Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Mendidik adalah proses intervensi yang disengaja dalam kehidupan siswa agar dapat merubah makna dari sebuah pengalaman yang dimulai dari kejadian penting dikehidupan mereka. 2 Dalam hal ini sangat penting peranan guru untuk membimbing mereka, pendidikan matematika yang diberikan disekolah memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam pengembangan kemampuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan. Karena pendidikan merupakan sesuatu yang bersifat dinamis sehingga selalu menuntut adanya suatu perbaikan yang bersifat terus-menerus. Peran pendidikan sangat penting yaitu untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang mempunyai kesiapan mental dan kemampuan berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat meningkatkan kualitas bangsa itu sendiri dan menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Sesuai dengan Standar isi pelajaran matematika Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelaran matematika salah satunya adalah mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 3 Salah satu tujuan pembelajaran menurut Sugandi yaitu mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dengan tepat atau mengkomuniksikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta diagram dalam menjelaskan diagram. 4 Oleh karena itu siswa perlu dibiasakan dalam pembelajaran untuk memberikan argumen terhadap setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi bermakna baginya. Dalam hal 2 D. Bob Gowin and Marino C. Alvares, The Art of Education with V Diagram, New York: Cambridge University Press, 2005, h.5 3 Ali Mahmudi,Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Matematika. Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika , 24 Nopember 2006 h. 2 4 Muhammad Jamaludin, Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Dalam Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Materi Teorama Pytagoras.Universitas Surabaya, Surabaya ini berarti guru harus berusaha untuk mendorong siswanya agar mampu berkomunikasi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika di Indonesia dalam aspek komunikasi matematis masih rendah. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ditunjukkan dalam studi Rohaeti bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa berada dalam kualifikasi kurang. Demikian juga Purniati menyebutkan bahwa respons siswa terhadap soal-soal komunikasi matematis umumnya kurang. Hal ini dikarenakan soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis masih merupakan hal-hal yang baru, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. 5 Sementara itu pada laporan TIMSS 2003, siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 45 negara yang disurvei. Prestasi Indonesia jauh di bawah Negara-negara Asia lainnya. Dari kisaran atas rata skor yang diperoleh oleh setiap negara 400-625 dengan skor ideal 1.000, nilai matematika Indonesia berada pada skor 411. Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia, laporan TIMSS Suryadi, 2005 menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah negara- negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5 dan jauh di bawah Negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50. 6 Bagaimanapun, adanya siswa yang mempunyai gambaran keliru tentang matematika, yaitu menganggap matematika sebagai pelajaran yang sangat sulit dan hanya berisi rumus-rumus yang perlu dihafalkan, perlu 5 Fachrurozi, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. 2011 h.3 6 Ibid h.3 diluruskan oleh para guru matematika. Besar kemungkinan gambaran siswa yang keliru itu dipengaruhi oleh pengalaman mereka dalam belajar matematika. Bagaimana para guru matematika mengomunikasikan konsep, struktur, teorema, atau rumus matematis kepada para siswa, akan berpengaruh terhadap gambaran siswa tentang matematika. Dari hasil observasi pendahuluan yang dilakukan diketahui bahwa nilai ulangan harian siswa kelas VII MTs Pembangunan UIN Jakarta menunjukkan masih belum mencapai tingkat ketercapaian yang diharapkan. Rata-rata nilai ulangan harian siswa hanya mencapai 73,5 hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 75. Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru matematika kelas VII diperoleh informasi masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menterjemahkan ide-ide matematika, hal ini terjadi karena kebanyakan siswa yang belum menguasai materi prasyarat dan kurangnya motivasi belajar matematika. Fakta lain yang dapat dijumpai di sekolah tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan masih didominasi oleh guru dengan metode ceramah, pemberian contoh penyelesaian soal dan latihan menjawab soal. Pembelajaran di kelas cenderung pada komunikasi searah, siswa kurang mendapat kesempatan berinteraksi dengan guru dan sesama siswa. Aktivitas siswa selama pembelajaran lebih banyak menerima penjelasan dari guru dan mengerjakan soal latihan yang ada di buku. Padahal dalam proses pembelajaran matematika, komunikasi matematika merupakan bagian yang sangat penting. komunikasi matematika merupakan landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika maupun permasalahan sehari-hari. Memperhatikan kemampuan siswa dan kondisi pembelajaran dalam belajar matematika di MTs Pembangunan UIN Jakarta, dirasa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Kegiatan penelitian tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran konsep matematika dengan perbaikan pembelajaran di kelas. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran matematika saat mengajar di kelas diantaranya adalah metode ceramah disertai latihan soal. Berdasarkan pengamatan penulis, pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ini masih berlangsung satu arah karena kegiatan masih terpusat pada guru. Guru menjelaskan materi pelajaran disertai contoh soal sedangkan siswa mendengarkan dan mencatat. Hal ini menyebabkan siswa yang belum jelas tidak bisa terdeteksi oleh guru. Ketika diberi kesempatan untuk bertanya, hanya sedikit siswa yang melakukannya. Hal ini karena siswa takut atau bingung mengenai apa yang mau ditanyakan. Selain itu, siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam memecahkan masalah. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat, di mana dalam proses belajar mengajar matematika guru hendaknya memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, karena dengan keaktifan ini siswa akan mengalami, menghayati dan mengambil pelajaran dari pengalamannya. Dengan demikian hal tersebut menyebabkan siswa cenderung bersikap pasif pada proses pembelajaran matematika. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika perlu dilakukan suatu perbaikan dalam pembelajaran. Salah satunya adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran yang dapat memberikan ruang bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematika pada siswa. Kemampuan komunikasi matematika merupakan ide-ide matematis berupa bahasa lisan, simbol tertulis, gambar ataupun obyek maka komunikasi dalam matematika sangat membantu. Dalam hal ini, karena matematika merupakan hal yang abstrak, maka untuk mempermudah dan memperjelas dalam penyelesaian masalah matematika dengan komunikasi yang mudah di pahami siswa. Jika siswa aktif dan terlibat dalam mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan komunikasi matematika dan dituangkan dalam gambar atau sajian benda kongkrit, simbol, teks tertulis, grafik, tabel, ataupun kombinasi dari semuanya maka anak akan lebih memahaminya. Salah satu strategi pembelajaran yang dipandang dapat dikembangkan untuk memfasilitasi perkembangan kompetensi komunikasi matematika adalah strategi Heuristic Vee. Strategi Heuristic Vee merupakan suatu strategi pembelajaran yang membantu siswa mengintegrasikan konsep-konsep yang telah diketahui sebelumnya. Strategi Heuristic Vee bertumpu pada usaha- usaha seperti pemahaman apa yang diminta soal dari siswa, apa-apa yang telah di ketahui siswa, serta bagaimana pengetahuan itu dapat di gunakan untuk mengatasi kesulitan dari apa yang tidak di ketahui siswa. Strategi Heuristic Vee merupakan strategi yang dapat membantu siswa memahami struktur pengetahuan dan memahami struktur pengetahuan dan memahami proses bagaimana pengetahuan tersebut di konstruksi. Heuristik ini tersebut dinamakan Heuristic Vee. Vee memiliki 3 elemen yang sangat penting, yaitu : elemen konseptual, elemen kunci dan elemen metodologi. Teori yang dimiliki seseorang perlu dilakukan pengujian dengan mengamati kejadian-kejadian atau objek-objek melalui percobaan. Selanjutnya dengan pertanyaan-pertanyaan kunci, nantinya secara metodologi hasil percobaan akan memperoleh value claims dan knowledge claims. Dan kejadian-kejadian atau objek-objek yang diamati, siswa juga diharapkan dapat mengubahnya ke dalam suatu model matematika, dan menjelaskan kembali baik secara lisan catatan, grafik, atau diagram. Dengan demikian melalui proses tersebut kemampuan komunikasi matematis siswa dapat di tingkatkan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Strategi Heuristic Vee terhadap kemampuan Komunikasi Matematika Siswa”

B. Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu: 1. Siswa masih kesulitan dalam memahami konsep dan ide-ide matematik. 2. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika MTs Pembangunan UIN Jakarta. 3. Komunikasi matematika hanya dijadikan pelengkap dalam penyampaian konsep matematika. 4. Strategi pembelajaran yang digunakan belum tepat.

C. Pembatasan masalah

Agar penelitian terarah dan memberikan arah yang tepat dalam pembahasan, maka penulis membuat batasan sebagai berikut: 1. Penggunaan strategi Heuristic Vee dalam penelitian ini adalah dengan menggabungkan aspek konseptual dengan aspek metodologi dalam komunikasi matematika. 2. Kemampuan komunikasi matematika yang di maksud dalam penelitian ini dibatasi pada memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakkan tulisan, aljabar, menjelaskan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, menyusun argumen, merefleksikkan gambar, dan diagram ke dalam ide-ide matematika, mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam simbol matematika. Adapun pokok bahasan yang digunakan sebagai bahan penelitian yaitu Sistem Persamaan Linear Dua Variabel SPLDV.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan strategi Heuristic Vee lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran dengan strategi konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan Strategi Heuristik Vee 2. Mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan Strategi konvensional. 3. Membandingkan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan Strategi Heuristik Vee dengan siswa yang diajar dengan menggunakan Strategi konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru, dapat dijadikan sebagai alternatif strategi pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan mutu dalam proses belajar mengajar di sekolah serta memberikan layanan terbaik bagi siswa 2. Bagi Sekolah, sebagai sumbangan pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi Pembaca, sebagai referensi bahan bacaan yang dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajara inovatif dalam proses pembelajaran.