baik. Siswa dari kelompok 3 sedang asyik berbincang dengan
temannya. Bahkan, terdapat siswa yang sedang menjahili temannya saat kelompok ahli menjelaskan materi yang didiskusikan. Sehingga,
membuat kelompok lain terganggu. Pada indikator ini, jumlah peningkatan siswa yang mencoba
untuk menghargai adalah sebagai berikut:
Tabel 8: Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
- 2
Sedang 9
3 Rendah
23
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa untuk indikator “menghargai”, pada katagori “sedang” sebanyak 9 siswa.
88
Sedangkan, pada katagori “rendah” sebanyak 23 siswa. Jika melihat peningkatan kreativitas pada katagori “rendah” lebih besar dari katagori
“sedang”, artinya siswa masih belum mengalami peningkatan. Jika seluruh indikator digabungkan ke dalam skor kolektif hasil
pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti, maka penjelasan peningkatan kreativitas siswa adalah sebeagai berikut:
Tabel 9: Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 1”
No Indikator
Tinggi Sedang
Rendah Jumlah
Siswa
1 Indikator 1
15 17
32
2 Indikator 2
10 22
32
3 Indikator 3
13 19
32
4 Indikator 4
14 18
32
5 Indikator 5
9 23
32 Jumlah
61 99
160
Setelah dikumpulkan skor peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan 1 dengan jumlah dalam satu kelas adalah 32 siswa. Kemudian
hasil tersebut dihitung dan diterjemahkan ke dalam skala likert. Untuk mengetahui hasil skor indikator
,
maka akan diuraikan sebagai berikut:
89
Menghitung Nilai Skor
Jumlah skor untuk yang menjawab ST = 0 x 5
= Jumlah skor untuk yang menjawab T
= 0 x 4 =
Jumlah skor untuk yang menjawab S = 61 x 3
= 183
Jumlah skor untuk yang selalu menjawab R = 99 x 2 =
198 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab SR = 0 x 1
= 0 +
Jumlah Total =
381 Jumlah skor tertinggi
= 5 x 160 =
800 Jumlah skor terendah
= 1 x 160 =
160
Berdasarkan hasil di atas, melihat keseluruhan indikator pada pertemuan 1 maka, banyak siswa yang mengalami peningkatan
kreativitas selama penerapan metode diskusi kelompok silang adalah: 381800 x 100 = 47,625 tergolong sedang
”.
Pertemuan 2
Berdasarkan observasi peneliti, pada pertemuan 2 sudah terdapat sedikit peningkatan kreativitas siswa pada kelima indikator, berikut
penjelasannya: 1.
Percaya Diri Pada pertemuan kedua ini, peneliti mengamati siswa dari tiap
kelompok mulai menunjukkan sikap percaya diri. Peneliti mengamati siswa di SMP N 6 Yogyakarta adalah tipe manusia yang cepet belajar
jika mengalami sebuah kesalahan. Bu Erni selaku pengajar mata pelajaran IPS mengatakan
, “saya mah gak heran mas, kalau anak-anak ini pasti cepet belajar dari
kesalahan kemarin, mereka anak jaman sekarang, dah wajar
90
kalau seharusnya lebih cepet berkembang dari pada jaman saya sekolah
” Pada pertemuan ini peneliti mengamati, siswa dari tiap
kelompok sudah berani menunjukkan percaya dirinya meskipun terkadang, rasa malu, tidak berani untuk mencoba, bahkan masih
apatis terhadap kelompok ahli yang sedang menyampaikan materi, sedikit demi sedikit siswa menunjukkan perubahan yang lebih baik
dari hari kemarin. Bahkan terdapat siswa dari kelompok 3 yang mengatakan ini kepada peneliti:
Rangga: “mas, suruh mereka semua kasih ngasih pertanyaan ke aku, biar semua pertanyaan tak yoloyolo kata alay si rangga
yang artinya dia pasti bisa jawab semua soal ”
Walaupun siswa yang bernama rangga sangat percaya diri, peneliti mengamati jawabannya salah, tapi itu bukan masalah. Karena
yang terpenting tidak ragu untuk mencoba. Jika mengamati jumlah siswa yang menunjukkan peningkatan pada indikator “percaya diri”,
maka penjelasannya adalah sebagai berikut:
Tabel 10: Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
- 2
Sedang 20
3 Rendah
12
Jumlah
32
91
Hasil tabel di atas menunjukkan peningkatan kreativitas siswa dari
indikator “percaya diri”, pada katagori “sedang” meningkat sebanyak 20 siswa. Sedangkan, pada katagori “rendah” telah menurun
menjadi 12 siswa. Jika melihat perbandingan kedua katagori maka, peningkatan kreativitas pada katagori “sedang” lebih besar dari
katagori “rendah”, artinya siswa sedikit mengalami peningkatan. 2.
Berfikir Di Luar Kotak Pada pertemuan kedua, peneliti mengamati siswa tiap kelompok
pada indikator ini, telah mengalami sedikit peningkatan. Hal tersebut terbukti siswa dari kelompok 1 bisa memberikan pertanyaan kepada
kelompok ahli, yang membuat kelompok ahli sedikit kebingungan untuk menjawabnya. Tidak semua siswa mengalami peningkatan
secepat ini, tetapi masih terdapat siswa yang masih berusaha untuk berfikir di luar kotak. Hal tersebut, menunjukkan bahwa siswa telah
berfikir untuk tidak selalu fokus pada satu sumber buku, tapi dengan mendapatkan banyak sumber untuk mencari sesuatu yang berbeda
seperti pencarian melalui media smartphone. Tindakan tersebut sudah mendapatkan izin dari pengajar. Usaha tersebut bisa dikatakan cara
berfikir di luar kotak. Kemudian, terdapat salah satu siswa dari kelompok 4 yang bertanya untuk menunjukkan siswa mampu berfikir
di luar kotak, pertanyaan tersebut adalah: “Kalau usia produktif kerja adalah 17-25 tahun, lalu kenapa
masih ada banyak orang tuanya membiarkan anaknya bekerja, padahal usianya masih 10 tahun?
”
92
Hal tersebut menunjukkan kalau siswa bisa berfikir di luar kotak. Dengan demikian, peningkatan kreativitas siswa pada indikator
“berfikir di luar kotak” akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 11: Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Di Luar Kotak”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
- 2
Sedang 19
3 Rendah
13
Jumlah
32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa untuk indikator “befikir di luar kotak”, pada katagori “sedang” meningkat
menjadi 19 siswa dan pada katagori “rendah” menurun menjadi 18 siswa. Jika melihat perbandingan kedua katagori maka, peningkatan
kreativitas katagori “sedang” lebih besar dari katagori “rendah”,
artinya siswa telah sedikit mengalami peningkatan. 3.
Menjadi Pelopor Pada indikator ini, peneliti mengamati peningkatan kreativitas
siswa dari tiap kelompok ditunjukkan dengan cara bagaimana siswa menjawab ataupun memberi tanggapan kepada salah satu teman yang
bertanya. Hal tersebut terlihat ketika diberikan pertanyaan yang sama, siswa dari tiap kelompok memberikan jawaban yang berbeda.
Meskipun terdapat siswa yang belum bisa menjadikan dirinya sebagai
93
pelopor, siswa tidak menyerah berhenti berusaha untuk melakukan sesuatu yang cukup bisa dilakukan. Siswa menunjukkan bahwa
dirinya bisa menjadi pelopor untuk dirinya sendiri, karena siswa berusaha melakukan sesuatu yang cukup bisa dilakukan, tanpa meniru
apa yang dilakukan siswa lain. Jika banyak siswa yang menunjukan peningkatan pada indikator
“menjadi pelopor” pada pertemuan 2, maka penjelasannya adalah sebagai berikut:
Tabel 12: Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
- 2
Sedang 22
3 Rendah
10
Jumlah
32
Hasil tabel di atas tentang peningkatan kreativitas siswa dari indikator “menjadi pelopor”, pada katagori “sedang” meningkat
sebanyak 22 siswa . Sedangkan, pada katagori “rendah” menurun
menjadi 10 siswa. Jika melihat perbandingan persen kedua katagori maka, persentase
peningkatan kreativitas pada katagori “sedang” lebih besar dari katagori “rendah”, artinya siswa telah sedikit mengalami
peningkatan.
94
4. Berani Melawan Arus
Pada indikator ini, peneliti mengamati peningkatan yang terjadi adalah beberapa siswa dari kelompok 1 dan 4 sudah berusaha untuk
bisa dengan bebas memberikan tanggapan, bahkan sedikit bisa melakukan
perdebatan yang
sangat menarik.
Siswa dapat
memunculkan dialektika, dan pertentangan. Karena hal tersebut, siswa yang pasif merasa ingin terlibat. Terdapat salah siswa dari kelompok 4
berkata kepada peneliti: Siswa: “Mas, seru juga ya diskusi kayak gini? sayang aku belum
nangkep sama apa yang diomongin ”
Saya: “Iya tah? Yaudah besok kalau bisa perhatiin kelompok ahlimu kalau lagi nerangin materinya, ntar pasti cepet ngerti,
kalau dah ngerti keluarin jiwa pembunuhmu, buat mereka yang tanya jadi takluk sama kamu
”. Siswa: “Kadang aku bisa sih mas, tapi kalau sampek keras
seperti itu ntar aku dimarah sama bu erni ”.
Saya: “Takut amat sama bu erni, gak bakal bu erni marah, aku dah bilang dari awal biar siswanya debat”.
Dari percakapan
tersebut, siswa
menunjukkan belum
mempunyai keberanian untuk terlibat dalam pembahasan materi yang didiskusikan. Hasil pengamatan yang telah dilakukan, banyak siswa
yang telah mengalami peningkatan dan akan dijelaskan sebagai berikut:
95
Tabel 13: Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
- 2
Sedang 24
3 Rendah
8
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas dari indikator “berani melawan arus”, pada katagori “sedang” meningkat
sebanyak 24 siswa. Sedangkan pada katagori “rendah” menurun sebanyak 8 siswa. Jika melihat perbandingan kedua katagori, maka
peningkatan kreativitas pada katagori “sedang” lebih besar dari katagori “rendah”, artinya siswa telah sedikit mengalami peningkatan.
5. Menghargai
Pada indikator ini, peneliti mengamati siswa dari semua kelompok mengalami peningkatan, karena dirasa siswa SMP masih
begitu sangat labil, peningkatan pada indikator di pertemuan ini dirasa belum cukup untuk membuat siswa dapat menghargai. Beberapa siswa
mengalami peningkatan, namun siswa yang lain walaupun bisa menghargai cenderung sering “motong” pembicaraan. Pernyataan
yang terjadi adalah: Hendra: “pengangguran yang terjadi di indonesia merupakan
akibat dari kurangnya lap........ ” terpotong oleh aufa
96
Aufa: “ndra, kamu masih kecil dah tumbuh kumis? Dikasih apa biar cepet tumbuh, aku pengen loh
” H
endra: “dafuk Diem aku lagi njelasin materi ni loh, ah Kan lupa dah sampek mana tadi
” Aufa: “hahahahaha, sorry”
Hal semacam ini yang membuat siswa dianggap tidak bisa menghargai. Pada akhirnya, hal semacam ini menjadi bahan lawakan
untuk siswa yang lain. Hasil pengamatan yang dilakukan, peningkatan kreativitas siswa pada indikator “menghargai” adalah sebagai berikut:
Tabel 14: Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
- 2
Sedang 25
3 Rendah
7
Jumlah
32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “menghargai”, pada katagori “sedang” meningkat menjadi
sebanyak 25 siswa. Sedangkan pada katagori “rendah” menurun
menjadi 7 siswa. Jika melihat perbandingan kedua katagori, maka peningkatan kre
ativitas pada katagori “sedang” lebih besar dari katagori “rendah”, artinya siswa telah sedikit mengalami peningkatan.
97
Jika seluruh indikator digabungkan ke dalam skor kolektif hasil pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti, maka penjelasan
peningkatan kreativitas siswa adalah sebeagai berikut:
Tabel 15: Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 2”
No Indikator
Tinggi Sedang
Rendah Jumlah
Siswa
1 Indikator 1
20 12
32
2 Indikator 2
19 13
32
3 Indikator 3
22 10
32
4 Indikator 4
24 8
32
5 Indikator 5
25 7
32 Jumlah
110 50
160
Setelah dikumpulkan skor peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan 2 dengan jumlah satu kelas adalah 32 siswa. Kemudian hasil
tersebut akan di hitung dan diterjemahkan ke dalam skala likert. Untuk mengetahui skor variabel
,
maka akan diuraikan sebagai berikut:
Menghitung Nilai Skor
Jumlah skor untuk yang menjawab ST = 0 x 5
= Jumlah skor untuk yang menjawab T
= 0 x 4 =
Jumlah skor untuk yang menjawab S = 110 x 3
= 330
Jumlah skor untuk yang selalu menjawab R = 50 x 2 =
100 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab SR= 0 x 1 =
0 +
Jumlah Total =
430
98
Jumlah skor tertinggi = 5 x 160
= 800
Jumlah skor terendah = 1 x 160
= 160
Berdasarkan hasil di atas, melihat hasil dari keseluruhan indikator pada pertemuan 2, maka banyak siswa yang mengalami peningkatan
kreativitas selama penerapan metode diskusi kelompok silang adalah: 430800 x 100 = 53,75 tergolong sedang
”.
Pertemuan 3
Berdasarkan hasil observasi, pada pertemuan 3 siswa mengalami peningkatan kreativitas yang sangat pesat pada kelima indikator, berikut
penjelasannya: 1.
Percaya Diri Pada pertemuan 3 ini, peningkatan siswa dari semua kelompok
begitu signifikan. Setelah peneliti mengamati diskusi berlangsung, siswa di SMP N 6 Yogyakarta sangat percaya diri sekali, bukan hanya
siswa dengan katagori “sedang” saja yang meningkat menuju katagori “tinggi”, tapi siswa pada pertemuan sebelumnya berada pada katagori
“rendah” sekarang justru lebih berani. Setelah peneliti bertanya kepada salah siswa yang dipertemuan sebelumnya berada pada
katagori “rendah”, siswa berkata: Saya:
“tumben sekarang aktif?”,”biasanya cuma senyam- senyum aja, habis kesambet apa?
Fajar: “hahahaha, kemaren masih malu mas, smlm dah belajar
dikit juga, makannya ngerti”
99
Pada pertemuan ini, siswa ditiap kelompok sudah berani menunjukkan percaya dirinya, bahkan rasa malu, tidak berani untuk
mencoba, sikap seperti ini yang biasanya terjadi pada siswa yang memiliki katagori “rendah” sudah berubah total. Hampir semua siswa
dengan percaya dirinya belajar untuk menanggapi secara sedikit demi sedikit apa yang disampaikan kelompok ahli, ataupun kelompok ahli
crossover. Jumlah siswa yang menunjukkan peningkatan pada indikator
“percaya diri”, maka penjelasannya adalah sebagai berikut:
Tabel 16: Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
8 2
Sedang 24
3 Rendah
-
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “percaya diri”, pada katagori “tinggi” sebanyak 8 siswa.
Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 24 siswa. Kreativitas siswa pada
indikator “percaya diri” menunjukkan peningkatan karena tidak ada lagi siswa yang berada pada katagori “rendah”.
100
2. Berfikir Di Luar Kotak
Pada pertemuan ketiga ini, peneliti mengamati siswa di tiap kelompok pada indikator ini telah mengalami peningkatan yang pesat.
Hal ini terbukti, semua siswa bisa memberikan pertanyaan yang kritis. Banyak siswa yang dapat memberikan tanggapan dengan terperinci.
Tidak hanya itu, siswa dari kelompok 2 sudah lebih aktif dengan medianya sendiri yang tujuannya, agar proses pencarian informasi
yang dibutuhkan cepat didapat. Siswa menemukan caranya sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Hal yang telah dilakukan, menunjukkan siswa yang awalnya masih tidak bisa menyelesaikan masalah, kini dapat begitu tanggap
dan kritis terhadap sesuatu yang dihadapi. Peningkatan kreativitas siswa pada indikator “berfikir di luar kotak”, penjelasannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 17: Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Di Luar Kotak”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
7 2
Sedang 25
3 Rendah
-
Jumlah 32
Hasil dari tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas dari indikator “berfikir di luar kotak”, pada katagori “tinggi” sebanyak 7
101
siswa. Sedangkan pada katagori “sedang” sebanyak 22 siswa. K
reativitas siswa pada indikator “berfikir diluar kotak” menunjukkan peningkatan karena sudah tidak ada lagi siswa yang berada pada
katagori “rendah”. 3.
Menjadi Pelopor Pada indikator ini, peneliti mengamati siswa sudah bisa menjadi
pelopor untuk dirinya sendiri, dan hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang tidak mau kalah dengan siswa lainnya. Ketika salah satu
siswa dari kelompok 1 dan 3 bertanya kepada kelompok ahli crossover, bukan kelompok ahli tersebut yang menjawab pertanyaan
tersebut, tapi siswa satu kelompoknya dengan cepat menjawab pertanyaan tersebut. hebatnya, siswa yang lain dapat menanggapi
pembicaraannya dengan melempar pertanyaan kembali. Pada indikator ini, peningkatan siswa tiap kelompok sangat
signifikan. Banyak siswa yang menunjukan peningkatan pada indikator “menjadi pelopor”. Penjelasannya akan dipaparkan sebagai
berikut:
Tabel 18: Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
8 2
Sedang 24
3 Rendah
-
Jumlah 32
102
Hasil dari tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas dari indikator “menjadi pelopor”, pada katagori “tinggi” sebanyak 8 siswa.
Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 24 siswa. Kreativitas siswa pada indikator “menjadi pelopor” menunjukkan peningkatan
karena sudah tidak ada lagi yang berada pada katagori “rendah”.
4. Berani Melawan Arus
Pada indikator ini, semua siswa pada tiap kelompok yang sebelumnya dalam menanggapi segala masalah yang ada pada materi
nampak biasa saja dan tidak semua siswa aktif. Sekarang, siswa justru bisa dengan bebas berfikir, bahkan ada siswa dari kelompok 2 yang
sebelumny a berada pada katagori “rendah”, kini bisa mengimbangi
siswa yang awalnya berada pada katagori “sedang” menjadi katagori “tinggi”. Pada pertemuan 3, siswa pada tiap kelompok bisa melakukan
perdebatan yang sangat menarik. Perdebatan ini bukan hanya satu siswa yang dapat menanggapi, tapi seluruh siswa didalam kelompok
bisa memberikan tanggapan secara bebas tanpa ragu. Siswa bisa memunculkan sebuah gagasan yang membuat siswa lain berfikir.
Karena hal tersebut, siswa satu dengan siswa lainnya seakan berada pada kubu yang berbeda. Perbedaan pola pikir, pertentangan, dan
perselisihan terjadi di dalam diskusi di tiap kelompok. Dari hasil pengamatan, banyaknya siswa yang telah mengalami
peningkatan yang akan dijelaskan sebagai berikut:
103
Tabel 19: Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
6 2
Sedang 26
3 Rendah
-
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas dari indikator “berani melawan arus”, pada katagori “tinggi” sebanyak 6
siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 26 siswa. K
reativitas siswa pada indikator “berani melawan arus” menunjukkan peningkatan karena sudah tidak ada lagi yang berada pada katagori
“rendah”. 5.
Menghargai Pada indikator ini, siswa dari tiap kelompok mengalami
peningkatan untuk dapat menghargai. Jika pada pertemuan sebelumnya siswa suka mengabaikan siswa lain yang sedang
berbicara, sekarang siswa bisa lebih menghargai jika ada siswa lain yang berbicara. Alasan kenapa siswa sekarang bisa menghargai apa
yang sedang siswa lain bicarakan, karena siswa sangat tertarik dengan materi yang dibicarakan dan tidak mau tertinggal sekata pun dari
setiap yang diucapkan.
104
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, peningkatan kreativitas siswa pada indikator “Menghargai” adalah sebagai berikut:
Tabel 20: Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai”
No Katagori
Jumlah
1 Tinggi
3 2
Sedang 29
3 Rendah
-
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas dari indikator “menghargai”, pada katagori “tinggi” sebanyak 3 siswa.
Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 29 siswa. Kreativitas siswa pada indikator “menghargai” menunjukkan peningkatan karena
sudah tidak ada lagi yang berada pada katago ri “rendah.
Tabel 21: Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 3”
No Indikator
Tinggi Sedang
Rendah Jumlah
Siswa
1 Indikator 1
8 24
32
2 Indikator 2
7 25
32
3 Indikator 3
8 24
32
4 Indikator 4
6 26
32
5 Indikator 5
3 29
32 Jumlah
32 128
160
105
Setelah dikumpulkan skor peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan ketiga dengan jumlah dalam satu kelas adalah 32 siswa.
Kemudian hasil tersebut akan dihitung dan diterjemahkan ke dalam skala likert. Untuk mengetahui hasil skor variabel
,
maka akan diuraikan sebagai berikut:
Menghitung Nilai Skor
Jumlah skor untuk yang menjawab ST = 0 x 5
= Jumlah skor untuk yang menjawab T
= 32 x 4 =
128 Jumlah skor untuk yang menjawab S
= 128 x 3 =
384 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab R = 0 x 2
= Jumlah skor untuk yang selalu menjawab SR= 0 x 1 =
0 +
Jumlah Total =
512 Jumlah skor tertinggi
= 5 x 160 =
800 Jumlah skor terendah
= 1 x 160 =
160
Berdasarkan hasil diatas, melihat hasil dari keseluruhan indikator pada pertemuan 3 maka, banyak siswa yang mengalami peningkatan
kreativitas selama penerapan metode diskusi kelompok silang adalah: 512800 x 100 = 64 tergolong tinggi
”. Adapun hasil observasi peningkatan kreativitas siswa pada siklus 1
dari kelima indikator yang sudah disebutkan di atas dapat disimpulkan dan diringkas dalam sebuah diagram, penjelasannya adalah sebagai
berikut:
106
Gambar 3: Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa Siklus 1
Berdasarkan diagram dari 3 pertemuan diatas, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
1 Pada pertemuan 1, persentasi keberhasilan metode diskusi
kelompok silang masih belum memberikan hasil yang baik. secara individu, banyak siswa dari tiap kelompok yang tingkat
kreativitasnya tergolong “rendah” dan dapat dilihat pada diagram berwarna merah, bahwa persentasi peningkatan
kreativitas siswa pada pertemuan pertama yaitu “47,63”.
2 Pada pertemuan 2, persentasi keberhasilan metode diskusi
kelompok silang mengalami peningkatan. secara individu, banyak siswa dari tiap kelompok yang tingkat kreativitas
meskipun masih tergolong “sedang” telah memperlihatkan
sedikit peningkatan. Dapat dilihat pada diagram berwarna kuning, bahwa persentasi peningkatan kreativitas siswa pada
pertemuan kedua naik menjadi “53,75”.
10 20
30 40
50 60
70
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Tinggi 64
Sedang 53,75 Rendah 47,63
107
3 Pada pertemuan 3, persentasi keberhasilan metode diskusi
kelompok silang mengalami peningkatan yang jauh lebih baik. secara individu, banyak siswa dari setiap kelompok yang tingkat
kreativitas pada awalnya tergolong “sedang” meningkat menjadi
“tinggi” meskipun jumlah populasi dengan katagori “tinggi” tidak terlalu banyak. Dapat dilihat pada diagram berwarna hijau,
bahwa persentasi peningkatan kreativitas siswa pertemuan ketiga naik menjadi
“64”. Setelah pelaksanaan siklus 1, diakhir pertemuan 3 terdapat post test
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang materi yang telah dijadikan sebagai bahan diskusi pada pelaksanaan siklus 1
penerapan metode diskusi kelompok silang. Adapun peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode diskusi kelompok silang, akan
dibandingkan dengan hasil pre test yang diperoleh berdasarkan data awal sebelum penerapan metode diskusi kelompok silang. Oleh karena itu,
pemaparan hasil akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 22: Data Pre Test dan Post Test
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
No Keterangan
Jumlah Siswa
Persentase Hasil
Pre Test Jumlah
Siswa Persentase
Hasil Post Test
1 10
2 6,25
4 12,5
2 9
– 8 14
43,75 20
62,5 3
7 10
31,25 5
15,63 4
6 – 5
5 15,63
3 9,38
5 4
1 3,13
- -
Jumlah 32
100 32
100
108
Berdasarkan tabel diatas mengenai peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan metode diskusi kelompok silang, peneliti
menguraikan hasil tersebut untuk melihat apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode diskusi kelompok silang.
Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan software spss v2.2. Sebelum melakukan uji perbandingan data hasil belajar siswa, terdapat
output berupa, paired samples, paired samples correlations dan paired sample test. Pemaparannya akan dijelaskan sebagai berikut:
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2
Gambar 4: Output Paired Samples Statistics
Berdasarkan output pada gambar 4: Paired Samples Statistics yang didapatkan berdasarkan pengolahan data spss. Pada gambar ini, data yang
disajikan berupa Mean, Jumlah Populasi N, Standart Deviation, Standar Error Mean. Mean pada hasil pre test dan post test menunjukkan
peningkatan dari 7,50 menjadi 8,13. Kemudian N adalah total populasi sebanyak 32. Sedangkan standart deviation menunjukkan variasi data pre
test dan post test adalah sebesar 1,344 dan 1,129. Kemudian Standart error mean sendiri berfungsi mengukur seberapa tepatkah nilai mean
terhadap hasil pre test dan post test, sehingga diperoleh hasil sebesar 0,238 dan 0,200.
109
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2
Gambar 5: Paired Samples Correlations
Output pada gambar 5: Paired Samples Correlations diperoleh berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan software spss. Pada
bagian ini digunakan untuk mengetahui hasil korelasi antara kedua variabel pre test dan post test. Dapat dilihat pada tabel di atas, memiliki
Correlation sebesar 0,872 dengan nilai signifikasi p sebesar 0,000 artinya, nilai p 0,05. Jadi artinya terdapat hubungan yang signifikan.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2
Gambar 6: Paired Samples Test
Output pada gambar 6: Paired Samples Test didapat berdasarkan pengolahan data spss, untuk memaparkan pada gambar 6, hal pertama
yang harus dilakukan adalah membuat sebuah hipotesis.
110
H0 = Kedua rata-rata hasil adalah sama rata-rata hasil pre test dan hasil post test adalah sama atau tidak ada perubahan.
H1 = Kedua rata-rata hasil adalah tidak sama rata-rata hasil pre test dan hasil post test adalah tidak sama atau ada perubahan.
Berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan t tabel adalah: H0 di tolak jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel.
H0 di terima jika t hitung t tabel atau -t hitung t tabel. Diketahui output t hitung adalah -5,358, jika dihitung, maka
rumusnya adalah:
= = -5,358
Untuk menentukan t tabel adalah dengan cara a = 5:2 = 2,5 uji 2 sisi dengan derajat kebebasan df n-1 atau 32-1 = 31. Dengan
pengujian 2 sisi signifikansi = 0,025 hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,039. Untuk membandingkan t hitung dengan t tabel dan
probabilitas terdapat kriteria pengujian yaitu: H0 di tolak jika t hitung t tabel atau -t hitung - t tabel.
H0 di terima jika t hitung t tabel atau -t hitung t tabel. H0 ditolak jika P value 0,05.
H0 diterima jika P value 0,05. Nilai:
t hitung t tabel = 5,358 2,039.
-t hitung -t tabel = -5,358 -2,039.
P value 0,000 0,05.
111
Jika dilihat pada gambar 6, bahwa sig. 2-tailed 0,000 dengan nilai t hitung -5,358. Oleh karena itu p 0,05 maka H0 ditolak dan terima H1,
Artinya “ada peningkatan antara rata-rata hasil pre test sebelum penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang dengan rata-rata hasil post
test setelah penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang ”.
Berdasarkan peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa, terdapat tahapan pemahaman yang telah dicapai siswa selama
pelaksanaan metode diskusi kelompok silang. Tahapan ini merupakan salah satu alasan, bahwa siswa belajar bukan hanya sebatas menghafal
lalu mendapatkan hasil belajar yang baik, tapi siswa dapat memahami materi yang diberikan, sehingga hasil belajar yang diperoleh sesuai
dengan kemampuan siswa tersebut. Terdapat indikator tahapan belajar menurut Arno F.Wittig, 1981: 30 yaitu: 1 perolehanpenerimaan
informasi, 2 penyimpanan informasi, 3 mendapatkan kembali informasi. Pemaparan tiga indikator tahapan belajar tersebut, akan
dijelaskan sebagai berikut: a.
Tahap PerolehanPenerimaan Informasi Berdasarkan indikator pada pelajaran IPS, siswa diberikan tiga
materi berdasarkan
indikator yang
telah dibuat
sebagai perolehanpenerimaan informasi awal, yaitu: a analisis hubungan
jumlah tenaga kerja, b analisis hubungan jumlah pengangguran, c analisis hubungan jumlah kesempatan kerja. Setelah melaksanakan
diskusi selama pertemuan, siswa dapat menunjukkan peningkatan
112
pemahaman berdasarkan perilaku yang ditunjukkan. Siswa dapat memahami materi baik dalam menganalisis hubungan jumlah tenaga
kerja, jumlah pengangguran dan jumlah kesempatan kerja. Sehingga pemahaman yang diperoleh, siswa dapat mengasimilasikan antara
pemahaman yang dimiliki dengan perilaku yang ditunjukkan. b.
Tahap Penyimpanan Informasi Pada tahapan ini, hasil belajar yang telah diperoleh siswa, pada
akhirnya dapat selalu diingat. Hal yang membuat siswa mengingat semua yang telah dipelajarinya, karena siswa selama diskusi
menggunakan kebebasan berfikir atau berfikir di luar kotak, sehingga siswa dapat memahami setiap masalah pada materi yang diberikan
dengan cara yang berbeda sesuai dengan cara berfikir siswa tersebut. Secara tidak langsung antara siswa satu dengan siswa yang lain
memiliki cara yang berbeda dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
c. Tahap Mendapatkan Kembali Informasi
Pada tahapan ini, dari hasil belajar yang diperoleh, membuat siswa dapat mengingat dengan baik apa yang telah dipelajari dan
dipahami. Semua ingatan sudah tidak disimpan di short term memory tapi di long term memory. Jadi, saat ditanya atau diberikan sebuah tes
tentang permasalahan yang telah dibahas, siswa dapat dengan mudah menjawabnya, sehingga hasil belajar yang diperoleh bukan sekedar
113
nilai yang baik atas dasar hafalan tapi, pemahaman yang telah ditempa sebaik mungkin selama proses pembelajaran diskusi berlangsung.
4. Refleksi Dan Tindak Lanjut
Refleksi dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan penerapan metode diskusi kelompok silang dalam upaya meningkatkan
kreativitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan siklus 1 menunjukkan bahwa siswa sudah mengalami peningkatan kreativitas dan
hasil belajar pada kelima indikator kreativitas yang diamati, namun dari pertemuan yang sudah dilaksanakan, peneliti merasa semua belum
cukup, karena persentase peningkatan pada setiap pertemuan, belum mencapai pada hasil yang diharapkan, yaitu 75 . Banyaknya individu
yang mengalami peningkatan kreativitas masih dianggap kurang. Karena, siswa dengan katagori “sedang” lebih banyak daripada katagori yang
“tinggi”. Oleh karena itu, diperlukan siklus 2 agar semua siswa pada tiap
kelompok semakin meningkat lagi kreativitasnya. Hasil belajar dirasa sudah cukup menunjukkan peningkatan. Hasil terpenting yang harus
diperoleh siswa adalah dapat memahami pemaknaan dari materi yang diberikan, bukan hanya sekedar tahu dan hafal, tapi harus memahami
pemaknaan tentang sebab dan akibat. Peningkatan kreativitas siswa yang diharapkan, yaitu kreativitas dengan jumlah persentase siswa katagori
“tinggi” lebih dominan dari pada siswa katagori “sedang”.
114
Peningkatan kreativitas yang telah ditunjukkan siswa selama siklus 1 masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Hal tersebut ditunjukkan
dengan keadaan siswa yang belum terbiasa dengan gaya belajar bebas dan mengadu pikiran, meskipun sebelumnya pengajar melaksanakan
diskusi hanya sebatas diskusi biasa, membuat rangkuman diskusi dan mempresentasikannya di depan kelas. Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan siswa bisa secara penuh mengeluarkan kreativitas yang dimiliki.
Setelah mengadakan kegiatan diskusi pada siklus 1, selanjutnya adalah merefleksi hasil diskusi balikan untuk mengadakan perbaikan
pada siklus berikutnya, maka tindak lanjut yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran agar memperoleh hasil yang lebih baik, yaitu:
a. Peningkatan kreativitas siswa pada siklus 1 belum mencapai hasil
yang diharapkan, yaitu 75. b.
Siswa menginginkan peneliti melaksanakan kembali kegiatan belajar dengan metode diskusi, karena belajar dengan bertindak
sendiri lebih menyenangkan dari pada memandang. c.
Melihat antusias siswa, dengan senang hati peneliti akan melaksanakan siklus 2.
2. Penelitian Tindakan Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, maka perlu diadakan tindak lanjut yang dilaksanakan pada siklus 2. Pelaksanaan tindakan siklus 2
memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
115
1. Rencana Tindakan
Dalam penelitian tindakan siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan. Rencana penelitian pada siklus ini tidak berbeda dengan perencanaan
siklus 1. Pembelajaran dilaksanakan dengan pokok bahasan yang berbeda, yaitu dampak pengangguran dan perencanaannya terdiri dari:
Pertemuan 1
Langkah pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1 pada penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan Rancangan Pertemuan Pembelajaran
Rancangan pertemuan pembelajaran dibuat oleh peneliti dan pengajar yang disesuaikan dengan RPP sebelumnya dengan materi
tentang ketenagakerjaan. Kegiatan dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pada kegiatan
awal, pengajar
menyampaikan materi
pembelajaran tentang dampak pengangguran. Selanjutnya, pengajar tidak perlu lagi menjelaskan langkah penerapan metode diskusi
kelompok silang, karena siswa telah mengerti tentang penerapan metode diskusi kelompok silang. Setelah itu, pengajar tanpa berfikir
panjang menyuruh siswa untuk membentuk kelompok berdasarkan kelompok belajar yang telah dibuat seperti pada siklus 1, dimana
siswa dibentuk menjadi 4 kelompok yang dalam 1 kelompok terdiri dari 8 orang.
116
Setelah pengajar menyiapkan lembar materi yang akan didiskusikan, pengajar memberikan materi tersebut kepada siswa dari
baris ke-5 dari tiap kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok ahli, sekaligus, diberikan tanggung jawab untuk mendiskusikan materi
kepada kelompoknya. Selanjutnya, setelah para siswa selesai mengkaji materi yang diberikan oleh kelompok ahli, pengajar
meminta para kelompok ahli agar melakukan crossover ke kelompok lain untuk mendiskusikan dan mengkaji materi yang sama.
Selama pembelajaran, para siswa diamati secara individu berdasarkan 5 indikator kreativitas, yaitu: percaya diri, berfikir di luar
kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, dan menghargai. Setelah selesai berdiskusi, pengajar menutup pertemuan pertama ini
dengan berdoa dan salam penutup. b.
Mempersiapkan lembar kerja siswa Lembar kerja siswa terdiri dari 2 jenis: 1 Lembar untuk
merangkum hasil yang telah didiskusikan dengan kelompok, 2 Lembar materi yang diberikan oleh pengajar kepada tiap kelompok
ahli. c.
Mempersiapkan lembar observasi kreativitas siswa Lembar observasi digunakan untuk mengamati peningkatan
kreativitas siswa yang terdiri dari lima indikator percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai.
117
Dari kelima indikator di atas maka katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah.
Pertemuan 2
a. Mempersiapkan rancangan pertemuan pembelajaran
Pada pertemuan kedua tidak berbeda dengan pertemuan pertama, dan materi yang dikaji adalah tentang upaya pemerintah
menghadapi permasalahan tenaga kerja di Indonesia. Selain itu, pengajar memilih baris ke-4 untuk menjadi kelompok ahli.
b. Mempersiapkan lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa terdiri dari 2 jenis: 1 Lembar untuk merangkum hasil yang telah didiskusikan dengan kelompok, 2
Lembar materi yang diberikan oleh pengajar kepada tiap kelompok ahli.
c. Mempersiapkan lembar observasi kreativitas siswa
Lembar observasi digunakan untuk mengamati peningkatan kreativitas siswa yang terdiri dari lima indikator peningkatan
kreativitas percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai. Dari kelima indikator tersebut, maka
katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah. d.
Mempersiapkan soal Peneliti membuat soal berdasarkan materi yang telah
didiskusikan siswa selama pertemuan. Soal yang diberikan ke siswa untuk dikerjakan adalah soal pilihan ganda dengan jumlah soal 10
118
butir. Hasil belajar yang diperoleh akan diolah dengan tujuan ingin membandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh dari observasi
pra penelitian untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan metode diskusi kelompok silang.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan 1
Pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan metode diskusi kelompok silang siklus 2 pada pertemuan 1 dilaksanakan dengan jumlah
32 siswa. Pengajar memulai kegiatan sesuai dengan langkah pembelajaran yang ada di RPP yang sudah dibuat oleh pengajar dan
peneliti. Pada awal pertemuan, pengajar membuka dengan salam pembukaan dilanjut dengan berdo’a. Pengajar mengabsen dan
menanyakan kondisi dan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran. Pengajar melakukan apersepsi tentang program apa yang cocok untuk
mengatasi masalah tenaga kerja, kemudian pengajar menyuruh siswa kembali ke kelompok yang telah dibuat pada siklus 1, yaitu 4 kelompok
yang setiap kelompoknya terdiri dari 8 orang. Siswa mulai bergabung dengan kelompok dan pengajar memilih
kelompok ahli dari tiap kelompok untuk diberikan materi. Setelah itu, siswa bekerja dalam kelompok selama 60 menit. 30 menit pertama
mendiskusikan materi dari kelompok ahli, 30 menit berikutnya, kelompok ahli yang telah di crossover giliran untuk saling berdiskusi
tentang materi milik kelompok ahli yang di crossover.
119
Setelah pembelajaran selesai, peneliti dan pengajar berdiskusi membicarakan hasil dari proses pembelajaran dengan metode diskusi
kelompok silang. Pada pertemuan 1, siswa sudah semakin baik dibandingkan pada siklus 1 dan nampaknya, siswa semakin mahir baik
dalam memberi pertanyaan ataupun memberi tanggapan, bahkan siswa bisa memperdebatkan gagasan tentang bagaimana upaya yang tepat
untuk mengatasi dampak pengangguran. Hal menariknya, siswa bisa menunjukkan kreativitas yang lebih mendekati katagori “tinggi”, dan
hampir sebagian besar siswa dapat memahami kemampuan yang dimilikinya, sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang belum tentu
siswa lain dapat lakukan. Setelah mengetahui hal yang terjadi pada perlakuan awal, peneliti
dan pengajar merencanakan langkah pembelajaran untuk perlakuan berikutnya. Pada perlakuan awal, kreativitas siswa sudah semakin baik
untuk menuju ke katagori “tinggi” terutama pada indikator seperti percaya diri, berfikir diluar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus,
dan menghargai.
Pertemuan 2
Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan metode diskusi kelompok silang siklus 2 pada pertemuan 2 dilaksanakan dengan jumlah
sebanyak 32 siswa. Seperti pada pertemuan 1, siswa mulai bergabung dengan kelompok dan pengajar memilih kelompok ahli dari tiap
120
kelompok untuk diberikan materi. Setelah itu, siswa bekerja dalam kelompok selama 60 menit.
Pada pertemuan 2, siswa sudah mencapai tingkat tertinggi terhadap peningkatan kreativitas dari pada pertemuan sebelumnya. Siswa semakin
percaya diri dengan kualitas yang ada pada dirinya. Siswa sudah tidak memperdulikan soal si A lebih baik dari si B, yang siswa tahu adalah
mengeluarkan semua yang dimiliki dan terus mencoba tanpa pernah mengenal kata menyerah. Semua yang terjadi pada pertemua 2 adalah
akhir yang menarik buat siswa, karena siswa telah banyak belajar dari kesalahan sebelumnya, dan mencoba untuk merubah mind set bahwa ada
hal yang lebih penting dari pada sebuah nilai. Setelah pembelajaran selesai, pengajar dan peneliti memberikan
sebuah tes untuk mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran. Kemudian, mengidentifikasi kendala atau masalah untuk dicari solusinya.
Kemudian data yang didapat selama pertemuan 1 sampai pertemuan 2 diolah sesuai dengan kelima indikator kreativitas siswa yang diamati.
3. Observasi
Observasi dilaksanakan selama kegiatan diskusi berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
Pengamatan dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan kreativitas siswa yang ditunjukkan selama diskusi, yaitu pada saat berada
dikelompok ahli dan dikelompok ahli “crossover”. Observasi dilakukan
dengan dua orang, yaitu pengajar dan peneliti.
121
Lembar observasi peningkatan kreativitas siswa terdiri atas lima indikator percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani
melawan arus, menghargai. Dari kelima indikator di atas maka katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah.
Adapun rincian hasil pengamatan peneliti pada siklus 2 saat penerapan metode diskusi kelompok silang di SMP N 6 Yogyakarta pada
setiap siswa dapat dijelaskan melalui kelima indikator kreativitas siswa yang diamati, yaitu:
Pertemuan 1
1. Percaya Diri
Pada pertemuan 1, peningkatan kreativitas siswa pada tiap kelompok telah jauh lebih baik dari pertemuan ketiga siklus 1. Pada
indikator percaya diri, hampir semua siswa pada tiap kelompok terlihat semakin baik. Siswa sudah terbiasa dan lebih berpengalaman
dengan metode pembelajaran tersebut. Kreativitas siswa ditunjukkan dengan hilangnya sikap ragu saat diskusi baik dalam hal bertanya atau
menanggapi jawaban dari teman kelompoknya. Hal terpenting yang masih belum hilang dari diri siswa adalah rasa malu. Sikap malu untuk
beberapa siswa di kelompok lain telah hilang, namun masih terdapat beberapa siswa di kelompok 1 yang masih merasa malu, hal tersebut
di karenakan tipe siswa yang kurang menyukai bila menjadi pusat perhatian orang lain. Intinya, biarpun rasa malu masih belum hilang,
siswa tersebut tetap mempunyai keunggulan lain yang membuatnya
122
selalu tampil dengan percaya diri. Oleh karena itu, peningkatan siswa dalam hal percaya diri terus mengalami peningkatan.
Adapun jumlah siswa yang telah mengalami peningkatan pada indikator “percaya diri” akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 23: Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
17 2
Sedang 15
3 Rendah
-
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “percaya diri”, pada katagori “tinggi” sebanyak 17 siswa.
Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 15 siswa. Peneliti menyatakan peningkatan kreativitas siswa pada indikator “percaya
diri ” telah mengalami peningkatan dan jauh lebih baik dari pada siklus
sebelumnya. 2.
Berfikir Di Luar Kotak Pada indikator ini, peningkatan yang terjadi adalah, siswa telah
melakukan banyak hal berbeda antara siswa satu dengan yang lain baik dalam hal bagaimana siswa menanggapi dan menjawab
pertanyaan atau bagaimana siswa memikirkan pemecahan pada masalah yang dihadapi. Bukan hanya itu, siswa dari kelompok 2
123
bahkan telah mempersiapkan alatnya sendiri baik itu smartphone atau tablet yang telah terkoneksi jaringan internet untuk mencari sumber
belajar. Berikut ini adalah percakapan peneliti yang bertanya kepada siswa kelompok 2, pernyataanya adalah:
Saya: “wiiih, bawa hp sendiri-sendiri?”
Bila: “iya lah mas, secara aku gak mau di bully lagi sama
temen-temenku karna kemaren tanggapan ku bisa disangkal. Ntar, kalau disangkal lagi aku dah ada senjata ini buat ngebales
sangkalannya”. Hal tersebut, membuktikan peningkatan siswa untuk indikator
“berfikir di luar kotak” bukan hanya sebatas pemahaman tapi juga secara tindakan. Siswa berkembang sampai sejauh ini karena siswa
dapat berfikir dengan bebas, melakukan segalanya dengan sesuka hati dan melakukan sesuatu yang mungkin hanya siswa tersebut yang bisa
melakukannya. Pada pertemuan ini, peningkatan kreativitas siswa untuk
indikator “berfikir di luar kotak” akan dijalaskan sebagai berikut: Tabel 24: Kreativitas Siswa Indikator
“Berfikir Di Luar Kotak” No
Katagori Jumlah
Siswa
1 Tinggi
21 2
Sedang 11
3 Rendah
-
Jumlah
32
124
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “percaya diri”, pada katagori “tinggi” sebanyak 21 siswa.
Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 11 siswa. Peningkatan kreativitas siswa pada indikator “berfikir di luar kotak” telah
mengalami peningkatan jauh lebih baik dari pada siklus sebelumnya. 3.
Menjadi Pelopor Pada indikator ini, siswa semakin lebih baik dalam memerankan
posisinya saat berada di kelompok diskusinya. Setiap siswa di tiap kelompok telah menunjukkan bagaimana siswa bisa memberikan
berbagai alasan dan solusi pada tiap permasalahan dengan cara yang berbeda. Meskipun tidak semua siswa, tapi peningkatan pada indikator
ini sangat besar. Semua siswa telah berusaha untuk tidak meniru apa yang ada pada orang lain. Siswa percaya, bahwa siswa bisa lebih baik
dari pada orang lain. Peningkatan indikator menunjukkan, bahwa hanya beberapa
siswa yang mengalami peningkatan. Lebih jelasnya, akan dipaparkan jumlah peningkatan pada tabel di bawah ini:
Tabel 25: Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
18 2
Sedang 14
3 Rendah
-
Jumlah 32
125
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “menjadi pelopor”, pada katagori “tinggi” sebanyak 18
siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 14 siswa. P
eningkatan kreativitas siswa pada indikator “menjadi pelopor” telah mengalami peningkatan dan jauh lebih baik dari pada siklus
sebelumnya. 4.
Berani Melawan Arus Pada indikator ini, peningkatan siswa dari tiap kelompok sangat
besar. Indikator “berani melawan arus” baru bisa mencapai katagori “tinggi” jika tiap individu mempunyai keberanian dan mental yang
kuat. Siswa yang menunjukkan peningkatan pada indikator tersebut, kebanyakan adalah siswa yang memiliki sifat pemberani dan egois,
jadi tanpa alasan apapun, siswa telah berhasil menunjukkan hal tersebut.
Peningkatan kreativitas yang terjadi pada indikator ini, akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 26: Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
21 2
Sedang 11
3 Rendah
-
Jumlah
32
126
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “percaya diri”, pada katagori “tinggi” sebanyak 21 siswa.
Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 11 siswa dengan persentase. Peningkatan kreativitas siswa pa
da indikator “berani melawan arus” telah mengalami peningkatan dan jauh lebih baik dari
pada siklus sebelumnya. 5.
Menghargai Pada indikator ini, siswa di setiap kelompok sudah cukup
mengalami peningkatan. Terdapat beberapa siswa dapat menghargai siswa yang lain bukan hanya sebatas menghargai apa yang diucapkan
siswa tersebut, tapi siswa tersebut menghargai secara prilaku. Hal tersebut telah diterapkan oleh siswa di tiap kelompok, namun lebih
dominan terjadi pada kelompok 4. Meskipun terdapat siswa yang kesusahan baik saat mencari jawaban atau menanggapi pertanyaan dan
siswa tersebut tidak bisa menjawab sepenuhnya, siswa yang lain membantu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal yang diucapkan
oleh siswa tersebut adalah: “kita saling membantu karena kami punya sebuah batasan, dan
kami menghargai keterbatasan itu”
Kalimat di atas adalah kalimat yang diucapkan oleh salah satu siswa yang mencoba untuk memahami keterbatsan yang dimiliki oleh
siswa yang lain. Pemaparan untuk peningkatan kreativitas pada indikator “menghargai”, akan dijelaskan sebagai berikut:
127
Tabel 27: Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
20 2
Sedang 12
3 Rendah
-
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indik
ator “menghargai”, pada katagori “tinggi” sebanyak 20 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 12 siswa. Kreativitas
siswa pada indikator “menghargai” telah mengalami peningkatan dan
jauh lebih baik dari pada siklus sebelumnya. Tabel 28: Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa
“Pertemuan 1” No
Indikator Tinggi
Sedang Rendah
Jumlah Siswa
1 Indikator 1
17 15
32
2 Indikator 2
21 11
32
3 Indikator 3
18 14
32
4 Indikator 4
21 11
32
5 Indikator 5
20 12
32 Jumlah
97 63
160
128
Setelah dikumpulkan skor peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan 1 dengan jumlah dalam satu kelas adalah 32 siswa. Kemudian
hasil tersebut akan dihitung dan diterjemahkan ke dalam skala likert. Untuk mengetahui hasil dari skor variabel
,
maka akan diuraikan sebagai berikut:
Menghitung Nilai Skor
Jumlah skor untuk yang menjawab ST = 0 x 5
= Jumlah skor untuk yang menjawab T
= 97 x 4 =
388 Jumlah skor untuk yang menjawab S
= 63 x 3 =
189 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab R = 0 x 2
= Jumlah skor untuk yang selalu menjawab SR= 0 x 1 =
0 +
Jumlah Total =
577 Jumlah skor tertinggi
= 5 x 160 =
800 Jumlah skor terendah
= 1 x 160 =
160
Berdasarkan hasil di atas, jika melihat hasil dari keseluruhan indikator pada pertemuan 1, maka banyaknya siswa yang mengalami
peningkatan kreativitas selama penerapan metode diskusi kelompok silang adalah: 577800 x 100 = 72,125 tergolong tinggi
”.
Pertemuan 2
1. Percaya Diri
Pada pengamatan dipertemuan 2 ini, tidak ada perbedaan dari pertemuan sebelumnya. Jumlah peningkatan kreativitas siswa dengan
katagori “tinggi” menjadi bertambah banyak dibandingkan dengan katagori “sedang”. Jumlah peningkatan kreativitas yang terjadi pada
129
siswa untuk indikator “percaya diri” sudah sangat tinggi dibandingkan pertemuan sebelumnya. kepercayaan diri yang nampak pada siswa
membuktikan siswa
telah melewati
proses panjang
untuk meningkatkan sikap percaya dirinya dari awal penerapan metode ini
sampai sekarang. Jumlah siswa yang mengalami peningkatan pada indikator
“percaya diri” untuk pertemuan 2 ini sangat besar. Setiap pertemuannya siswa menjadi semakin lebih baik. Peningkatan pada
indikator tersebut, pemaparannya akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 29: Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
25 2
Sedang 7
3 Rendah
-
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indik
ator “percaya diri”, pada katagori “tinggi” sebanyak 25 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 7 siswa. Peningkatan
kreativitas siswa pada indikator “percaya diri” telah mengalami peningkatan yang tinggi.
130
2. Berfikir Di Luar Kotak
Pada pertemuan ini, peningkatan siswa tidak berbeda dari pertemuan sebelumnya. Siswa pada pertemuan sebelumnya telah
mengalami peningkatan dengan baik, siswa berhasil memecahkan berbagai masalah “kenapa hal tersebut dapat terjadi” dan “bagaimana
solusi untuk menyelesaikannya” dengan cara yang berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Pada pertemuan ini, untuk
jumlah siswa
yang mengalami
peningkatan sangat
tinggi dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.
Peningkatan kreativitas siswa pada indikator ini, pemaparannya akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 30: Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Di Luar Kotak”
No Katagori
Jumlah
1 Tinggi
24 2
Sedang 8
3 Rendah
-
Jumlah
32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator
“berfikir di luar kotak”, pada katagori “tinggi” sebanyak 24 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 8 siswa.
P eningkatan kreativitas siswa pada indikator “berfikir diluar kotak”
telah mengalami peningkatan yang tinggi.
131
3. Menjadi Pelopor
Pada pertemuan ini, peningkatan kreativitas pada indikator “menjadi pelopor” tidak berbeda jauh dari pertemuan sebelumnya.
Jika pada pertemuan sebelumnya siswa telah menunjukkan bagaimana siswa mampu menjadi seseorang yang tidak suka meniru tapi lebih
suka menjadi dirinya sendiri, pada pertemuan ini jumlah siswa untuk indikator tersebut telah mengalami peningkatan. Siswa menunjukkan
bahwa, siswa bisa menjadi lebih baik karena siswa mengerti akan hal pada dirinya, sehingga apa yang dilakukan belum tentu bisa dilakukan
orang lain. Peningkatan pada indiktaor ini, jumlah siswa yang mengalami
peningkatan, akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 31: Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
25 2
Sedang 7
3 Rendah
-
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indik
ator “menjadi pelopor”, pada katagori “tinggi” sebanyak 25 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 7 siswa.
132
P eningkatan kreativitas siswa pada indikator “menjadi pelopor” telah
mengalami peningkatan yang tinggi. 4.
Berani Melawan Arus Pada indikator ini, siswa telah mengalami peningkatan dengan
jumlah yang jauh lebih tinggi. Hampir semua siswa pada tiap kelompok telah mengeluarkan sifat beraninya, sehingga keberanian itu
membuat siswa mempunyai jalan berfikir yang beda. Pertentangan dan perdebatan yang terjadi pada siswa, merupakan salah satu bentuk
perbedaan yang membuat siswa akan selalu mengasah pemahaman untuk bisa terus bertukar pendapat dan pengalaman.
Peningkatan pada indikator ini, penjelasannya adalah sebagai berikut:
Tabel 32: Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
24 2
Sedang 8
3 Rendah
-
Jumlah 32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indik
ator “berani melawan arus”, pada katagori “tinggi” sebanyak 24 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 8 siswa.
133
K reativitas siswa pada indikator “berani melawan arus” telah
mengalami peningkatan yang tinggi. 5.
Menghargai Pada indikator ini, jumlah siswa pada pertemuan kali ini, telah
mengalami peningkatan yang besar. Hampir semua siswa pada tiap kelompok telah menunjukkan sikap menghargai, baik dari segi
bagaimana siswa menghargai orang lain yang sedang berbicara dan bagaimana siswa menghargai perbedaan baik dalam hal kelebihan
maupun kekurangan. Peningkatan pada indikator ini, penjelasannya akan dipaparkan
sebagai berikut:
Tabel 33: Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai”
No Katagori
Jumlah Siswa
1 Tinggi
29 2
Sedang 3
3 Rendah
-
Jumlah
32
Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indik
ator “menghargai”, pada katagori “tinggi” sebanyak 29 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 3 siswa. Kreativitas
siswa pada indikator “menghargai” telah mengalami peningkatan yang
tinggi.
134
Tabel 34: Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 2”
No Indikator
Tinggi Sedang
Rendah Jumlah
Siswa
1 Indikator 1
25 7
32
2 Indikator 2
24 8
32
3 Indikator 3
25 7
32
4 Indikator 4
24 8
32
5 Indikator 5
29 3
32 Jumlah
127 33
160
Setelah dikumpulkan skor peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan 2 dengan jumlah dalam satu kelas adalah 32 siswa. Kemudian
hasil tersebut akan dihitung dan diterjemahkan ke dalam skala likert. Untuk mengetahui hasil dari skor variabel
,
maka akan diuraikan sebagai berikut:
Menghitung Nilai Skor
Jumlah skor untuk yang menjawab ST = 0 x 5
= Jumlah skor untuk yang menjawab T
= 127 x 4 =
508 Jumlah skor untuk yang menjawab S
= 33 x 3 =
99 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab R = 0 x 2
= Jumlah skor untuk yang selalu menjawab SR= 0 x 1 =
0 +
Jumlah Total =
607 Jumlah skor tertinggi
= 5 x 160 =
800 Jumlah skor terendah
= 1 x 160 =
160
135
Berdasarkan hasil diatas, jika melihat hasil dari keseluruhan indikator pada pertemuan 2 peningkatan kreativitas siswa selama
penerapan metode diskusi kelompok silang adalah: 607800 x 100 = 75,875 tergolong tinggi
”. Adapun hasil observasi peningkatan kreativitas siswa pada siklus 2
dari kelima indikator peningkatan kreativitas yang sudah disebutkan di atas dan disimpulkan ke dalam tiga katagori tinggi, sedang, rendah
yang diringkas dalam sebuah diagram adalah sebagai berikut:
Gambar 7: Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa Siklus 2
Berdasarkan diagram dari 2 pertemuan di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
1 Pada pertemuan 1, persentasi keberhasilan metode diskusi
kelompok silang memberikan peningkatan yang lebih baik dari pertemuan 3 pada siklus 1. secara individu, meskipun sudah
terdapat siswa dari tiap kelompok yang tingkat kreativitasnya berada pada katagori “tinggi”, tapi kali ini peningkatannya
10 20
30 40
50 60
70 80
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Tinggi 75,88
Tinggi 72,13
136
sedikit lebih baik dibanding dengan pertemuan 3 siklus 1 dan dapat dilihat pada diagram berwarna merah, bahwa persentasi
peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan pertama yaitu “72,125”.
2 Pada pertemuan 2, persentasi keberhasilan metode diskusi
kelompok silang mengalami peningkatan yang jauh lebih baik. secara individu, banyak siswa dari setiap kelompok yang tingkat
kreativitas pada awalnya tergolong katagori “sedang” meningkat
menjadi “tinggi” dan jumlah populasi golongan dengan katagori “tinggi” meningkat lebih besar dari golongan katagori “rendah”.
Bisa dikatakan peningkatan pada pertemuan ke-2 ini, adalah peningkatan yang paling baik yang pernah ada. Jika dilihat pada
diagram yang berwarna kuning, persentasi peningkatan kreativitas siswa pertemuan 2 naik menjadi
“75,875”. Setelah pelaksanaan siklus 2, di akhir pertemuan 2 peneliti
melakukan tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang materi yang telah dijadikan sebagai bahan diskusi pada pelaksanaan
siklus 2 penerapan metode diskusi kelompok silang. Adapun peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode diskusi kelompok silang,
akan dibandingkan dengan tes yang diperoleh berdasarkan data awal sebelum penerapan metode diskusi kelompok silang. Oleh karena itu,
pemaparan hasil akan dijelaskan sebagai berikut:
137
Tabel 35: Data Pre Test dan Post Test
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
No Keterangan
Jumlah Siswa
Persentase Jumlah
Siswa Persentase
1 10
- -
1 3,125
2 9
– 8
15 46,875
23 71,875
3 7
8 25
8 25
4 6
– 5
9 28,125
- -
5 4
- -
- -
Jumlah 32
100 32
100
Berdasarkan tabel diatas mengenai peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan metode diskusi kelompok silang, peneliti
akan menguraikan hasil tersebut untuk melihat apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode diskusi kelompok silang.
Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan software spss v2.2. Sebelum melakukan uji perbandingan data hasil belajar siswa, terdapat
output berupa, paired samples, paired samples correlations dan paired sample test. Pemaparannya akan dijelaskan sebagai berikut.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2
Gambar 8: Output Paired Samples Statistics
138
Berdasarkan output pada gambar 8: Paired Samples Statistics yang didapatkan berdasarkan pengolahan data spss. Pada gambar ini, data yang
disajikan berupa Mean, Jumlah Populasi N, Standart Deviation, Standar Error Mean. Mean pada hasil tes menunjukkan peningkatan dari
7,22 menjadi 8,09. Kemudian N adalah total populasi sebanyak 32. Sedangkan standart deviation menunjukkan variasi data tes adalah
sebesar 1,184 dan 0,818. Kemudian Standart error mean sendiri berfungsi mengukur seberapa tepatkah nilai mean terhadap hasil pre test
dan post test, sehingga diperoleh hasil sebesar 0,209 dan 0,145. Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2
Gambar 9: Paired Samples Correlations
Output pada Gambar 9: Paired Samples Correlations didapat berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan software spss. Pada
bagian ini digunakan untuk mengetahui hasil korelasi antara kedua variabel tes. Dapat dilihat pada tabel di atas, memiliki Correlation
sebesar 0,745 dengan nilai signifikasi p sebesar 0,000 artinya, nilai p 0,05. Jadi artinya terdapat hubungan yang signifikan.
139
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2
Gambar 10: Paired Samples Test
Output pada gambar 10: Paired Samples Test didapat berdasarkan pengolahan data spss, untuk memaparkan pada gambar 10, hal pertama
yang harus dilakukan adalah membuat sebuah hipotesis. H0 = Kedua rata-rata hasil adalah sama rata-rata hasil pre test
dan hasil post test adalah sama atau tidak ada perubahan. H1 = Kedua rata-rata hasil adalah tidak sama rata-rata hasil pre
test dan hasil post test adalah tidak sama atau ada perubahan. Berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan t tabel adalah:
H0 di tolak jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel. H0 di terima jika t hitung t tabel atau -t hitung t tabel.
Diketahui output t hitung adalah -6,241, jika dihitung, maka rumusnya adalah:
= = -6,241
140
Untuk menentukan t tabel adalah dengan cara a = 5:2 = 2,5 uji 2 sisi dengan derajat kebebasan df n-1 atau 32-1 = 31. Dengan
pengujian 2 sisi signifikansi = 0,025 hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,039. Untuk membandingkan t hitung dengan t tabel dan
probabilitas terdapat kriteria pengujian yaitu: H0 di tolak jika t hitung t tabel atau -t hitung - t tabel.
H0 di terima jika t hitung t tabel atau -t hitung t tabel. H0 ditolak jika P value 0,05.
H0 diterima jika P value 0,05. Nilai:
t hitung t tabel = 6,241 2,039.
-t hitung -t tabel = -6,241 -2,039.
P value 0,000 0,05. Jika dilihat pada gambar 10, bahwa sig. 2-tailed 0,000 dengan
nilai t hitung -6,231. Oleh karena itu p 0,05 maka H0 ditolak dan terima H1, Artinya “ada peningkatan antara rata-rata hasil pre test
sebelum penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang dengan rata-rata hasil post test setelah penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang
”. Berdasarkan peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa,
terdapat tahapan pemahaman yang telah dicapai siswa selama pelaksanaan metode diskusi kelompok silang. Tahapan ini merupakan
salah satu alasan, bahwa siswa belajar bukan hanya sebatas menghafal lalu mendapatkan hasil belajar yang baik, tapi siswa dapat memahami
141
materi yang diberikan, sehingga hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan kemampuan siswa tersebut. Terdapat indikator tahapan belajar
menurut Arno F.Wittig, 1981: 30 1 perolehanpenerimaan informasi, 2 penyimpanan informasi, 3 mendapatkan kembali informasi.
Pemaparan tiga indikator tahapan tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap PerolehanPenerimaan Informasi
Berdasarkan indikator pada pelajaran IPS, siswa diberikan tiga materi berdasarkan yang telah dibuat sebagai perolehanpenerimaan
informasi awal siswa, yaitu: a analisis kebijakan pemerintah dalam menghadapi masalah tenaga kerja, b Analisis tentang peningkatan
mutu tenaga kerja. Setelah melaksanakan diskusi selama pertemuan, siswa dapat menunjukkan peningkatan pemahaman yang semakin baik
berdasarkan perilaku yang ditunjukkan. Siswa dapat memahami materi, baik dalam menganalisis kebijakan pemerintah dan cara
pemerintah meningkatkan mutu tenaga kerja. Sehingga dari pemahaman yang diperoleh, siswa dapat mengasimilasikan antara
pemahaman yang dimiliki dengan perilaku yang ditunjukkan. b.
Tahap Penyimpanan Informasi Pada tahapan ini, selama pertemuan dan hasil belajar yang telah
diperoleh siswa, pada akhirnya siswa ditiap kelompok semakin baik untuk dapat selalu mengingat apa yang telah dipelajarinya. Hal yang
membuat siswa dapat mengingat semua yang telah dipelajarinya,
142
karena siswa selama diskusi menggunakan kebebasan berfikir atau berfikir di luar kotak, sehingga siswa dapat memahami setiap masalah
pada materi yang diberikan dengan cara yang berbeda sesuai dengan cara berfikir siswa tersebut. Secara tidak langsung antara siswa satu
dengan siswa yang lain memiliki cara berbeda dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
c. Tahap Mendapatkan Kembali Informasi
Pada tahapan ini, peneliti mengamati baik diskusi yang telah dilakukan atau hasil belajar dari tes yang diberikan, membuat semua
siswa dapat mengingat segalanya dengan baik dari apa yang telah dipelajari dan dipahami. Semua ingatan sudah tidak disimpan di short
term memory tapi di long term memory. Jadi, baik saat ditanya atau diberikan sebuah tes tentang permasalahan yang telah dibahas, siswa
dapat dengan mudah menjawabnya, sehingga hasil belajar yang diperoleh bukan sekedar nilai yang baik atas dasar hafalan, tapi
pemahaman yang telah ditempa sebaik mungkin selama proses pembelajaran diskusi berlangsung.
4. Refleksi Dan Tindak Lanjut
Refleksi dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan penerapan metode diskusi kelompok silang dalam upaya meningkatkan
kreativitas dan hasil belajar siswa. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan
hasil observasi pada tindakan siklus 2, peningkatan kreativitas yang
143
ditunjukkan siswa telah mencapai pada tahapan yang diharapkan yaitu perolehan persentase 75 dengan jumlah perbandingan siswa pada
katagori “tinggi” lebih besar dari pada katagori “sedang” dan sudah tidak ada lagi siswa dengan katagori “rendah”.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh peningkatan kreativitas siswa dalam segi pemahaman saat diskusi pada mata pelajaran
IPS dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya metode diskusi kelompok silang. Jadi, karena menurut peneliti hasil yang dicapai
sudah mencapai pada tahapan yang diharapkan, maka sudah tidak memerlukan lagi tindakan siklus 3.
B. Pembahasan