PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK SILANG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA.

(1)

i

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK SILANG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Muhammad Wahyu Imansyah Kamil NIM 11105241020

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Jatuh dan mengalami kegagalan adalah hal menyakitkan yang biasa dilakukan. Namun, ini bukan soal berapa kali kita terjatuh dan gagal.

Tapi, ini soal bagaimana kita bangkit dan terus mencoba. (Jack Murdock)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Sembah syukur ku kepada Tuhan YME atas segala rakhmat dan hidayahnya yang telah memberikan ku kekuatan, kesehatan dan kesabaran dalam mengerjakan

tugas akhir skripsi ini.

Aku persembahkan cinta dan sayang ku kepada kedua orang tua yang telah memberikan do’a, motivasi dan inspirasi tiada hentinya kepada ku.

Aku persembahkan kepada dosen ku, terutama pembimbing ku yang tak pernah lelah dan sabar memberikan pedoman dan arahan kepada ku.


(7)

vii

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK SILANG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA

Oleh

Muhammad Wahyu Imansyah Kamil NIM 11105241020

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode diskusi kelompok silang dan mengetahui apakah ada peningkatan kreativitas siswa dengan indikator pengamatan, yaitu percaya diri, berfikir di luar kotak, berani melawan arus, menjadi pelopor, dan menghargai. Pada peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS dengan 3 indikator tahapan pencapaian pemahaman belajar, yaitu tahap penerimaan dan perolehan informasi, tahap penyimpanan informasi, dan tahap mendapatkan kembali informasi, setelah diterapkannya Metode Diskusi Kelompok Silang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian yang digunakan memiliki beberapa tahap, yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi. Sedangkan, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes berupa pre test dan post test soal pilihan ganda, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Perolehan data yang dianalisis berupa data kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelititan ini telah divalidasi berdasarkan data empirik yang kemudian diolah dengan menggunakan software SPSS untuk mengetahui kevalidan data yang diperoleh dari lapangan.

Dari hasil penelitian tindakan kelas, peningkatan kreativitas siswa pada siklus 1 berdasarkan penerapan metode pada pertemuan 1, yaitu 47,63%, pertemuan 2 meningkat menjadi 53,75%, dan pertemuan 3 meningkat menjadi 64%. Hasil belajar siswa berdasarkan tes setelah penerapan metode yang dilakukan pada siklus 1 jika dilakukan perbandingan dengan data awal hasil belajar siswa berdasarkan tes sebelum penerapan metode yang dilakukan, rata-rata awal hasil belajar siswa, yaitu 40 meningkat sesuai dengan harapan yang dicapai menjadi 60. Pada siklus 2 berdasarkan penerapan metode pada pertemuan 1, yaitu 72,13%, pada pertemuan 2 meningkat sesuai dengan harapan menjadi 75,88%. Sehingga, jika dilakukan perbandingan pada siklus 1 peningkatan kreativitas siswa sebesar 64% maka pada siklus 2 meningkat sesuai dengan harapan menjadi 75,88%. Hasil belajar siswa yang diperoleh berdasarkan tes pada siklus 2 jika dibandingkan dengan perolehan data hasil belajar siswa pada data awal yang diperoleh, maka rata-rata awal hasil belajar siswa, yaitu 40 dan meningkat sesuai dengan harapan menjadi 60.

Kata kunci: metode diskusi kelompok silang, peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa, mata pelajaran IPS SMP kelas VIII


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang Dalam Upaya Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran IPS SMP Negeri 6 Yogyakarta” dengan lancar.

Maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar tingkat sarjana strata I di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini hingga terselesaikannya, penulis tidak terlepas dari bantuan, bimbingan saran-saran serta motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kelanjutan studi sehingga dapat menyelesaikan studi Di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian sampai selesainya skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ijin, masukan, dan fasilitas dalam melancarkan proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak M. Djauhar Siddiq, M.Pd. selaku pembimbing 1 dan Bapak Estu Miyarso, M.Pd. selaku pembimbing 2 yang dengan penuh kesabaran


(9)

ix

telah meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga untuk membimbing, memotivasi, memberikan arahan, serta saran dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Retna Wuryaningsih, S.Pd. selaku kepala sekolah yang telah berkenan memberikan izin agar terlaksananya penelitian ini dan Ibu Erningsih, S.Pd. selaku sebagai ahli materi dan penindak lapangan yang telah berkenan membantu berjalannya penelitian tindakan kelas ini. 6. Siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta yang telah bekerja keras

untuk ikut berkontribusi demi terlaksananya penelitian ini.

7. Bapak, ibu dan Adikku tersayang yang senantiasa memberikan semangat dan doa yang tiada henti hingga terselesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman yang telah membantu, terima kasih atas semangat dan bantuan yang selalu kalian berikan, mungkin penulis bukanlah teman bagi kalian, tapi lebih tepatnya kita saling mengenal dan pernah membuat memori bersama.

Ucapan terimakasih beriring doa semoga kita semua selalu dalam perlindungan-Nya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Yogyakarta, 11 Januari 2016


(10)

x DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Tentang Metode ... 8

B.Tinjauan Tentang Pembelajaran ... 9

C.Tinjauan Metode Pembelajaran ... 12

D.Tinjauan Tentang Diskusi ... 18

E. Tinjauan Diskusi Kelompok ... 21

F. Tinjauan Diskusi Kelompok Silang ... 25

G.Tinjauan Tentang Kreativitas Belajar ... 30

H.Tinjauan Tentang Mata Pelajaran IPS ... 39

I. Tinjauan Tentang Karakter Siswa SMP ... 42

J. Tinjauan Tentang Hasil Belajar ... 45

K.Kerangka Berfikir ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 52

B.Desain Penelitian ... 53

C.Tempat Penelitian ... 58

D.Subjek Dan Objek Penelitian ... 59

E. Teknik Pengumpulan Data ... 59

F. Instrumen Penelitian ... 60

G.Teknik Analisis Data ... 65


(11)

xi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ... 72

1. Penelitian Tindakan Siklus 1 ... 72

2. Penelitian Tindakan Siklus 2 ... 114

B.Pembahasan ... 143

1. Hasil Penerapan Metode ... 143

2. Hasil Belajar Setelah Penerapan Metode ... 150

3. Kendala Penerapan Metode ... 153

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 155

B.Saran ... 156

DAFTAR PUSTAKA ... 158


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Observasi ... 61

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Soal Pre Test Dan Post Test ... 64

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Item Instrumen Observasi ... 70

Tabel 4. Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” ... 82

Tabel 5. Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Diluar Kotak” ... 84

Tabel 6. Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” ... 85

Tabel 7. Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” ... 86

Tabel 8. Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” ... 87

Tabel 9. Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 1” ... 88

Tabel 10.Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” ... 90

Tabel 11.Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Diluar Kotak” ... 92

Tabel 12.Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” ... 93

Tabel 13.Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” ... 95

Tabel 14.Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” ... 96

Tabel 15.Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 2” ... 97

Tabel 16.Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” ... 99

Tabel 17.Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Diluar Kotak” ... 100

Tabel 18.Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” ... 101

Tabel 19.Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” ... 103

Tabel 20.Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” ... 104

Tebel 21.Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 3” ... 104

Tabel 22.Data Pre Test Dan Post Test Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 107

Tabel 23.Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” ... 122

Tabel 24.Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Diluar Kotak” ... 123

Tabel 25.Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” ... 124

Tabel 26.Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” ... 125

Tabel 27.Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” ... 127

Tabel 28.Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 1” ... 127

Tabel 29.Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” ... 129

Tabel 30.Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Diluar Kotak” ... 130

Tabel 31.Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” ... 131

Tabel 32.Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” ... 132

Tabel 33.Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” ... 133

Tabel 34.Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 2” ... 134


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Befikir ... 51

Gambar 2. Siklus Model Penelitian Tindakan Kelas ... 58

Gambar 3. Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa Siklus 1 ... 106

Gambar 4. Output Paired Samples Statistics ... 108

Gambar 5. Paired Samples Correlations ... 108

Gambar 6. Paired Samples Test ... 108

Gambar 7. Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa Siklus 2 ... 135

Gambar 8. Output Paired Samples Statistics ... 137

Gambar 9. Output Samples Correlations ... 138


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Tabel Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa ... 160

Lampiran 2. Lembar Soal Pre Test Dan Post Test ... 165

Lampiran 3. Tabel Nilai Pre Test Dan Post Test ... 167

Lampiran 4. Lembar Soal Pre Test Dan Post Test ... 168

Lampiran 5. Tabel Nilai Pre Test Dan Post Test ... 170

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 171

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa ... 177

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian ... 180


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Saat ini perlu diketahui dalam sebuah kegiatan pembelajaran terdapat komponen-komponen penting yang dipastikan sudah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Komponen tersebut adalah peserta didik, pengajar, tujuan pembelajaran, metode mengajar, dan media. Dari yang sudah disebutkan, terdapat satu komponen yang sangat penting dalam melaksankan kegiatan pembelajaran, komponen tersebut adalah pengajar. Pengajar adalah orang yang telah diberikan haknya untuk memberikan sebuah ilmu kepada seseorang yang di belajarkan. Pengajar bisa menjadi panutan untuk orang diajarkan bahkan, pengajar bisa membuat seseorang yang diajarkan menjadi orang yang jauh lebih baik dalam hal apapun, baik secara pemikiran maupun perbuatan.

Peningkatan mutu pendidikan dalam meningkatkan minat belajar, berkaitan erat dengan peningkatan mutu kegiatan pembelajaran. Salah satu kunci keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah ditentukan oleh keterampilan pengajar dalam menyampaikan bahan pelajaran. Penerapan metode mengajar yang bervariatif dan penyampaian materi secara menarik, dapat membuat siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman secara optimal. Sehingga, siswa dapat menemukan alasan rasional untuk bersikap lebih positif terhadap mata pelajaran yang sedang diberikan.


(16)

2

Ketika seorang pengajar melaksanakan kegiatan pembelajaran, hal yang harus dilakukan pertama kali sebelum memberikan materi pelajaran adalah menentukan metode apa yang harus dipakai dalam menyampaikan materi pembejaran tersebut. Tapi, terdapat hal penting yang dilupakan pengajar saat memberikan materi pelajaran, yaitu menerapkan metode tanpa memberikan rangsangan kreativitas saat belajar. Jika pengajar dalam menerapkan metode dapat memberikan rangsangan kreativitas dengan baik, materi pelajaran yang diberikan akan mudah diterima dan dipahami oleh siswa.

Jika hal penting seperti itu tidak diperhatikan oleh para pengajar akibatnya, materi penting yang harusnya dipahami oleh siswa menjadi susah diterima karena pengajar yang masih setengah-setengah dalam menerapkan metode belajar. Tapi, faktanya banyak pengajar beranggapan menurunnya hasil belajar siswa, karena kurang sesuai penerapan metode belajar yang diterapkan. Pengajar seharusnya menentukan dahulu penerapan metode belajar seperti apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan suatu metode belajar tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Sehingga ketika metode itu diterapkan, siswa dengan sendirinya akan bergerak dan memunculkan kreativitas belajarnya untuk berusaha menerima dan memahami materi belajar yang diberikan.

Suprihadi Saputro, (2004: 18) secara implementatif metode belajar dilaksanakan sebagai teknik, yaitu pelaksanaan sesungguhnya yang dilakukan pengajar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang baik. Jika, hal yang


(17)

3

sudah dijelaskan tidak diperhatikan dan dijalankan dengan baik maka, pemahaman dan hasil belajar siswa tidak sesuai harapan. Hasil belajar yang diperoleh dapat dikatakan sudah cukup baik tapi, berdasarkan hasil observasi awal di SMP Negeri 6 Yogyakarta, hal yang telah ditemukan adalah kreativitas dan hasil belajar siswa yang dianggap belum bisa memberikan dukungan antara pemahaman yang dimiliki siswa dengan hasil belajar yang diperoleh.

Kreativitas sangat penting sekali dalam mendukung tercapainya hasil belajar, meski diketahui bahawa tidak ada keterkaitan antara kreativitas siswa dengan hasil belajar yang diperoleh. Perlu disadari kenapa peningkatan kreativitas belajar dapat memberikan hasil belajar yang baik, karena dengan memahami atau berusaha melakukan sesuatu dapat melengkapi kekurangan belajar dengan materi yang bersifat hafalan. Hasil pengamatan awal yang telah dilakukan menyatakan bahwa, penurunan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta saat pelajaran IPS dianggap kurang memuaskan. Karena kreativitas siswa yang kurang menonjol, membuat siswa hanya memfokuskan diri dengan gaya belajar hafalan. Mendapatkan hasil belajar yang baik merupakan tujuan yang harus dicapai tetapi, ketercapaian hasil belajar harus disesuaikan dengan pemahaman yang didapatkan sebagai bukti proses belajar yang dilakukan siswa telah berhasil. Dengan menerapkan metode yang dapat merangsang kreativitas, siswa akan mencoba hal baru yang membuatnya ingin terus berkembang maju. Sehingga, semakin meningkatnya kreativitas, siswa dapat menciptakan dan melahirkan pemahaman yang berbeda dengan siswa yang lain.


(18)

4

Berdasarkan analisis pada paragraf sebelumnya, peneliti berusaha memberikan usaha kepada para siswa untuk menerapkan metode belajar yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar. Jadi, harapan yang dicapai nantinya siswa bukan hanya mendapatkan hasil belajar yang baik tetapi, peningkatan kreativitas siswa yang dapat memberikan pemahaman jauh lebih baik. Hal yang dapat dibenarkan dalam belajar adalah belajar bukan soal nilai tetapi, bagaimana memahami apa yang sudah didapatkan. Belajar kognitif memberikan sebuah ingatan dan kreativitas memberikan ungkapan.

Seperti yang telah dijelaskan, peneliti mengupayakan metode belajar yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Metode belajar yang digunakan adalah Metode Diskusi Kelompok Silang. Pada latar belakang ini, peneliti hanya menjelaskan metode diskusi secara pandangan umum dan pandangan khususnya akan dijelaskan pada landasan teori. Secara pandangan umum, diskusi merupakan salah satu metode yang menekankan siswa untuk berfikir kritis pada masalah atau materi dan mampu memberikan segala pendapat dan masukan terhadap materi yang diberikan. Karena dasar dari metode diskusi ini adalah siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah hingga berakhir dengan solusi yang disepakati bersama dengan kelompok diskusinya.


(19)

5 B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Penerapan metode belajar yang kurang memberikan rangsangan kreativitas yang membuat siswa sulit memahami dan menerima materi yang telah diberikan oleh pengajar.

2. Akibat kreativitas siswa yang kurang, siswa hanya menekankan pada gaya belajar menghafal pada materi yang diberikan, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan dan tidak dapat membuktikan bahwa siswa memahami materi yang telah diberikan. 3. Meskipun sebelumnya telah diterapkan metode belajar yang bertujuan

meningkatkan kreativitas dan hasil belajar, peneliti hanya melihat peningkatan pada hasil belajar tanpa mengetahui peningkatan siswa dalam segi pemahaman, sikap ataupun perbuatan yang dilakukan. C.Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang dalam upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa?

2. Apakah ada peningkatan pada kreativitas belajar siswa setelah diterapkannya Metode Diskusi Kelompok Silang?

3. Apakah ada peningkatan terhadap hasil belajar siswa setelah diterapkannya Metode Diskusi Kelompok Silang.


(20)

6 D.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian dan penyusunan Skripsi ini antara lain:

1. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang dalam upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.

2. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas belajar siswa setelah penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang berdasarkan hasil olah data yang didapatkan.

E.Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk pengembangan keilmuan dibidang pembelajaran IPS.

b. Untuk menambah khasanah kajian ilmiah dalam penerapan metode pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Siswa

Skripsi ini menjadi bahan masukan, saran dan informasi untuk menunjukkan bahwa, menciptakan belajar yang menyenangkan


(21)

7

akan membantu merangsang kreativitas yang dapat membantu memberikan pemahaman terkait masalah atau materi yang diberikan sehingga, hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan harapan.

b. Manfaat Bagi Pengajar

Skripsi ini menjadi acuan atau refrensi tambahan untuk terus meningkatkan gaya belajar kreatif yang lebih baik. Menerapkan metode belajar yang menarik dapat merangsang siswa untuk belajar kreatif dan juga memberikan hasil belajar yang lebih baik.

c. Manfaat Bagi Mahasiswa

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana serta untuk menambah pengetahuan dan pengalaman baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.


(22)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Tentang Metode

Surachman dalam Suryo Subroto, (1997: 148) metode adalah pelaksanaan proses pengajaran yang dilakukan secara teknis yang diberikan kepada siswa. Alipadie, (1984: 72) mengajar yang menggunakan banyak cara dan dilakukan secara tepat oleh pengajar akan merangsang minat dan hasil belajar pada siswa.

Zuhairini dalam Nasution, (2001: 40) kemampuan mengajar dengan menggunakan metode yang tepat merupakan tuntutan yang harus dipenuhi pengajar. Saat memilih metode, pengajar harus memperhatikan beberapa hal penting, yaitu:

1. Metode yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan pengajar. 2. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia. 3. Saat proses belajar, penggunaan metode disesuaikan pada materi yang

sedang diajarkan.

4. Penggunaan metode yang tidak tepat, akan menyebabkan siswa cepat bosan untuk belajar dan menjadi pasif, sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang memuaskan.

Metode dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan, atau bisa dikatakan metode juga sebagai upaya untuk menerapkan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Jika melihat dalam lingkup


(23)

9

pembelajaran, metode merupakan suatu praktis yang memiliki orientasi pada tujuan yang akan dicapai. Metode merupakan cara untuk mencapai tujuan yang memerlukan pengetahuan agar tujuan tersebut dapat tercapai. Sehingga, perumusan tujuan merupakan persyaratan penting sebelum pengajar menentukan dan memilih metode. Memilih metode yang tepat akan merangsang kreativitas dan minat siswa. Semakin banyak variasi metode mengajar yang diberikan kepada siswa, maka rangsangan kreativitas dan minat siswa untuk belajar semakin besar.

Tinjauan tentang pengertian metode bebas diungkapkan dan tidak memiliki batasan yang jelas. Contoh yang dapat menjelaskan hal ini adalah, tanpa adanya penugasan terlebih dahulu kelompok siswa diminta untuk mencari pengertian dari metode. Jumlah pengertian metode akan bervariasi antara siswa satu dengan siswa lainnya. Perbedaan tersebut bukan berarti siswa tidak memahami pengertian metode akan tetapi, menunjukkan banyaknya pengertian dan penafsiran tentang metode.

B.Tinjauan Tentang Pembelajaran

Gagne dan Briggs, (1979: 3) pembelajaran bisa didefinisikan sebagai proses interaksi siswa dengan pengajar dan sumber belajar pada suatu lingkungan. Namun, terdapat suatu sistem yang bertujuan untuk membantu siswa dalam proses belajar yang berisi serangkaian peristiwa yang telah dirancang untuk mendukung sebuah proses belajar. Purwadinata, (1967: 22) istilah pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pengajaran.


(24)

10

Dari yang telah diungkapkan oleh Purwadinata, pembelajaran mempunyai persamaan kata belajar atau mengajar. Dengan demikian, pembelajaran dapat diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh pengajar). Jadi, kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder dengan maksud dan tujuan agar terjadi kegiatan belajar yang optimal.

Pembelajaran merupakan hal yang dapat ditemukan dimana pun dan dianggap masih baru. Banyak yang memandang sebuah pembelajaran hanya terjadi di sekolah dan terdapat sebuah proses interaksi siswa dengan pengajar beserta sumber belajarnya. Kegiatan ini, pada akhirnya dijadikan sebuah panutan bagi semua orang. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pengajar agar terjadi proses perolehan ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

Jika melihat perspektif pembelajaran di sekolah, banyak pengajar memberikan bahan ajar kepada siswa agar dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objek yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor). Pembelajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja.


(25)

11

Dalam (KBBI), pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar

berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang lain. Lalu ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi

pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara atau upaya membuat seseorang mau belajar.

Bruner dalam Nur, (2000: 15) dalam keilmuan teknologi pendidikan kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen, yaitu:

1. Siswa, merupakan seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan menelaah.

2. Pengajar, merupakan seorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

3. Tujuan, merupakan pencapaian dari proses yang telah dilakukan. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila, pembelajaran tersebut mampu memberikan perubahan perilaku pada objek yang diajarkan (kognitif, psikomotorik, afektif).

4. Materi Pelajaran, segala bentuk informasi berupa prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. Metode, cara yang digunakan untuk membantu berjalannya proses untuk mencapai tujuan.


(26)

12

7. Evaluasi, langkah akhir yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasil yang diperoleh.

Jika ditarik kesimpulan tentang tinjauan pembelajaran dari pendapat di atas, pembelajaran merupakan kegiatan untuk membuat siswa belajar dan memberikan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar. Sehingga, siswa dapat memberikan perubahan baru baik untuk sekarang atau dimasa yang akan datang.

C.Tinjauan Metode Pembelajaran

Syaiful Bahri Djamarah, (2000: 194) metode pembelajaran merupakan suatu cara bagaimana pengajar harus mampu membaca keadaan agar penggunaan metode pembelajaran dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Nana Sudjana, (2005: 76) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan pengajar dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.

Benny A. Pribadi, (2009: 11) tujuan metode pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membuat siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan, proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik.

Sudjana, (1989: 30) untuk mencapai tujuan yang diharapkan, metode pembelajaran mempunyai komponen yang diperlukan, yaitu materi yang akan disampaikan, alat dan bahan penilaian. Metode pembelajaran yang digunakan pengajar hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu singkat atau waktu lama.


(27)

13

Hal yang dapat terjadi jika pengajar menjalankan metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan kondisi yang tepat maka, jangan salahkan siapapun jika hasil yang didapatkan siswa jauh dari harapan. Dampak yang telah didapat, terkadang dapat dirasakan secara langsung (instructional effect) atau dapat dirasakan dalam waktu yang lama (nurturant effect).

Tinjauan tentang metode pembelajaran tidaklah terlalu rumit, dalam keilmuan teknologi pendidikan metode pembelajaran merupakan cara yang telah dirancang sebaik mungkin dan dilaksanakan dengan upaya dapat mempermudah pengajar memberikan materi yang diajarkan kepada siswa.

Adanya aturan formal dan prosedur saat menerapkan metode pembelajaran, dianggap mempersulit pengajar untuk berintraksi bebas dengan siswa yang diajar. Seharusnya, metode pembelajaran yang dilaksanakan dapat memunculkan interaksi dan rangsangan kreativitas yang baik antara pengajar dengan siswa. Jika hal tersebut dapat dipenuhi, maka seorang pengajar bisa menyalurkan segala materi yang diberikan kepada siswa. Cara terbaik yang dilakukan adalah menciptakan kesan baik kepada siswa, agar hubungan antara pengajar dan siswa terjalin dengan baik layaknya seorang teman.

Kemudian, terdapat hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pengajar tentang bagaimana cara pengajar membuat konsep belajar yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa, agar siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Depdiknas (2002: 5) terdapat tujuh komponen utama pembelajaran, yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, komunitas


(28)

14

belajar, pemodelan, penilaian sebenarnya, pengumpulan data. Dari beberapa penjelasan tentang pendekatan kontekstual memiliki tujuan, antara lain:

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan sebuah landasan pengetahuan siswa yang dibangun secara bertahap dan hasil yang diperoleh melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya sebuah fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat, melainkan siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut dan barulah memberi makna melalui pengalaman yang nyata.

Dengan dasar berfikir tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi

proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif selama proses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat kegiatan. Untuk itu, tugas pengajar adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa. b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan

idenya sendiri.

c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.

d. Melupakan semua hal yang tidak bisa dilakukan dan fokus pada hal yang bisa dilakukan.


(29)

15 2. Menemukan

Menemukan merupakan bagian pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, dimana siswa diajarkan untuk menemukan masalah sendiri dan menyelesaikan masalah itu sendiri. Karena pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki itulah yang akan membuat siswa bisa menemukan gaya belajarnya sendiri. Oleh sebab itu, proses pembelajaran yang dirancang pengajar harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Secara prosedur, langkah pembelajaran dimulai dengan merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan.

3. Bertanya

Bertanya merupakan strategi utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan pengajar untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Hal yang seharusnya dilakukan pengajar sebelum memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang diberikan, sebaiknya pengajar tidak memaksakan kehendak jika menemukan siswa yang sedikit bicara, biarkan pengajar fokus bertanya pada siswa yang banyak bicara. Setelah dilakukan, barulah pengajar memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk:

a. Menggali informasi yang dipahami siswa. b. Mengetahui tingkat pemahaman siswa.


(30)

16

d. Mengetahui sejauh mana keinginan siswa untuk mencari tahu hal yang diinginkan.

e. Mengetahui apa yang menjadi tujuan siswa pada kompetensi yang ingin dicapai.

4. Komunitas Belajar

Komunitas Belajar merupakan teknik yang menjalin sebuah hubungan pertemanan dengan saling bertukar pikiran agar semakin dalam pengetahuan yang diperoleh. Teknik pembelajaran ini diperolah dengan cara bekerjasama. Hasil belajar diperoleh melalui share antara teman, antara kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini dapat terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan. Dalam praktiknya, komunitas belajar dapat dilakukan dengan bermacam cara diantaranya: a. Pembentukan kelompok kecil.

b. Pembentukan kelompok besar. c. Mendatangkan ahli ke dalam kelas. d. Bekerja dengan kelas lain yang sederajat.

e. Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya dan bahkan bisa dilakukan dengan masyarakat.


(31)

17 5. Pemodelan

Pemodelan adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menampilkan model yang bisa dilihat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam praktiknya pengajar bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang disampaikan akan menjadi standar kompetensi yang akan dicapai, jika pengajar tidak mampu menjadi model, jangan sekali-kali memaksakan diri. Pengajar dapat mendatangkan model dari luar. Model tersebut bisa dari siswa yang dianggap mampu, atau membawa pakar ke dalam kelas. Bisa juga model yang digunakan berasal dari luar sekolah, atau pihak siswa dan pengajar yang pergi berkunjung dimana model yang ingin dipelajari itu berada.

6. Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang telah dilakukan di masa lalu. Refleksi adalah cara untuk mengingat kembali segala sesuatu yang telah dikerjakan sebelumnya. Refleksi sendiri merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Tujuan dari kegiatan refleksi ini adalah untuk melihat sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat terus diingat oleh siswa. Oleh karena itu, kegiatan refleksi harus dilakukan sebelum pengajar mengakhiri proses pembelajaran pada setiap pertemuannya.

7. Pengumpulan Data

Merupakan proses pengumpulan berbagai hal yang bisa memberikan gambaran. Kegiatan ini, merupakan salah satu cara dimana kemampuan bisa


(32)

18

dilihat dan dinilai melalui karya atau hasil kerjanya. Kegiatan yang dilakukan pengajar untuk mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila dari hasil pengumpulan data ini diketahui siswa mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka pengajar harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan tinjauan tentang metode pembelajaran yang dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan pengajar untuk membantu siswa berinteraksi dan merangsang kreativitas saat proses belajar, agar siswa dapat menerima materi yang diberikan pengajar dengan baik dan bisa mencapai hasil yang diharapkan. D.Tinjauan Tentang Diskusi

Sebelum membahas tinjauan tentang diskusi, terlebih dahulu mengetahui epistimologi tentang kata diskusi itu sendiri. Diskusi berasal dari bahasa latin, yaitu discutio atau discutium yang bermakna bertukar pikiran. Namun, yang perlu dipahami adalah tidak semua kegiatan bertukar pikiran bisa disebut dengan diskusi. Lebih jelasnya diskusi merupakan kegiatan bertukar pikiran yang terarah, ada proses berjalannya dan ada hasil yang dicapai. Diskusi dilakukan bertujuan untuk memperoleh kesepakatan dan keputusan bersama tentang suatu masalah. Unsur terpenting dalam diskusi adalah adanya forum tanya jawab.


(33)

19

Muhibbin Syah, (2000: 15) diskusi merupakan metode mengajar yang erat hubungannya dengan pemecahan suatu masalah. Metode ini juga lazim disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi bersama.

Diskusi dalam pelaksanaan memiliki dua macam bentuk, yaitu diskusi kelompok kecil dimana hanya melibatkan sedikit orang dalam pelaksanaan dan diskusi kelas dimana kegiatannya melibatkan semua siswa di dalam kelas, baik dipimpin langsung oleh pengajar atau dilaksanakan oleh beberapa pemimpin diskusi yang dipilih langsung oleh siswa dengan tujuan untuk memberikan sedikit dorongan kepada siswa, agar dapat berkomunikasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki, serta mengajarkan bagaimana bersikap saling menghormati dan tenggang rasa terhadap keragaman pendapat dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

Secara umum, pelaksanaan teknis diskusi dibagi menjadi dua jenis, yaitu diskusi formal dan diskusi non formal. Kedua jenis diskusi tersebut memiliki unsur seperti materi, pelaksana dan perlengkapan. Muhibbin Syah, (2000: 15) diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar maka, penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Mendorong siswa untuk berfikir kritis.

2. Mendorong siswa untuk mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

3. Mendorong siswa untuk menyumbangkan buah fikir dalam memecahkan masalah.


(34)

20

4. Mengambil beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang ada.

Sagala, (2003: 208) diskusi memiliki dasar penting, artinya diskusi itu tidak hanya sekedar dijalankan tapi juga harus memperhatikan faktor internal dari tiap anggota yang berdiskusi, dasar metode diskusi antara lain:

a. Dasar Metode Diskusi:

1. Harus dapat menciptakan suasana akrab antara anggota kelompok. 2. Perlu mengenal karakter, perilaku dan watak setiap individu agar dapat

menghindari hal yang tidak diinginkan.

3. Tidak mencari keuntungan pribadi atau golongan.

Tiga point yang telah disebutkan merupakan hal yang perlu diperhatikan saat melaksanakan kegiatan diskusi. setelah ketiga point di atas terpenuhi, maka tujuan diskusi bisa dilaksanakan. Moedjiono, (1993: 51) tujuan diskusi antara lain sebagai berikut:

b. Tujuan Diskusi:

1. Untuk mempertemukan dan menyatukan pendapat, pola fikir dan persepsi dari anggota kelompok.

2. Untuk melatih keberanian mengemukakan pendapat secara sistematis dan logis.

3. Belajar menerima dan menghargai pendapat orang lain.

4. Untuk mengajarkan bagaimana harus bersikap dan berperilaku serta membentuk watak menjadi pribadi yang matang.


(35)

21

Dari tinjuan di atas, diskusi merupakan salah satu bentuk kegiatan wicara yang dilakukan oleh satu orang atau lebih. Dengan berdiskusi dapat memperluas pengetahuan serta memperoleh banyak pengalaman. Diskusi memiliki tujuan untuk melakukan pertukaran fikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan yang berujung pada kesepakatan gagasan atau pendapat. Diskusi yang melibatkan banyak orang disebut diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok dibutuhkan seorang pemimpin yang disebut ketua diskusi. Tugas ketua diskusi adalah membuka dan menutup diskusi, membangkitkan minat anggota untuk menyampaikan gagasan, menengahi anggota yang berdebat, serta mengemukakan kesimpulan hasil diskusi.

Jadi, metode diskusi merupakan kegiatan yang mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa yang mempunyai potensi banyak bicara bisa berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan yang terlalu keras dan tetap mengikuti etika yang disepakati bersama. Metode diskusi merupakan cara untuk memecahkan masalah yang mengambil kesepakatan melalui pendapat yang telah dipertimbangkan dalam diskusi kelompok. Dalam pembelajaran, metode diskusi memberikan peluang pada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran walaupun pengajar masih menjadi kendali utama.

E.Tinjauan Diskusi Kelompok

Moh. Uzer Usman, (2008: 94) diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka


(36)

22

yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.

Jika diperhatikan, manusia adalah makhluk sosial. Maka, keberadaanya hanya dapat dikembangkan dalam kebersamaan dengan sesamanya. Manusia hanya mengenal dan membentuk diri dengan kebersamaan antar sesamanya. Manusia dan sesamanya menciptakan realitas sosial. Diskusi kelompok merupakan salah satu strategi belajar mengajar yang sesuai dengan maksud tersebut. Belajar dapat diartikan sebagai kegiatan manusia dalam menanggapi dan memahami lingkungannya. Ketika manusia telah memahami hal tersebut, barulah manusia akan berusaha untuk menaklukan lingkungannya. Karena banyak manusia beranggapan hidup untuk bersaing. Lingkungan sebagai stimulus, selalu memberikan rangsangan kepada intensionalitas manusia untuk melakukan banyak hal dengan cara tertentu.

Kegiatan seperti pada paragraf sebelumnya, akan berlangsung secara optimal jika didukung motivasi yang kuat. T.Raka Joni, (1983: 22-24) terdapat indikator tinggi rendahnya CBSA yang berperan dalam strategi belajar mengajar yang akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Sikap siswa yang secara spontan dalam menggungkapkan pendapat secara berani.

2. Ketertarikan siswa pada sebuah tugas sebagai lawan dari kecenderungan menghindari tugas.

3. Belajar dari pengalaman yang sudah dialami sendiri.


(37)

23

5. Variasi bentuk dan alat kegiatan belajar mengajar yang diberikan.

6. Kualitas interaksi antar siswa, baik secara intelektual maupun secara sosial emosional.

Indikator yang telah disebutkan di atas maka, diskusi kelompok merupakan pilihan yang dianggap tepat dalam strategi belajar mengajar. Tidak hanya mengantarkan pada kegiatan instruksional tetapi, dapat memberikan tujuan tertentu kepada siswa. Di dalam diskusi kelompok, siswa diajarkan untuk menghargai pendapat orang lain, bersikap terbuka, mengaktualisasikan diri, dan percaya diri.

Membicarakan banyak hal tentang metode diskusi kelompok, terdapat berbagai macam bentuk metode diskusi kelompok. Metode diskusi kelompok yang ada hanyalah merupakan variasi kegiatan. Wina Sanjaya, (2006: 157) terdapat berbagai macam diskusi kelompok dalam pembelajaran antara lain: 1. Diskusi Kelas

Merupakan diskusi kelompok dimana proses pemecahan masalah dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini yaitu pengajar membagi tugas, dan menentukan siapa yang akan menjadi moderator dan penulis. Lalu, narasumber (pengajar, siswa, atau ahli tertentu) memaparkan masalah yang harus dipecahkan. Kemudian, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan pada moderator. Setelah itu, narasumber memberi tanggapan dan terakhir, moderator menyimpulkan hasil diskusi.


(38)

24 2. Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi yang dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan cara pengajar menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi kedalam sub masalah yang harus dipecahkan setiap kelompok kecil. Setelah selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

3. Simposium

Metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah penyaji memberikan pandangan tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim yang telah ditentukan sebelumnya. 4. Diskusi Panel

Pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audien. Dalam diskusi panel audien tidak terlibat secara langsung tetapi, berperan sebagai peninjau para penelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, diskusi panel lebih efektif jika digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

Jika ditarik benang merah dari beberapa pernyataan di atas, disimpulkan bahwa teknik diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang bercirikan suatu keterikatan pada pokok masalah, dimana anggota diskusi itu secara jujur


(39)

25

berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan, mempelajari, dan sekaligus mempertimbangkan pendapat yang telah dikemukakan saat diskusi.

Pernyataan yang telah dijelaskan, sangat jelas formal sekali karena mengingat bahwa diskusi adalah komunikasi antar dua orang atau lebih yang membahas sesuatu untuk memecahkan permasalahan. Jika terdapat hal seperti adanya moderator atau penengah, hal semacam ini hanya formalitas saja.

Dari semua yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya, inti dari diskusi kelompok merupakan suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditunjukkan agar saling tukar pengalaman serta pendapat, dan menghasilkan suatu keputusan bersama. Dengan diskusi kelompok, maka siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama.

Berbagai jenis diskusi kelompok di atas tidak semua akan digunakan. Jenis metode diskusi kelompok yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode diskusi kelompok kecil yaitu, metode diskusi kelompok silang. Karena dalam metode diskusi kelompok silang, dapat merangsang kreativitas siswa dalam menuangkan ide saat memecahkan masalah yang diberikan pengajar. F. Tinjauan Diskusi Kelompok Silang

Saat ini, banyak metode belajar yang telah dibuat berdasarkan pengalaman berbagai landasan teori yang didapatkan melalui teori dari para ahli. Begitu pun dengan metode diskusi kelompok silang, metode ini tidak hanya dibuat berdasarkan keadaan dilapangan, tapi juga memikirkan kaidah berdasarkan teori yang pernah dilakukan oleh orang terdahulu sebagai landasan untuk memperkuat eksistensi metode.


(40)

26

Honey dan Mumfard dalam Soekamto dan Winata Putra, (1997: 147-150) pandangan untuk kelompok orang yang belajar memiliki empat macam golongan, yaitu:

1. Kelompok yang disebut dengan aktivis yaitu, kelompok orang yang berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman baru.

2. Kelompok yang disebut dengan reflektor yaitu, kelompok orang yang memiliki gaya berfikir berlawanan dengan aktivis. Orang yang reflektor sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan.

3. Kelompok yang disebut dengan ahli teori yaitu, kelompok yang memiliki pola fikir sangat kritis, suka menganalisis, selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.

4. Kelompok yang disebut dengan pragmatis, kelompok yang memiliki sifat praktis tidak suka panjang lebar dengan teori, konsep, dan dalil.

Teori lain yang dianggap mampu memberikan alasan kenapa metode diskusi silang dianggap dapat merangsang kreativitas adalah teori konstruktivisme vgotsky. Slavin, (2000: 256) terdapat tiga ide utama tentang perkembangan kognitif manusia yang pemaparannya adalah sebagai berikut:

1. Intelektual seseorang akan berkembang pada saat individu menghadapi ide baru dan sulit mengkaitkan ide tersebut.

2. Interaksi dengan orang lain secara tidak langsung akan memperkaya perkembangan intelektual.


(41)

27

Sebuah metode apapun memiliki unsur teori sebagai pijakan untuk memperkuat keberadaan metode tersebut. Metode diskusi kelompok silang merupakan metode dimana anggota yang disebut kelompok ahli, pindah dari satu kelompok ke kelompok lain secara bergantian selama diskusi berlangsung. Metode diskusi kelompok silang merupakan diskusi kelompok kecil yang didasarkan pada prinsip perwakilan. Metode diskusi kelompok silang memberikan kesempatan siswa untuk berbagi pengalaman, gagasan, mengajukan pertanyaan, mengkritik isu yang tidak mungkin dilakukan dalam satu kelompok besar. Berdiskusi, membantu mengklasifikasi dan memahami sudut pandang yang berbeda.

Syaful Bahri Djamarah, (2000: 17) terdapat keuntungan dalam penerapan metode diskusi kelompok silang diantaranya:

1. Membantu siswa mengenali apa yang dilakukan dan yang belum diketahui oleh siswa lain di dalam kelompok tersebut.

2. Membantu siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah dihadapi melalui pengalaman dari siswa yang lain.

3. Memberikan kesempatan bagi siswa pasif, malu dan terhambat untuk terbuka dengan siswa yang lain.

4. Membantu membangun ke kompakan kelompok serta meningkatkan keterlibatan para siswa dalam melaksanakan tugas kelompok.

5. Para peserta mengalami suatu pemahaman akan kepemilikan dan kreativitas. Jangkauan pengalaman yang beragam memungkinkan kelompok tersebut untuk menantang pengalaman yang dominan dan berfikir mengenai gagasan


(42)

28

dengan perumusan yang lebih baru. Dengan menggunakan metode diskusi kelompok silang, siswa diajarkan empat hal, yaitu:

1. Siswa diajarkan untuk menyampaikan pendapat atau ide dalam forum diskusi kelompok sendiri.

2. Siswa diajarkan untuk mengajukan satu atau dua pertanyaan kepada siswa kelompok yang mengungkapkan pendapat.

3. Siswa diajarkan untuk berusaha menjawab pertanyaan dari siswa kelompok lain berdasarkan pemahaman sendiri.

4. Siswa diajarkan untuk menelaah segala pendapat yang diberikan oleh kelompok lain, jika belum terbiasa menelaah secara cepat dari apa yang disampaikan, siswa diperbolehkan merangkum atau mencatat informasi yang dianggap penting.

5. Semua yang telah diajarkan, pada akhirnya siswa dengan sendirinya akan belajar untuk menghargai pendapat orang lain.

Pada dasarnya, manusia mampu mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya. Interaksi terhadap objek dan lingkungan membuat manusia dapat melihat, mendengar, mereba, membau atau merasakan. Hanya, tinggal sejauh mana intensionalitas manusia dapat terus berkembang.

Metode diskusi kelompok silang, mengajak siswa berinteraksi langsung dengan siswa lain agar menemukan ide baru yang sebelumnya tidak ada dalam pengetahuannya. Selain itu, siswa lebih diarahkan untuk memahami dan memecahkan konsep terhadap masalah yang didiskusikan bersama kelompoknya.


(43)

29

Siswa dapat membangun pengetahuan di dalam benaknya, membangun arti sendiri dari apa yang telah dipelajari, bertanggung jawab terhadap hasil yang telah didapatkan. Pengajar dalam proses ini, hanya mengajar dan membuat informasi menjadi bermakna, dan relevan bagi siswa. Dengan memberikan kesempatan, maka siswa dapat menemukan atau menerapkan sendiri ide dan strategi yang digunakan untuk belajar. Pengajar diibaratkan seseorang yang memberikan tangga sehingga dapat membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih baik, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Metode diskusi kelompok silang, mengarahkan siswa untuk berperan aktif. Strategi konstruktivistik sering menyebut hal tersebut sebagai pengajaran yang berpusat pada siswa.

Kesimpulan terhadap tinjauan metode diskusi kelompok silang maka, belajar menemukan masalah kemudian mencari penyelesaian berdasarkan pengetahuan dari diri sendiri ataupun sumber lain, dapat memberikan hasil yang paling baik meski sulit untuk melakukannya. Berusaha untuk menyelesaikan masalah, dapat memberikan efek pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang diperoleh dengan seperti itu, akan memberikan beberapa kebaikan yaitu:

1. Pengetahuan tersebut bertahan lama atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain.

2. Hasil belajar tersebut mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya.


(44)

30 G.Tinjauan Tentang Kreativitas Siswa

Siti Sumarni, (2005: 25) kreativitas merupakan tindakan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu demi tujuan tertentu. Melihat secara pandangan psikologis, kreativitas merupakan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan yang dimiliki sesuai kehendaknya.

Mc. Donald dalam Oemar Hamalik, (2003: 158) kreativitas merupakan kemampuan dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa kreativitas merupakan sesuatu yang kompleks. Kreativitas menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri manusia, sehingga akan mempengaruhi persoalan baik secara aspek psikomotorik, perasaan dan emosi.

Jika melihat kreativitas dalam aspek pembelajaran, Wisnu Brata, (1983: 3) kreativitas di dalam belajar merupakan segala tindakan yang memberikan perubahan dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. A.M. Sardiman (2005: 75) kreativitas belajar dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk melakukan sesuatu, sehingga jika tidak mampu untuk melakukan, dapat memberikan atau memperlihatkan hasil yang kurang sesuai. Kreativitas sendiri memungkinkan kemampuan seseorang benggerak dan dapat memperkuat orang tersebut untuk bertingkah laku. Sehingga, perbuatan yang dilakukan seseorang, didukung dengan motivasi yang mendasarinya.


(45)

31

Dari pendapat di atas, pengertian kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan pada suatu kegiatan agar, tujuan yang dikehendaki oleh subjek dapat tercapai. Beberapa hal penting yang perlu diketahui tinjauan tentang kreativitas, antara lain:

1. Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Siswa

Di dalam kehidupan sehari-hari kreativitas banyak dipelajari, termasuk kreativitas saat belajar. Oleh karena itu kreativitas dapat timbul tenggelam yang disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya.

Dimyati dan Mudjiono (1994: 89-92) tewrdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas saat belajar dan hal tersebut tergantung dari motivasi yang dimiliki dari setiap orang:

a. Cita-Cita Siswa

Cita-cita merupakan target yang ingin dicapai. Penentuan target setiap siswa berbeda-beda. Target tersebut diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang.

b. Kemampuan Siswa

Saat belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan tersebut meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi.


(46)

32 c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang mempengaruhi kreativitas saat belajar berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi, pengajar lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

Kondisi lingkungan merupakan unsur dari luar diri siswa, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bagi pengajar, hal tersebut sangat penting karena pengajar terlibat langsung dalam pembelajaran siswa. Pengajar harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar membangkitkan kreativitas siswa.

e. Unsur Dinamis Dalam Belajar Siswa

Unsur dinamis dalam belajar merupakan unsur yang keberadaannya tidak stabil, kadang kuat, kadang lemah dan bahkan hilang, terutama pada hal yang sifatnya kondisional. Hal yang sifatnya kondisional misalnya, keadaan emosi siswa, gairah belajar, dan situasi belajar.

f. Upaya Pengajar Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud, yaitu bagaimana pengajar mempersiapkan diri saat akan membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa, dan lain-lain.


(47)

33 2. Prinsip Kreativitas Siswa

Kreativitas siswa, mempunyai peranan strategis dalam aktivitas belajar. Tidak ada seorang yang belajar tanpa tidak melakukan suatu tindakan. Tidak ada kreativitas berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan kreativitas lebih optimal, maka prinsip kreativitas siswa tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar. Sardiman, (2000: 83) terdapat fungsi dari prinsip kreativitas belajar adalah sebagai berikut:

a. Kreativitas Siswa Sebagai Dasar Penggerak Aktivitas Belajar

Siswa melakukan aktivitas belajar karena memiliki tenaga penggerak. Tenaga penggerak kreativitas berasal dari motivasi dasar yang mendorong siswa untuk belajar kreatif. Bila siswa telah termotivasi untuk belajar, maka siswa akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu. Oleh karena itu, kreativitas telah terbentuk akan membuat proses belajar lebih mudah.

b. Dorongan Intrinsik Yang Membangun Kreativitas Siswa Dalam Belajar Banyak pengajar memutuskan untuk memberikan gaya belajar yang monoton kepada siswa. Siswa yang malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan segala pengarahan oleh pengajar agar menjadi siswa yang rajin. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian sikap tersebut membuat siswa menjadi ketergantungan terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, siswa juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh.


(48)

34

c. Dorongan Mempengaruhi Kreativitas Siswa Dalam Belajar

Meskipun hukuman diberlakukan dalam memicu kreativitas siswa dalam belajar, masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap siswa senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apa pun. Memuji siswa berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja siswa. Hal tersebut memberikan semangat kepada siswa untuk lebih meningkatkan kreativitasnya. Tetapi, pujian yang diucap tersebut tidak asal diucap, harus sesuai pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan dalam memberikan pujian bisa bermakna mengejek.

d. Kreativitas Siswa Berhubungan Erat Dengan Belajar

Dalam kehidupan, siswa membutuhkan penghargaan. Perhatian, ketenaran, status, dan martabat, merupakan kebutuhan bagi siswa. Semua dapat memberikan dorongan bagi siswa dalam belajar untuk mampu menigkatkan kreativitasnya. Pengajar yang berpengalaman harus memanfaatkan kebutuhan siswa, sehingga dapat memancing kreativitas siswa agar menjadi anak yang gemar belajar.

e. Kreativitas Siswa Dapat Memupuk Optimisme Dalam Belajar

Siswa yang mempunyai kreativitas selalu yakin dapat menyelesaikan segala permasalahan. Siswa yakin bahwa belajar bukan kegiatan yang sia-sia. Hasil yang diperoleh akan berguna untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.


(49)

35

f. Kreativitas Siswa Melahirkan Prestasi Dalam Belajar

Berbagai penilitian selalu menyimpulkan bahwa kreativitas mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya kemampuan berfikir selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar siswa. Siswa yang menyenangi mata pelajaran tertentu, dengan senang hati mempelajari mata pelajaran itu.

3. Strategi Kreativitas Siswa

Beberapa pemaparan tentang prinsip kreativitas siswa, terdapat aspek penting untuk diketahui, yaitu strategi kreativitas siswa. Strategi kreativitas siswa, singkatnya merupakan cara bagaimana kreativitas yang telah muncul memberikan dukungan kepada siswa saat belajar.

Catharina Tri Anni, (2006: 186-187) terdapat beberapa strategi kreativitas siswa antara lain sebagai berikut:

a. Membangkitkan Minat Belajar

Pembelajaran sesuai minat merupakan cara untuk menunjukkan bahwa, pengatahuan yang dipelajari sangat bermanfaat bagi siswa. Cara lain yang dapat dilakukan adalah memberikan pilihan kepada siswa tentang materi yang dipelajari dan cara untuk mempelajarinya.

b. Mendorong Rasa Ingin Tahu

Pengajar yang terampil mampu menggunakan cara untuk membangkitkan dan memelihara rasa ingin tahu siswa di dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat, dan sejenisnya merupakan beberapa metode


(50)

36

yang dapat digunakan untuk membangkitkan kreativitas siswa dalam belajar.

c. Menggunakan Variasi Metode

Penggunaan metode yang bervariasi dapat membuat materi yang diberikan menjadi lebih menarik. Selain itu, menerapkan metode yang bervariasi dapat merangsang kreativitas siswa untuk belajar.

d. Membantu Siswa Dalam Merumuskan Tujuan Belajar

Merumuskan tujuan merupakan hal mendasar dalam membangun kreativitas siswa yang selalu belajar keras demi tercapainya tujuan. Apabila tujuan tersebut telah dirumuskan maka, kreativitas siswa akan semakin berkembang dengan sendirinya secara terus menerus tanpa disadari.

4. Indikator Kreativitas Siswa

Munandar, (2004: 35) dalam upaya membantu siswa mewujudkan kreativitas dalam belajar, perlu adanya latihan dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat. Tugas pengajar dan orangtua harus dapat menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif siswa serta menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan. Namun, hal tersebut tidak cukup, di samping perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada motivasi intrinsik pada siswa. Minat siswa untuk melakukan sesuatu harus tumbuh dari dalam diri atas keinginan sendiri.

Munandar, (1999: 20) untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran, berikut adalah indikator kreativitas siswa:


(51)

37 a. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

- Keterampilan berpikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

- Keterampilan berpikir luwes yaitu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda, dan mampu mengubah cara pendekatan.

- Keterampilan berpikir orisinal yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, dan mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari bagian atau unsur.

- Keterampilan memperinci yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, menambahkan, dan memperinci detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

- Keterampilan menilai yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, dan mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka.


(52)

38 b. Indikator Kemampuan Berfikir Afektif

- Rasa ingin tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, seperti: mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek, situasi, dan peka dalam pengamatan yang ingin diketahui. - Bersifat imajinatif yaitu mampu memperagakan atau membayangkan

hal yang belum pernah terjadi dan menggunakan khayalannya, tetapi tetap mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan.

- Merasa tertantang oleh kemajemukan yaitu terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi yang rumit, dan lebih tertarik pada tugas yang sulit.

- Sifat berani mengambil resiko yaitu berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, dan tidak ragu karena ketidakjelasan seperti sesuatu yang tidak konvensional, atau kurang berstruktur.

- Sifat menghargai yaitu dapat menghargai bimbingan, pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat sendiri yang sedang berkembang.

Pada dasarnya kreativitas siswa merupakan suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang dalam melakukan sesuatu untuk mencapai hasil dan tujuan. Kreativitas sendiri merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Namun, membangkitkan kreativitas siswa tidaklah mudah, karena membutuhkan pemicu yang datangnya dari dalam diri atau luar diri.


(53)

39

Jadi kreativitas siswa merupakan penekanan ke proses yang dilakukan individu untuk membuat suatu perubahan yang baru. Secara keseluruhan dan hasil yang didapatkan, biasanya dengan bertambahnya pengalaman individu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Jadi, pada dasarnya kreativitas siswa merupakan sikap nyata pada siswa yang dilakukan untuk membuat sebuah perubahan saat belajar.

H.Tinjauan Tentang Mata Pelajaran IPS 1. Hakikat Mata Pelajaran IPS

Mata Pelajaran IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, manusia dapat berkomunikasi dengan cepat di mana pun berada melalui handphone dan internet. Kemajuan iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang satu dengan lainnya, antara negara dengan negara lainnya. Dengan demikian, arus informasi akan semakin cepat mengalirnya.

Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah diciri kan oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan mempengaruhi pola kehidupan penduduk yang menempatinya.


(54)

40 2. Tujuan Mata Pelajaran IPS

Berdasarkan falsafah negara, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:

- Membentuk manusia pembangunan yang berpancasila, membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.

- Dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan dalam UUD 1945.

- Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu, tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak.

Berkaitaan dengan hal tersebut, tingkat SMP menyatakan, bahwa pengetahuan sosial bertujuan untuk:

- Mengajarkan konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.

- Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.

- Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial dan kemanusiaan.


(55)

41

- Meningkatkan kemampuan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.

Nursid Sumaatmadja, (2006: 50) tujuan pendidikan IPS adalah untuk membina siswa menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara. Oemar Hamalik, (1992: 40-41) merumuskan tujuan pendidikan IPS yang berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu:

- Pengetahuan dan pemahaman. - Sikap hidup belajar.

- Nilai sosial dan sikap. - Keterampilan.

3. Hubungan Kreativitas Siswa Dengan Mata Pelajaran IPS

Preston dalam Oemar Hamalik, (1992: 42-44) terdapat hubungan kreativitas siswa dengan mata pelajaran IPS terkait ciri pada anak:

- Anak merespon berbagai macam aspek dari dunia sekitarnya. Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian dan benda yang ada disekitarnya. Anak memiliki minat yang luas dan tersebar di sekitar lingkungnnya.

- Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal yang ingin diketahui.

- Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, anak ingin aktif, belajar, dan berbuat.


(56)

42

- Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang penting/bermakna.

- Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang di sekitarnya.

I. Tinjuan Tentang Karakter Siswa SMP

Dilihat dari tahapan perkembangan, siswa sekolah menengah pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun).

Desmita, (2010: 36) ada beberapa karakteristik siswa sekolah menengah pertama (SMP), antara lain:

1. Terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan. 2. Mulai timbulnya ciri seks sekunder.

3. Kecenderungan ambivalensi, keinginan untuk menyendir, keinginan untuk bergaul, dan keinginan untuk bebas dari dominasi dengan bimbingan dari orang tua.

4. Senang membandingkan kaedah, nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan.

6. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

7. Mulai mengembangkan standart dan harapan terhadap perilaku diri yang sesuai dengan dunia sosial.


(57)

43

Syamsu Yusuf, (2004: 26-27) masa usia sekolah mengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat khas dan peran yang menentukan dalam kehidupan individu pada masyarakat orang dewasa. Pada masa tersebut dapat diperinci menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut:

1. Masa Pra Remaja

Masa pra remaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa tersebut ditandai dengan sifat negatif pada remaja. Sehingga, seringkali masa ini memberikan gejala seperti tidak tenang, dan kurang suka bekerja. Secara garis besar sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu: - Negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental. - Negatif dalam sikap sosial, baik bentuk diri pendiam dalam masyarakat

(negatif pasif) maupun baik bentuk diri agresif dalam masyarakat (negatif aktif).

2. Remaja Madya

Pada masa remaja madya, mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, dan teman yang dapat turut merasakan suka dan duka. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja. Sehingga, masa ini disebut masa merindu puja.


(58)

44

Proses terbentuknya pendirian, pandangan hidup, dan cita-cita dapat dipandang sebagai penemuan nilai kehidupan. Proses penemuan nilai kehidupan tersebut adalah:

- Pertama, karena tidak adanya pedoman, remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu. Bahkan, seringkali remaja hanya mengetahui bahwa remaja menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya.

- Kedua, objek pemujaan telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi yang dipandang mendukung nilai personifikasi.

- Ketiga, pada laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan pasif, mengagumi, dan memuja sesuatu dalam khayalannya. 3. Remaja Akhir

Setelah dapat menentukan pendirian hidup, sebagai dasar telah tercapainya masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas perkembangan masa remaja, masuklah individu dalam masa dewasa.

Siswa sekolah menengah pertama memiliki usia yang merupakan masa peralihan dari anak ke remaja. Perilaku yang disebabkan oleh masa peralihan, menimbulkan berbagai keadaan dimana siswa labil dalam pengendalian emosi. Keingintahuan pada hal baru yang belum pernah ditemui sebelumnya mengakibatkan muncul perilaku yang mulai menunjukkan karakter diri.


(59)

45 J. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

Dalam keilmuan teknologi pendidikan, terdapat tiga aspek yang dilihat dalam menilai hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Beberapa ahli berpendapat bahwa, hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemerosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam informasi, sedangkan keluaran merupakan perbuatan atau kinerja (performance). Dengan perbuatan yang telah dilakukan, hal tersebut merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi. Hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan ketrampilan. 1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan diskripsi tentang hal yang diharapkan seperti perilaku yang diinginkan, diskripsi perubahan perilaku yang diinginkan dan deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi.

Gagne dan Briggs dalam Nashar (2009: 18-20), mengklasifikasikan hasil belajar menjadi lima, yaitu:

a. Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelek merupakan kemampuan yang membuat individu kompeten. Kemampuan ini, berhubungan dengan kemahiran berbahasa seperti menyusun kalimat sampai pada kemahiran tingkat tinggi, seperti teknologi rekayasa dan kegiatan ilmiah.

b. Strategi Kognitif

Strategi kognitif merupakan kemampuan yang mengatur perilaku belajar, mengingat dan berfikir. Contoh strategi kognitif adalah


(60)

46

kemampuan mengendalikan perilaku ketika membaca keadaan pada suatu masalah untuk memperoleh inti masalah. Kemampuan yang berada di dalam strategi kognitif, digunakan oleh pembelajar dalam memecahkan masalah.

c. Informasi Verbal

Informasi verbal merupakan kemampuan yang diperoleh pembelajar dalam bentuk informasi. Pembelajar telah memiliki memori yang umumnya digunakan dalam bentuk informasi, seperti nama bulan, hari, minggu, bilangan, huruf, 25 kota, dan negara. Informasi verbal yang dipelajari diharapkan dapat diingat kembali setelah pembelajar menyelesaikan kegiatan belajar.

d. Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kelenturan syaraf atau otot. Pembelajar naik sepeda, menyetir mobil, menulis halus, merupakan beberapa contoh yang menunjukkan keterampilan motorik. Dalam kenyataannya, pendidikan di sekolah lebih banyak menekankan pada fungsi intelektual dan sering kali mengabaikan keterampilan motorik, kecuali untuk sekolah teknik.

e. Sikap

Sikap merupakan cara dari seseorang dalam menentukan atau memilih sesuatu. Setiap pembelajar memiliki sikap terhadap benda dan orang yang berada disituasi sekitarnya. Efek sikap ini dapat diamati dari


(61)

47

reaksi pembelajar terhadap benda, orang, ataupun situasi yang sedang dihadapi.

Jika melihat segala tinjuan yang telah dilakukan, salah satu anggapan tercapai atau tidaknya proses pembelajaran yaitu dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Meskipun peneliti mengangap hasil belajar yang didapatkan seorang siswa hanyalah mitos, karena kecerdasan manusia sebenarnya berbeda-beda dan tidak bisa diukur. kebanyakan orang memandang hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi.

2. Pengukuran Dan Evaluasi Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono, (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh pengajar mata pelajaran.

Namun, perlu diketahui untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran sebenarnya sangatlah sulit, karena setiap nilai yang diambil pada dasarnya masih sangat jauh dari kepastian apakah hasil yang didapatkan siswa adalah hasil sebenarnya.

Djamarah, (2006: 107) terdapat beberapa taraf atau tingkatan dalam mengukur keberhasilan, ialah sebagai berikut:

a. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.


(62)

48

b. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%-99%.

c. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%.

d. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.

Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil belajar sering digunakan dalam arti yang sangat luas, yakni untuk aturan yang dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, dan tes akhir. Hasil belajar memiliki ciri sebagai berikut:

a. Hasil belajar tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

b. Hasil belajar merupakan pengetahuan asli atau otentik.

Pengetahuan pada hasil belajar bagi siswa seolah merupakan bagian kepribadian bagi setiap siswa. Sehingga, dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Artinya, pengetahuan tersebut dihayati dan penuh makna bagi dirinya. Salah satu kegiatan pengukuran, baik yang berfungsi formatif maupun sumatif adalah tahap pengumpulan informasi melalui pengukuran.

Penilaian atau evaluasi, pada dasarnya memberikan pertimbangan, harga, nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman


(63)

49

belajar. Fungsi dari penyelesaian hasil belajar dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dalam hal ini adalah tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi tersebut dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang harus dikuasai oleh para siswa.

b. Untuk mengetahui keefektivan proses belajar mengajar yang telah dilakukan oleh pengajar. Dengan fungsi tersebut pengajar dapat mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran.

Dengan demikian, fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar bermanfaat ganda bagi siswa dan bagi pengajar. Penilaian hasil belajar dapat dilaksanakan dua tahap. Pertama, tahap jangka pendek, yakni penilaian yang dilaksanakan pengajar pada akhir proses belajar mengajar. Penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua, tahap jangka panjang, yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu, misalnya penilaian tengah semester atau penilaian pada akhir semester. Penilaian ini disebut penilaian sumatif.

K.Kerangka Berfikir

Arno F.Wittig, (1981: 30) proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1) tahap perolehan/penerimaan informasi; 2) tahap penyimpanan informasi; 3) tahap mendapatkan kembali informasi. Pada tahap perolehan dan penerimaan informasi, siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan


(64)

50

melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses perolehan dan penerimaan informasi dalam belajar merupakan tahap paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap berikutnya.

Pada tahap penyimpanan informasi, siswa secara otomatis mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang diproleh ketika menjalani proses perolehan informasi. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memory. Pada tahap mendapatkan kembali informasi, siswa akan mengaktifkan kembai fungsi sistem memorinya, misalnya ketika siswa menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses mendapatkan kembali informasi pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali sesuatu yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respon atau stimulus yang sedang dihadapi.

Metode diskusi kelompok silang, merupakan metode yang memberikan siswa kesempatan untuk berbagi pengalaman, gagasan, mengajukan pertanyaan, mengkritik isu sesuai materi yang diberikan. Berdiskusi membantu mengklasifikasi dan memahami sudut pandang yang berbeda. Metode Diskusi Kelompok Silang, membantu siswa membangun pengetahuan di dalam pikirannya, membangun arti sendiri dari apa yang telah dipelajari, bertanggung jawab atas hasil yang telah didapatkan.


(65)

51

Metode diskusi kelompok silang, jika diterapkan dalam sebuah pembelajaran, dianggap metode belajar yang dapat meningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa. Dalam suatu penelitian, rumusan hipotesis sangat penting. Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih perlu diuji

kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan adalah ”ada peningkatan

kreativitas dan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS setelah

diterapkannya Metode Diskusi Kelompok Silang”.

Tahap Proses Belajar Dalam Pencapaian Pemahaman Menurut Arno F.Wittig

Gambar 1: Bagan Alur Kerangka Berfikir

Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar siswa dengan menenerapkan Metode Diskusi

Kelompok Silang

1.Tahap perolehan/penerimaan informasi berdasarkan 5

indikator kreativitas

2.Tahap penyimpanan informasi 3.Tahap mendapatkan


(66)

52 BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Disini penelitian yang digunakan adalah penelitian yang menerapkan sebuah metode pembelajaran untuk melihat peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa. Penelitian yang digunakan disebut dengan penelitian tindakan kelas.

Wina Sanjaya, (2010: 26) penelitian tindakan kelas adalah sebuah proses dalam rangka mengkaji masalah mengenai pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi yang bertujuan untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Rochiati, (2009: 31) penelitian tindakan kelas adalah bagaimana pengajar dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran, dan belajar dari pengalaman tersebut.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas diidentifikasikan sebagai salah satu strategi pemecahan masalah belajar yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dalam pemecahan masalah belajar. Penelitian tindakan dalam bidang pendidikan dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk melihat peningkatan kualitas pembelajaran. Secara singkat, PTK sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu.


(67)

53 B.Desain Penelitian

Suharsimi Arikunto, (2009: 16) model penelitian tindakan kelas memiliki bagan yang harus dipergunakan, namun secara garis besar terdapat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Alasan peneliti menggunakan tahapan tersebut karena, model penelitian ini sesuai dengan penerapan metode diskusi kelompok silang yang akan diterapkan di kelas, sehingga peneliti memutuskan tahapan penelitian seperti yang diungkapkan Suharsimi Arikunto, merupakan tahapan yang paling cocok dalam penelitian ini. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa tentu tidak bisa dilihat dalam satu siklus, akan tetapi diperlukan beberapa siklus. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan hasil penelitian yang akurat.

Keempat prosedur penelitian tindakan kelas seperti yang diungkapkan Suharsimi Arikunto, secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan dalam siklus penelitian tindakan kelas bukan hanya tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan perlakuan khususnya oleh pengajar dalam proses pembelajaran, hal ini berarti perencanan yang disusun harus menjadi pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti akan menyusun serangkaian rencana kegiatan dan tindakan yang akan dilakukan bersama pengajar untuk mendapatkan hasil yang baik


(1)

177 Lampiran 7: Lembar Kerja Siswa


(2)

(3)

(4)

180 Lampiran9: Foto Pelaksanaan Kegiatan


(5)

181 Lampiran8: Surat Izin Penelitian


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii Di Smp Giri Taruna

0 6 14

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN

2 46 104

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 01 Ketanggungan Brebes pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Melalui Diskusi Dalam Kelompok Kelompok Kecil

0 21 52

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN Peningkatan Kreativitas Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Bulakan 02 Keca

0 1 16

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN METODE DISKUSI PANEL PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI 067097 MEDAN.

0 1 19

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP HAMONG PUTERA NGAGLIK.

0 0 197

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA ... 1 SM

0 4 6

UPAYA MENINGKATKAN KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE DISKUSI KELAS IV SD NEGERI 1 MAKAM

0 0 16