30 5
Azas keselarasan, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh PKBM harus sesuai dan selaras dengan kondisi serta situasi masyarakat
sekitar. 6
Azas kebutuhan, setiap kegiatan atau program pembelajaran yang dilaksanakan oleh PKBM harus dimulai dengan kegiatan pembelajaran
yang benar-benar mendesak dan dibutuhkan oleh masyarakat. 7
Azas tolong – menolong, PKBM merupakan arena atau ajang belajar dan pembelajaran masyarakat yang didasarkan atas rasa saling asah
dan saling asih di antara sesama warga masyarakat itu sendiri Umberto Sihombing, 1999:109. Azas yang sudah ada dapat
dikembangkan lagi sesuai dengan visi dan misi lembaga PKBM dan tidak bertentangan dengan program yang dilaksanakan.
e. Program–Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagai bagian dari pendidikan nonformal, tentunya memiliki program-program pendidikan yang
memberikan layanan kepada masyarakat. Program–program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat meliputi:
1 Pendidikan Kecakapan Hidup
2 Pendidikan Anak Usia Dini
3 Pendidikan Kepemudaan
31 4
Pendidikan Pemberdayaan Perempuan 5
Pendidikan Keaksaraan 6
Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja 7
Pendidikan Kesetaraan 8
Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik Yoyon Suryono, 2009:10.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini mengangkat tentang implementasi pembelajaran KUM berbasis keterampilan membuat kue donat,
diantaranya adalah : 1.
Hasil kajian yang dilakukan pamong belajar BPKB DIY tahun 2008 mengenai kegiatan pengkajian program keaksaraan fungsional. Dalam kajian ini
pengkaji mendefiniskan pendidikan keaksaraan merupakan salah satu satuan pendidikan nonformal di mana sebagian besar sasaran atau warga belajar yang
mengikuti adalah orang dewasa. Prinsip utama dalam program keaksaraan fungsional yang dikembangkan berdasarkan perspektif baru pendidikan orang
dewasa, yaitu konteks local, desain local, proses partisipatif dan penerapan hasil belajar Dixon, 1999. Menurut Bloome dan Green 1992 konteks
pembelajaran keaksaraan fungsional meliputi konteks sosial, budaya, konteks interpersonal dan konteks historis. Keaksaraan fungsional didasarkan pada
32 kebutuhan, masalah dan potensi lingkungan setempat serta pihak-pihak yang
terlibat dalam program keaksaraan fungsional perlu membuat desain lokal. Tutor perlu merancang kegiatan belajar mengajarnya, berdasarkan respon atas
minat, kebutuhan, masalah. Dalam hal ini tutor bersama warga belajar perlu membuat dan menetapkan kurikulum tersendiri yang mudah dan fleksibel
berdasarkan kesepakatan bersama. 2.
Hasil penelitian dari Bibit Sholekhah pada tahun 2007 mengenai pembelajaran keaksaraan dengan Pendekatan Pengalaman Berbahasa PPB
bahasa ibu bagi aksara baru. Penelitian ini menjelaskan pendekatan pengalaman berbahasa dalam pendidikan keaksaraan adalah suatu cara atau
strategi dalam membelajarkan warga belajar buta aksara murni dengan menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah yang biasa digunakan oleh
warga sehari-hari. Pendekatan pengalaman berbahasa bukan merupakan metode khusus, melainkan sebagai suatu pendekatan untuk mengawali proses
pembelajaran keaksaraan yang lebih cenderung sebagai bahasa pengantar. Alasan perlunya PBB dalam pembelajaran keaksaraan, maka proses
pembelajaran pada keaksaraan calistung, khususnya membaca dibutuhkan pengalaman-pengalaman berbahasa yang sudah dikenali dan biasa digunakan
warga belajar sehari-hari. Hal ini akan mempermudah warga belajar dalam menerima transformasi baru dari lingkungannya.