Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penelitian Tindakan Siklus 1

Metode diskusi kelompok silang dilaksanakan mengikuti pokok bahasan pada pelajaran IPS yang telah dibuat dan disepakati oleh pengajar. Metode Diskusi Kelompok Silang diterapkan dengan tujuan tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa, tapi juga meningkatkan kreativitas siswa. Sehingga, siswa bukan hanya mendapatkan hasil belajar yang baik, namun siswa akan menjadi seseorang yang dapat memahami, bertindak, bertanggung jawab dan bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri. Pelaksanaan tindakan siklus 1 terdiri dari 3 kali pertemuan yang dilaksanakan dengan pokok bahasan ketenagakerjaan. 1. Rencana Tindakan Persiapan dalam penelitian tindakan ini, peneliti membuat rancangan penelitian untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa melalui metode diskusi kelompok silang. Perencanan penelitian terdiri dari 3 pertemuan, yaitu: Pertemuan 1 Langkah pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1 pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan Rancangan Pertemuan Pembelajaran 73 Rancangan pertemuan pembelajaran dibuat oleh peneliti dan pengajar yang disesuaikan pada RPP dengan materi pembelajaran tentang ketenagakerjaan. Kegiatan yang telah dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran, memuat: 1 Standar Kompetensi; 2 Kompetensi Dasar; 3 Indikator; 4 Tujuan Pembelajaran; 5 Materi Pembelajaran; 6 Metode Pembelajaran; 7 Kegiatan Pembelajaran; 8 Penilaian. Pada kegiatan awal, pengajar menyampaikan materi pembelajaran tentang angkatan kerja. Selanjutnya, pengajar menerangkan tujuan pembelajaran, yaitu menjelaskan konsep dalam ketenagakerjaan, mengindentifikasikan permasalahan dasar yang berhubungan dengan tenaga kerja, mengidentifikasi peranan pemerintah dalam mengatasi masalah tenaga kerja di indonesia, serta menjelaskan langkah penerapan metode diskusi kelompok silang. Setelah itu, pengajar membuat kelompok belajar dimana siswa dibentuk menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok terdiri dari 8 orang. Pengajar memberikan materi yang disajikan kepada siswa dalam bentuk powerpoint, dan siswa diminta untuk bertanggung jawab mempelajari materi yang sudah dipaparkan pada powerpoint tersebut. Setelah itu, pengajar memilih siswa pada baris ke-8 dari tiap kelompok sebagai kelompok ahli yang diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sub materi berbeda. Selanjutnya, kelompok ahli disuruh berdiskusi untuk mengkaji materi yang telah diberikan dengan 74 kelompoknya. Setelah siswa selesai mengkaji materi yang diberikan oleh kelompok ahli, selanjutnya pengajar meminta kelompok ahli melakukan crossover ke kelompok lain untuk mendiskusikan dan mengkaji mengenai materi yang sama. Selama pelaksanaan diskusi kelompok silang, siswa diamati dan dinilai secara individu berdasarkan 5 indikator, yaitu: percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai. Setelah selesai berdiskusi, pengajar menutup pertemuan pertama ini dengan berdoa dan salam penutup. b. Mempersiapkan lembar kerja siswa Lembar kerja siswa terdiri dari 2 jenis: 1 Lembar untuk merangkum hasil yang telah didiskusikan dengan kelompok, 2 Lembar materi yang diberikan oleh pengajar kepada tiap kelompok ahli. c. Mempersiapkan lembar observasi kreativitas siswa Lembar observasi untuk pengamatan yang digunakan terdiri dari lima indikator peningkatan kreativitas siswa percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai. Pertemuan 2 Langkah pelaksanaan siklus 1 pertemuan 2 tidak berbeda dengan pertemuan pertama pada tindakan kelas, adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan rancangan pertemuan pembelajaran 75 Rancangan pertemuan pembelajaran pada pertemuan 2 sama dengan pertemuan 1, hanya materi yang diberikan berbeda, yaitu tentang permasalahan tenaga kerja di indonesia. Jika pertemuan 1 pengajar memilih kelompok ahli dari baris ke-8, maka sekarang baris ke-7 yang menjadi kelompok ahli. Kelompok ahli diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sub materi yang berbeda. Selanjutnya, kelompok ahli disuruh berdiskusi untuk mengkaji materi yang telah diberikan dengan kelompoknya. Setelah siswa selesai mengkaji materi yang diberikan oleh kelompok ahli, selanjutnya pengajar meminta para kelompok ahli crossover ke kelompok lain untuk mendiskusikan dan mengkaji materi yang sama. b. Mempersiapkan lembar kerja siswa Lembar kerja siswa terdiri dari 2 jenis: 1 Lembar untuk merangkum hasil yang telah didiskusikan dengan kelompok, 2 Lembar materi yang diberikan oleh pengajar kepada tiap kelompok ahli. c. Mempersiapkan lembar observasi kreativitas siswa Lembar observasi yang akan digunakan terdiri dari lima indikator peningkatan kreativitas siswa percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai. Dari kelima indikator di atas maka katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah. 76 Pertemuan 3 Langkah pelaksanaan siklus 1 pertemuan 3 tidak berbeda dengan pertemuan 2 pada tindakan kelas, adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan rancangan pertemuan pembelajaran Rancangan pertemuan pembelajaran pada pertemuan 3 sama dengan pertemuan kedua, hanya materi pembelajaran yang berbeda, yaitu tentang peningkatan mutu tenaga kerja. Jika pertemuan kedua pengajar memilih siswa dari baris ke-7, sekarang memilih baris ke-6 dari tiap kelompok yang menjadi kelompok ahli. Setelah itu, kelompok ahli diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sub materi yang berbeda. Selanjutnya, kelompok ahli disuruh berdiskusi untuk mengkaji materi yang telah diberikan dengan kelompoknya. Setelah siswa selesai mengkaji materi yang diberikan oleh kelompok ahli, selanjutnya pengajar meminta kelompok ahli crossover ke kelompok lain untuk berdiskusi dengan kelompok baru. b. Mempersiapkan lembar kerja siswa Lembar kerja siswa terdiri dari 2 jenis: 1 Lembar untuk merangkum hasil yang telah didiskusikan dengan kelompok, 2 Lembar materi yang diberikan oleh pengajar kepada tiap kelompok ahli. c. Mempersiapkan lembar observasi kreativitas siswa Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lima indikator peningkatan kreativitas percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi 77 pelopor, berani melawan arus, menghargai. Dari kelima indikator diatas maka katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah. d. Mempersiapkan soal Peneliti membuat soal berdasarkan materi yang telah didiskusikan siswa selama pertemuan dengan arahan dari pengajar mata pelajaran IPS di kelas VIII. Soal yang diberikan siswa untuk dikerjakan adalah soal pilihan ganda dengan jumlah soal 10 butir. Hasil yang diperoleh akan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari observasi pra penelitian untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan metode diskusi kelompok silang. 2. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 1 Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok silang siklus 1 pada pertemuan 1 dilaksanakan dengan jumlah siswa sebanyak 32 anak. Pengajar memulai kegiatan sesuai dengan langkah pembelajaran pada RPP yang sudah direncanakan oleh pengajar dan peneliti sebelumnya. Pada awal pertemuan, pengajar membuka dengan salam pembukaan dilanjut d engan berdo’a. Pengajar mengabsen dan menanyakan kondisi dan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran. Pengajar melakukan apersepsi tentang pengangguran menurut BPS pada tahun 2005 mencapai 10 juta jiwa, kemudian pengajar membuat kelompok yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu 1 kelompok terdiri dari 8 orang. Kemudian, karena metode yang digunakan sama dan 78 hanya berbeda sedikit, pengajar menjelaskan langkah pembelajaran, meskipun berbeda tapi pada intinya sama. Siswa mulai bergabung dengan kelompok dan pengajar memilih kelompok ahli dari tiap kelompok untuk diberikan materi. Siswa diberikan waktu bekerja dalam kelompok selama 60 menit. 30 menit pertama mendiskusikan materi dari kelompok ahli, 30 menit berikutnya, kelompok ahli yang telah crossover giliran untuk saling berdiskusi materi milik kelompok ahli yang di crossover. Setelah pembelajaran selesai, peneliti dan pengajar berdiskusi membicarakan hasil dari proses pembelajaran dengan metode diskusi kelompok silang. Pada perlakuan awal, siswa tidak kebingungan dengan mekanisme metode diskusi kelompok silang. Hal yang terjadi adalah hampir semua kelompok pasif, dan pengajar harus memicu pembicaraan tentang masalah yang sedang didiskusikan. Ada beberapa siswa yang malu untuk mengungkapkan pendapatnya, ada yang tertawa sendiri, dan ada yang berbincang ketika kelompok ahli sedang berbicara. hal tersebut tidak bisa disalahkan karena kelompok ahli bicaranya susah dipahami oleh siswa yang lain. Setelah mengetahui kekurangan pada perlakuan awal, peneliti dan pengajar merencanakan langkah pembelajaran untuk perlakuan berikutnya. Pada perlakuan awal, kreativitas siswa masih rendah. Salah satu indikator seperti percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai, belum nampak. 79 Pertemuan 2 Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok silang siklus 1 pada pertemuan 2 dilaksanakan dengan jumlah 32 siswa. Seperti pada siklus 1 pertemuan 1, Siswa mulai bergabung dengan kelompok dan pengajar memilih kelompok ahli dari tiap kelompok untuk diberikan materi. Siswa diberikan waktu untuk bekerja dalam kelompok selama 60 menit. Pada 30 menit pertama, peneliti bekerjasama untuk membantu siswa memulai diskusi di kelompok ahli sebelum kelompok ahli crossover. Sedikit demi sedikit siswa mulai bisa mengikuti. Setelah selesai di kelompok ahli, pengajar mulai menyuruh kelompok ahli untuk crossover ke kelompok lain. Saat diskusi dengan kelompok ahli crossover, siswa mulai memahami dan bertanya tentang materi yang didiskusikan oleh kelompok ahli crossover. Berdasarkan pengamatan, pada perlakuan kedua, siswa sedikit mengalami peningkatan untuk indikator menghargai. Seperti pada pertemuan pertama, setelah pembelajaran selesai peneliti dan pengajar berdiskusi membicarakan hasil dari proses pembelajaran metode diskusi kelompok silang untuk mengetahui kekurangan yang terjadi pada perlakuan kedua, pengajar dan peneliti merencanakan langkah pembelajaran untuk perlakuan ketiga. 80 Pertemuan 3 Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok silang siklus 1 pada pertemuan 3 dilaksanakan dengan jumlah siswa sebanyak 32 anak. Seperti pada pertemuan kedua, siswa mulai bergabung dengan kelompok dan pengajar memilih kelompok ahli dari tiap kelompok untuk diberikan materi. Siswa diberikan waktu bekerja dalam kelompok selama 60 menit. Pada pertemuan 3, siswa sudah mulai menunjukkan peningkatan pada kreativitasnya, dari siswa yang malu untuk bertanya, dan masih tidak mengghargai teman yang berbicara seperti pada siklus sebelumnya. Pada pertemuan 3 siswa langsung bergerak cepat menuju ke kelompoknya masing. Setelah pembelajaran selesai, pengajar dan peneliti memberikan tes kemudian mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran dan mengidentifikasi kendala atau masalah yang kemudian dicari solusinya. Data yang didapat selama pertemuan 1 sampai pertemuan 3 diolah sesuai dengan kelima indikator kreativitas siswa yang diamati. 3. Observasi Observasi dilaksanakan selama kegiatan diskusi berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan kreativitas siswa yang ditunjukkan selama diskusi, yaitu pada saat berada 81 dikelompok “ahli” dan dikelompok “ahli crossover”. Observasi dilakukan dengan dua orang, yaitu pengajar dan peneliti. Lembar observasi peningkatan kreativitas siswa terdiri atas lima indikator percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai. Dari kelima indikator di atas maka katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah. Adapun rincian hasil pengamatan peneliti siklus 1 penerapan metode diskusi kelompok silang di SMP N 6 Yogyakarta pada siswa dapat dijelaskan melalui ketujuh indikator kreativitas siswa yang diamati, yaitu: Pertemuan 1 1. Percaya Diri Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode diskusi kelompok silang berjalan sedikit kurang baik. Secara mekanisme, siswa sudah bisa membiasakan diri dengan penerapan metode seperti pada diagram. Selama diskusi berlangsung, peneliti mengamati tindakan yang siswa lakukan baik saat kajian materi dengan kelompok ahli maupun kelompok ahli crossover terkait dengan hal materi yang disampaikan banyak meninggalkan kesan. Terdapat hal sangat lucu untuk diingat, kejadian ini tepat berada ditempat penelitian: Saya : “enggak tanya?” Siswa: “malu mas mau tanya-tanya, ntar disangka kepo?” Saya: “Yah, kepo mah bagus, gak kepo gak tambah maju loh?” Siswa: “Bodo ah mas, namanya malu mau di apa” 82 Contoh kejadian yang telah jelaskan merupakan salah satu bukti, bahwa siswa tidak mau bertanya dengan alasan malu, takut, tidak tahu apa yang ingin ditanyakan, dan hampir tiap siswa mengalami, bahkan karena hal semacam ini, diskusi seperti tidak diskusi. Sebenarnya, siswa mempunyai potensi untuk bertanya, karena saat pengajar memberi penegasan bertanya, mereka tahu apa yang harus ditanyakan. Hampir keseluruhan siswa, baik kelompok 1,2,3 dan 4 merasa kurang percaya diri, masih malu saat ingin bertanya ataupun menyampaikan pendapat. Penilaian terhadap indikator selama penerapan metode di pertemuan 1 masih belum menunjukkan peningkatan. Percaya diri yang kurang menunjukkan siswa hanya berani bertanya jika ada paksaan. Dihitung dari banyaknya siswa dalam satu kelas, yang belum menunjukkan peningkatan pada indikator “percaya diri” adalah sebagai berikut: Tabel 4: Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi - 2 Sedang 15 3 Rendah 17 Jumlah 32 83 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa pada indikator “percaya diri”, pada katagori “sedang” sebanyak 15 siswa. Pada katagori “rendah” sebanyak 17 siswa. Melihat perbandingan jumlah siswa, peningkatan kreativitas pada katagori “rendah” lebih besar dari katagori “sedang”, artinya siswa belum mengalami peningkatan. 2. Berfikir Diluar Kotak Pada indikator ini, peneliti mengamati setiap kelompok diskusi baik kelompok 1,2,3 dan 4 dapat berfikir di luar kotak. Berdasarkan pengamatan, siswa telah diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat atau usulan namun, pada pertemuan 1, siswa belum bisa berfikir bebas, masih banyak siswa yang belum mengeluarkan logika, insting ataupun pengalaman yang bisa dijadikan sumber untuk membahas materi yang didiskusikan. Namun, ada beberapa siswa dari kelompok 3 yang telah memberanikan diri untuk mencoba berfikir di luar kotak, karena sikap kurang percaya diri membuat siswa tersebut sedikit terbata dalam menyampaikan. Siswa: “sebenernya aku tuh punya pemikiran keren tapi susah mau disampaiin, karena mulutku ni loh, gak bisa diajak kompromi, kalau dah ngomong pasti lupa semua ”. Sebenarnya siswa dapat berfikir di luar kotak dan mampu mengajukan berbagai pertanyaan ataupun usulan atas masalah yang sedang dibahas. Tapi, kemampuan siswa yang belum terbiasa mencoba melatih dirinya karena takut gagal. Hal semacam ini dapat berkembang 84 jika, seseorang memiliki jiwa besi atau kemampuan untuk tidak mudah menyerah dengan keadaan walau sesulit apapun. Hasil peningkatan kreativitas siswa pada indikator “berfikir di luar kotak” maka, penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel 5: Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Di Luar Kotak” No Ketagori Jumlah Siswa 1 Tinggi - 2 Sedang 10 3 Rendah 22 Jumlah 32 Hasil pada tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa untuk indikator “berfikir di luar kotak”, pada katagori “sedang” sebanyak 10 siswa. Sedangkan, pada katagori “rendah” sebanyak 22 siswa. Pernyataan ini, jika melihat perbandingan kedua katagori maka, peningkatan kreativitas pada katagori “rendah” lebih besar dari katagori “sedang”, artinya siswa masih belum mengalami peningkatan. 3. Menjadi Pelopor Pada indikator ini, peneliti mengamati siswa masih belum bisa dianggap menjadi pelopor dalam tiap kelompok diskusinya, di karenakan siswa yang belum fokus dengan materi yang diberikan atau mungkin, siswa tersebut yang memang merasa malu untuk 85 mengungkapkan pendapat di depan teman kelompoknya. Selain kelompok ahli, sebenarnya pertemuan 1 ini peneliti sudah melihat usaha siswa dari kelompok 4 untuk bisa menjadi pelopor dan ingin menunjukkan bahwa siswa tersebut berbeda dari temannya, sehingga siswa tersudut dan merasa bingung sendiri dengan pendapatnya. Hal tersebut memang sering terjadi, meskipun siswa mempunyai keberanian untuk menjadi pelopor, terkadang hanya bisa ditunjukkan untuk siswa itu sendiri, dan ketika ditunjukkan kepada siswa lain, mentalitas yang ada pada diri siswa menurun. Hal hebat apapun yang ada pada diri siswa, secara seketika menghilang. Jika melihat peningkatan keseluruhan siswa tiap kelompok pada pertemuan ini, peneliti akan menjelaskan sebagai berikut: Tabel 6: Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi - 2 Sedang 13 3 Rendah 19 Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa untuk indikator “menjadi pelopor”, pada katagori “sedang” sebanyak 13 siswa. Sedangkan, pada katagori “rendah” sebanyak 19 siswa. Jika melihat perbandingan kedua katagori maka, peningkatan kreativitas 86 pada katagori “rendah” lebih besar dari katagori “sedang”, artinya siswa masih belum mengalami peningkatan. 4. Berani Melawan Arus Pada indikator ini, peneliti mengamati bahwa, masih banyak siswa yang memiliki rasa takut salah untuk menjawab. Semua siswa pada tiap kelompok mengalami hal yang sama, siswa takut untuk menjawab materi yang diberikan saat diskusi. Karena hal tersebut, siswa tidak mau melakukan sesuatu yang beresiko ataupun yang dapat menyusahkan siswa itu sendiri. Pada pengamatan ini, masalah siswa bukan hanya malu tapi juga takut. Pada indikator ini, hasil pemaparan jumlah siswa dari tiap kelompok dengan indikator “berani melawan arus”, yang belum mengalami peningkatan, penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel 7: Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi - 2 Sedang 14 3 Rendah 18 Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “berani melawan arus”, pada katagori “sedang” sebanyak 14 siswa. Sedangkan, pada katagori “rendah” sebanyak 18 siswa. Melihat 87 perbandingan jumlah siswa pada katagori tersebut, maka peningkatan kreativitas pada katagori “rendah” lebih besar dari katagori “sedang”, artinya siswa masih belum mengalami peningkatan. 5. Menghargai Pada indikator ini, peneliti mengamati siswa pada tiap kelompok masih belum dapat menghargai, terutama pada siswa laki-laki di kelas tersebut. Ketika kelompok ahli sedang menjelaskan materi yang diberikan, hanya beberapa siswa yang sudah mulai mendengarkan dengan baik. Siswa dari kelompok 3 sedang asyik berbincang dengan temannya. Bahkan, terdapat siswa yang sedang menjahili temannya saat kelompok ahli menjelaskan materi yang didiskusikan. Sehingga, membuat kelompok lain terganggu. Pada indikator ini, jumlah peningkatan siswa yang mencoba untuk menghargai adalah sebagai berikut: Tabel 8: Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi - 2 Sedang 9 3 Rendah 23 Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa untuk indikator “menghargai”, pada katagori “sedang” sebanyak 9 siswa. 88 Sedangkan, pada katagori “rendah” sebanyak 23 siswa. Jika melihat peningkatan kreativitas pada katagori “rendah” lebih besar dari katagori “sedang”, artinya siswa masih belum mengalami peningkatan. Jika seluruh indikator digabungkan ke dalam skor kolektif hasil pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti, maka penjelasan peningkatan kreativitas siswa adalah sebeagai berikut: Tabel 9: Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 1” No Indikator Tinggi Sedang Rendah Jumlah Siswa 1 Indikator 1 15 17 32 2 Indikator 2 10 22 32 3 Indikator 3 13 19 32 4 Indikator 4 14 18 32 5 Indikator 5 9 23 32 Jumlah 61 99 160 Setelah dikumpulkan skor peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan 1 dengan jumlah dalam satu kelas adalah 32 siswa. Kemudian hasil tersebut dihitung dan diterjemahkan ke dalam skala likert. Untuk mengetahui hasil skor indikator , maka akan diuraikan sebagai berikut: 89 Menghitung Nilai Skor Jumlah skor untuk yang menjawab ST = 0 x 5 = Jumlah skor untuk yang menjawab T = 0 x 4 = Jumlah skor untuk yang menjawab S = 61 x 3 = 183 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab R = 99 x 2 = 198 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab SR = 0 x 1 = 0 + Jumlah Total = 381 Jumlah skor tertinggi = 5 x 160 = 800 Jumlah skor terendah = 1 x 160 = 160 Berdasarkan hasil di atas, melihat keseluruhan indikator pada pertemuan 1 maka, banyak siswa yang mengalami peningkatan kreativitas selama penerapan metode diskusi kelompok silang adalah: 381800 x 100 = 47,625 tergolong sedang ”. Pertemuan 2 Berdasarkan observasi peneliti, pada pertemuan 2 sudah terdapat sedikit peningkatan kreativitas siswa pada kelima indikator, berikut penjelasannya: 1. Percaya Diri Pada pertemuan kedua ini, peneliti mengamati siswa dari tiap kelompok mulai menunjukkan sikap percaya diri. Peneliti mengamati siswa di SMP N 6 Yogyakarta adalah tipe manusia yang cepet belajar jika mengalami sebuah kesalahan. Bu Erni selaku pengajar mata pelajaran IPS mengatakan , “saya mah gak heran mas, kalau anak-anak ini pasti cepet belajar dari kesalahan kemarin, mereka anak jaman sekarang, dah wajar 90 kalau seharusnya lebih cepet berkembang dari pada jaman saya sekolah ” Pada pertemuan ini peneliti mengamati, siswa dari tiap kelompok sudah berani menunjukkan percaya dirinya meskipun terkadang, rasa malu, tidak berani untuk mencoba, bahkan masih apatis terhadap kelompok ahli yang sedang menyampaikan materi, sedikit demi sedikit siswa menunjukkan perubahan yang lebih baik dari hari kemarin. Bahkan terdapat siswa dari kelompok 3 yang mengatakan ini kepada peneliti: Rangga: “mas, suruh mereka semua kasih ngasih pertanyaan ke aku, biar semua pertanyaan tak yoloyolo kata alay si rangga yang artinya dia pasti bisa jawab semua soal ” Walaupun siswa yang bernama rangga sangat percaya diri, peneliti mengamati jawabannya salah, tapi itu bukan masalah. Karena yang terpenting tidak ragu untuk mencoba. Jika mengamati jumlah siswa yang menunjukkan peningkatan pada indikator “percaya diri”, maka penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel 10: Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi - 2 Sedang 20 3 Rendah 12 Jumlah 32 91 Hasil tabel di atas menunjukkan peningkatan kreativitas siswa dari indikator “percaya diri”, pada katagori “sedang” meningkat sebanyak 20 siswa. Sedangkan, pada katagori “rendah” telah menurun menjadi 12 siswa. Jika melihat perbandingan kedua katagori maka, peningkatan kreativitas pada katagori “sedang” lebih besar dari katagori “rendah”, artinya siswa sedikit mengalami peningkatan. 2. Berfikir Di Luar Kotak Pada pertemuan kedua, peneliti mengamati siswa tiap kelompok pada indikator ini, telah mengalami sedikit peningkatan. Hal tersebut terbukti siswa dari kelompok 1 bisa memberikan pertanyaan kepada kelompok ahli, yang membuat kelompok ahli sedikit kebingungan untuk menjawabnya. Tidak semua siswa mengalami peningkatan secepat ini, tetapi masih terdapat siswa yang masih berusaha untuk berfikir di luar kotak. Hal tersebut, menunjukkan bahwa siswa telah berfikir untuk tidak selalu fokus pada satu sumber buku, tapi dengan mendapatkan banyak sumber untuk mencari sesuatu yang berbeda seperti pencarian melalui media smartphone. Tindakan tersebut sudah mendapatkan izin dari pengajar. Usaha tersebut bisa dikatakan cara berfikir di luar kotak. Kemudian, terdapat salah satu siswa dari kelompok 4 yang bertanya untuk menunjukkan siswa mampu berfikir di luar kotak, pertanyaan tersebut adalah: “Kalau usia produktif kerja adalah 17-25 tahun, lalu kenapa masih ada banyak orang tuanya membiarkan anaknya bekerja, padahal usianya masih 10 tahun? ” 92 Hal tersebut menunjukkan kalau siswa bisa berfikir di luar kotak. Dengan demikian, peningkatan kreativitas siswa pada indikator “berfikir di luar kotak” akan dijelaskan sebagai berikut: Tabel 11: Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Di Luar Kotak” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi - 2 Sedang 19 3 Rendah 13 Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa untuk indikator “befikir di luar kotak”, pada katagori “sedang” meningkat menjadi 19 siswa dan pada katagori “rendah” menurun menjadi 18 siswa. Jika melihat perbandingan kedua katagori maka, peningkatan kreativitas katagori “sedang” lebih besar dari katagori “rendah”, artinya siswa telah sedikit mengalami peningkatan. 3. Menjadi Pelopor Pada indikator ini, peneliti mengamati peningkatan kreativitas siswa dari tiap kelompok ditunjukkan dengan cara bagaimana siswa menjawab ataupun memberi tanggapan kepada salah satu teman yang bertanya. Hal tersebut terlihat ketika diberikan pertanyaan yang sama, siswa dari tiap kelompok memberikan jawaban yang berbeda. Meskipun terdapat siswa yang belum bisa menjadikan dirinya sebagai 93 pelopor, siswa tidak menyerah berhenti berusaha untuk melakukan sesuatu yang cukup bisa dilakukan. Siswa menunjukkan bahwa dirinya bisa menjadi pelopor untuk dirinya sendiri, karena siswa berusaha melakukan sesuatu yang cukup bisa dilakukan, tanpa meniru apa yang dilakukan siswa lain. Jika banyak siswa yang menunjukan peningkatan pada indikator “menjadi pelopor” pada pertemuan 2, maka penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel 12: Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi - 2 Sedang 22 3 Rendah 10 Jumlah 32 Hasil tabel di atas tentang peningkatan kreativitas siswa dari indikator “menjadi pelopor”, pada katagori “sedang” meningkat sebanyak 22 siswa . Sedangkan, pada katagori “rendah” menurun menjadi 10 siswa. Jika melihat perbandingan persen kedua katagori maka, persentase peningkatan kreativitas pada katagori “sedang” lebih besar dari katagori “rendah”, artinya siswa telah sedikit mengalami peningkatan. 94 4. Berani Melawan Arus Pada indikator ini, peneliti mengamati peningkatan yang terjadi adalah beberapa siswa dari kelompok 1 dan 4 sudah berusaha untuk bisa dengan bebas memberikan tanggapan, bahkan sedikit bisa melakukan perdebatan yang sangat menarik. Siswa dapat memunculkan dialektika, dan pertentangan. Karena hal tersebut, siswa yang pasif merasa ingin terlibat. Terdapat salah siswa dari kelompok 4 berkata kepada peneliti: Siswa: “Mas, seru juga ya diskusi kayak gini? sayang aku belum nangkep sama apa yang diomongin ” Saya: “Iya tah? Yaudah besok kalau bisa perhatiin kelompok ahlimu kalau lagi nerangin materinya, ntar pasti cepet ngerti, kalau dah ngerti keluarin jiwa pembunuhmu, buat mereka yang tanya jadi takluk sama kamu ”. Siswa: “Kadang aku bisa sih mas, tapi kalau sampek keras seperti itu ntar aku dimarah sama bu erni ”. Saya: “Takut amat sama bu erni, gak bakal bu erni marah, aku dah bilang dari awal biar siswanya debat”. Dari percakapan tersebut, siswa menunjukkan belum mempunyai keberanian untuk terlibat dalam pembahasan materi yang didiskusikan. Hasil pengamatan yang telah dilakukan, banyak siswa yang telah mengalami peningkatan dan akan dijelaskan sebagai berikut: 95 Tabel 13: Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi - 2 Sedang 24 3 Rendah 8 Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas dari indikator “berani melawan arus”, pada katagori “sedang” meningkat sebanyak 24 siswa. Sedangkan pada katagori “rendah” menurun sebanyak 8 siswa. Jika melihat perbandingan kedua katagori, maka peningkatan kreativitas pada katagori “sedang” lebih besar dari katagori “rendah”, artinya siswa telah sedikit mengalami peningkatan. 5. Menghargai Pada indikator ini, peneliti mengamati siswa dari semua kelompok mengalami peningkatan, karena dirasa siswa SMP masih begitu sangat labil, peningkatan pada indikator di pertemuan ini dirasa belum cukup untuk membuat siswa dapat menghargai. Beberapa siswa mengalami peningkatan, namun siswa yang lain walaupun bisa menghargai cenderung sering “motong” pembicaraan. Pernyataan yang terjadi adalah: Hendra: “pengangguran yang terjadi di indonesia merupakan akibat dari kurangnya lap........ ” terpotong oleh aufa 96 Aufa: “ndra, kamu masih kecil dah tumbuh kumis? Dikasih apa biar cepet tumbuh, aku pengen loh ” H endra: “dafuk Diem aku lagi njelasin materi ni loh, ah Kan lupa dah sampek mana tadi ” Aufa: “hahahahaha, sorry” Hal semacam ini yang membuat siswa dianggap tidak bisa menghargai. Pada akhirnya, hal semacam ini menjadi bahan lawakan untuk siswa yang lain. Hasil pengamatan yang dilakukan, peningkatan kreativitas siswa pada indikator “menghargai” adalah sebagai berikut: Tabel 14: Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi - 2 Sedang 25 3 Rendah 7 Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “menghargai”, pada katagori “sedang” meningkat menjadi sebanyak 25 siswa. Sedangkan pada katagori “rendah” menurun menjadi 7 siswa. Jika melihat perbandingan kedua katagori, maka peningkatan kre ativitas pada katagori “sedang” lebih besar dari katagori “rendah”, artinya siswa telah sedikit mengalami peningkatan. 97 Jika seluruh indikator digabungkan ke dalam skor kolektif hasil pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti, maka penjelasan peningkatan kreativitas siswa adalah sebeagai berikut: Tabel 15: Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 2” No Indikator Tinggi Sedang Rendah Jumlah Siswa 1 Indikator 1 20 12 32 2 Indikator 2 19 13 32 3 Indikator 3 22 10 32 4 Indikator 4 24 8 32 5 Indikator 5 25 7 32 Jumlah 110 50 160 Setelah dikumpulkan skor peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan 2 dengan jumlah satu kelas adalah 32 siswa. Kemudian hasil tersebut akan di hitung dan diterjemahkan ke dalam skala likert. Untuk mengetahui skor variabel , maka akan diuraikan sebagai berikut: Menghitung Nilai Skor Jumlah skor untuk yang menjawab ST = 0 x 5 = Jumlah skor untuk yang menjawab T = 0 x 4 = Jumlah skor untuk yang menjawab S = 110 x 3 = 330 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab R = 50 x 2 = 100 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab SR= 0 x 1 = 0 + Jumlah Total = 430 98 Jumlah skor tertinggi = 5 x 160 = 800 Jumlah skor terendah = 1 x 160 = 160 Berdasarkan hasil di atas, melihat hasil dari keseluruhan indikator pada pertemuan 2, maka banyak siswa yang mengalami peningkatan kreativitas selama penerapan metode diskusi kelompok silang adalah: 430800 x 100 = 53,75 tergolong sedang ”. Pertemuan 3 Berdasarkan hasil observasi, pada pertemuan 3 siswa mengalami peningkatan kreativitas yang sangat pesat pada kelima indikator, berikut penjelasannya: 1. Percaya Diri Pada pertemuan 3 ini, peningkatan siswa dari semua kelompok begitu signifikan. Setelah peneliti mengamati diskusi berlangsung, siswa di SMP N 6 Yogyakarta sangat percaya diri sekali, bukan hanya siswa dengan katagori “sedang” saja yang meningkat menuju katagori “tinggi”, tapi siswa pada pertemuan sebelumnya berada pada katagori “rendah” sekarang justru lebih berani. Setelah peneliti bertanya kepada salah siswa yang dipertemuan sebelumnya berada pada katagori “rendah”, siswa berkata: Saya: “tumben sekarang aktif?”,”biasanya cuma senyam- senyum aja, habis kesambet apa? Fajar: “hahahaha, kemaren masih malu mas, smlm dah belajar dikit juga, makannya ngerti” 99 Pada pertemuan ini, siswa ditiap kelompok sudah berani menunjukkan percaya dirinya, bahkan rasa malu, tidak berani untuk mencoba, sikap seperti ini yang biasanya terjadi pada siswa yang memiliki katagori “rendah” sudah berubah total. Hampir semua siswa dengan percaya dirinya belajar untuk menanggapi secara sedikit demi sedikit apa yang disampaikan kelompok ahli, ataupun kelompok ahli crossover. Jumlah siswa yang menunjukkan peningkatan pada indikator “percaya diri”, maka penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel 16: Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 8 2 Sedang 24 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “percaya diri”, pada katagori “tinggi” sebanyak 8 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 24 siswa. Kreativitas siswa pada indikator “percaya diri” menunjukkan peningkatan karena tidak ada lagi siswa yang berada pada katagori “rendah”. 100 2. Berfikir Di Luar Kotak Pada pertemuan ketiga ini, peneliti mengamati siswa di tiap kelompok pada indikator ini telah mengalami peningkatan yang pesat. Hal ini terbukti, semua siswa bisa memberikan pertanyaan yang kritis. Banyak siswa yang dapat memberikan tanggapan dengan terperinci. Tidak hanya itu, siswa dari kelompok 2 sudah lebih aktif dengan medianya sendiri yang tujuannya, agar proses pencarian informasi yang dibutuhkan cepat didapat. Siswa menemukan caranya sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Hal yang telah dilakukan, menunjukkan siswa yang awalnya masih tidak bisa menyelesaikan masalah, kini dapat begitu tanggap dan kritis terhadap sesuatu yang dihadapi. Peningkatan kreativitas siswa pada indikator “berfikir di luar kotak”, penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel 17: Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Di Luar Kotak” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 7 2 Sedang 25 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil dari tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas dari indikator “berfikir di luar kotak”, pada katagori “tinggi” sebanyak 7 101 siswa. Sedangkan pada katagori “sedang” sebanyak 22 siswa. K reativitas siswa pada indikator “berfikir diluar kotak” menunjukkan peningkatan karena sudah tidak ada lagi siswa yang berada pada katagori “rendah”. 3. Menjadi Pelopor Pada indikator ini, peneliti mengamati siswa sudah bisa menjadi pelopor untuk dirinya sendiri, dan hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang tidak mau kalah dengan siswa lainnya. Ketika salah satu siswa dari kelompok 1 dan 3 bertanya kepada kelompok ahli crossover, bukan kelompok ahli tersebut yang menjawab pertanyaan tersebut, tapi siswa satu kelompoknya dengan cepat menjawab pertanyaan tersebut. hebatnya, siswa yang lain dapat menanggapi pembicaraannya dengan melempar pertanyaan kembali. Pada indikator ini, peningkatan siswa tiap kelompok sangat signifikan. Banyak siswa yang menunjukan peningkatan pada indikator “menjadi pelopor”. Penjelasannya akan dipaparkan sebagai berikut: Tabel 18: Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 8 2 Sedang 24 3 Rendah - Jumlah 32 102 Hasil dari tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas dari indikator “menjadi pelopor”, pada katagori “tinggi” sebanyak 8 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 24 siswa. Kreativitas siswa pada indikator “menjadi pelopor” menunjukkan peningkatan karena sudah tidak ada lagi yang berada pada katagori “rendah”. 4. Berani Melawan Arus Pada indikator ini, semua siswa pada tiap kelompok yang sebelumnya dalam menanggapi segala masalah yang ada pada materi nampak biasa saja dan tidak semua siswa aktif. Sekarang, siswa justru bisa dengan bebas berfikir, bahkan ada siswa dari kelompok 2 yang sebelumny a berada pada katagori “rendah”, kini bisa mengimbangi siswa yang awalnya berada pada katagori “sedang” menjadi katagori “tinggi”. Pada pertemuan 3, siswa pada tiap kelompok bisa melakukan perdebatan yang sangat menarik. Perdebatan ini bukan hanya satu siswa yang dapat menanggapi, tapi seluruh siswa didalam kelompok bisa memberikan tanggapan secara bebas tanpa ragu. Siswa bisa memunculkan sebuah gagasan yang membuat siswa lain berfikir. Karena hal tersebut, siswa satu dengan siswa lainnya seakan berada pada kubu yang berbeda. Perbedaan pola pikir, pertentangan, dan perselisihan terjadi di dalam diskusi di tiap kelompok. Dari hasil pengamatan, banyaknya siswa yang telah mengalami peningkatan yang akan dijelaskan sebagai berikut: 103 Tabel 19: Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 6 2 Sedang 26 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas dari indikator “berani melawan arus”, pada katagori “tinggi” sebanyak 6 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 26 siswa. K reativitas siswa pada indikator “berani melawan arus” menunjukkan peningkatan karena sudah tidak ada lagi yang berada pada katagori “rendah”. 5. Menghargai Pada indikator ini, siswa dari tiap kelompok mengalami peningkatan untuk dapat menghargai. Jika pada pertemuan sebelumnya siswa suka mengabaikan siswa lain yang sedang berbicara, sekarang siswa bisa lebih menghargai jika ada siswa lain yang berbicara. Alasan kenapa siswa sekarang bisa menghargai apa yang sedang siswa lain bicarakan, karena siswa sangat tertarik dengan materi yang dibicarakan dan tidak mau tertinggal sekata pun dari setiap yang diucapkan. 104 Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, peningkatan kreativitas siswa pada indikator “Menghargai” adalah sebagai berikut: Tabel 20: Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” No Katagori Jumlah 1 Tinggi 3 2 Sedang 29 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas dari indikator “menghargai”, pada katagori “tinggi” sebanyak 3 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 29 siswa. Kreativitas siswa pada indikator “menghargai” menunjukkan peningkatan karena sudah tidak ada lagi yang berada pada katago ri “rendah. Tabel 21: Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 3” No Indikator Tinggi Sedang Rendah Jumlah Siswa 1 Indikator 1 8 24 32 2 Indikator 2 7 25 32 3 Indikator 3 8 24 32 4 Indikator 4 6 26 32 5 Indikator 5 3 29 32 Jumlah 32 128 160 105 Setelah dikumpulkan skor peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan ketiga dengan jumlah dalam satu kelas adalah 32 siswa. Kemudian hasil tersebut akan dihitung dan diterjemahkan ke dalam skala likert. Untuk mengetahui hasil skor variabel , maka akan diuraikan sebagai berikut: Menghitung Nilai Skor Jumlah skor untuk yang menjawab ST = 0 x 5 = Jumlah skor untuk yang menjawab T = 32 x 4 = 128 Jumlah skor untuk yang menjawab S = 128 x 3 = 384 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab R = 0 x 2 = Jumlah skor untuk yang selalu menjawab SR= 0 x 1 = 0 + Jumlah Total = 512 Jumlah skor tertinggi = 5 x 160 = 800 Jumlah skor terendah = 1 x 160 = 160 Berdasarkan hasil diatas, melihat hasil dari keseluruhan indikator pada pertemuan 3 maka, banyak siswa yang mengalami peningkatan kreativitas selama penerapan metode diskusi kelompok silang adalah: 512800 x 100 = 64 tergolong tinggi ”. Adapun hasil observasi peningkatan kreativitas siswa pada siklus 1 dari kelima indikator yang sudah disebutkan di atas dapat disimpulkan dan diringkas dalam sebuah diagram, penjelasannya adalah sebagai berikut: 106 Gambar 3: Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa Siklus 1 Berdasarkan diagram dari 3 pertemuan diatas, maka dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Pada pertemuan 1, persentasi keberhasilan metode diskusi kelompok silang masih belum memberikan hasil yang baik. secara individu, banyak siswa dari tiap kelompok yang tingkat kreativitasnya tergolong “rendah” dan dapat dilihat pada diagram berwarna merah, bahwa persentasi peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan pertama yaitu “47,63”. 2 Pada pertemuan 2, persentasi keberhasilan metode diskusi kelompok silang mengalami peningkatan. secara individu, banyak siswa dari tiap kelompok yang tingkat kreativitas meskipun masih tergolong “sedang” telah memperlihatkan sedikit peningkatan. Dapat dilihat pada diagram berwarna kuning, bahwa persentasi peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan kedua naik menjadi “53,75”. 10 20 30 40 50 60 70 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Tinggi 64 Sedang 53,75 Rendah 47,63 107 3 Pada pertemuan 3, persentasi keberhasilan metode diskusi kelompok silang mengalami peningkatan yang jauh lebih baik. secara individu, banyak siswa dari setiap kelompok yang tingkat kreativitas pada awalnya tergolong “sedang” meningkat menjadi “tinggi” meskipun jumlah populasi dengan katagori “tinggi” tidak terlalu banyak. Dapat dilihat pada diagram berwarna hijau, bahwa persentasi peningkatan kreativitas siswa pertemuan ketiga naik menjadi “64”. Setelah pelaksanaan siklus 1, diakhir pertemuan 3 terdapat post test untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang materi yang telah dijadikan sebagai bahan diskusi pada pelaksanaan siklus 1 penerapan metode diskusi kelompok silang. Adapun peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode diskusi kelompok silang, akan dibandingkan dengan hasil pre test yang diperoleh berdasarkan data awal sebelum penerapan metode diskusi kelompok silang. Oleh karena itu, pemaparan hasil akan dijelaskan sebagai berikut: Tabel 22: Data Pre Test dan Post Test Peningkatan Hasil Belajar Siswa No Keterangan Jumlah Siswa Persentase Hasil Pre Test Jumlah Siswa Persentase Hasil Post Test 1 10 2 6,25 4 12,5 2 9 – 8 14 43,75 20 62,5 3 7 10 31,25 5 15,63 4 6 – 5 5 15,63 3 9,38 5 4 1 3,13 - - Jumlah 32 100 32 100 108 Berdasarkan tabel diatas mengenai peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan metode diskusi kelompok silang, peneliti menguraikan hasil tersebut untuk melihat apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode diskusi kelompok silang. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan software spss v2.2. Sebelum melakukan uji perbandingan data hasil belajar siswa, terdapat output berupa, paired samples, paired samples correlations dan paired sample test. Pemaparannya akan dijelaskan sebagai berikut: Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2 Gambar 4: Output Paired Samples Statistics Berdasarkan output pada gambar 4: Paired Samples Statistics yang didapatkan berdasarkan pengolahan data spss. Pada gambar ini, data yang disajikan berupa Mean, Jumlah Populasi N, Standart Deviation, Standar Error Mean. Mean pada hasil pre test dan post test menunjukkan peningkatan dari 7,50 menjadi 8,13. Kemudian N adalah total populasi sebanyak 32. Sedangkan standart deviation menunjukkan variasi data pre test dan post test adalah sebesar 1,344 dan 1,129. Kemudian Standart error mean sendiri berfungsi mengukur seberapa tepatkah nilai mean terhadap hasil pre test dan post test, sehingga diperoleh hasil sebesar 0,238 dan 0,200. 109 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2 Gambar 5: Paired Samples Correlations Output pada gambar 5: Paired Samples Correlations diperoleh berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan software spss. Pada bagian ini digunakan untuk mengetahui hasil korelasi antara kedua variabel pre test dan post test. Dapat dilihat pada tabel di atas, memiliki Correlation sebesar 0,872 dengan nilai signifikasi p sebesar 0,000 artinya, nilai p 0,05. Jadi artinya terdapat hubungan yang signifikan. Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2 Gambar 6: Paired Samples Test Output pada gambar 6: Paired Samples Test didapat berdasarkan pengolahan data spss, untuk memaparkan pada gambar 6, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat sebuah hipotesis. 110 H0 = Kedua rata-rata hasil adalah sama rata-rata hasil pre test dan hasil post test adalah sama atau tidak ada perubahan. H1 = Kedua rata-rata hasil adalah tidak sama rata-rata hasil pre test dan hasil post test adalah tidak sama atau ada perubahan. Berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan t tabel adalah: H0 di tolak jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel. H0 di terima jika t hitung t tabel atau -t hitung t tabel. Diketahui output t hitung adalah -5,358, jika dihitung, maka rumusnya adalah: = = -5,358 Untuk menentukan t tabel adalah dengan cara a = 5:2 = 2,5 uji 2 sisi dengan derajat kebebasan df n-1 atau 32-1 = 31. Dengan pengujian 2 sisi signifikansi = 0,025 hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,039. Untuk membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas terdapat kriteria pengujian yaitu: H0 di tolak jika t hitung t tabel atau -t hitung - t tabel. H0 di terima jika t hitung t tabel atau -t hitung t tabel. H0 ditolak jika P value 0,05. H0 diterima jika P value 0,05. Nilai: t hitung t tabel = 5,358 2,039. -t hitung -t tabel = -5,358 -2,039. P value 0,000 0,05. 111 Jika dilihat pada gambar 6, bahwa sig. 2-tailed 0,000 dengan nilai t hitung -5,358. Oleh karena itu p 0,05 maka H0 ditolak dan terima H1, Artinya “ada peningkatan antara rata-rata hasil pre test sebelum penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang dengan rata-rata hasil post test setelah penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang ”. Berdasarkan peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa, terdapat tahapan pemahaman yang telah dicapai siswa selama pelaksanaan metode diskusi kelompok silang. Tahapan ini merupakan salah satu alasan, bahwa siswa belajar bukan hanya sebatas menghafal lalu mendapatkan hasil belajar yang baik, tapi siswa dapat memahami materi yang diberikan, sehingga hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan kemampuan siswa tersebut. Terdapat indikator tahapan belajar menurut Arno F.Wittig, 1981: 30 yaitu: 1 perolehanpenerimaan informasi, 2 penyimpanan informasi, 3 mendapatkan kembali informasi. Pemaparan tiga indikator tahapan belajar tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap PerolehanPenerimaan Informasi Berdasarkan indikator pada pelajaran IPS, siswa diberikan tiga materi berdasarkan indikator yang telah dibuat sebagai perolehanpenerimaan informasi awal, yaitu: a analisis hubungan jumlah tenaga kerja, b analisis hubungan jumlah pengangguran, c analisis hubungan jumlah kesempatan kerja. Setelah melaksanakan diskusi selama pertemuan, siswa dapat menunjukkan peningkatan 112 pemahaman berdasarkan perilaku yang ditunjukkan. Siswa dapat memahami materi baik dalam menganalisis hubungan jumlah tenaga kerja, jumlah pengangguran dan jumlah kesempatan kerja. Sehingga pemahaman yang diperoleh, siswa dapat mengasimilasikan antara pemahaman yang dimiliki dengan perilaku yang ditunjukkan. b. Tahap Penyimpanan Informasi Pada tahapan ini, hasil belajar yang telah diperoleh siswa, pada akhirnya dapat selalu diingat. Hal yang membuat siswa mengingat semua yang telah dipelajarinya, karena siswa selama diskusi menggunakan kebebasan berfikir atau berfikir di luar kotak, sehingga siswa dapat memahami setiap masalah pada materi yang diberikan dengan cara yang berbeda sesuai dengan cara berfikir siswa tersebut. Secara tidak langsung antara siswa satu dengan siswa yang lain memiliki cara yang berbeda dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. c. Tahap Mendapatkan Kembali Informasi Pada tahapan ini, dari hasil belajar yang diperoleh, membuat siswa dapat mengingat dengan baik apa yang telah dipelajari dan dipahami. Semua ingatan sudah tidak disimpan di short term memory tapi di long term memory. Jadi, saat ditanya atau diberikan sebuah tes tentang permasalahan yang telah dibahas, siswa dapat dengan mudah menjawabnya, sehingga hasil belajar yang diperoleh bukan sekedar 113 nilai yang baik atas dasar hafalan tapi, pemahaman yang telah ditempa sebaik mungkin selama proses pembelajaran diskusi berlangsung. 4. Refleksi Dan Tindak Lanjut Refleksi dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan penerapan metode diskusi kelompok silang dalam upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan siklus 1 menunjukkan bahwa siswa sudah mengalami peningkatan kreativitas dan hasil belajar pada kelima indikator kreativitas yang diamati, namun dari pertemuan yang sudah dilaksanakan, peneliti merasa semua belum cukup, karena persentase peningkatan pada setiap pertemuan, belum mencapai pada hasil yang diharapkan, yaitu 75 . Banyaknya individu yang mengalami peningkatan kreativitas masih dianggap kurang. Karena, siswa dengan katagori “sedang” lebih banyak daripada katagori yang “tinggi”. Oleh karena itu, diperlukan siklus 2 agar semua siswa pada tiap kelompok semakin meningkat lagi kreativitasnya. Hasil belajar dirasa sudah cukup menunjukkan peningkatan. Hasil terpenting yang harus diperoleh siswa adalah dapat memahami pemaknaan dari materi yang diberikan, bukan hanya sekedar tahu dan hafal, tapi harus memahami pemaknaan tentang sebab dan akibat. Peningkatan kreativitas siswa yang diharapkan, yaitu kreativitas dengan jumlah persentase siswa katagori “tinggi” lebih dominan dari pada siswa katagori “sedang”. 114 Peningkatan kreativitas yang telah ditunjukkan siswa selama siklus 1 masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Hal tersebut ditunjukkan dengan keadaan siswa yang belum terbiasa dengan gaya belajar bebas dan mengadu pikiran, meskipun sebelumnya pengajar melaksanakan diskusi hanya sebatas diskusi biasa, membuat rangkuman diskusi dan mempresentasikannya di depan kelas. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan siswa bisa secara penuh mengeluarkan kreativitas yang dimiliki. Setelah mengadakan kegiatan diskusi pada siklus 1, selanjutnya adalah merefleksi hasil diskusi balikan untuk mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya, maka tindak lanjut yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran agar memperoleh hasil yang lebih baik, yaitu: a. Peningkatan kreativitas siswa pada siklus 1 belum mencapai hasil yang diharapkan, yaitu 75. b. Siswa menginginkan peneliti melaksanakan kembali kegiatan belajar dengan metode diskusi, karena belajar dengan bertindak sendiri lebih menyenangkan dari pada memandang. c. Melihat antusias siswa, dengan senang hati peneliti akan melaksanakan siklus 2.

2. Penelitian Tindakan Siklus 2

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, maka perlu diadakan tindak lanjut yang dilaksanakan pada siklus 2. Pelaksanaan tindakan siklus 2 memiliki langkah-langkah sebagai berikut: 115 1. Rencana Tindakan Dalam penelitian tindakan siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan. Rencana penelitian pada siklus ini tidak berbeda dengan perencanaan siklus 1. Pembelajaran dilaksanakan dengan pokok bahasan yang berbeda, yaitu dampak pengangguran dan perencanaannya terdiri dari: Pertemuan 1 Langkah pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1 pada penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan Rancangan Pertemuan Pembelajaran Rancangan pertemuan pembelajaran dibuat oleh peneliti dan pengajar yang disesuaikan dengan RPP sebelumnya dengan materi tentang ketenagakerjaan. Kegiatan dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada kegiatan awal, pengajar menyampaikan materi pembelajaran tentang dampak pengangguran. Selanjutnya, pengajar tidak perlu lagi menjelaskan langkah penerapan metode diskusi kelompok silang, karena siswa telah mengerti tentang penerapan metode diskusi kelompok silang. Setelah itu, pengajar tanpa berfikir panjang menyuruh siswa untuk membentuk kelompok berdasarkan kelompok belajar yang telah dibuat seperti pada siklus 1, dimana siswa dibentuk menjadi 4 kelompok yang dalam 1 kelompok terdiri dari 8 orang. 116 Setelah pengajar menyiapkan lembar materi yang akan didiskusikan, pengajar memberikan materi tersebut kepada siswa dari baris ke-5 dari tiap kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok ahli, sekaligus, diberikan tanggung jawab untuk mendiskusikan materi kepada kelompoknya. Selanjutnya, setelah para siswa selesai mengkaji materi yang diberikan oleh kelompok ahli, pengajar meminta para kelompok ahli agar melakukan crossover ke kelompok lain untuk mendiskusikan dan mengkaji materi yang sama. Selama pembelajaran, para siswa diamati secara individu berdasarkan 5 indikator kreativitas, yaitu: percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, dan menghargai. Setelah selesai berdiskusi, pengajar menutup pertemuan pertama ini dengan berdoa dan salam penutup. b. Mempersiapkan lembar kerja siswa Lembar kerja siswa terdiri dari 2 jenis: 1 Lembar untuk merangkum hasil yang telah didiskusikan dengan kelompok, 2 Lembar materi yang diberikan oleh pengajar kepada tiap kelompok ahli. c. Mempersiapkan lembar observasi kreativitas siswa Lembar observasi digunakan untuk mengamati peningkatan kreativitas siswa yang terdiri dari lima indikator percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai. 117 Dari kelima indikator di atas maka katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah. Pertemuan 2 a. Mempersiapkan rancangan pertemuan pembelajaran Pada pertemuan kedua tidak berbeda dengan pertemuan pertama, dan materi yang dikaji adalah tentang upaya pemerintah menghadapi permasalahan tenaga kerja di Indonesia. Selain itu, pengajar memilih baris ke-4 untuk menjadi kelompok ahli. b. Mempersiapkan lembar kerja siswa Lembar kerja siswa terdiri dari 2 jenis: 1 Lembar untuk merangkum hasil yang telah didiskusikan dengan kelompok, 2 Lembar materi yang diberikan oleh pengajar kepada tiap kelompok ahli. c. Mempersiapkan lembar observasi kreativitas siswa Lembar observasi digunakan untuk mengamati peningkatan kreativitas siswa yang terdiri dari lima indikator peningkatan kreativitas percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai. Dari kelima indikator tersebut, maka katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah. d. Mempersiapkan soal Peneliti membuat soal berdasarkan materi yang telah didiskusikan siswa selama pertemuan. Soal yang diberikan ke siswa untuk dikerjakan adalah soal pilihan ganda dengan jumlah soal 10 118 butir. Hasil belajar yang diperoleh akan diolah dengan tujuan ingin membandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh dari observasi pra penelitian untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan metode diskusi kelompok silang. 2. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 1 Pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan metode diskusi kelompok silang siklus 2 pada pertemuan 1 dilaksanakan dengan jumlah 32 siswa. Pengajar memulai kegiatan sesuai dengan langkah pembelajaran yang ada di RPP yang sudah dibuat oleh pengajar dan peneliti. Pada awal pertemuan, pengajar membuka dengan salam pembukaan dilanjut dengan berdo’a. Pengajar mengabsen dan menanyakan kondisi dan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran. Pengajar melakukan apersepsi tentang program apa yang cocok untuk mengatasi masalah tenaga kerja, kemudian pengajar menyuruh siswa kembali ke kelompok yang telah dibuat pada siklus 1, yaitu 4 kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 8 orang. Siswa mulai bergabung dengan kelompok dan pengajar memilih kelompok ahli dari tiap kelompok untuk diberikan materi. Setelah itu, siswa bekerja dalam kelompok selama 60 menit. 30 menit pertama mendiskusikan materi dari kelompok ahli, 30 menit berikutnya, kelompok ahli yang telah di crossover giliran untuk saling berdiskusi tentang materi milik kelompok ahli yang di crossover. 119 Setelah pembelajaran selesai, peneliti dan pengajar berdiskusi membicarakan hasil dari proses pembelajaran dengan metode diskusi kelompok silang. Pada pertemuan 1, siswa sudah semakin baik dibandingkan pada siklus 1 dan nampaknya, siswa semakin mahir baik dalam memberi pertanyaan ataupun memberi tanggapan, bahkan siswa bisa memperdebatkan gagasan tentang bagaimana upaya yang tepat untuk mengatasi dampak pengangguran. Hal menariknya, siswa bisa menunjukkan kreativitas yang lebih mendekati katagori “tinggi”, dan hampir sebagian besar siswa dapat memahami kemampuan yang dimilikinya, sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang belum tentu siswa lain dapat lakukan. Setelah mengetahui hal yang terjadi pada perlakuan awal, peneliti dan pengajar merencanakan langkah pembelajaran untuk perlakuan berikutnya. Pada perlakuan awal, kreativitas siswa sudah semakin baik untuk menuju ke katagori “tinggi” terutama pada indikator seperti percaya diri, berfikir diluar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, dan menghargai. Pertemuan 2 Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan metode diskusi kelompok silang siklus 2 pada pertemuan 2 dilaksanakan dengan jumlah sebanyak 32 siswa. Seperti pada pertemuan 1, siswa mulai bergabung dengan kelompok dan pengajar memilih kelompok ahli dari tiap 120 kelompok untuk diberikan materi. Setelah itu, siswa bekerja dalam kelompok selama 60 menit. Pada pertemuan 2, siswa sudah mencapai tingkat tertinggi terhadap peningkatan kreativitas dari pada pertemuan sebelumnya. Siswa semakin percaya diri dengan kualitas yang ada pada dirinya. Siswa sudah tidak memperdulikan soal si A lebih baik dari si B, yang siswa tahu adalah mengeluarkan semua yang dimiliki dan terus mencoba tanpa pernah mengenal kata menyerah. Semua yang terjadi pada pertemua 2 adalah akhir yang menarik buat siswa, karena siswa telah banyak belajar dari kesalahan sebelumnya, dan mencoba untuk merubah mind set bahwa ada hal yang lebih penting dari pada sebuah nilai. Setelah pembelajaran selesai, pengajar dan peneliti memberikan sebuah tes untuk mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran. Kemudian, mengidentifikasi kendala atau masalah untuk dicari solusinya. Kemudian data yang didapat selama pertemuan 1 sampai pertemuan 2 diolah sesuai dengan kelima indikator kreativitas siswa yang diamati. 3. Observasi Observasi dilaksanakan selama kegiatan diskusi berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan kreativitas siswa yang ditunjukkan selama diskusi, yaitu pada saat berada dikelompok ahli dan dikelompok ahli “crossover”. Observasi dilakukan dengan dua orang, yaitu pengajar dan peneliti. 121 Lembar observasi peningkatan kreativitas siswa terdiri atas lima indikator percaya diri, berfikir di luar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, menghargai. Dari kelima indikator di atas maka katagori penilaian adalah: tinggi, sedang, rendah. Adapun rincian hasil pengamatan peneliti pada siklus 2 saat penerapan metode diskusi kelompok silang di SMP N 6 Yogyakarta pada setiap siswa dapat dijelaskan melalui kelima indikator kreativitas siswa yang diamati, yaitu: Pertemuan 1 1. Percaya Diri Pada pertemuan 1, peningkatan kreativitas siswa pada tiap kelompok telah jauh lebih baik dari pertemuan ketiga siklus 1. Pada indikator percaya diri, hampir semua siswa pada tiap kelompok terlihat semakin baik. Siswa sudah terbiasa dan lebih berpengalaman dengan metode pembelajaran tersebut. Kreativitas siswa ditunjukkan dengan hilangnya sikap ragu saat diskusi baik dalam hal bertanya atau menanggapi jawaban dari teman kelompoknya. Hal terpenting yang masih belum hilang dari diri siswa adalah rasa malu. Sikap malu untuk beberapa siswa di kelompok lain telah hilang, namun masih terdapat beberapa siswa di kelompok 1 yang masih merasa malu, hal tersebut di karenakan tipe siswa yang kurang menyukai bila menjadi pusat perhatian orang lain. Intinya, biarpun rasa malu masih belum hilang, siswa tersebut tetap mempunyai keunggulan lain yang membuatnya 122 selalu tampil dengan percaya diri. Oleh karena itu, peningkatan siswa dalam hal percaya diri terus mengalami peningkatan. Adapun jumlah siswa yang telah mengalami peningkatan pada indikator “percaya diri” akan dijelaskan sebagai berikut: Tabel 23: Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 17 2 Sedang 15 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “percaya diri”, pada katagori “tinggi” sebanyak 17 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 15 siswa. Peneliti menyatakan peningkatan kreativitas siswa pada indikator “percaya diri ” telah mengalami peningkatan dan jauh lebih baik dari pada siklus sebelumnya. 2. Berfikir Di Luar Kotak Pada indikator ini, peningkatan yang terjadi adalah, siswa telah melakukan banyak hal berbeda antara siswa satu dengan yang lain baik dalam hal bagaimana siswa menanggapi dan menjawab pertanyaan atau bagaimana siswa memikirkan pemecahan pada masalah yang dihadapi. Bukan hanya itu, siswa dari kelompok 2 123 bahkan telah mempersiapkan alatnya sendiri baik itu smartphone atau tablet yang telah terkoneksi jaringan internet untuk mencari sumber belajar. Berikut ini adalah percakapan peneliti yang bertanya kepada siswa kelompok 2, pernyataanya adalah: Saya: “wiiih, bawa hp sendiri-sendiri?” Bila: “iya lah mas, secara aku gak mau di bully lagi sama temen-temenku karna kemaren tanggapan ku bisa disangkal. Ntar, kalau disangkal lagi aku dah ada senjata ini buat ngebales sangkalannya”. Hal tersebut, membuktikan peningkatan siswa untuk indikator “berfikir di luar kotak” bukan hanya sebatas pemahaman tapi juga secara tindakan. Siswa berkembang sampai sejauh ini karena siswa dapat berfikir dengan bebas, melakukan segalanya dengan sesuka hati dan melakukan sesuatu yang mungkin hanya siswa tersebut yang bisa melakukannya. Pada pertemuan ini, peningkatan kreativitas siswa untuk indikator “berfikir di luar kotak” akan dijalaskan sebagai berikut: Tabel 24: Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Di Luar Kotak” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 21 2 Sedang 11 3 Rendah - Jumlah 32 124 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “percaya diri”, pada katagori “tinggi” sebanyak 21 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 11 siswa. Peningkatan kreativitas siswa pada indikator “berfikir di luar kotak” telah mengalami peningkatan jauh lebih baik dari pada siklus sebelumnya. 3. Menjadi Pelopor Pada indikator ini, siswa semakin lebih baik dalam memerankan posisinya saat berada di kelompok diskusinya. Setiap siswa di tiap kelompok telah menunjukkan bagaimana siswa bisa memberikan berbagai alasan dan solusi pada tiap permasalahan dengan cara yang berbeda. Meskipun tidak semua siswa, tapi peningkatan pada indikator ini sangat besar. Semua siswa telah berusaha untuk tidak meniru apa yang ada pada orang lain. Siswa percaya, bahwa siswa bisa lebih baik dari pada orang lain. Peningkatan indikator menunjukkan, bahwa hanya beberapa siswa yang mengalami peningkatan. Lebih jelasnya, akan dipaparkan jumlah peningkatan pada tabel di bawah ini: Tabel 25: Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 18 2 Sedang 14 3 Rendah - Jumlah 32 125 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “menjadi pelopor”, pada katagori “tinggi” sebanyak 18 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 14 siswa. P eningkatan kreativitas siswa pada indikator “menjadi pelopor” telah mengalami peningkatan dan jauh lebih baik dari pada siklus sebelumnya. 4. Berani Melawan Arus Pada indikator ini, peningkatan siswa dari tiap kelompok sangat besar. Indikator “berani melawan arus” baru bisa mencapai katagori “tinggi” jika tiap individu mempunyai keberanian dan mental yang kuat. Siswa yang menunjukkan peningkatan pada indikator tersebut, kebanyakan adalah siswa yang memiliki sifat pemberani dan egois, jadi tanpa alasan apapun, siswa telah berhasil menunjukkan hal tersebut. Peningkatan kreativitas yang terjadi pada indikator ini, akan dijelaskan sebagai berikut: Tabel 26: Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 21 2 Sedang 11 3 Rendah - Jumlah 32 126 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “percaya diri”, pada katagori “tinggi” sebanyak 21 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 11 siswa dengan persentase. Peningkatan kreativitas siswa pa da indikator “berani melawan arus” telah mengalami peningkatan dan jauh lebih baik dari pada siklus sebelumnya. 5. Menghargai Pada indikator ini, siswa di setiap kelompok sudah cukup mengalami peningkatan. Terdapat beberapa siswa dapat menghargai siswa yang lain bukan hanya sebatas menghargai apa yang diucapkan siswa tersebut, tapi siswa tersebut menghargai secara prilaku. Hal tersebut telah diterapkan oleh siswa di tiap kelompok, namun lebih dominan terjadi pada kelompok 4. Meskipun terdapat siswa yang kesusahan baik saat mencari jawaban atau menanggapi pertanyaan dan siswa tersebut tidak bisa menjawab sepenuhnya, siswa yang lain membantu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal yang diucapkan oleh siswa tersebut adalah: “kita saling membantu karena kami punya sebuah batasan, dan kami menghargai keterbatasan itu” Kalimat di atas adalah kalimat yang diucapkan oleh salah satu siswa yang mencoba untuk memahami keterbatsan yang dimiliki oleh siswa yang lain. Pemaparan untuk peningkatan kreativitas pada indikator “menghargai”, akan dijelaskan sebagai berikut: 127 Tabel 27: Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 20 2 Sedang 12 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indik ator “menghargai”, pada katagori “tinggi” sebanyak 20 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 12 siswa. Kreativitas siswa pada indikator “menghargai” telah mengalami peningkatan dan jauh lebih baik dari pada siklus sebelumnya. Tabel 28: Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 1” No Indikator Tinggi Sedang Rendah Jumlah Siswa 1 Indikator 1 17 15 32 2 Indikator 2 21 11 32 3 Indikator 3 18 14 32 4 Indikator 4 21 11 32 5 Indikator 5 20 12 32 Jumlah 97 63 160 128 Setelah dikumpulkan skor peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan 1 dengan jumlah dalam satu kelas adalah 32 siswa. Kemudian hasil tersebut akan dihitung dan diterjemahkan ke dalam skala likert. Untuk mengetahui hasil dari skor variabel , maka akan diuraikan sebagai berikut: Menghitung Nilai Skor Jumlah skor untuk yang menjawab ST = 0 x 5 = Jumlah skor untuk yang menjawab T = 97 x 4 = 388 Jumlah skor untuk yang menjawab S = 63 x 3 = 189 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab R = 0 x 2 = Jumlah skor untuk yang selalu menjawab SR= 0 x 1 = 0 + Jumlah Total = 577 Jumlah skor tertinggi = 5 x 160 = 800 Jumlah skor terendah = 1 x 160 = 160 Berdasarkan hasil di atas, jika melihat hasil dari keseluruhan indikator pada pertemuan 1, maka banyaknya siswa yang mengalami peningkatan kreativitas selama penerapan metode diskusi kelompok silang adalah: 577800 x 100 = 72,125 tergolong tinggi ”. Pertemuan 2 1. Percaya Diri Pada pengamatan dipertemuan 2 ini, tidak ada perbedaan dari pertemuan sebelumnya. Jumlah peningkatan kreativitas siswa dengan katagori “tinggi” menjadi bertambah banyak dibandingkan dengan katagori “sedang”. Jumlah peningkatan kreativitas yang terjadi pada 129 siswa untuk indikator “percaya diri” sudah sangat tinggi dibandingkan pertemuan sebelumnya. kepercayaan diri yang nampak pada siswa membuktikan siswa telah melewati proses panjang untuk meningkatkan sikap percaya dirinya dari awal penerapan metode ini sampai sekarang. Jumlah siswa yang mengalami peningkatan pada indikator “percaya diri” untuk pertemuan 2 ini sangat besar. Setiap pertemuannya siswa menjadi semakin lebih baik. Peningkatan pada indikator tersebut, pemaparannya akan dijelaskan sebagai berikut: Tabel 29: Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 25 2 Sedang 7 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indik ator “percaya diri”, pada katagori “tinggi” sebanyak 25 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 7 siswa. Peningkatan kreativitas siswa pada indikator “percaya diri” telah mengalami peningkatan yang tinggi. 130 2. Berfikir Di Luar Kotak Pada pertemuan ini, peningkatan siswa tidak berbeda dari pertemuan sebelumnya. Siswa pada pertemuan sebelumnya telah mengalami peningkatan dengan baik, siswa berhasil memecahkan berbagai masalah “kenapa hal tersebut dapat terjadi” dan “bagaimana solusi untuk menyelesaikannya” dengan cara yang berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Pada pertemuan ini, untuk jumlah siswa yang mengalami peningkatan sangat tinggi dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Peningkatan kreativitas siswa pada indikator ini, pemaparannya akan dijelaskan sebagai berikut: Tabel 30: Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Di Luar Kotak” No Katagori Jumlah 1 Tinggi 24 2 Sedang 8 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indikator “berfikir di luar kotak”, pada katagori “tinggi” sebanyak 24 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 8 siswa. P eningkatan kreativitas siswa pada indikator “berfikir diluar kotak” telah mengalami peningkatan yang tinggi. 131 3. Menjadi Pelopor Pada pertemuan ini, peningkatan kreativitas pada indikator “menjadi pelopor” tidak berbeda jauh dari pertemuan sebelumnya. Jika pada pertemuan sebelumnya siswa telah menunjukkan bagaimana siswa mampu menjadi seseorang yang tidak suka meniru tapi lebih suka menjadi dirinya sendiri, pada pertemuan ini jumlah siswa untuk indikator tersebut telah mengalami peningkatan. Siswa menunjukkan bahwa, siswa bisa menjadi lebih baik karena siswa mengerti akan hal pada dirinya, sehingga apa yang dilakukan belum tentu bisa dilakukan orang lain. Peningkatan pada indiktaor ini, jumlah siswa yang mengalami peningkatan, akan dijelaskan sebagai berikut: Tabel 31: Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 25 2 Sedang 7 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indik ator “menjadi pelopor”, pada katagori “tinggi” sebanyak 25 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 7 siswa. 132 P eningkatan kreativitas siswa pada indikator “menjadi pelopor” telah mengalami peningkatan yang tinggi. 4. Berani Melawan Arus Pada indikator ini, siswa telah mengalami peningkatan dengan jumlah yang jauh lebih tinggi. Hampir semua siswa pada tiap kelompok telah mengeluarkan sifat beraninya, sehingga keberanian itu membuat siswa mempunyai jalan berfikir yang beda. Pertentangan dan perdebatan yang terjadi pada siswa, merupakan salah satu bentuk perbedaan yang membuat siswa akan selalu mengasah pemahaman untuk bisa terus bertukar pendapat dan pengalaman. Peningkatan pada indikator ini, penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel 32: Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 24 2 Sedang 8 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indik ator “berani melawan arus”, pada katagori “tinggi” sebanyak 24 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 8 siswa. 133 K reativitas siswa pada indikator “berani melawan arus” telah mengalami peningkatan yang tinggi. 5. Menghargai Pada indikator ini, jumlah siswa pada pertemuan kali ini, telah mengalami peningkatan yang besar. Hampir semua siswa pada tiap kelompok telah menunjukkan sikap menghargai, baik dari segi bagaimana siswa menghargai orang lain yang sedang berbicara dan bagaimana siswa menghargai perbedaan baik dalam hal kelebihan maupun kekurangan. Peningkatan pada indikator ini, penjelasannya akan dipaparkan sebagai berikut: Tabel 33: Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” No Katagori Jumlah Siswa 1 Tinggi 29 2 Sedang 3 3 Rendah - Jumlah 32 Hasil tabel di atas mengenai peningkatan kreativitas siswa dari indik ator “menghargai”, pada katagori “tinggi” sebanyak 29 siswa. Sedangkan, pada katagori “sedang” sebanyak 3 siswa. Kreativitas siswa pada indikator “menghargai” telah mengalami peningkatan yang tinggi. 134 Tabel 34: Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 2” No Indikator Tinggi Sedang Rendah Jumlah Siswa 1 Indikator 1 25 7 32 2 Indikator 2 24 8 32 3 Indikator 3 25 7 32 4 Indikator 4 24 8 32 5 Indikator 5 29 3 32 Jumlah 127 33 160 Setelah dikumpulkan skor peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan 2 dengan jumlah dalam satu kelas adalah 32 siswa. Kemudian hasil tersebut akan dihitung dan diterjemahkan ke dalam skala likert. Untuk mengetahui hasil dari skor variabel , maka akan diuraikan sebagai berikut: Menghitung Nilai Skor Jumlah skor untuk yang menjawab ST = 0 x 5 = Jumlah skor untuk yang menjawab T = 127 x 4 = 508 Jumlah skor untuk yang menjawab S = 33 x 3 = 99 Jumlah skor untuk yang selalu menjawab R = 0 x 2 = Jumlah skor untuk yang selalu menjawab SR= 0 x 1 = 0 + Jumlah Total = 607 Jumlah skor tertinggi = 5 x 160 = 800 Jumlah skor terendah = 1 x 160 = 160 135 Berdasarkan hasil diatas, jika melihat hasil dari keseluruhan indikator pada pertemuan 2 peningkatan kreativitas siswa selama penerapan metode diskusi kelompok silang adalah: 607800 x 100 = 75,875 tergolong tinggi ”. Adapun hasil observasi peningkatan kreativitas siswa pada siklus 2 dari kelima indikator peningkatan kreativitas yang sudah disebutkan di atas dan disimpulkan ke dalam tiga katagori tinggi, sedang, rendah yang diringkas dalam sebuah diagram adalah sebagai berikut: Gambar 7: Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa Siklus 2 Berdasarkan diagram dari 2 pertemuan di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Pada pertemuan 1, persentasi keberhasilan metode diskusi kelompok silang memberikan peningkatan yang lebih baik dari pertemuan 3 pada siklus 1. secara individu, meskipun sudah terdapat siswa dari tiap kelompok yang tingkat kreativitasnya berada pada katagori “tinggi”, tapi kali ini peningkatannya 10 20 30 40 50 60 70 80 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Tinggi 75,88 Tinggi 72,13 136 sedikit lebih baik dibanding dengan pertemuan 3 siklus 1 dan dapat dilihat pada diagram berwarna merah, bahwa persentasi peningkatan kreativitas siswa pada pertemuan pertama yaitu “72,125”. 2 Pada pertemuan 2, persentasi keberhasilan metode diskusi kelompok silang mengalami peningkatan yang jauh lebih baik. secara individu, banyak siswa dari setiap kelompok yang tingkat kreativitas pada awalnya tergolong katagori “sedang” meningkat menjadi “tinggi” dan jumlah populasi golongan dengan katagori “tinggi” meningkat lebih besar dari golongan katagori “rendah”. Bisa dikatakan peningkatan pada pertemuan ke-2 ini, adalah peningkatan yang paling baik yang pernah ada. Jika dilihat pada diagram yang berwarna kuning, persentasi peningkatan kreativitas siswa pertemuan 2 naik menjadi “75,875”. Setelah pelaksanaan siklus 2, di akhir pertemuan 2 peneliti melakukan tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang materi yang telah dijadikan sebagai bahan diskusi pada pelaksanaan siklus 2 penerapan metode diskusi kelompok silang. Adapun peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode diskusi kelompok silang, akan dibandingkan dengan tes yang diperoleh berdasarkan data awal sebelum penerapan metode diskusi kelompok silang. Oleh karena itu, pemaparan hasil akan dijelaskan sebagai berikut: 137 Tabel 35: Data Pre Test dan Post Test Peningkatan Hasil Belajar Siswa No Keterangan Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 1 10 - - 1 3,125 2 9 – 8 15 46,875 23 71,875 3 7 8 25 8 25 4 6 – 5 9 28,125 - - 5 4 - - - - Jumlah 32 100 32 100 Berdasarkan tabel diatas mengenai peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan metode diskusi kelompok silang, peneliti akan menguraikan hasil tersebut untuk melihat apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode diskusi kelompok silang. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan software spss v2.2. Sebelum melakukan uji perbandingan data hasil belajar siswa, terdapat output berupa, paired samples, paired samples correlations dan paired sample test. Pemaparannya akan dijelaskan sebagai berikut. Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2 Gambar 8: Output Paired Samples Statistics 138 Berdasarkan output pada gambar 8: Paired Samples Statistics yang didapatkan berdasarkan pengolahan data spss. Pada gambar ini, data yang disajikan berupa Mean, Jumlah Populasi N, Standart Deviation, Standar Error Mean. Mean pada hasil tes menunjukkan peningkatan dari 7,22 menjadi 8,09. Kemudian N adalah total populasi sebanyak 32. Sedangkan standart deviation menunjukkan variasi data tes adalah sebesar 1,184 dan 0,818. Kemudian Standart error mean sendiri berfungsi mengukur seberapa tepatkah nilai mean terhadap hasil pre test dan post test, sehingga diperoleh hasil sebesar 0,209 dan 0,145. Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2 Gambar 9: Paired Samples Correlations Output pada Gambar 9: Paired Samples Correlations didapat berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan software spss. Pada bagian ini digunakan untuk mengetahui hasil korelasi antara kedua variabel tes. Dapat dilihat pada tabel di atas, memiliki Correlation sebesar 0,745 dengan nilai signifikasi p sebesar 0,000 artinya, nilai p 0,05. Jadi artinya terdapat hubungan yang signifikan. 139 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 2.2 Gambar 10: Paired Samples Test Output pada gambar 10: Paired Samples Test didapat berdasarkan pengolahan data spss, untuk memaparkan pada gambar 10, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat sebuah hipotesis. H0 = Kedua rata-rata hasil adalah sama rata-rata hasil pre test dan hasil post test adalah sama atau tidak ada perubahan. H1 = Kedua rata-rata hasil adalah tidak sama rata-rata hasil pre test dan hasil post test adalah tidak sama atau ada perubahan. Berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan t tabel adalah: H0 di tolak jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel. H0 di terima jika t hitung t tabel atau -t hitung t tabel. Diketahui output t hitung adalah -6,241, jika dihitung, maka rumusnya adalah: = = -6,241 140 Untuk menentukan t tabel adalah dengan cara a = 5:2 = 2,5 uji 2 sisi dengan derajat kebebasan df n-1 atau 32-1 = 31. Dengan pengujian 2 sisi signifikansi = 0,025 hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,039. Untuk membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas terdapat kriteria pengujian yaitu: H0 di tolak jika t hitung t tabel atau -t hitung - t tabel. H0 di terima jika t hitung t tabel atau -t hitung t tabel. H0 ditolak jika P value 0,05. H0 diterima jika P value 0,05. Nilai: t hitung t tabel = 6,241 2,039. -t hitung -t tabel = -6,241 -2,039. P value 0,000 0,05. Jika dilihat pada gambar 10, bahwa sig. 2-tailed 0,000 dengan nilai t hitung -6,231. Oleh karena itu p 0,05 maka H0 ditolak dan terima H1, Artinya “ada peningkatan antara rata-rata hasil pre test sebelum penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang dengan rata-rata hasil post test setelah penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang ”. Berdasarkan peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa, terdapat tahapan pemahaman yang telah dicapai siswa selama pelaksanaan metode diskusi kelompok silang. Tahapan ini merupakan salah satu alasan, bahwa siswa belajar bukan hanya sebatas menghafal lalu mendapatkan hasil belajar yang baik, tapi siswa dapat memahami 141 materi yang diberikan, sehingga hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan kemampuan siswa tersebut. Terdapat indikator tahapan belajar menurut Arno F.Wittig, 1981: 30 1 perolehanpenerimaan informasi, 2 penyimpanan informasi, 3 mendapatkan kembali informasi. Pemaparan tiga indikator tahapan tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap PerolehanPenerimaan Informasi Berdasarkan indikator pada pelajaran IPS, siswa diberikan tiga materi berdasarkan yang telah dibuat sebagai perolehanpenerimaan informasi awal siswa, yaitu: a analisis kebijakan pemerintah dalam menghadapi masalah tenaga kerja, b Analisis tentang peningkatan mutu tenaga kerja. Setelah melaksanakan diskusi selama pertemuan, siswa dapat menunjukkan peningkatan pemahaman yang semakin baik berdasarkan perilaku yang ditunjukkan. Siswa dapat memahami materi, baik dalam menganalisis kebijakan pemerintah dan cara pemerintah meningkatkan mutu tenaga kerja. Sehingga dari pemahaman yang diperoleh, siswa dapat mengasimilasikan antara pemahaman yang dimiliki dengan perilaku yang ditunjukkan. b. Tahap Penyimpanan Informasi Pada tahapan ini, selama pertemuan dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa, pada akhirnya siswa ditiap kelompok semakin baik untuk dapat selalu mengingat apa yang telah dipelajarinya. Hal yang membuat siswa dapat mengingat semua yang telah dipelajarinya, 142 karena siswa selama diskusi menggunakan kebebasan berfikir atau berfikir di luar kotak, sehingga siswa dapat memahami setiap masalah pada materi yang diberikan dengan cara yang berbeda sesuai dengan cara berfikir siswa tersebut. Secara tidak langsung antara siswa satu dengan siswa yang lain memiliki cara berbeda dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. c. Tahap Mendapatkan Kembali Informasi Pada tahapan ini, peneliti mengamati baik diskusi yang telah dilakukan atau hasil belajar dari tes yang diberikan, membuat semua siswa dapat mengingat segalanya dengan baik dari apa yang telah dipelajari dan dipahami. Semua ingatan sudah tidak disimpan di short term memory tapi di long term memory. Jadi, baik saat ditanya atau diberikan sebuah tes tentang permasalahan yang telah dibahas, siswa dapat dengan mudah menjawabnya, sehingga hasil belajar yang diperoleh bukan sekedar nilai yang baik atas dasar hafalan, tapi pemahaman yang telah ditempa sebaik mungkin selama proses pembelajaran diskusi berlangsung. 4. Refleksi Dan Tindak Lanjut Refleksi dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan penerapan metode diskusi kelompok silang dalam upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus 2, peningkatan kreativitas yang 143 ditunjukkan siswa telah mencapai pada tahapan yang diharapkan yaitu perolehan persentase 75 dengan jumlah perbandingan siswa pada katagori “tinggi” lebih besar dari pada katagori “sedang” dan sudah tidak ada lagi siswa dengan katagori “rendah”. Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh peningkatan kreativitas siswa dalam segi pemahaman saat diskusi pada mata pelajaran IPS dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya metode diskusi kelompok silang. Jadi, karena menurut peneliti hasil yang dicapai sudah mencapai pada tahapan yang diharapkan, maka sudah tidak memerlukan lagi tindakan siklus 3.

B. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii Di Smp Giri Taruna

0 6 14

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN

2 46 104

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 01 Ketanggungan Brebes pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Melalui Diskusi Dalam Kelompok Kelompok Kecil

0 21 52

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN Peningkatan Kreativitas Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Bulakan 02 Keca

0 1 16

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN METODE DISKUSI PANEL PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI 067097 MEDAN.

0 1 19

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP HAMONG PUTERA NGAGLIK.

0 0 197

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA ... 1 SM

0 4 6

UPAYA MENINGKATKAN KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE DISKUSI KELAS IV SD NEGERI 1 MAKAM

0 0 16