Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA
37 Kabupaten Cirebon yang termasuk sektor unggulan dalam periode 2005-
2010. Data yang digunakan yaitu PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2005- 2010 dan PDRB Kabupaten Cirebon dalam periode 2005-2010 atas dasar
harga konstan tahun 2000. Metode analisis penelitian ini menggunakan metode Location Quotient LQ dan metode analisis Shift Share SS dan
alat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis
metode LQ, sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon yang termasuk kedalam
sektor unggulan
adalah sektor
pertanian, sektor
bangunankonstruksi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan
hotel dan restoran. Sedangkan berdasarkan analisis Shift Share, sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu terdapat pada
sektor bangunankonstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Sedangkan sektor yang memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor jasa-jasa.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka kebijakan yang bisa diambil oleh pemerintah Kabupaten Cirebon sebagai bahan
pertimbangan adalah meningkatkan sektor jasa-jasa yang memiliki dayasaing yang baik juga pertumbuhan yang progressive. Pemerintah
Kabupaten Cirebon pun dalam memajukan sektor jasa-jasa khususnya jasa hiburan dan rekreasi yaitu dengan cara mengadakan pameran dan peta
wisata. Hal lain yang dapat dijadikan pertimbangan Pemerintah Kabupaten
38 Cirebon yaitu memberikan anggaran kepada sektor yang tepat yaitu sektor
jasa-jasa agar sektor-sektor tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon.
Jelita Septina Jamalia 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Studi Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan Melalui Pendekatan
Sektor- Sektor Unggulan”. Penelitian tersebut bertujuan untuk 1 mengetahui
sektor-sektor potensi untuk mengembangkan wilayah Kota Tangerang Selatan. 2 mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan dalam
pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan. 3 menganalisis pertumbuhan dan dayasaing sektor-sektor unggulan wilayah Kota
Tangerang Selatan. 4 mengidentifikasi potensi dan prospek sektor pertanian di Kota Tangerang Selatan. Data yang digunakan adalah data PDRB Kota
Tangerang Selatan periode 2007-2008 dan data PDRB Provinsi Banten Periode 2007-2008 menurut sektor-sektor ekonomi. Metode analisis yang
digunakan adalah pendekatan Location Quotient LQ dan Analisis Shift Share SS.
Hasil penelitian dengan menggunakan Location Quotient LQ menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan
di Kota Tangerang Selatan berdasarkan yang terunggul adalah Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; Sektor Jasa-Jasa; Sektor
Bangunan; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Berdasarkan
Analisis Shift Share SS sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran PPij0. Walaupun
39 demikian, sektor perdagangan, hotel dan restoran bukan menjadi sektor
unggulan utama. Sektor dengan unggulan pertama dan memiliki pertumbuhan yang cepat yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan dan njasa-jasa. Dilihat dari dayasaingnya, bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran secara ekonomi dapat bersaing dengan baik
PPWij0 dengan sektor ekonomi yang sama di KabupatenKotamadya lain di Provinsi Banten. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai laju
pertumbuhan pangsa wilayahnya terbilang baik sebesar 4 persen dibandingkan dengan sektor-sektor unggulan maupun sektor non unggulan
yang lainnya bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor-sektor yang nilai PPWij0 memiliki dayasaing kurang baik pada wilayah
pembandingnya yaitu Provinsi Banten yang lebih luas. Dari seluruh sektor-sektor unggulan Kota Tangerang Selatan, tidak
semua sektor unggulan mempunyai penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Sektor-sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja yang tinggi adalah
sektor unggulan perdagangan, hotel dan restoran, sektor unggulan industri dan jasa-jasa. Oleh karena itu untuk meningkatkan perekonomian Kota
Tangerang Selatan,
pemerintah hendaknya
memprioritaskan dan
mengembangkan sektor-sektor unggulan dan pertumbuhan yang cepat serta dayasaing tinggi, sektor tersebut menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Akan tetapi pemerintah juga tidak lupa dengan sektor yang harus dikembangkan yaitu sektor non ungulan pertanian, sektor industri karena
melihat prospek yang bagus untuk pertumbuhan Kota serta menyerap tenaga kerja yang besar.
40 Noeke Korsiska Dewi 2008 dalam penelitiannya yang berjudul
“Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di Kabupaten Ponorogo”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk
mengidentifikasi komoditi pertanian basis di Kabupaten Ponorogo, mengidentifikasi komponen pertumbuhan pangsa wilayah komoditi
pertanian basis di Kabupaten Ponorogo dan mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi komoditi pertanian unggulan di Kabupaten
Ponorogo. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif
dengan analisis data yang digunakan yaitu analisis Location Quotient LQ, Shift Share serta penggabungan LQ dan Shift Share. Data yang digunakan
adalah data yang berupa nilai produksi komoditi pertanian di Kabupaten Ponorogo tahun 2004-2005, nilai produksi komoditi pertanian setiap
kecamatan di Kabupaten Ponorogo tahun 2004-2005, Ponorogo dalam angka tahun 2004-2005 dan harga komoditi pertanian di tingkat produsen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi pertanian di Kabupaten Ponorogo yang menjadi komoditi pertanian basis adalah Ubi
jalar, manggis, nangka, pepaya, salak, jeruk keprok, sawo, alpukat, belimbing, jambu air, jambu biji, durian, sirsak, melon, mangga, pisang,
rambutan, bawang putih, bawang merah, buncis, sawi, tomat, bayam, cabai rawit, terong, kangkung, cabai besar, ketimun, labu, kacang panjang,
cengkeh, tebu, panili, lada, kakao, jahe, kopi, jambu mete, tembakau kerbau, kuda, kambing, domba, ayam kampung, itik, mentok, sapi, kelinci tawes,
mujaer, lele, udang, katak, jati, mahoni, sono dan pinus. Kecamatan yang
41 memiliki komoditi pertanian basis terbanyak adalah Kecamatan Ngebel
yaitu sebanyak 25 komoditi sedangkan Kecamatan Ponorogo dan Jetis memiliki jumlah komoditi pertanian basis terkecil yaitu 1 Komoditi.
Komoditi basis yang memiliki dayasaing wilayah baik di Kabupaten Ponorogo adalah labu, buncis, bayam, kangkung, cabai rawit,
ketimun, salak, rambutan, mangga, pepaya, jambu biji, jambu air, melon, manggis, jeruk keprok, pisang, sirsak, belimbing, nangka, cabai besar,
tomat, kopi, jambu mete, tembakau, kakao, lada, panili, tebu, ayam kampung, kelinci, ayam ras, domba, itik, mentok, kuda, kerbau, mujaer,
katak, tawes, udang, pinus, jati, mahoni dan sono. Kecamatan Ngebel
memiliki jumlah komoditi pertanian yang mampu bersaing terbanyak yaitu 14 komoditi dan Kecamatan Ponorogo memiliki memiliki jumlah komoditi
pertanian yang mampu bersaing terkecil yaitu 1 komoditi. Komoditi pertanian yang menjadi unggulan di Kabupaten Ponorogo adalah pepaya,
salak, jambu biji, mangga, pisang, rambutan, tomat, cabai besar, jeruk keprok, jambu air, melon, manggis, buncis, bayam, belimbing, sirsak, tebu,
panili, kakao, kopi, jambu mete, tembakau, lada, kuda, kambing, domba, ayam kampung, itik, mentok, kelinci, ayam ras, sapi, kerbau, tawes, mujaer,
udang, lele, katak, jati, mahoni, sono, pinus. Kecamatan Ngebel memiliki komoditi pertanian unggulan terbanyak yaitu 12 komoditi dan Kecamatan
Ponorogo memiliki komoditi pertanian unggulan terkecil yaitu 1 komoditi.
42